Disusun oleh:
1. Lutfi Riskyta Istikomah 1810711014
2. Fatimah Az-Zahra 1810711016
3. Syifa Putri 18107110
4. Dinda Nuraini 18107110
5. Devira Gite Pratiwi 1810711070
6. Rifki Anugrah 18107110
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan masakalah ini tepat pada waktunya.
Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul Kasus Tuberkulosis Paru. Makalah ini ditulis guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Didalamnya, penulis akan
membahas Kasus Tuberkulosis Paru
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat
dan ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber penularan
adalah pasien TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif (Amin dan Bahar, 2009). Sampai
saat ini TB paru masih menjadi masalah kesehatan yang utama di berbagai negara di dunia.
Berdasarkan Global Tuberculosis Report tahun 2015, TB sekarang berada pada peringkat
yang sama dengan penyakit akibat Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai penyakit
infeksi paling mematikan di dunia. Laporan dari World Health Organization (WHO) pada
tahun 2015 menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru di dunia dan 58% kasus terjadi di
daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara dengan insidensi kasus terbanyak tahun 2015
yaitu India (23%), Indonesia (10%), dan China (10%). Indonesia sekarang berada pada
ranking kedua negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Pada tahun 2014 ditemukan
jumlah kasus baru BTA positif sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus
baru BTA positif yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Estimasi
prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 272 per 100.000 penduduk dan estimasi insidensi
berjumlah 183 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 25 per
100.000 kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
4
terlebih dahulu maka bakteri TB tidak akan hilang sepenuhnya dari tubuh, infeksi TB akan
semakin sulit diobati dan waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan nya juga akan memakan
waktu yang lebih lama sekitar 2-2,5 tahun, dan akan dilakukan tes resistensi obat untuk
mengetahui apakah anda resisten terhadap obat TB Paru (Depkes RI, 2007).
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme pathogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikobakteria pathogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 samapi 4 mm, ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah.
Cara penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien
TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih
besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB
6
selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
7
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga
meningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
3. Mengurangi efek samping
8
C. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar
adrenal.
b. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran kemih dan alat kelamin.
9
4. Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
2.3 ETIOLOGI
Penyebabnya adalah mikroorganisme yaitu mycobacterium tuberculosis dengan ukuran
panjang 1-4 dan tebal 0,3-0,6 termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam
atu basil tahan asam.
10
TB aktif Udara
Mycobacterium tuberculosis
Tuberkel pecah,
membentuk jar.parut
Paru terinfeksi
dan bengkak
TB paru aktif 11
2.4 TANDA DAN GEJALA
1. Batuk. Pada tahap selanjutnya, batuk bisa menghasilkan dahak berwarna abu-abu atau
kuning yang bisa bercampur dengan darah
2. Perhatikan penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
3. Kelelahan
4. Demam
5. Berkeringat di malam hari adalah salah satu cara tubuh melindungi darpenyakit.
Berkeringat di malam hari dapat dimulai dengan demam dan akhirnya menyebabkan
keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.
6. Panas dingin
7. Kehilangan nafsu makan
8. Amati urine yang berubah warna (kemerahan) atau urine keruh. Ini merupakan gejala
yang muncul pada tahap selanjutnya
2. Terapi Farmakologi
a. Obat-obatan yang Digunakan Dalam Terapi Tuberkulosis (golongan dan obat-obatnya)
Tuberkulostatika di bagi dalam 2 golongan :
1. Obat primer : isoniazid , rifampisin , pirazinamida , etambutol , streptomisin
(kanamisin , amikasin) . obat-obat ini paling efektif dengan toksisitas paling
rendah , tapi harus di kombinasi untuk mencegah resistensi .
2. Obat sekunder : klofazimin , fluorkinolon , sikloserin , rifabutin , dan PAS. Obat-
obat ini mempunyai kegiatan lebih lemah , dan hanya di gunakan bila terjadi
resistensi.
b. Mekanisme kerja/ Farmakologi, Indikasi, Kontraindikasi, dan Efek samping
12
Contoh Obat Golongan Primer
1. Isoniazid (INH)
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara
in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid
(membunuh bakteri Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis
asam nukleat,dan glikolisis.Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat
(mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid
menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh
metanol dari mikobakterium.
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar
puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid
mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor
genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun,
perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini
diberikan setiap hari.
• Dosis Obat
`5-15 mg/kg BB/hari (maks. 300mg)/ hari
• Efek samping
Mual, muntah, anoreksia ( kelainan psikis yang diderita seseorang berupa
kekurangan nafsu makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan),
letih, malaise (perasaan sakit dan kurang enak badan), lemah, gangguan saluran
pencernaan lain, neuritis perifer (rasa kesemutan yang amat sangat), neuritis optikus
(peradangan pada ujung saraf optik yang masuk ke dalam mata), reaksi
hipersensitivitas, demam, ruam (gatal-gatal pada kulit), ikterus (warna kuning pada
kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan bilirubin), diskrasia darah
(perdarahan hidung, memar spontan), psikosis (gangguan tilikan pribadi yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya,
misalnya gejala halusinasi), kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering,
gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia
(peningkatan glukosa darah melebihi batas normal), asidosis metabolik (keasaman
darah yang berlebihan), ginekomastia (pembengkakan pada jaringan payudara pada
laki-laki atau laki-laki, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen
dan testosterone), gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.
• Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit dari SSP.
• Resistensi
13
Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan
dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan
mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya
kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara
6–9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani
terapi.
Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe
TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk
mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6).
2. Rifampisin
Rifampisin merupakan obat anti tuberkulosis yang bersifat bakterisidal (membunuh
bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein
dinding sel bakteri.
• Dosis Obat
10-20 mg/kg BB/hari (maks. 600 mg/hari).
• Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi
kolitiskarena penggunaan antibiotika), sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi
terutama pada terapi intermitten termasuk gelala mirip influenza (dengan chills,
demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps
dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura;
gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing, urtikaria dan rash; efek
samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis
exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia,
gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah;
tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
• Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease
inhibitor), jaundice (penyakit kuning).
3. Pirazinamid
Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah dibuat sintetiknya. Obat ini tidak larut
dalam air. Pirazinamid di dalam tubuh di hidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi
asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam.
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang
diperlukan dalam pertumbuhan bakteri. Pirazinamid mudah diserap diusus dan tersebar
luas keseluruh tubuh. Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus.
14
• Dosis Obat
15-30 mg/kg BB/hari (maks. 2g/hari).
• Efek Samping
Efek samping pirazinamid paling umum yaitu kelainan hati yang diawali oleh
gangguan fungsi hati berupa peningkatan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase, yaitu enzim yang dihasilkan sebagian besar oleh otot jantung dan
sebagian kecil oleh otot hati) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase, yaitu
enzim yang dihasilkan sebagian besar oleh otot hati dan sebagian kecil oleh otot
jantung). Bila terjadi kerusakan hati, pemberian pirazinamid harus dihentikan.
Efek samping lain pirazinamid yaitu demam, anoreksia, hepatomegali (pembesaran
organ hati), splenomegali (pembesaran limpa), jaundice (warna kekuningan yang
didapatkan pada kulit dan lapisan mukosa (seperti bagian putih mata), yang terjadi
karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin), gagal hati; mual, muntah,
urtikaria ( reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna merah dengan berbagai
ukuran di permukaan kulit), artralgia (nyeri sendi), disuria (perasaan tidak enak
berkemih), anemia sideroblastik, ruam dan kadang-kadang fotosensitivitas.
• Kontraindikasi
Porfiria (sekelompok penyakit yang disebabkan oleh kekurangan enzim-enzim yang
terlibat dalam sintesa heme, yang mengakibatkan warna urin berubah menjadi merah
atau biru gelap), gangguan fungsi hati berat, dan hipersensitif pirazinamid.
4. Ethambutol
Ethambutol merupakan tuberkuloslatik dengan mekanisme keria menghambat sintesis
RNA. Absorbsi setelah pemberian per oral cepat. Eksresi sebagian besar melalui ginjal,
hanya lebih kurang 10% diubah menjadi metabolit yang inaktif. Ethambutol tidak dapat
menembus jaringan otak tetapi pada penderita meningitis, tuberkulosa dapat ditemukan
kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal.
• Dosis Obat
Dewasa: 15 mg/kg BB PO, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg/kg
BB/hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kg BB/hari.
Anak 6-12 tahun: 10-15 mg/kg BB/hari.
• Efek Samping
Neuritis optik, buta warna merah/hijau , neuritis perifer, ruam (jarang terjadi) ,
pruritus (gatal-gatal), urtikaria dan trombositopenia (berkurangnya jumlah sel-sel
keping darah (trombosit) di dalam tubuh (darah).
• Kontraindikasi
15
Anak-anak di bawah usia 5 tahun, pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,
epilepsi, alkoholisme kronik dan kerusakan hati, neuritis optik, penderita yang
hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Contoh Obat Sekunder
1. Streptomisin
Streptomisin merupakan obat antibiotik yang termasuk dalam golongan aminoglikosida
dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein. Obat ini larut
dalam air dan sangat larut dalam alkohol. Obat ini terdistribusi ke dalam cairan
ekstraselular termasuk serum, absces, ascitic, perikardial, pleural, sinovial, limfatik, dan
cairan peritoneal; menembus plasenta; dalam jumlah yang kecil masuk dalam air susu ibu.
• Dosis Obat
15-40 mg/kg BB/hari (maks. 1g/hari).
• Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas, paraesthesia (kesemutan) pada mulu
2.6 PATOFISIOLOGI TB PARU
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet dan ventilasi yang baik dan kelembapan.
Dalam suasana yang gelap dan lembab, kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan
berbulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada
alveoli. Kemudian partikel ini akan berkembang, bisa sampai puncak apeks paru sebelah
kanan atau kiri dan dapat pula dikeduanya dengan melewati pembuluh limfe. Basil
berpindah ke bagian paru-paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu, infeksi akan menyebar melalui sirkulasi. Yang pertama terangsang adalah
limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak makrofag (berkurang tidaknya jumlah
kuman tergantung pada jumlah makrofag), karena fungsinya adalah membunuh
kuman/basil. Apabila proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka penderita akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun, maka kuman tadi akan bersarang di dalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan tergabung menjadi satu dan lama-lama
16
akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka penderita akan batuk
darah (hemaptoe).
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
A. KOMPLIKASI DINI
1. Pleuritis
Pleuritis terjadi ketika pleura iritasi dan meradang. Peradangan ini membuat pleura
membengkak dan cairan pleura menjadi lengket. Kondisi ini akan menimbulkan nyeri
dada setiap kali kedua lapisan pleura bergesekan, yaitu saat paru-paru mengembang
(menarik napas). Salah satu penyebab pleuritis adalah infeksi, baik infeksi virus,
bakteri, maupun jamur, misalnya virus influenza atau bakteri TB.
2. Efusi pleura
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan eksudatif.
Efusi pleura transudatif disebabkan oleh meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah
atau rendahnya kadar protein dalam darah. Hal ini mengakibatkan cairan meresap ke
lapisan pleura. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal
jantung kongestif .
Efusi pelura eksudatif disebabkan oleh peradangan, cedera pada paru-paru,
tumor, dan penyumbatan pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Kanker,
tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis
merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudatif.
3. Empiema dan Hemotoraks
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura. Proses
penumpukan cairan pleura karena proses peradangan. Bila peradangan karena bakteri
piogenik akan membentuk pus/ nanah sehingga terjadi empiema. Bila mengenai
pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks
17
4. Laringitis
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering kali
setelah diberikan pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis tuberkulosanya
menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago
serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai
kartilago, pengobatannya lebih lama. Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui
udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran
darah atau limfe.
B. KOMPLIKASI LANJUT
1. Hemoptisis Masif
Pada tuberkulosis paru (TB Paru) terjadi inflamasi lokal yang menyebabkan destruksi
sehingga terjadi kerusakan susunan parenkim paru dan pembuluh darah. Timbulnya
kavitas dan pneumonitis TB akut menyebabkan ulserasi bronkus, nekrosis pembuluh
darah di sekitarnya dan alveoli bagian distal hingga pembuluh darah pecah dan terjadi
hemoptisis.
2. Bronkiektasis
Penyakit bronkietasis dapat terjadi pada pasien yang mengalami penyakit paru primer
(tumor paru, benda asing, TB paru) sehingga mengakibatkan obstruksi pada saluran
pernapasan. Kerusakan ini dapat menyebabkan ateletaksis, penyerapan udara di
parenkim dan sekitarnya menjadi tersumbat hal ini menyebabkan ketidakefektifan pola
nafas serta menjadikan tekanan intra pleura lebih negative dari tekanan atmosfer.
Dengan demikian bronkus akan mengalami dilatasi, secret akan terkumpul
menyebabkan infeksi sekunder. Secret yang terkumpul dapat menyebabkan mudah
terjadinya infeksi sehingga akan mengalami bronkietaksis yang menetap dan resiko
infeksi.
18
PATHWAY
Infeksi
Tb Paru
Kuman
Meluas sampai Tekanan dalam Proses
ke permukaan pembuluh darah ↑ peradangan Udara
pleura
penapasan
Kadar protein Penumpukan
Peradangan
dalam darah ↓ cairan Sputum
Membentuk
Cairan pleura Transudatif Eksudatif Laringitis
pus/nanah
menjadi lengket
Mengenai
Efusi Epiema pembuluh
Pleura parietal & visceral Pleura darah
mengalami perlekatan
Sekitar pleura
Pleuritis
Hematoraks
19
20
2.8 MANIFESTASI KLINIS
A. GEJALA UMUM
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi” , saluran napas melemah yang
disertai sesak
2. Kalau ada cairan di rongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatau
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) disebut sebagai
meningitis, gejalanya demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang
21
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwaTB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
6. Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) /Western Blot, dapat menyatakan
adanya HIV, deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi,
pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga
menimbulkan masalah
7. Foto thoraks Padan lateral, gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB, yaitu:
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan milier
8. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit) positif untuk mycobacterium tuberculosis.
9. Teknik Polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat
mendeteksi adanya retensi
10. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi; misalnya :
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.GDA dapat
tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru
11. Pemeriksaan fungsi pada paru; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu, dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luar)
12. Tes PAP (Peroksidase anti peroksidase)
13. Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase
staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
22
2.10ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 45 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Jl. Sehat Jaya No. 1
Sumber biaya : Pribadi / perusahaan / lain-lain (sebutkan : BPJS)*
Sumber informasi : Pasien / Keluarga / ………………………………………*
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Kronologis keluhan : Pasien merasa lemas dan nyeri dada
Faktor pencetus : Droplet dari orang yang terkena TBC
Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( v ) Bertahap
Lamanya :-
Upaya mengatasi : O2/Nasal Kanul & Terapi OAT
24
Pasien berharap agar penyakitnya cepat sembuh dan dapat melakukan aktivitas
kembali
Perubahan yang di rasakan setelah jatuh sakit :
Pasien tidak dapat menyelesaikan perkerjaannya dengan baik
Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
-
Aktivitas Agama / Kepercayaan yang di lakukan :
Pasien rajin beribadah dan berdoa
6. Kondisi Lingkungan Rumah
( Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini ) :
Pasien tinggal dengan keluarga yang memiliki riwayat penyakit TBC
7. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Sesudah Sakit ( di
RS )
Nutrisi
a. Makan
Frekuensi / hari
Nafsu makan Tidak Baik Baik
Gangguan makanan Kurang Baik Baik
( mual, muntah, sariawan, dsb)
Tidak ada Tidak Ada
Porsi makanan
Jenis makanan
Makanan yang di sukai
Makanan yang tidak di sukai ¼ Porsi ½ Porsi
Makanan pantangan - -
Penggunaan alat bantu
( NGT / OGT, mandiri, dll ) Tidak ada Tidak ada
b. Minum Tidak ada Tidak ada
Kuantitas ( liter / hari )
Jenis minuman Tidak ada Tidak ada
Minuman yang disukai Tidak Ada O2 / Nasal Kanul
Minuman yang tidak di sukai
Minuman pantangan
- -
25
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi / hari
Waktu 1 x / hari 2 x/ hari
Warna Pagi hari Pagi dan malam
Konsistensi
Keluhan Coklat Coklat
Penggunaa pencahar
b. BAK Sedikit padat Tidak ada kelainan
Frekuensi / hari Tidak ada Tidak ada
Warna
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat bantu
( kateter, dll )
3x / hari 3x/hari
Normal Normal
Tidak ada Tidak ada
Tidak Tidak
Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi / hari
Penggunaan sabun mandi 2x / hari 2x / hari
Cara ( dibantu / mandiri ) Ya Ya
Waktu
b. Oral hygiene Mandiri Mandiri
Frekuensi / hari
Penggunaan pasta gigi Pagi dan sore Pagi dan sore
Cara ( dibantu / mandiri )
Waktu
c. Cucu rambut 2x / hari 2x / hari
Frekuensi / hari, atau / minggu
Penggunaan sampo Ya Ya
Cara ( dibantu / mandiri ) Mandiri Mandiri
d. Perawatan kuku
Frekuensi / minggu, atau / bulan Pagi dan sore Pagi dan sore
Cara ( dibantu / mandiri )
Alat yang di gunakan
26
( silet, gunting kuku, dsb ) 3x / minggu 2x/ minggu
Ya Ya
Mandiri Mandiri
Waktu istirahat
Orang yang menemani waktu istirahat Malam hari Setiap saat
b. Tidur
Lama tidur siang ( jam / hari ) Isteri Isteri
Lama tidur malam ( jam / hari )
Kebiasaan sebelum tidur
Gangguan tidur
- 1 jam
6 jam/ hari 8 jam
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
27
Kegiatan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok
Ya / tidak
Jumlah ( batang/hari ) Tidak Tidak
Lama pemakaian ( ... tahun / bulan /- -
minggu / hari yang lalu )
b. Minuman keras / NAFZA - -
Ya / tidak
Jenis
Frekuensi ( / hari, atau / minggu )
Lama pemakaian ( ... tahun / bulan /
minggu / hari yang lalu ) Tidak Tidak
- -
- -
- -
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat badan : 70 kg Sebelum sakit : 55 kg
b. Tinggi badan : 168 cm
c. Tekanan darah : 130/90 mmHg
d. Nadi : 95 x/menit
e. Frekuensi nafas : 26 x/menit
f. Suhu tubuh : 38° C
g. Keadaan umum ( ) Sakit Ringan (√ ) Sakit Sedang
( ) Sakit Sedang
h. Pembesaran kelenjar betah (√ ) Tidak ( ) Ya, Lokasi : ................
bening
....................................
2. Sistem Penglihatan
a. Posisi mata (√) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata (√ ) Normal ( ) Ptosis
28
c. Pergerakan bola mata (√ ) Normal ( ) Abnormal
d. Konjunctiva (√ ) Merah muda ( ) Sangat merah
( ) Anemis
e. Kornea (√ ) Normal ( )Keruh / berkabut
( ) Terdapat perdarahan
f. Sklera (√ ) Ikterik ( ) Anikterik
g. Pupil ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
h. Otot – otot mata (√ ) Tidak ada kelainan ( ) Juling ke dalam
( ) Juling ke luar ( ) Berada di atas kabur
i. Fungsi penglihatan (√ ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
j. Tanda – tanda radang : Tidak Ada
k. Pemakaian kaca mata : Ya, jenis : ..................... Tidak : (√ )
l. Pemakaian kontak lensa : Tidak
m. Reaksi terhadap cahaya : Baik
3. Sistem Pendengaran
a. Daun telinga (√ ) Normal ( ) Tidak, kanan / kiri
b. Karakteristik serumen Warna : ...................... Konsistensi : .......................
Bau : ......................
c. Kondisi telinga tengah (√ ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga (√ ) Tidak ( ) Darah
( ) Nanah ( ) lain-lain,.......
e. Perasaan penuh di telinga ( ) Ya (√ ) Tidak
f. Tinitus ( ) Ya (√ ) Tidak
g. Fungsi pendengaran (√ ) Normal ( ) Kurang
29
( ) Tuli, kanan / kiri
h. Gangguan keseimbangan ( ) Ya (√ ) Tidak
i. Pemakaian alat bantu ( ) Ya ( √) Tidak
4. Sistem Wicara
(√ ) Normal ( ) Tidak : .............
( ) Aphasia
( ) Aphonia
( ) Dysartria
( ) Dysphasia
( ) Anarthia
5. Sistem Pernafasan
a. Jalan nafas : ( ) Bersih (√ ) Ada sumbatan,
Jenis : Penumpukan
sekret
b. Pernafasan : (√ ) Sesak ( ) Tidak sesak
c. Penggunaan otot bantu : ( ) Ya (√ ) Tidak
d. Frekuensi : 26 X / menit
e. Irama : ( ) Teratur (√ ) Tidak teratur
f. Jenis pernafasan : ( ) Spontan ( ) Chetnestoke
(√ ) Kausmaull ( ) Biot
( ) lainnya....................
g. Kedalaman : ( ) Dalam (√ ) Dangkal
h. Batuk : (√ ) Ya ( ) Tidak
Produktif / tidak
produktif
i. Sputum : (√) Ya ( ) Tidak
Putih/kuning/hijau
j. Konsistensi : (√ ) Kental ( ) Encer
30
k. Terdapat darah : (√ ) Ya ( ) Tidak
l. Palpasi dada : ......................................
m. Perkusi darah : ......................................
n. Suara nafas : ( ) Vesikuler (√ ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales
o. Nyeri saat bernafas : (√ ) Ya ( ) Tidak
p. Penggunaan alat bantu: (√ ) Ya ( ) Tidak
nafas
6. Sistem Cardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
Nadi : 95 x / menit
Irama
: (√ ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut
: ( ) Lemah ( ) Kuat
Tekanan darah : 130/90mmHg
Distensi vena jugularis : -
Kanan
: ( ) Ya (√ ) Tidak
Kiri
: ( ) Ya (√ ) Tidak
Edema : ( ) Ya : (√ ) Tidak
( ) Tungkai atas
( ) Periorbital
( ) Skrotalis
( ) Tungkai bawah
( ) Muka
31
( ) Anasarka
b. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apikal : .................... x / menit
Irama : ( ) Teratur (√ ) Tidak teratur
Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
Sakit dada : (√ ) Ya ( ) Tidak
Timbulnya
: ( ) Saat aktifitas
( ) Tanpa aktivitas
Karakteristik
: ( ) Seperti ditusuk
( ) Seperti terbakar
( ) Seperti tertimpa
benda berat
Skala nyeri
: 8
7. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi
Pucat : (√ ) Ya ( ) Tidak
Perdarahan : ( ) Ya (√ ) Tidak
( ) Petekie
( ) Purpura
( ) Mimisan
( ) Perdarahan gusi
( ) Ekimosis
8. Sistem saraf pusat
Keluhan sakit kepala : ( ) Vertigo ( ) Migrain
( ) Lainnya: ..............
Tingkat kesadaran : ( ) Compos mentis ( ) Somnolent
( ) Apatis ( ) Sopor
( ) Koma
32
Glasgow Coma Scale : E : ............................. V : ............................
( GCS )
M : ............................
Tanda-tanda peningkatan : ( ) Ya ( ) Tidak
TIK
( ) Muntah proyektil
( ) Nyeri kepala hebat
( ) Papil edema
Gangguan Sistem : ( ) Kejang ( ) Disorientasi
Persarafan
( ) Mulut mencong ( ) Kelumpuhan
( ) Polineuritis / Ekstremitas
kesemutan ( kanan/kiri/atas/bawah )
Pemeriksaan refleks :
Reflek fisiologis
: ( ) Normal ( ) Tidak
Reflekpatologis
: ( ) Ya ( ) Tidak
9. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut
Karies : ( ) Ya (√ ) Tidak
Gigi berlubang
Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya (√ ) Tidak
Stomatitis : ( ) Ya (√ ) Tidak
Lidah kotor
Salifa : ( ) Ya (√) Tidak
: ( ) Ya (√ ) Tidak
(√ ) Normal ( ) Abnormal
b. Muntah
( ) Ya ( √) Tidak
Isi : ( ) Makanan ( ) Darah
( ) Cairan
Warna
: ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kuning
33
( ) Kehijauan ( ) Hitam
Frekuensi ( ) Coklat
Jumlah
: ………………………… x / hari
: ………………………… ml
( ) Ya (√ ) Tidak
h. Warna Feses
kuning ( )
Coklat
Hitam (√ )
Putih seperti air cucian beras ( )
Seperti dempul
( )
( )
i. Konsistensi Feses
Setengah padat (√ ) Berdarah ( )
34
Terdapat lendir ( ) Tidak ada kelainan ()
Cair
( )
j. Konstipasi
Ya ( ) Tidak ( √)
Lamanya : ................... hari
k. Hepar
Teraba (√ ) Tidak teraba ( )
l. Abdomen
Lembek (√ ) Assites ( )
Kembung ( ) Distensi ( )
10. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid : ( ) Ya (√ ) Tidak
( ) Exopthalmus
( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas bau keton : ( ) Ya (√ ) Tidak
Luka Gangren : ( ) Ya (√ ) Tidak
Lokasi .......................
Polidipsi ( )
Pilophagi ( )
Poliuri ( )
35
c. B.A.K
Warna
( ) Kuning jernih (√ ) Kuning kental / coklat
( ) Merah ( ) Putih
e. Sakit pinggang
( ) Ya (√ ) Tidak
Kelainan kulit
( ) Ya, sebutkan : ................. (√ ) Tidak
Kondisi kulit daerah pemasangan infus : Baik
Keadaan rambut
Tekstur : (√ ) Baik ( ) Tidak ( ) Alopesia
36
Kebersihan : (√ ) Bersih ( ) Ketombe ( ) Lengket
( ) Lainnya : ........................................................
Keadaan kuku
(√ ) Normal
( ) Abnormal ( ) Paronikia ( ) Clubbing
( ) Garis beau ( ) Spoon nail
Kekuatan otot
37
- Allntest/AGD : Asidosis Respirator
- Foto Rontgen : adanya pembesaran Hillus bilateral & bercak awan putih
- Tes Tuberkulin (+)
- Tes BTA I (+)
E. PENATALAKSANAAN ( Terapi / tindakan pengobatan, termasuk diet )
Pemberian O2/nasal kanul dan terapi OAT
G. PATHWAY KASUS
38
H. Rencana Asuhan Keperawatan
Seorang pasien berusia 45 th datang ke IGD Rumah sakit dengan keluhan utama haemapto,
dispneu, dan demam. Saat dilakukan anamnesa pasien setiap malam sering berkeringat,
anoreksia, TTV: TD: 130/90 mmHg, N: 95x/menit, RR: 26x/menit, dan suhu: 38ºC. BB
menurun, BB sebelumnya: 70 kg, BB saat ini: 55 kg, malaise dan nyeri dada. Pasien
mengatakan ada keluarga yang mengalami penyakit TBC dan pasien bekerja sebagai buruh
pabrik. Maka dokter mencurigai penularannya melalui droplet, kemudian dokter melakukan
pemeriksaan Lab: LED: meningkat, Leukosit khususnya limfosit meningkat, Allen
test/AGD: Asidosis Respiratori, foto rontgen: adanya pembesaran hilus bilateral dan bercak
awan putih, tes Tuberkulin (+) dan tes BTA I (+). Dan dokter mendiagnosis suspect TB
Paru. Lalu dokter melakukan tes BTA yang terakhir (+). Maka disgnosis terakhir TB Paru.
Maka dokter memberikan memberikan oksigen/nasal canul dan tperapi OAT dan
mengajurkan kepada pasien untuk tidak boleh putus OATnya. Pasien bertanya mengaoa
kenapa bisa terkena penyakit tersebut.
a. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengeluh haemapto (sesak 1. Pasien tampak sesak napas
napas, batuk berdahak, dan BB 2. TTV:
menurun) TD: 130/90 mmHg N: 95x/menit
2. Pasien mengeluh dispneu (sesak RR: 26x/menit S: 38ºC
napas) 3. BB awal: 70 kg
3. Pasien mengeluh demam 4. BB saat ini: 55 kg
4. Pasien mengatakan setiap malam 5. Pasien tampak malaise (lemas)
sering berkeringat 6. Pemeriksaan lab:
5. Pasien mengatakan anoreksia (tidak - LED: meningkat
napsu makan) - Leukosit khususnya limfosit
6. Pasien mengatakan ada keluarga meningkat
yang mengalami TBC - Allen test/AGD: Asidosis
7. Pasien mengatakan bekerja sebagai Respiratori
buruh pabrik - Tes Tuberkulin (+)
8. Pasien mengatakan nyeri dada - Tes BTA I (+)
9. Pasien mengeluh lemas - Tes BTA terakhir (+)
39
7. Foto rontgen: adanya pembesaran hilus
bilateral dan bercak awan putih
8. Diagnosa Medis: TB Paru
9. Pasien memakai oksigen nasal kanul
10. Pasien mendapat terapi OAT
b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Infeksi ditandai dengan Ketidakefektifan
dispneu dan batuk yang bersihan jalan nafas
- Pasien mengeluh tidak efektif. (Domain 11. Kelas 2.
haemapto Kode diagnosis 00031
- Pasien mengeluh sesak
napas
- Pasien mengatakan
setiap malam
berkeringat
- Pasien mengatakan ada
keluarga yang
mengalami TBC
- Pasien mengatakan
bekerja sebagai buruh
pabrik
DO:
40
Suhu 38ºC
RR: 26 x/menit
- Hasil Pemeriksaan Lab:
LED: meningkat
Leukosit
khususnya limfosit
meningkat
Allen test/AGD:
Asidosis
Respiratori
Tes Tuberkulin (+)
Tes BTA I (+)
Tes BTA yang
terakhir (+)
Foto rontgen:
adanya
pembesaran hilus
bilateral dan
bercak awan putih
- Diagnose Medis: TB
Paru
DO:
41
Nadi 95x/ menit
Suhu 38ºC
RR: 26 x/menit
- Hasil Pemeriksaan Lab:
LED: meningkat
Leukosit
khususnya limfosit
meningkat
Allen test/AGD:
Asidosis
Respiratori
Tes Tuberkulin (+)
Tes BTA I (+)
Tes BTA yang
terakhir (+)
Foto rontgen:
adanya
pembesaran hilus
bilateral dan
bercak awan putih
DO:
42
- BB awal: 70 kg
- BB saat ini: 55 kg (BB
Pasien menurun 15 kg)
43
c. Diagnosa Keperawatan
44
d. Rencana Keperawatan
45
dipertahankan 3 semi fowler oleh klien
(deviasi cukup dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari 5. Ajarkan klien batuk 4. Untuk
kisaran normal) efektif meringankan
Batuk dipertahankan batuk dan
1 (deviasi berat dari memberikan
kisaran normal) edukasi kepada
ditingkatkan 3 klien tentang
(devisiasi sedang dari batuk yang baik
kisaran normal) dan benar
Status Pernafasan:
Monitor Pernafasan
Pertukaran Gas
(Bag. Tiga, kode 3350)
(Bag. Tiga. Kode 0402) 1. Untuk
1. Monitor kecepatan mengetahui
Hasil rontgent dada
irama, kedalaman kecepatan,
di pertahankan 2
dan kesulitan kedalaman dan
(deviasi cukup berat
bernafas kesulitan pasien
dari kisaran normal)
dalam bernafas
ditingkatkan 4 (
deviasi ringan dari 2. Monitor
kisaran normal) kemampuan batuk
Dispneu saat istirahat efektif pasien 2. Untuk
dipertahankan 3
mengetahui
(deviasi cukup dari 3. Monitor keluhan kegiatan apa
kisaran normal) sesak nafas klien, saja yang dapat
ditingkatkan 5 (tidak termasuk kegiatan meningkatkan
ada deviasi dari yang meningkatkan dan
kisaran normal) atau memperburuk memperburuk
sesak nafas tersebut sesak klien
3. Untuk
mengetahui
4. Monitor hasil foto kondisi paru-
thoraks/rontgen paru klien
46
Kolaborasi:
2. NOC NIC
Pertukaran Gas, Pertukaran Gas,
Gangguan Gangguan
(Bag. Enam, hal 575)
(Bag. Empat, hal 656)
Setelah dilakukan Manajemen Jalan
tindakan keperawatan Nafas (Bag. Tiga,
selama 1x24 jam pasien Kode 3140)
1. Untuk
masalah Hipertermia 1. Motivasi pasien mengetahui
berhubungan dengan untuk bernafas suhu dan
penyakit ditandai dengan pelan, dalam, tanda-tanda
kulit teraba hangat berputar dan batuk. vital klien
teratasi. 2. Posisikan untuk 2. Untuk
meringankan sesak memenuhi
nafas kebutuhan
Kriteria Hasil: 3. Monitor status napas
Pernafasan dan pasien dan
Perfusi Jaringan :
oksigenasi, menurunka
Pulmonari
sebagaimana n demam
(Bag. Tiga, kode 0408)
mestinya.
Nyeri dada 3. Agar
dipertahankan 2 sirkulasi
(Deviasi yang cukup udara pada
besar) ditingkatkan 5 klien tidak
(tidak ada deviasi dari terganggu
kisaran normal)
Sesak Nafas
dipertahankan 3
(deviasi sedang dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari
kisaran normal)
Status Pernafasan
47
(Bag. Tiga, kode
0415)
Dispneu saat isitirahat
dipertahankan 3
(deviasi sedang dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari
kisaran normal)
Batuk dipertahankan
1 ( Deviasi berat dari
kisaran normal )
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari
kisaran normal)
3. NOC NIC
Nutrisi: Nutrisi:
Ketidakseimbangan, Ketidakseimbangan,
Kurang dari Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Kebutuhan Tubuh
(Bag. Empat, hal 644) (Bag. Enam, hal 558)
Setelah dilakukan
Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan
(Bag. tiga, kode 1100)
selama 1x24 jam pasien
masalah 1. Berikan pilihan
Ketidakseimbangan makanan sambil 1. Agar klien
Nutrisi: Kurang dari menawarkan nafsu
kebutuhan tubuh bimbingan terhadap makan
berhubungan dengan pilihan [makanan] karena
Asupan diet kurang yang lebih sehat diberikan
ditandai dengan enggan 2. Ciptakan lingkungan pilihan
makan sudah terpenuhi. yang optimal pada makanan
saat mengkonsumsi yang sehat
Kriteria Hasil:
makanan (misalnya, 2. Untuk
Nafsu Makan bersih, berventilisasi, memberika
(Bag. Tiga, kode 1014) santai, dan bebas dari n
bau yang menyengat) lingkungan
Hasrat / keinginan 3. Pastikan makanan yang
untuk dipertahankan 4 disajikan dengan cara nyaman
(sedikit terganggu)
48
ditingkatkan 5 (tidak menarik dan pada sehingga
terganggu) suhu yang paling klien nafsu
Rangsangan untuk cocok untuk untuk
makan dipertahankan konsumsi secara makan
4 (sedikit terganggu) optimal 3. Untuk
ditingkatkan 5 (tidak 4. Anjurkan keluarga merangsang
terganggu) untuk membawa dan
Intake makanan makanan favorit meningkatk
dipertahankan 4 klien yang an nafsu
(sedikit terganggu) diperbolehkan untuk makan klien
ditingkatkan 5 (tidak kondisinya saat ini karenaa
terganggu) 5. Tawarkan makanan makanan
ringan yang padat yang
Intake nutrisi dan bergizi disajikan
dipertahankan 4 (sedikit hangat dan
terganggu) ditingkatkan
menarik
5 (tidak terganggu)
4. Untuk
meningkatk
an nafsu
makan klien
5. Untuk
mencukupi
nutrisi klien
apabila
klien tidak
mau
makan-
makanan
yang berat
49
e. Pelaksanaan (catatan Keperawatan)
50
Rabu 1 08:00 Memotivasi pasien untuk Fatimah
23 bernafas pelan, dalam, batuk. Azzahra
Oktober
RH :
2019
- Pasien bernafas pelan
dan sesak mulai
09:00 berkurang
51
instruksi
52
f. Evaluasi (catatan perkembangan)
53
1 Rabu, 23 S : Pasien mengatakanBatuk dan Fatimah
Oktober 2019 Nyeri Dada berkurang Azzahra
10:00
O:
- Intensitas Batuk pasien
berkurang
- Pasien sudah tidak terlihat
nyeri pada bagian dada
A : Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas sebagian teratasi
2 P : Intervensi Dilanjutkan :
12 : 00
- Kolaborasi dengan dokter
mengenai Tindakan
selanjutnya dan terapi obat
A : Masalah Keperawatan
Hambatan Pertukaran Gas Sebagian
Teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan :
- Kolaborasi dengan dokter
unruk intervensi lanjutan
- Terus ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
54
S : Pasien Mengatakan Nafsu
Makan kembali normal
A : Masalah Ketidakseimbangan
nutrisi Teratasi
P : Intervensi dihentikan
55
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Cara penularan pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Risiko tertular tergantung dari tingkat
pajanan dengan percikan dahak. Klasifikasi TB paru meliputi empath al yaitu lokasi,
bakteriologi, tingkat keparahan penyakit, dan riwayat pengobatan tb sebelumnya.
Penyebabnya adalah mikroorganisme yaitu mycobacterium tuberculosis. Tanda dan
gejalanya antara lain demam, kelelahan, berkeringat di malam hari, dan lain-lain. Komplikasi
pada TB paru dibagi dua yaitu komplikasi dini dan lanjut. Penanganan tenaga medis melalui
non farmakologi dan farmakologi. Adapun pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan
darah rutin, kultur sputum, tes kulit, dan lain-lain
3.2 Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, dan kekurangan dalam penulisan makalah.
Makalah ini jauh dari kata sempurna maka penulis menerima kritik dan saran oleh pembaca
demi menyempurnakan makalah
56
DAFTAR PUSTAKA
Kunayah, dkk. 2017. Referat Hemoptisis Masif. Universitas Tanjungpura
Safithri, Fathiyah. 2011. Diagnosis TB Dewasa dan Anak berdasarkan ISTC (International
Standart for TB Care)
Zahara, Widya Yulia. 2017. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Lab Baktei Penyebab Infeksi
Saluran Pernapasan Mycobacterium tuberculosis. Kalimantan
57