Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT PADA PENYAKIT


TUBERKULOSIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Dasar

Kelas / Semester: IKM – 6 / 3

Dosen Pengampu: Yulia Khairina Ashsar, S. K. M., M. K. M

Disusun oleh:

Kelompok 5:

Iffah Adawiyyah (0801222324)

Intan Andhani (0801223346)

Laila Sari (0801221081)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi Rabbil Alamin, rasa syukur kami


panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan bantuan-Nya yang telah memberikan kami
kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan makalah mata kuliah kesehatan
lingkungan yang berjudul “ Analisis Riwayat Penyakit pada Penyakit Tuberkulosis ” ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Tanpa rahmat, ridho, dan bantuan-Nya, kami tidak
akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam penulisan ini kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan didalamnya. Kami juga ingin berterima
kasih kepada Ibu yang telah memberikan kami tugas ini dan senantiasa mendoakan kami
agar dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, kami
mengharapkan banyak kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dari para
pembaca dan Ibu Dosen nantinya.

Semoga makalah dengan judul diatas ini dapat menambah pengetahuan dan
pembelajaran kepada kita semua nantinya. Kami juga berharap apa yang akan kami bahas
disini nantinya dapat pahami dengan baik.

Medan, 11 oktober 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1. Pengertian Dan Penyebab Dari Penyakit Tuberkulosis............................................2
2.2. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis Menurut Teori H.L. Blum menurut
Teori H.L. Blum....................................................................................................................5
2.3. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis Menurut Teori John Gordon................6
2.4. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis Menurut Teori Umar Fahmi Ahmadi. 10
2.5. Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tuberkulosis...........................................12
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TBC merupakan salah satu penyakit kronis yang berbahaya bagi
kesehatan. Dalam hal ini, TBC terjadi akibat infeksi bakteri yang menyerang organ
pernapasan paru-paru. Orang yang menderita kondisi ini biasanya mengalami berbagai
gejala yang berhubungan dengan sistem pernapasan. Mulai dari gejala batuk, batuk darah,
hingga nyeri dada atau rasa nyeri saat bernapas. Sebagai salah satu jenis penyakit berbahaya,
dibutuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat dengan baik mengenai penyakit ini. hari
peringatan untuk penyakit Tuberkulosis, tidak lain dengan tujuan untuk memberikan edukasi
masyarakat mengenai dampaknya yang membahayakan dan mengancam kesehatan dunia.
Dengan membentuk kesadaran dan pemahaman yang baik di masyarakat, diharapkan angka
penularan dan kematian TBC bisa semakin menurun dan kesehatan masyarakat menjadi
lebih baik.

berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini
terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari
seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan
perempuan yang merokok. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang menjadi tantangan global dan merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi di
Indonesia dan peringkat pertama penyebab kematian karena penyakit menular oleh sebab itu
hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah satu tujuan
dalam SDGs (Sustainability Development Goals). Indonesia menempati urutan ketiga di
dunia setelah India dan China dalam hal jumlah penderita TB paru.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan penyebab dari Penyakit Tuberkulosis?

2. Apa saja riwayat alamiah penyakit tuberkulosis menurut Teori H.L. Blum?

3. Apa saja riwayat alamiah penyakit tuberkulosis menurut Teori Jhon Gordon?

4. Apa saja riwayat alamiah penyakit tuberkulosis menurut Teori Simpul Umar Fahmi
Ahmadi?

5. Apa saja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tuberkulosis?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian dan penyebab dari penyakit Tuberkulosis.

2. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit tuberkulosis menurut Teori H.L. Blum.

3. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit tuberkulosis menurut Teori Jhon


Gordon.

4. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit tuberkulosis menurut Teori Simpul


Umar Fahmi Ahmadi.

5. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian penyakit Tuberkulosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dan Penyebab Dari Penyakit Tuberkulosis


1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dengan
nama yang sama, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain adalah M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leproe,
dan sebagainya. Bakteri-bakteri tersebut juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam
(BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium
Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TB. Kuman atau bakteri ini menyebar di udara melalui percikan ludah
penderita. Misalnya, saat berbicara, batuk, atau bersin. Meski demikian, penularan TB
membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama dengan penderita dan tidak
semudah penyebaran flu. Semakin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TB,
semakin tinggi risiko untuk tertular. Misalnya, anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan penderita TB (Agnestya,2020).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri golongan
Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri tahan asam
(BTA) yang dapat menular. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit infeksi tertua yang
disebabkan oleh bakteri Mycobactenum tuberculosis paling sering dan menjadi salah satu
penyebab kematian terbesar di dunia. Menyerang sekitar 2 miliar penduduk di seluruh
dunia atau sepertiga populasi dan saat ini TB telah menyebabkan sekitar 2-3 juta
kematian di seluruh dunia dan negara yang paling dipengaruhi adalah negara
berkembang. Selain itu mycobacterium tuberculosis menjadi penyebab penyakit infeksi
saluran pernapasan bawah yaitu tuberkulosis yang dapat ditularkan dari satu orang ke
orang lain melalui inhalasi percikan ludah (droplet) yang akan berkembang di bronkus
dan alveolus. Selain itu penyakit ini juga dapat di tularkan melalui saluran cerna seperti
susu tercemar yang tidak dipasteurisasi dan juga terkadang melalui lesi kulit.
(Aulia,2023).
Mycobacterium merupakan basil tahan asam (BTA), memiliki dinding sel yang khas
dan sangat kompleks, dinding sel banyak mengandung lipid (60%), resisten terhadap

3
banyak desinfektan dan antibiotik, merupakan bakteri non motil, bersifat aerobik, tidak
membentuk spora, berbentuk batang dengan cepat mati jika dipanaskan pada suhu 80°C
selama 5 menit, mudah mati terkena sinar ultraviolet serta dapat bertahan dalam jangka
waktu berbulan-bulan pada lingkungan dengan suhu kamar dan ruangan yang lembab.
Infeksi TB paru aktif, umumnya menunjukkan gejala batuk dengan dahak dan terkadang
dahak bercampur darah, batuk darah, kemudian nyeri dada, lemas, berat badan turun,
demam dan berkeringat malam hari tanpa ada aktivitas fisik, demam meriang > 1 bulan.
Batuk berdahak dapat terjadi selama 2-3 minggu atau batuk (Fitriani, Pratiwi and Betty,
2020).
2. Penyebab Dari Penyakit Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara melalui semburan air
liur dari batuk atau bersin pengidap TB. Nama bakteri TB adalah Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam
ordo Actinomycetales. Mycobacterium tuberculosis meliputi M. bovis, M. africanum, M.
microti, dan M.canettii. Mycobacterium tuberculosis merupakan sejenis bakteri berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um, tidak kasat mata,dan bisa
hidup berbulan bulan pada suhu kamar dan didalam rungan yang lembab sehingga akan
semakin mudah menyebar. Mycobacterium tuberculosis adalah juga suatu basil Gram
positif tahan asam dengan pertumbuhan sangat lamban
Penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan
mengisap atau menelan tetes-tetes ludah atau dahak (droplet infection) yang mengandung
basil dan dibatukkan oleh penderita TB terbuka. Bisa juga teradi karena adanya kontak
antara tetes ludah atau dahak tersebut dengan luka di kulit. Untuk membatasi
penularannya diperlukan proses skrining pada semua anggota keluarga dekat penderita
terutama bagi yang tinggal bersamanya. Penularan terjadi melalui inhalasi partikel
menular di udara yang bertebaran sebagai aerosol. Lamanya waktu kontak antara
penderita dan calon penderita baru dapat meningkatkan risiko penularan. Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernapasan. Selama bakteri TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan,
bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, saluran napas, atau penyebaran langsung ke
bagian- bagian tubuh lainnya. Selain dari lamanya waktu kontak antara penderita dengan
calon penderita, daya penularan dari seorang penderita ditentukan juga oleh banyaknya

4
bakteri yang dikeluarkan dari paru-parunya. Semakin tinggi derajat positif dari hasil
pemeriksaan dahak, maka penularan terhadap calon penderita tersebut juga semakin
tinggi. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat bakteri) maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan juga
menjadi kemungkinan besar pada proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan
jumlah kasus TB. Masyarakat yang tinggal di negara berkembang dengan fasilitas sanitasi
yang masih jauh dari kata layak berisiko lebih tinggi terkena penyakit TB dibanding
masyarakat dengan sanitasi yang baik. Untuk itulah, selalu jaga kebersihan lingkungan
sekitarmu sebagai upaya mengurangi persentase penularan penyakit TB.
2.2. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis Menurut Teori H.L. Blum menurut Teori
H.L. Blum
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter).

1. Faktor keturunan

Faktor ini lebih mengarah pada kondisi individu yang berkaitan dengan asal
usul keluarga, ras, dan jenis golongan darah. Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan. Jika terdapat beberapa orang yang tinggal dalam satu rumah mengidap
penyakit ini, hal tersebut dikarenakan penularan bakteri dan bukan karena genetis.

2. Faktor Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan pada penyakit
tuberkulosis memberikan obat dan mengonsultasi kepada tenaga kesehatan agar
diperiksa setiap satu minggu sekali. pelayanan yang dilakukan dengan tujuan
penanganan dan pengobatan terhadap pasien TBC Fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas, posyandu, klinik/balai kesehatan, dan
polindes. Pelayanan kesehatan dibantu oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter,
perawat, bidan, tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan lainnya. ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai merupakan satu usaha untuk mengatasi atau
menurunkan kasus kasus TB sehingga risiko yang ditimbulkan dapat teratasi
ketersediaan dan kemudahan dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan

5
merupakan hal yang penting untuk mencapai derajat kesehatan.
3. Faktor Perilaku
faktor perilaku penderita TB pun dapat mempengaruhi terjadinya kejadian TB.
Perilaku penderita TB yang sering membuang dahak sembarangan bisa mengakibatkan
orang yang disekitarnya tertular karena bakteri TB terdapat di dalam dahak penderita.
Penderita TB yang tidak menerapkan etika batuk dan PHBS di tempat tinggalnya dapat
memberikan kesempatan bakteri TB dengan mudah menulari orang lain. Faktor lainnya
yang dapat mengakibatkan seseorang terpapar penyakit TB adalah perilaku merokok.
Jika seseorang memiliki kebiasaan merokok maka orang tersebut lebih rentan tertular
oleh bakteri TB (pralambang,2021).
4. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan rumah mempengaruhi penularan dan penyebaran Mycobacterium
tuberculosa, penyebaran Mycobacterium tuberculosa akan lebih cepat menyerang pada
masyarakat yang mempunyari rumah dalam keadaan lembab, kurang cahaya, dan tidak
terdapat ventilasi udara yang berkontribusi pada kasus TB. kebersihan lingkungan dapat
mempengaruhi penyebaran virus, misalnya rumah yang kurang baik pengaturan
ventilasinya. Selain itu kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara dan
sinar matahari dapat membantu berkembangbiaknya virus. Lingkungan yang tidak sehat
(kumuh) adalah sebagai salah satu reservoir atau tempat baik dalam penularkan penyakit
menular seperti penyakit TBC. Status rumah sehat adalah rumah tangga yang sudah
menerapkan 10 indikator PHBS. Indikator tersebut yaitu persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Dari indikator tersebut, status rumah sehat
lebih identik dengan status PHBS rumah tangga, dan bukan kriteria dari bangunan fisik
rumah Status rumah sehat bisa menjadi salah satu faktor lingkungan risiko penyakit TB
juga ditemukan bahwa penderita Tuberculosis mempunyai perilaku PHBS yang kurang
baik bahwa kondisi fisik rumah dengan luas ventilasi tidak memenuhi syarat serta
kurangnya pencahayaan mengakibatkan ruangan rumah yang lembab, sehingga kuman
tuberkulosis (dhamayanti,2020).

6
2.3. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis Menurut Teori John Gordon
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tuberculosis
(TBC) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Agen penyebab (agent)
Mycobacterium tuberculosis adalah agen penyebab penyakit tuberkulosis (TBC). Ini
adalah bakteri yang menyebabkan TBC pada manusia. Bakteri ini menyebar melalui udara
ketika seseorang yang terinfeksi TBC batuk atau bersin, dan orang lain menghirup bakteri
tersebut. Meskipun tuberkulosis dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya, infeksi paru
adalah yang paling umum. Pengobatan yang efektif dan vaksinasi seperti BCG (Bacillus
Calmette-Guérin) telah dikembangkan untuk mengendalikan penyakit ini.

Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab penyakit tuberkulosis (TBC), memiliki beberapa


karakteristik penting:

1. Bentuk Bakteri: M. tuberculosis adalah bakteri batang yang berbentuk panjang dan tipis.
Mereka biasanya berukuran sekitar 2-4 mikrometer.

2. Waktu Pertumbuhan Lambat: M. tuberculosis tumbuh dengan sangat lambat di bandingkan


dengan banyak bakteri lainnya. Ini membuatnya sulit untuk di identifikasi dan mengobati.

3. Dinding Sel Khusus: Bakteri ini memiliki dinding sel yang kaya akan lipid, yang
membuatnya tahan terhadap serangan sistem kekebalan tubuh dan obat-obatan tertentu.

4. Replicating dan Non-replicating Forms: M. tuberculosis memiliki kemampuan untuk hidup


dalam bentuk yang sedang berkembang (replicating) dan bentuk yang tidak berkembang
(non-replicating), yang membuatnya sulit untuk diatasi oleh obat-obatan.

5. Kebalahan terhadap Asam: Bakteri ini memiliki lapisan lipid dalam dinding selnya yang
membuatnya resisten terhadap asam, sehingga tidak mudah dihancurkan oleh lingkungan
asam lambung.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang sangat menular, dan penularannya terutama terjadi
melalui perantara udara. Berikut adalah beberapa cara penularan TBC:

7
1. Penularan Melalui Udara: Cara utama penularan TBC adalah melalui udara. Ketika
seseorang yang terinfeksi TBC paru batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi, mereka
melepaskan droplet kecil yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis ke udara.
Orang lain yang menghirup droplet tersebut dapat terinfeksi.

2. Kontak Langsung: Orang yang memiliki kontak erat dengan individu yang terinfeksi TBC,
seperti anggota keluarga, teman dekat, atau rekan kerja, berisiko tinggi tertular. Kontak ini
bisa melibatkan berbicara berdekatan atau tinggal dalam lingkungan yang sama dengan
individu yang terinfeksi.

3. Kontak dengan Benda Terkontaminasi: Meskipun penularan melalui udara adalah cara
utama, Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan di benda-benda terkontaminasi seperti
tisu, handuk, atau peralatan medis. Jika seseorang menyentuh benda-benda ini yang telah
terkontaminasi bakteri dan kemudian menyentuh wajah atau mulut, mereka dapat tertular.

4. Penularan Seksual: Penularan TBC melalui hubungan seksual juga mungkin terjadi,
terutama jika salah satu pasangan memiliki TBC aktif.

5. Penularan dari Ibu ke Bayi: Seorang ibu yang menderita TBC aktif dapat menularkannya
kepada bayi selama kehamilan, persalinan, atau melalui menyusui.(irwan,2016)
2. Inang ( host)
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan memengaruhi manusia sebagai inang utamanya. Oleh karena itu, manusia
adalah inang utama (host) dari penyakit TBC. Bakteri ini dapat menyerang berbagai organ
dalam tubuh manusia, dengan infeksi paru-paru yang paling umum. Namun, dalam kasus
yang jarang terjadi, M. tuberculosis juga dapat menginfeksi hewan lain, seperti sapi atau
burung, tetapi ini bukan sumber utama penularan TBC pada manusia. Penularan TBC
antarmanusia terjadi melalui penyebaran bakteri melalui udara ketika seseorang yang
terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Oleh karena itu, upaya pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan TBC fokus pada populasi manusia.

Berikut adalah analisis singkat tentang bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi kerentanan
terhadap TBC:

1. Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas):


 Imunitas Tinggi: Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk melawan infeksi TBC. Sebagian besar orang yang

8
terpapar M. tuberculosis mungkin hanya mengalami infeksi laten, di mana bakteri
tidur dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Sistem kekebalan tubuh yang sehat
membantu menjaga bakteri tetap dalam kontrol.
 Imunitas Lemah: Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti individu
dengan infeksi HIV, pengobatan kanker, atau penyakit autoimun, berisiko lebih tinggi
terkena TBC aktif. TBC seringkali menjadi lebih parah pada individu dengan imunitas
yang melemah.

2. Usia:
 Anak-Anak: Anak-anak cenderung lebih rentan terhadap TBC aktif karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih berkembang dan belum memiliki perlindungan yang
kuat.
 Orang Dewasa: Orang dewasa memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak-anak untuk TBC aktif. Namun, TBC masih bisa mempengaruhi orang
dewasa, terutama jika mereka memiliki faktor risiko lainnya.
 Lansia: Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi terkena TBC karena sistem
kekebalan tubuh mereka cenderung melemah seiring bertambahnya usia.(Susi
widiawati,2020)

3. Jenis Kelamin:
 Pada Umumnya: Tidak ada perbedaan signifikan dalam kerentanan TBC antara jenis
kelamin. Namun, dalam beberapa populasi, laki-laki mungkin memiliki risiko yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan.

c. Lingkungan (environment)
 Lingkungan yang menyebabkan TBC mencakup situasi di mana bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat dengan mudah menular. Ini termasuk kontak
dengan penderita TBC, kepadatan penduduk tinggi, kualitas udara buruk, kurangnya
sanitasi, kekurangan gizi, kondisi perumahan yang tidak sehat, kebiasaan merokok,
infeksi HIV, dan mobilitas penduduk. Semua faktor ini dapat mendukung penyebaran
dan penularan TBC.

Berikut adalah beberapa faktor kunci yang mempengaruhi penyebaran TBC:

 Sanitasi: Kondisi sanitasi yang buruk, seperti kurangnya akses ke fasilitas sanitasi
yang layak, dapat meningkatkan risiko penyebaran TBC. Penularan TBC terutama

9
melalui udara, dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan konsentrasi bakteri TBC
yang lebih tinggi dalam udara.
 Iklim: Iklim yang lembap atau musim hujan dapat mempengaruhi penyebaran TBC
dengan meningkatkan kelembaban udara, yang dapat memungkinkan bakteri TBC
bertahan lebih lama di udara.
 Geografi: Lokasi geografis juga memainkan peran penting. Daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi, seperti perkotaan, dapat memiliki risiko penyebaran TBC yang lebih
tinggi karena lebih banyak orang terpapar satu sama lain.
 Perilaku Manusia: Perilaku manusia, seperti merokok, penyalahgunaan alkohol, dan
penggunaan narkoba, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
risiko terkena TBC. Kontak dekat dengan individu yang terinfeksi juga menjadi faktor
risiko.
 Akses ke Perawatan Kesehatan: Akses yang terbatas atau tidak merata ke layanan
perawatan kesehatan dapat menghambat deteksi dini dan pengobatan TBC. Orang
yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat dapat menjadi sumber penyebaran
penyakit.
 Status Kepesertaan Imunisasi: Kondisi seperti HIV/AIDS dan penyakit lain yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
TBC.(minsarnawati,2023).

2.4. Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis Menurut Teori Umar Fahmi Ahmadi
Kejadian perjalanan penyakit tuberkulosis dapat digambarkan melalui beberapa faktor
yang dapat di gambarkan melalui teori simpul, dimana teori simpul mempelajari tentang
patogenesis penyakit yang dapat menentukan titik simpul mana yang dapat dilakukan
pencegahan tanpa memahami patogenesis atau proses kejadian penyakit berbasis lingkungan.
Teori simpul di pengaruhi oleh 5 simpul yaitu simpul 1 sumber penyakit (agen), simpul 2
Media trasnsmisi penyakit (host), simpul 3 perilaku pemajanan (Behavioral Exposure),
simpul 4 kejadian penyakit (outcome) dan simpul 5 Variabel Supra Sistem, hubungan ke 5
simpul tersebut digambarkan secara sederhana sebagai agen penyebab penyakit pada suatu
sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya. Dengan
mengendalikan sumber penyakit, kita dapat mencegah sebuah proses kejadian hingga simpul
5.
1. Simpul 1 : Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah titik yang mempunyai dan menggandakan agen penyakit

10
serta mengeluarkan agen penyakit. Agen penyakit merupakan kompenen lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui media perantara ( yang juga kompenen
lingkungan).
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari family Mycobacteriaceae yang
termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Diluar tubuh manusia kuman ini hidup pada
lingkungan yang lembab dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Mycobacterium
tuberculosis memiliki 80% volume air sebagai pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri
ini, kelembaban udara yang meningkat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan
tuberkulosis. Rentan suhu yang disukai oleh Mycobacterium tuberculosi yaitu 24 -40°C, tetapi akan
tumbuh secara optimal pada suhu 31-37°C.
2. Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit
Kompenen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit pada hakikatnya
hanya ada lima kompenen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi penyakit
yaitu : udara ambient, air baik dikonsumsi maupun keperluan lainnya, tanah/pangan,
binatang/serangga penular penyakit/vektor, manusia melalui kontak langsung. Media
transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau didalamnya tidak mengandung agen
penyakit.
Media transmisi penyakit pada tuberkulosis paru salahsatunya adalah udara yang disebabkan
karena kondisi tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Apabila terdapat
anggota keluarga yang positif terkena tuberkulosis paru kemungkinan penyebarannya ke
anggota lain lebih cepat, bila keadaan lingkungan mendukung pertumbuhan Mycobacterium
tuberculosis (Achmadi, 2011).
3. Simpul 3 : Perilaku Pemajanan
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan kompenen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit). Tuberkulosis dapat
menular melalui batuk dan dahak. Oleh karena itu, berusahalah sekeras mungkin agar
mencegah meludah sembarangan dan menutup mulut ketika batuk (Crofton dkk, 2018). Cara
perilaku pemajanan terhadap penyakit tuberkulosis paru yaitu dengan percikan dahak pasien
tuberkulosis paru deangan BTA positif memberikan resiko tinggi dan lamanaya berada
uadara kemudian cara penanggulangannya dengan menjaga kebersihan diri seperti mencuci
tangan manggunakan sabun setelah beraktivitas, melakukan etika batuk, tidak sembarangan
menbuang dahak, menggunakan ,masker ketika menderita batuk (Irianto, 2007).
4. Simpul 4 Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan

11
lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Manifestasi dampak akibat
hubungan anatara penduduk dengan lingkungan menghasilkan penyakit pada penduduk.
Terdapat 3 gradasi penderita penyakit yakni akut, subklinik, dan penderita penyakit kategori
samar atau suble. Segmen pertama adalah gambaran jumlah penderita akut dengan gejala
jelas khas spesifik. Umumnya kategori manifestasi klinis dirawat di rumah sakit atau dirumah
dengan mobilitas dan produktivitas rendah. Tipe kedua adalah tipe subklinis, dengan gejala
tidak khas, namun dengan pemeriksaan tambahan dapat dikenal bahwa kelompok ini
menderita gangguan penyakit. Kelompok ketiga adalah kelompok suble atau smar,dengan
gejala tidak khas,baik secara laboratoris maupun klinis.
5. Simpul 5 : Variabel Supra Sistem
Kejadian penyakit tersebut dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul ke 5, yakni variabel
iklim, topografi, temporal dan suprasystem.Iklim berperan penting dalam proses kejadian
penyakit. Iklim termasuk variabel kompenen simpul 5 (Achmadi, 2011).
2.5. Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tuberkulosis
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC) melibatkan langkah-langkah
untuk mencegah infeksi TBC pada individu yang belum terinfeksi. Beberapa langkah yang
dapat membantu dalam pencegahan primer TBC meliputi:
 Vaksinasi BCG: Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) adalah vaksin yang dapat
memberikan perlindungan terhadap bentuk TBC yang paling berat pada anak-anak.
Ini tidak memberikan perlindungan penuh, tetapi dapat mengurangi risiko infeksi dan
penyakit yang parah
 Identifikasi dan isolasi kasus TBC: Penting untuk mengidentifikasi dan mengisolasi
individu yang menderita TBC aktif agar mereka tidak menularkan penyakit ini kepada
orang lain.
 Edukasi publik: Memberikan informasi kepada masyarakat tentang TBC, gejala, dan
cara penularannya dapat membantu masyarakat untuk lebih waspada terhadap risiko
infeksi.
 Promosi kebersihan dan ventilasi yang baik: Kondisi lingkungan yang bersih dan
ventilasi yang baik dapat membantu mengurangi risiko penularan TBC.
 Menjaga sistem kekebalan tubuh: Kondisi kesehatan yang baik, termasuk nutrisi yang
seimbang dan menghindari kebiasaan merokok, dapat membantu menjaga sistem
kekebalan tubuh yang kuat.

12
Pencegahan primer sangat penting dalam mengurangi penyebaran TBC. Namun, jika Anda
berada dalam risiko tinggi terpapar TBC, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan
untuk langkah-langkah pencegahan yang lebih spesifik.(Yulia Khairina ashar.2022)

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC) berkaitan dengan upaya
untuk mencegah perkembangan TBC aktif pada individu yang telah terinfeksi oleh bakteri
TBC, tetapi belum menunjukkan gejala klinis atau penyakit aktif. Cara-cara pencegahan
sekunder TBC meliputi:
 Pemberian terapi TB latent (TBC laten): Ini adalah bentuk TBC di mana seseorang
telah terinfeksi oleh bakteri TBC tetapi belum mengalami gejala penyakit. Terapi TB
laten dengan obat-obatan seperti isoniazid dapat mencegah perkembangan TBC aktif.
 Skrining: Skrining rutin individu dengan risiko tinggi terhadap TBC, seperti mereka
yang memiliki kontak dekat dengan penderita TBC, dapat membantu mendeteksi
infeksi TBC dini dan memulai terapi jika diperlukan.
 Mengidentifikasi dan mengobati kasus TBC kontak: Menemukan orang yang telah
terpapar TBC dan memberikan terapi kepada mereka dapat mencegah perkembangan
penyakit aktif.
 Edukasi dan pemantauan: Memberikan informasi dan edukasi kepada individu yang
telah terpapar TBC tentang pentingnya pemantauan kesehatan mereka dan
mengingatkan mereka untuk mencari perawatan jika mereka mengalami gejala.

Pencegahan sekunder TBC penting dalam mengurangi risiko perkembangan TBC aktif pada
individu yang telah terinfeksi. Ini juga dapat membantu dalam mengurangi penyebaran TBC
ke orang lain. Jika Anda memiliki risiko terpapar TBC atau telah teridentifikasi sebagai orang
dengan TBC laten, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan untuk perawatan dan
pencegahan yang sesuai.(minsarnawati.2023)
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah tahap pencegahan yang
ditujukan untuk mencegah komplikasi dan penyebaran penyakit TBC aktif kepada orang lain
pada individu yang telah mengalami TBC aktif dan telah diobati. Ini melibatkan sejumlah

13
strategi dan tindakan yang penting. Berikut penjelasan yang lebih panjang mengenai
pencegahan tersier TBC:
 Pengobatan TBC aktif: Langkah paling fundamental dalam pencegahan tersier TBC
adalah mengidentifikasi kasus TBC aktif sesegera mungkin dan memberikan
pengobatan yang tepat. Ini tidak hanya membantu individu yang terinfeksi untuk
sembuh, tetapi juga mengurangi risiko penyebaran TBC ke orang lain. Pengobatan
biasanya melibatkan rencana pengobatan yang berlangsung selama beberapa bulan
dengan kombinasi obat antibiotik, seperti isoniazid, rifampisin, pyrazinamide, dan
ethambutol.
 Penghentian penularan: Individu yang sedang dalam pengobatan TBC aktif harus
mendapatkan edukasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan
tindakan lain yang dapat membantu menghentikan penularan. Ini termasuk isolasi
selama fase infeksius penyakit, penggunaan masker, dan etika batuk yang baik.
 Pemantauan kesehatan: Orang yang telah mengalami TBC aktif harus menerima
pemantauan kesehatan yang teratur untuk memastikan bahwa penyakit tidak kembali.
Pemantauan ini mungkin melibatkan pemeriksaan radiologis, tes laboratorium, dan
konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.
 Edukasi: Edukasi adalah kuncqi dalam pencegahan tersier TBC. Orang yang telah
mengalami TBC harus diberikan informasi yang jelas tentang gejala peringatan yang
mungkin mengindikasikan kekambuhan TBC dan pentingnya mencari perawatan
segera jika gejala tersebut muncul.
 Pencegahan terhadap resistensi obat: TBC resisten obat merupakan tantangan serius
dalam pengobatan TBC. Pencegahan tersier TBC juga mencakup upaya untuk
mencegah resistensi obat dengan memastikan bahwa orang yang mendapatkan
pengobatan TBC aktif mengikuti rencana pengobatan dengan benar dan selesai.
 Pemantauan kasus kontak: Pencegahan tersier juga melibatkan pemantauan kasus
kontak dari individu yang terinfeksi. Orang-orang yang telah memiliki kontak dekat
dengan penderita TBC aktif mungkin harus menjalani skrining dan, jika perlu,
pengobatan pencegahan TBC.
 Kebersihan lingkungan: Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dapat
membantu mengurangi risiko penyebaran TBC. Ini termasuk pembersihan dan
ventilasi yang baik di tempat-tempat dengan risiko tinggi terpapar TBC.

Pencegahan tersier TBC sangat penting dalam upaya menghentikan penyebaran TBC dan

14
mencegah kekambuhan penyakit. Ini juga membantu individu yang telah mengalami TBC
untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan produktif setelah pengobatan. Pendidikan,
pemantauan, dan pengobatan yang tepat adalah kunci dalam mencapai pencegahan tersier
TBC yang efektif.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dengan nama
yang sama, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium,
antara lain adalah M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leproe, dan sebagainya.
Bakteri-bakteri tersebut juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Mycobacterium
tuberculosis merupakan sejenis bakteri berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan
tebal 0,3-0,6/um, tidak kasat mata,dan bisa hidup berbulan bulan pada suhu kamar dan
didalam rungan yang lembab sehingga akan semakin mudah menyebar. Mycobacterium
tuberculosis adalah juga suatu basil Gram positif tahan asam dengan pertumbuhan sangat
lamban.

Penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan
mengisap atau menelan tetes-tetes ludah atau dahak (droplet infection) yang mengandung
basil dan dibatukkan oleh penderita TB terbuka Penularan terjadi melalui inhalasi partikel
menular di udara yang bertebaran sebagai aerosol. Lamanya waktu kontak antara penderita
dan calon penderita baru dapat meningkatkan risiko penularan. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat
terinfeksi bila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan.

penyebaran mycobacterium tuberculosa akan lebih cepat menyerang pada masyarakat


yang mempunyari rumah dalam keadaan lembab, kurang cahaya, dan tidak terdapat ventilasi
udara yang berkontribusi pada kasus TB. kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi
penyebaran virus, misalnya rumah yang kurang baik pengaturan ventilasinya. Selain itu
kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara dan sinar matahari dapat membantu
berkembangbiaknya virus.

15
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. (2011). Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta :
Rajawali Pers
Agnestya W.2020. Penyakit Menular, Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara
Aulia Insani.2023. Tuberkulosis tinjauan medis,asuhan keperawatan dan E-Health, Sulawesi
Selatan: CV. Ruang Tentor.
Crofton, John, Norman Horne, Fred Miler. 2018. Tuberculosis Klinis. Jakarta :Widiya
Medika.
dhamayanti dkk.2020. Bikfokes, analisis spasialis penyakit tuberkulosis paru di kalimantan
tengah tahun 2017. Volume1(1).
Fitriani, D., Pratiwi, R. D. and Betty. 2020. Buku Ajar TBC, ASKEP dan Pengawasan
Minum Obat dengan Media Telepon. Tangerang: STIKes Widya Dharma Husada
Tangerang.
Irianto,Kus, Kusno Waluyo. (2007). Gizi Dan Pola Hidup Sehat.Yrama Widya
Irwan.2016.epidemiologi penyakit tidak menular.yogyakarta: deepublish
Minsarnawati.2023.pola penyakit tuberkulosis di provinsi Jawa timur.pekalongam:PT nasya
expanding management
Minsarnawati.2023.pola penyakit tuberkulosis(TBC) di provinsi Jawa timur.pekalongan: PT
nasya expanding management
Pralambang SD dkk, 2021. Bikfoker, faktor resiko kejadian Tuberkulosis di Indonesia.
Volume2(1).
Susi widiawati.2020.pencegahan TBC pada anak di tatanan keluarga.yogyakarta: Zahir
publishing.
Yulia Khairina Ashar.2022.manajemen penyakit berbasis lingkungan.surabaya:cipta media
Nusantara

16
17

Anda mungkin juga menyukai