Anda di halaman 1dari 57

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KASUS TUBERKULOSIS PARU


Dosen pengampu: Ns. Mareta Dea Rosaline, S. Kep. M. Kep

Disusun oleh:
1. Lutfi Riskyta Istikomah 1810711014
2. Fatimah Az-Zahra 1810711016
3. Syifa Putri 18107110
4. Dinda Nuraini 18107110
5. Devira Gite Pratiwi 1810711070
6. Rifki Anugrah 18107110

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S-1 KEPERAWATAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan masakalah ini tepat pada waktunya.
Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul Kasus Tuberkulosis Paru. Makalah ini ditulis guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Didalamnya, penulis akan
membahas Kasus Tuberkulosis Paru
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat
dan ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.

Jakarta, 23 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian .............................................................................................................................. 6


2.2 Klasifikasi tuberkulosis........................................................................................................... 7
2.3 Etiologi .................................................................................................................................... 10
2.4 Tanda Dan Gejala ................................................................................................................... 12
2.5 Penanganan Terapi Medis ....................................................................................................... 12
2.6 Patofisologis TB Paru ............................................................................................................. 16
2.7 Komplikasi TB Paru ............................................................................................................... 17
2.8 Manifestasi Klinis ................................................................................................................... 21
2.9 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................................... 21
2.10 Asuhan keperawatan ............................................................................................................. 23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 56


3.2 Saran ....................................................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 57

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber penularan
adalah pasien TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif (Amin dan Bahar, 2009). Sampai
saat ini TB paru masih menjadi masalah kesehatan yang utama di berbagai negara di dunia.
Berdasarkan Global Tuberculosis Report tahun 2015, TB sekarang berada pada peringkat
yang sama dengan penyakit akibat Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai penyakit
infeksi paling mematikan di dunia. Laporan dari World Health Organization (WHO) pada
tahun 2015 menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru di dunia dan 58% kasus terjadi di
daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara dengan insidensi kasus terbanyak tahun 2015
yaitu India (23%), Indonesia (10%), dan China (10%). Indonesia sekarang berada pada
ranking kedua negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Pada tahun 2014 ditemukan
jumlah kasus baru BTA positif sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus
baru BTA positif yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Estimasi
prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 272 per 100.000 penduduk dan estimasi insidensi
berjumlah 183 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 25 per
100.000 kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Microbacterium


Tuberkulosis. Tiga pintu masuk organisme Mikrobacterium Tuberkulosis adalah saluran
pernafasan, saluran cerna dan luka terbuka pada kulit. Cara penularan TB Paru dapat terjadi
langsung melalui percikan dahak yang mengandung kuman TB Paru, kemudian terhisap oleh
orang yang sehat. Dapat juga terjadi secara tidak langsung bila dahak yang dibatukkan
penderita ke lantai atau tanah mengering dan menyatu dengan debu, lalu berterbangan di
udara (Smeltzer & Bare, 2001). Komplikasi pada penderita TB Paru pada penderita stadium
lanjut akan mengakibatkan, hemoptisis berat, kolaps, bronkiektasis, pneumothorak,
insufisiensi kardio pulmoner, penyebaran infeksi ke organ seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya. Jika penderita tidak melakukan pengobatan sesuai aturan seperti tidak
meminum secara rutin atau memberhentikan pengobatan tanpa berkonsultasi dengan dokter

4
terlebih dahulu maka bakteri TB tidak akan hilang sepenuhnya dari tubuh, infeksi TB akan
semakin sulit diobati dan waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan nya juga akan memakan
waktu yang lebih lama sekitar 2-2,5 tahun, dan akan dilakukan tes resistensi obat untuk
mengetahui apakah anda resisten terhadap obat TB Paru (Depkes RI, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian TB Paru
b. Bagaimana Klasifikasi Tuberkulosis?
c. Bagaimana Tanda dan Gejala yang terjadi?
d. Bagimana Penanganan terapi medis?
e. Apa saja Komplikasi yang terjadi ?
f. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme pathogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikobakteria pathogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 samapi 4 mm, ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah.

Cara penularan
 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak.
 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

Risiko penularan
 Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien
TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih
besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
 Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB

6
selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun.
 ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
 Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

2.2 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS


Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu yang
meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA
negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:


1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan

Beberapa istilah dalam definisi:


1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter.
Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat


diperlukan untuk:
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah timbulnya
resistensi

7
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga
meningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
3. Mengurangi efek samping

A. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


1. Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

B. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis


1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
b. menunjukkan gambaran tuberculosis 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
dan biakan kuman TB positif. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah
3 spesimen dahak SPS
c. pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negative
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
a. Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

8
C. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar
adrenal.
b. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran kemih dan alat kelamin.

D. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu:
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2. Kasus Kambuh (Relaps)


Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan
BTA positif (apusan atau kultur).

3. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)


Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.

9
4. Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5. Kasus Pindahan (Transfer In)


Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.

6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.3 ETIOLOGI
Penyebabnya adalah mikroorganisme yaitu mycobacterium tuberculosis dengan ukuran
panjang 1-4 dan tebal 0,3-0,6 termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam
atu basil tahan asam.

10
TB aktif Udara

Mycobacterium tuberculosis

Masuk ke saluran nafas,


cerna, luka terbuka

Masuk peredarah darah

Reaksi inflamasi dan


respon imun makrofag

Melisis basis dan


jaringan normal

Terbentuk jar.baru/ Penumpukan


granulomas eksudat di alveoli

Menjadi tuberkel Gejala pnemumonia

Tuberkel pecah,
membentuk jar.parut

Paru terinfeksi
dan bengkak

TB paru aktif 11
2.4 TANDA DAN GEJALA
1. Batuk. Pada tahap selanjutnya, batuk bisa menghasilkan dahak berwarna abu-abu atau
kuning yang bisa bercampur dengan darah
2. Perhatikan penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
3. Kelelahan
4. Demam
5. Berkeringat di malam hari adalah salah satu cara tubuh melindungi darpenyakit.
Berkeringat di malam hari dapat dimulai dengan demam dan akhirnya menyebabkan
keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.
6. Panas dingin
7. Kehilangan nafsu makan
8. Amati urine yang berubah warna (kemerahan) atau urine keruh. Ini merupakan gejala
yang muncul pada tahap selanjutnya

2.5 PENANGANAN TERAPI MEDIS


1. Terapi non Farmakologi
a. Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi)
b. Memperbanyak istirahat(bedrest) / istirahat yang cukup
c. Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan
vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun
d. Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
e. Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang
baru.
f. Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai di pagi hari.
g. Minum susu kambing atau susu sapi
h. Menghindari kontak langsung dengan pasien TB
i. Rajin mengontrol gula darah

2. Terapi Farmakologi
a. Obat-obatan yang Digunakan Dalam Terapi Tuberkulosis (golongan dan obat-obatnya)
Tuberkulostatika di bagi dalam 2 golongan :
1. Obat primer : isoniazid , rifampisin , pirazinamida , etambutol , streptomisin
(kanamisin , amikasin) . obat-obat ini paling efektif dengan toksisitas paling
rendah , tapi harus di kombinasi untuk mencegah resistensi .
2. Obat sekunder : klofazimin , fluorkinolon , sikloserin , rifabutin , dan PAS. Obat-
obat ini mempunyai kegiatan lebih lemah , dan hanya di gunakan bila terjadi
resistensi.
b. Mekanisme kerja/ Farmakologi, Indikasi, Kontraindikasi, dan Efek samping

12
Contoh Obat Golongan Primer
1. Isoniazid (INH)
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara
in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid
(membunuh bakteri Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis
asam nukleat,dan glikolisis.Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat
(mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid
menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh
metanol dari mikobakterium.
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar
puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid
mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor
genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun,
perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini
diberikan setiap hari.

• Dosis Obat
`5-15 mg/kg BB/hari (maks. 300mg)/ hari
• Efek samping
Mual, muntah, anoreksia ( kelainan psikis yang diderita seseorang berupa
kekurangan nafsu makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan),
letih, malaise (perasaan sakit dan kurang enak badan), lemah, gangguan saluran
pencernaan lain, neuritis perifer (rasa kesemutan yang amat sangat), neuritis optikus
(peradangan pada ujung saraf optik yang masuk ke dalam mata), reaksi
hipersensitivitas, demam, ruam (gatal-gatal pada kulit), ikterus (warna kuning pada
kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan bilirubin), diskrasia darah
(perdarahan hidung, memar spontan), psikosis (gangguan tilikan pribadi yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya,
misalnya gejala halusinasi), kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering,
gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia
(peningkatan glukosa darah melebihi batas normal), asidosis metabolik (keasaman
darah yang berlebihan), ginekomastia (pembengkakan pada jaringan payudara pada
laki-laki atau laki-laki, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen
dan testosterone), gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.
• Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit dari SSP.
• Resistensi

13
Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan
dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan
mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya
kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara
6–9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani
terapi.
Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe
TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk
mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6).
2. Rifampisin
Rifampisin merupakan obat anti tuberkulosis yang bersifat bakterisidal (membunuh
bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein
dinding sel bakteri.
• Dosis Obat
10-20 mg/kg BB/hari (maks. 600 mg/hari).
• Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi
kolitiskarena penggunaan antibiotika), sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi
terutama pada terapi intermitten termasuk gelala mirip influenza (dengan chills,
demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps
dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura;
gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing, urtikaria dan rash; efek
samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis
exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia,
gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah;
tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
• Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease
inhibitor), jaundice (penyakit kuning).
3. Pirazinamid
Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah dibuat sintetiknya. Obat ini tidak larut
dalam air. Pirazinamid di dalam tubuh di hidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi
asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam.
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang
diperlukan dalam pertumbuhan bakteri. Pirazinamid mudah diserap diusus dan tersebar
luas keseluruh tubuh. Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus.

14
• Dosis Obat
15-30 mg/kg BB/hari (maks. 2g/hari).
• Efek Samping
Efek samping pirazinamid paling umum yaitu kelainan hati yang diawali oleh
gangguan fungsi hati berupa peningkatan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase, yaitu enzim yang dihasilkan sebagian besar oleh otot jantung dan
sebagian kecil oleh otot hati) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase, yaitu
enzim yang dihasilkan sebagian besar oleh otot hati dan sebagian kecil oleh otot
jantung). Bila terjadi kerusakan hati, pemberian pirazinamid harus dihentikan.
Efek samping lain pirazinamid yaitu demam, anoreksia, hepatomegali (pembesaran
organ hati), splenomegali (pembesaran limpa), jaundice (warna kekuningan yang
didapatkan pada kulit dan lapisan mukosa (seperti bagian putih mata), yang terjadi
karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin), gagal hati; mual, muntah,
urtikaria ( reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna merah dengan berbagai
ukuran di permukaan kulit), artralgia (nyeri sendi), disuria (perasaan tidak enak
berkemih), anemia sideroblastik, ruam dan kadang-kadang fotosensitivitas.
• Kontraindikasi
Porfiria (sekelompok penyakit yang disebabkan oleh kekurangan enzim-enzim yang
terlibat dalam sintesa heme, yang mengakibatkan warna urin berubah menjadi merah
atau biru gelap), gangguan fungsi hati berat, dan hipersensitif pirazinamid.
4. Ethambutol
Ethambutol merupakan tuberkuloslatik dengan mekanisme keria menghambat sintesis
RNA. Absorbsi setelah pemberian per oral cepat. Eksresi sebagian besar melalui ginjal,
hanya lebih kurang 10% diubah menjadi metabolit yang inaktif. Ethambutol tidak dapat
menembus jaringan otak tetapi pada penderita meningitis, tuberkulosa dapat ditemukan
kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal.
• Dosis Obat
Dewasa: 15 mg/kg BB PO, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg/kg
BB/hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kg BB/hari.
Anak 6-12 tahun: 10-15 mg/kg BB/hari.
• Efek Samping
Neuritis optik, buta warna merah/hijau , neuritis perifer, ruam (jarang terjadi) ,
pruritus (gatal-gatal), urtikaria dan trombositopenia (berkurangnya jumlah sel-sel
keping darah (trombosit) di dalam tubuh (darah).
• Kontraindikasi

15
Anak-anak di bawah usia 5 tahun, pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,
epilepsi, alkoholisme kronik dan kerusakan hati, neuritis optik, penderita yang
hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Contoh Obat Sekunder
1. Streptomisin
Streptomisin merupakan obat antibiotik yang termasuk dalam golongan aminoglikosida
dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein. Obat ini larut
dalam air dan sangat larut dalam alkohol. Obat ini terdistribusi ke dalam cairan
ekstraselular termasuk serum, absces, ascitic, perikardial, pleural, sinovial, limfatik, dan
cairan peritoneal; menembus plasenta; dalam jumlah yang kecil masuk dalam air susu ibu.
• Dosis Obat
15-40 mg/kg BB/hari (maks. 1g/hari).
• Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas, paraesthesia (kesemutan) pada mulu
2.6 PATOFISIOLOGI TB PARU

Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet dan ventilasi yang baik dan kelembapan.
Dalam suasana yang gelap dan lembab, kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan
berbulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada
alveoli. Kemudian partikel ini akan berkembang, bisa sampai puncak apeks paru sebelah
kanan atau kiri dan dapat pula dikeduanya dengan melewati pembuluh limfe. Basil
berpindah ke bagian paru-paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.

Setelah itu, infeksi akan menyebar melalui sirkulasi. Yang pertama terangsang adalah
limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak makrofag (berkurang tidaknya jumlah
kuman tergantung pada jumlah makrofag), karena fungsinya adalah membunuh
kuman/basil. Apabila proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka penderita akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya meningkat.

Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun, maka kuman tadi akan bersarang di dalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan tergabung menjadi satu dan lama-lama

16
akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka penderita akan batuk
darah (hemaptoe).

2.7 KOMPLIKASI TB PARU

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

A. KOMPLIKASI DINI
1. Pleuritis
Pleuritis terjadi ketika pleura iritasi dan meradang. Peradangan ini membuat pleura
membengkak dan cairan pleura menjadi lengket. Kondisi ini akan menimbulkan nyeri
dada setiap kali kedua lapisan pleura bergesekan, yaitu saat paru-paru mengembang
(menarik napas). Salah satu penyebab pleuritis adalah infeksi, baik infeksi virus,
bakteri, maupun jamur, misalnya virus influenza atau bakteri TB.
2. Efusi pleura
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan eksudatif.
Efusi pleura transudatif disebabkan oleh meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah
atau rendahnya kadar protein dalam darah. Hal ini mengakibatkan cairan meresap ke
lapisan pleura. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal
jantung kongestif .
Efusi pelura eksudatif disebabkan oleh peradangan, cedera pada paru-paru,
tumor, dan penyumbatan pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Kanker,
tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis
merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudatif.
3. Empiema dan Hemotoraks
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura. Proses
penumpukan cairan pleura karena proses peradangan. Bila peradangan karena bakteri
piogenik akan membentuk pus/ nanah sehingga terjadi empiema. Bila mengenai
pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks

17
4. Laringitis
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering kali
setelah diberikan pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis tuberkulosanya
menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago
serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai
kartilago, pengobatannya lebih lama. Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui
udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran
darah atau limfe.
B. KOMPLIKASI LANJUT
1. Hemoptisis Masif
Pada tuberkulosis paru (TB Paru) terjadi inflamasi lokal yang menyebabkan destruksi
sehingga terjadi kerusakan susunan parenkim paru dan pembuluh darah. Timbulnya
kavitas dan pneumonitis TB akut menyebabkan ulserasi bronkus, nekrosis pembuluh
darah di sekitarnya dan alveoli bagian distal hingga pembuluh darah pecah dan terjadi
hemoptisis.
2. Bronkiektasis
Penyakit bronkietasis dapat terjadi pada pasien yang mengalami penyakit paru primer
(tumor paru, benda asing, TB paru) sehingga mengakibatkan obstruksi pada saluran
pernapasan. Kerusakan ini dapat menyebabkan ateletaksis, penyerapan udara di
parenkim dan sekitarnya menjadi tersumbat hal ini menyebabkan ketidakefektifan pola
nafas serta menjadikan tekanan intra pleura lebih negative dari tekanan atmosfer.
Dengan demikian bronkus akan mengalami dilatasi, secret akan terkumpul
menyebabkan infeksi sekunder. Secret yang terkumpul dapat menyebabkan mudah
terjadinya infeksi sehingga akan mengalami bronkietaksis yang menetap dan resiko
infeksi.

18
PATHWAY
Infeksi
Tb Paru

Kuman
Meluas sampai Tekanan dalam Proses
ke permukaan pembuluh darah ↑ peradangan Udara
pleura
penapasan
Kadar protein Penumpukan
Peradangan
dalam darah ↓ cairan Sputum

Pleura Cairan meresap Penyumbatan Bakteri Aliran


membengkak ke lapisan pleura pembuluh darah piogenik darah

Membentuk
Cairan pleura Transudatif Eksudatif Laringitis
pus/nanah
menjadi lengket
Mengenai
Efusi Epiema pembuluh
Pleura parietal & visceral Pleura darah
mengalami perlekatan

Sekitar pleura
Pleuritis

Hematoraks

19
20
2.8 MANIFESTASI KLINIS
A. GEJALA UMUM

1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul

2. Penurunan nafsu makan dan berat badan

3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah

B. GEJALA KHUSUS (KHAS)

1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi” , saluran napas melemah yang
disertai sesak

2. Kalau ada cairan di rongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada

3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatau
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah

4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) disebut sebagai
meningitis, gejalanya demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Anamnesis pada pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin (LED norml atau meningkat, limfositosis)
3. Kultur sputum positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit (Pemeriksaan
Sputum BTA)
4. Ziehl Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)
positif untuk basil asam cepat
5. Test kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer); reaksi positif (area durasi 10 mm)
terjadi 48- 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukaninfeksi masa lalu

21
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwaTB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
6. Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) /Western Blot, dapat menyatakan
adanya HIV, deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi,
pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga
menimbulkan masalah
7. Foto thoraks Padan lateral, gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB, yaitu:
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan milier
8. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit) positif untuk mycobacterium tuberculosis.
9. Teknik Polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat
mendeteksi adanya retensi
10. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi; misalnya :
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.GDA dapat
tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru
11. Pemeriksaan fungsi pada paru; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu, dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luar)
12. Tes PAP (Peroksidase anti peroksidase)
13. Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase
staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB

22
2.10ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 45 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Jl. Sehat Jaya No. 1
Sumber biaya : Pribadi / perusahaan / lain-lain (sebutkan : BPJS)*
Sumber informasi : Pasien / Keluarga / ………………………………………*

A. KELUHAN UTAMA SAAT MASUK RS


Keluhan utama Haemapto Dispneu dan Demam

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Kronologis keluhan : Pasien merasa lemas dan nyeri dada
 Faktor pencetus : Droplet dari orang yang terkena TBC
 Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( v ) Bertahap
 Lamanya :-
 Upaya mengatasi : O2/Nasal Kanul & Terapi OAT

2. Riwayat Kesehatan Masa lalu


a. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan )
23
Tidak Ada
b. Riwayat Kecelakaan :
Tidak Ada
c. Riwayat di rawat di RS ( kapan, alasan,, dan berapa lama ) :
Tidak Ada
d. Riwayat penggunaan obat-obatan :
Tidak Ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan)
Ada keluarga mempunyai riwayat penyakit TBC
4. Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga ( faktor resiko )
Penyakit TBC
5. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Adakah orang terdekat dengan pasien :
Keluarga
b. Interaksi dalam keluarga
 Pola komunikasi : Terbuka
 Pembuatan keputusan :-
 Kegiatan kemasyarakatan :-

c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :


Selama pasien sakit, kinerja pasien menurun sehingga ekonomi keluarga menjadi
menurun dan pasien bisa saja menularkan penyakit yang di deritanya kepada keluarga

d. Masalah yang mempengaruhi pasien :


Pekerjaan ( Paien berkerja sebagai buruh pabrik)

e. Mekanisme koping terhadap stress


( ) Pemecahan masalah ( ) Minum obat
( ) Makan ( ) Cari pertolongan
( ) Tidur ( ) Lain – lain, sebutkan : ........................

f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :


 Hal yang sangat di pikirkan saat ini :
Pasien memikirkan tentang perkerjaannya yang terbengkalai
 Harapan setelah menjalani perawatan :

24
Pasien berharap agar penyakitnya cepat sembuh dan dapat melakukan aktivitas
kembali
 Perubahan yang di rasakan setelah jatuh sakit :
Pasien tidak dapat menyelesaikan perkerjaannya dengan baik
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
-
 Aktivitas Agama / Kepercayaan yang di lakukan :
Pasien rajin beribadah dan berdoa
6. Kondisi Lingkungan Rumah
( Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini ) :
Pasien tinggal dengan keluarga yang memiliki riwayat penyakit TBC
7. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Sesudah Sakit ( di
RS )
Nutrisi
a. Makan
 Frekuensi / hari
 Nafsu makan Tidak Baik Baik
 Gangguan makanan Kurang Baik Baik
( mual, muntah, sariawan, dsb)
Tidak ada Tidak Ada
 Porsi makanan
 Jenis makanan
 Makanan yang di sukai
 Makanan yang tidak di sukai ¼ Porsi ½ Porsi
 Makanan pantangan - -
 Penggunaan alat bantu
( NGT / OGT, mandiri, dll ) Tidak ada Tidak ada
b. Minum Tidak ada Tidak ada
 Kuantitas ( liter / hari )
 Jenis minuman Tidak ada Tidak ada
 Minuman yang disukai Tidak Ada O2 / Nasal Kanul
 Minuman yang tidak di sukai
 Minuman pantangan

- -

25
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi / hari
 Waktu 1 x / hari 2 x/ hari
 Warna Pagi hari Pagi dan malam
 Konsistensi
 Keluhan Coklat Coklat
 Penggunaa pencahar
b. BAK Sedikit padat Tidak ada kelainan
 Frekuensi / hari Tidak ada Tidak ada
 Warna
 Keluhan Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu
( kateter, dll )
3x / hari 3x/hari
Normal Normal
Tidak ada Tidak ada
Tidak Tidak
Personal Hygiene
a. Mandi
 Frekuensi / hari
 Penggunaan sabun mandi 2x / hari 2x / hari
 Cara ( dibantu / mandiri ) Ya Ya
 Waktu
b. Oral hygiene Mandiri Mandiri
 Frekuensi / hari
 Penggunaan pasta gigi Pagi dan sore Pagi dan sore
 Cara ( dibantu / mandiri )
 Waktu
c. Cucu rambut 2x / hari 2x / hari
 Frekuensi / hari, atau / minggu
 Penggunaan sampo Ya Ya
 Cara ( dibantu / mandiri ) Mandiri Mandiri
d. Perawatan kuku
 Frekuensi / minggu, atau / bulan Pagi dan sore Pagi dan sore
 Cara ( dibantu / mandiri )
 Alat yang di gunakan

26
( silet, gunting kuku, dsb ) 3x / minggu 2x/ minggu
Ya Ya
Mandiri Mandiri

1x/ minggu 1x / minggu


Mandiri Mandiri
Gunting kuku Gunting kuku

Istirahat dan tidur


a. Istirahat
 Kegiatan saat istirahat
( baca buku, nonton tv, dsb ) Tidur Tidur

 Waktu istirahat
 Orang yang menemani waktu istirahat Malam hari Setiap saat
b. Tidur
 Lama tidur siang ( jam / hari ) Isteri Isteri
 Lama tidur malam ( jam / hari )
 Kebiasaan sebelum tidur
 Gangguan tidur

- 1 jam
6 jam/ hari 8 jam
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada

Aktivitas dan latihan


 Waktu bekerja (pagi/siang/malam ) Pagi Tidak berkerja
 Lama bekerja ( jam / hari )
 Aktif Olahraga 10 jam/hari Tidak ada
 Jenis Olahraga Tidak ada Tidak ada
 Frekuensi Olahrag / minggu
 Keluhan ketika beraktifitas Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Badan terasa lemas Badan terasa lemas

27
Kegiatan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok
 Ya / tidak
 Jumlah ( batang/hari ) Tidak Tidak
 Lama pemakaian ( ... tahun / bulan /- -
minggu / hari yang lalu )
b. Minuman keras / NAFZA - -
 Ya / tidak
 Jenis
 Frekuensi ( / hari, atau / minggu )
 Lama pemakaian ( ... tahun / bulan /
minggu / hari yang lalu ) Tidak Tidak
- -
- -
- -

C. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat badan : 70 kg Sebelum sakit : 55 kg
b. Tinggi badan : 168 cm
c. Tekanan darah : 130/90 mmHg
d. Nadi : 95 x/menit
e. Frekuensi nafas : 26 x/menit
f. Suhu tubuh : 38° C
g. Keadaan umum ( ) Sakit Ringan (√ ) Sakit Sedang
( ) Sakit Sedang
h. Pembesaran kelenjar betah (√ ) Tidak ( ) Ya, Lokasi : ................
bening
....................................

2. Sistem Penglihatan
a. Posisi mata (√) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata (√ ) Normal ( ) Ptosis

28
c. Pergerakan bola mata (√ ) Normal ( ) Abnormal
d. Konjunctiva (√ ) Merah muda ( ) Sangat merah
( ) Anemis
e. Kornea (√ ) Normal ( )Keruh / berkabut
( ) Terdapat perdarahan
f. Sklera (√ ) Ikterik ( ) Anikterik
g. Pupil ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
h. Otot – otot mata (√ ) Tidak ada kelainan ( ) Juling ke dalam
( ) Juling ke luar ( ) Berada di atas kabur
i. Fungsi penglihatan (√ ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
j. Tanda – tanda radang : Tidak Ada
k. Pemakaian kaca mata : Ya, jenis : ..................... Tidak : (√ )
l. Pemakaian kontak lensa : Tidak
m. Reaksi terhadap cahaya : Baik

3. Sistem Pendengaran
a. Daun telinga (√ ) Normal ( ) Tidak, kanan / kiri
b. Karakteristik serumen Warna : ...................... Konsistensi : .......................
Bau : ......................
c. Kondisi telinga tengah (√ ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga (√ ) Tidak ( ) Darah
( ) Nanah ( ) lain-lain,.......
e. Perasaan penuh di telinga ( ) Ya (√ ) Tidak
f. Tinitus ( ) Ya (√ ) Tidak
g. Fungsi pendengaran (√ ) Normal ( ) Kurang

29
( ) Tuli, kanan / kiri
h. Gangguan keseimbangan ( ) Ya (√ ) Tidak
i. Pemakaian alat bantu ( ) Ya ( √) Tidak

4. Sistem Wicara
(√ ) Normal ( ) Tidak : .............
( ) Aphasia
( ) Aphonia
( ) Dysartria
( ) Dysphasia
( ) Anarthia
5. Sistem Pernafasan
a. Jalan nafas : ( ) Bersih (√ ) Ada sumbatan,
Jenis : Penumpukan
sekret
b. Pernafasan : (√ ) Sesak ( ) Tidak sesak
c. Penggunaan otot bantu : ( ) Ya (√ ) Tidak
d. Frekuensi : 26 X / menit
e. Irama : ( ) Teratur (√ ) Tidak teratur
f. Jenis pernafasan : ( ) Spontan ( ) Chetnestoke
(√ ) Kausmaull ( ) Biot
( ) lainnya....................
g. Kedalaman : ( ) Dalam (√ ) Dangkal
h. Batuk : (√ ) Ya ( ) Tidak
Produktif / tidak
produktif
i. Sputum : (√) Ya ( ) Tidak
Putih/kuning/hijau
j. Konsistensi : (√ ) Kental ( ) Encer

30
k. Terdapat darah : (√ ) Ya ( ) Tidak
l. Palpasi dada : ......................................
m. Perkusi darah : ......................................
n. Suara nafas : ( ) Vesikuler (√ ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales
o. Nyeri saat bernafas : (√ ) Ya ( ) Tidak
p. Penggunaan alat bantu: (√ ) Ya ( ) Tidak
nafas
6. Sistem Cardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
 Nadi : 95 x / menit
Irama
: (√ ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut
: ( ) Lemah ( ) Kuat
 Tekanan darah : 130/90mmHg
 Distensi vena jugularis : -
Kanan
: ( ) Ya (√ ) Tidak
Kiri
: ( ) Ya (√ ) Tidak

 Temperatur kulit : (√ ) Hangat ( ) Dingin


 Warna kulit : (√ ) Pucat ( ) Kemerahan
( ) Cyanosis
 Pengisian kapiler : ..........................detik

 Edema : ( ) Ya : (√ ) Tidak
( ) Tungkai atas
( ) Periorbital
( ) Skrotalis
( ) Tungkai bawah
( ) Muka

31
( ) Anasarka

b. Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apikal : .................... x / menit
 Irama : ( ) Teratur (√ ) Tidak teratur
 Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
 Sakit dada : (√ ) Ya ( ) Tidak
Timbulnya
: ( ) Saat aktifitas
( ) Tanpa aktivitas
Karakteristik
: ( ) Seperti ditusuk
( ) Seperti terbakar
( ) Seperti tertimpa
benda berat
Skala nyeri
: 8
7. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi
 Pucat : (√ ) Ya ( ) Tidak
 Perdarahan : ( ) Ya (√ ) Tidak
( ) Petekie
( ) Purpura
( ) Mimisan
( ) Perdarahan gusi
( ) Ekimosis
8. Sistem saraf pusat
 Keluhan sakit kepala : ( ) Vertigo ( ) Migrain
( ) Lainnya: ..............
 Tingkat kesadaran : ( ) Compos mentis ( ) Somnolent
( ) Apatis ( ) Sopor
( ) Koma

32
 Glasgow Coma Scale : E : ............................. V : ............................
( GCS )
M : ............................
 Tanda-tanda peningkatan : ( ) Ya ( ) Tidak
TIK
( ) Muntah proyektil
( ) Nyeri kepala hebat
( ) Papil edema
 Gangguan Sistem : ( ) Kejang ( ) Disorientasi
Persarafan
( ) Mulut mencong ( ) Kelumpuhan
( ) Polineuritis / Ekstremitas
kesemutan ( kanan/kiri/atas/bawah )
 Pemeriksaan refleks :
Reflek fisiologis
: ( ) Normal ( ) Tidak
Reflekpatologis
: ( ) Ya ( ) Tidak

9. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut
 Karies : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Gigi berlubang
 Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Stomatitis : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Lidah kotor
 Salifa : ( ) Ya (√) Tidak
: ( ) Ya (√ ) Tidak
(√ ) Normal ( ) Abnormal

b. Muntah
( ) Ya ( √) Tidak
 Isi : ( ) Makanan ( ) Darah
( ) Cairan
 Warna
: ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kuning

33
( ) Kehijauan ( ) Hitam
 Frekuensi ( ) Coklat
 Jumlah
: ………………………… x / hari
: ………………………… ml

c. Nyeri daerah perut

( ) Ya (√ ) Tidak

d. Skala nyeri : .................................


e. Lokasi & karakter nyeri
( ) Seperti di tusuk-tusuk ( ) Melilit ( ) Kanan atas
( ) Panas / seperti terbakar ( ) Setempat ( ) Kanan bawah
( ) Berpindah-pindah ( ) Menyebar ( ) Kiri Bawah
( ) Cramp ( ) kiri atas

f. Bising usus : ........................... x / menit


g. Diare
( ) Ya (√ ) Tidak
Lamanya : .................................
Frekuensi : .................... x / hari

h. Warna Feses
 kuning ( )
 Coklat
 Hitam (√ )
 Putih seperti air cucian beras ( )
 Seperti dempul
( )
( )

i. Konsistensi Feses
 Setengah padat (√ )  Berdarah ( )

34
 Terdapat lendir ( )  Tidak ada kelainan ()
 Cair
( )

j. Konstipasi
 Ya ( )  Tidak ( √)
 Lamanya : ................... hari

k. Hepar
 Teraba (√ )  Tidak teraba ( )

l. Abdomen
 Lembek (√ )  Assites ( )
 Kembung ( )  Distensi ( )
10. Sistem endokrin
 Pembesaran kelenjar tiroid : ( ) Ya (√ ) Tidak
( ) Exopthalmus
( ) Tremor
( ) Diaporesis
 Nafas bau keton : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Luka Gangren : ( ) Ya (√ ) Tidak
Lokasi .......................
 Polidipsi ( )
 Pilophagi ( )
 Poliuri ( )

11. Sistem Urogenital


a. Balance Cairan
Intake : ................................. ml Output : ........................................... ml

b. Perubahan pola kemih


 ( ) Retensi  ( ) Urgensi  ( ) Disuria
 ( ) Tidak lampias  ( ) Nokturia  ( ) Inkontinensia
 ( ) Anuria

35
c. B.A.K
Warna
 ( ) Kuning jernih  (√ ) Kuning kental / coklat
 ( ) Merah  ( ) Putih

d. Distensi kandung kemih


( ) Ya (√ ) Tidak

e. Sakit pinggang
( ) Ya (√ ) Tidak

f. Skala nyeri : ..................................

12. Sistem Integumen


 Turgor kulit : (√ ) Baik ( ) Buruk
 Temperatur kulit : 38 ° C
 Warna Kulit :
(√ ) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan

 Keadaan kulit : (√ ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus


( ) Luka, lokasi : ...........................................................
( ) Insisi operasi, lokasi : ..............................................
Kondisi luka : .........................................................
( ) Gatal-gatal ( ) Memar / lebam
( ) Luka bakar, grade : .................. luas luka : ..........%
( ) Dekubitus, lokasi : ...................................................
( ) Kelainan pigmen

 Kelainan kulit
( ) Ya, sebutkan : ................. (√ ) Tidak
 Kondisi kulit daerah pemasangan infus : Baik
 Keadaan rambut
Tekstur : (√ ) Baik ( ) Tidak ( ) Alopesia

36
Kebersihan : (√ ) Bersih ( ) Ketombe ( ) Lengket
( ) Lainnya : ........................................................

 Keadaan kuku
(√ ) Normal
( ) Abnormal ( ) Paronikia ( ) Clubbing
( ) Garis beau ( ) Spoon nail

13. Sistem Muskuloskeletal


 Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Fraktur : ( ) Ya (√ ) Tidak
Lokasi : .......................................
Kondisi : .....................................

 Kelainan bentuk tulang sendi :


(√ ) Kontraktur ( ) Bengkak
( ) Lainnya, sebutkan : ..................................................................................
 Kelainan struktur tulang belakang :
( ) Skoliasis ( ) Lordosis ( ) Kiposis
 Keadaan tonus otot
(√ ) Baik ( ) Hipertoni ( ) Hipotoni ( ) Atoni

 Kekuatan otot

D. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, radiologi, endoskopi, EKG, dsb )


- Pemeriksaan Lab : LED Meningkat, leukosit khususnya limfosit meningkat

37
- Allntest/AGD : Asidosis Respirator
- Foto Rontgen : adanya pembesaran Hillus bilateral & bercak awan putih
- Tes Tuberkulin (+)
- Tes BTA I (+)
E. PENATALAKSANAAN ( Terapi / tindakan pengobatan, termasuk diet )
Pemberian O2/nasal kanul dan terapi OAT

F. DATA TAMBAHAN (PENGKAJIAN PEMAHAMAN TENTANG PENYAKIT)

G. PATHWAY KASUS

38
H. Rencana Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan TB Paru

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU


(Tuberkulosis Paru)
Kasus:

Seorang pasien berusia 45 th datang ke IGD Rumah sakit dengan keluhan utama haemapto,
dispneu, dan demam. Saat dilakukan anamnesa pasien setiap malam sering berkeringat,
anoreksia, TTV: TD: 130/90 mmHg, N: 95x/menit, RR: 26x/menit, dan suhu: 38ºC. BB
menurun, BB sebelumnya: 70 kg, BB saat ini: 55 kg, malaise dan nyeri dada. Pasien
mengatakan ada keluarga yang mengalami penyakit TBC dan pasien bekerja sebagai buruh
pabrik. Maka dokter mencurigai penularannya melalui droplet, kemudian dokter melakukan
pemeriksaan Lab: LED: meningkat, Leukosit khususnya limfosit meningkat, Allen
test/AGD: Asidosis Respiratori, foto rontgen: adanya pembesaran hilus bilateral dan bercak
awan putih, tes Tuberkulin (+) dan tes BTA I (+). Dan dokter mendiagnosis suspect TB
Paru. Lalu dokter melakukan tes BTA yang terakhir (+). Maka disgnosis terakhir TB Paru.
Maka dokter memberikan memberikan oksigen/nasal canul dan tperapi OAT dan
mengajurkan kepada pasien untuk tidak boleh putus OATnya. Pasien bertanya mengaoa
kenapa bisa terkena penyakit tersebut.

a. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengeluh haemapto (sesak 1. Pasien tampak sesak napas
napas, batuk berdahak, dan BB 2. TTV:
menurun) TD: 130/90 mmHg N: 95x/menit
2. Pasien mengeluh dispneu (sesak RR: 26x/menit S: 38ºC
napas) 3. BB awal: 70 kg
3. Pasien mengeluh demam 4. BB saat ini: 55 kg
4. Pasien mengatakan setiap malam 5. Pasien tampak malaise (lemas)
sering berkeringat 6. Pemeriksaan lab:
5. Pasien mengatakan anoreksia (tidak - LED: meningkat
napsu makan) - Leukosit khususnya limfosit
6. Pasien mengatakan ada keluarga meningkat
yang mengalami TBC - Allen test/AGD: Asidosis
7. Pasien mengatakan bekerja sebagai Respiratori
buruh pabrik - Tes Tuberkulin (+)
8. Pasien mengatakan nyeri dada - Tes BTA I (+)
9. Pasien mengeluh lemas - Tes BTA terakhir (+)

39
7. Foto rontgen: adanya pembesaran hilus
bilateral dan bercak awan putih
8. Diagnosa Medis: TB Paru
9. Pasien memakai oksigen nasal kanul
10. Pasien mendapat terapi OAT

b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Infeksi ditandai dengan Ketidakefektifan
dispneu dan batuk yang bersihan jalan nafas
- Pasien mengeluh tidak efektif. (Domain 11. Kelas 2.
haemapto Kode diagnosis 00031
- Pasien mengeluh sesak
napas
- Pasien mengatakan
setiap malam
berkeringat
- Pasien mengatakan ada
keluarga yang
mengalami TBC
- Pasien mengatakan
bekerja sebagai buruh
pabrik

DO:

- Pasien tampak sesak


napas
- Pasien mengalami
nyeri dada
- Pasien tampak lemas
- TTV:
 TD 130/90 mmHg
 Nadi 95x/ menit

40
 Suhu 38ºC
 RR: 26 x/menit
- Hasil Pemeriksaan Lab:
 LED: meningkat
 Leukosit
khususnya limfosit
meningkat
 Allen test/AGD:
Asidosis
Respiratori
 Tes Tuberkulin (+)
 Tes BTA I (+)
 Tes BTA yang
terakhir (+)
 Foto rontgen:
adanya
pembesaran hilus
bilateral dan
bercak awan putih
- Diagnose Medis: TB
Paru

2. DS: Ketidakseimbangan Hambatan pertukaran gas


ventilasi perfusi (Domain 3: Kelas 4.
- Pasien mengeluh ditandai dengan gas Kode diagnosis 00030)
Haemapto darah arteri abnormal
- Pasien mengeluh dan dispneu.
sesak nafas
- Pasien mengatakan
setiap malam
berkeringat
- Pasien mengatakan
nyeri dada

DO:

- Pasien tampak lemas


(malaise)
- TTV:
 TD 130/90 mmHg

41
 Nadi 95x/ menit
 Suhu 38ºC
 RR: 26 x/menit
- Hasil Pemeriksaan Lab:
 LED: meningkat
 Leukosit
khususnya limfosit
meningkat
 Allen test/AGD:
Asidosis
Respiratori
 Tes Tuberkulin (+)
 Tes BTA I (+)
 Tes BTA yang
terakhir (+)
 Foto rontgen:
adanya
pembesaran hilus
bilateral dan
bercak awan putih

3. DS: Asupan diet kurang Ketidakseimbangan


ditandai dengan Berat Nutrisi: Kurang dari
- Pasien mengatakan tidak badan 20% atau lebih kebutuhan tubuh
nafsu makan (Anoreksia) dibawah rentang berat (Domain 2. Kelas 1.
- Pasien mengatakan berat badan ideal, enggan Kode diagnosis 00002)
badan menurun makan dan kurang
- Pasien mengeluh lemas minat pada makanan.

DO:

- Pasien tampak lemas


- TTV:
 TD 130/90 mmHg
 Nadi 95x/ menit
 Suhu 38ºC
 RR: 26 x/menit

42
- BB awal: 70 kg
- BB saat ini: 55 kg (BB
Pasien menurun 15 kg)

43
c. Diagnosa Keperawatan

No Hari, Tgl, Diagnosa Paraf &


Jam Nama Jelas
1. Selasa, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
22/10/19 berhubungan dengan infeksi ditandai dengan
dispneu dan batuk yang tidak efektif.
(domain 11.kelas 2. Kode diagnosis 00031)

2. Selasa, Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan


22/10/19 Ketidakseimbangan ventilasi perfusi ditandai
dengan gas darah arteri abnormal dan dispneu.

(Domain 3: Kelas 4. Kode diagnosis 00030)

3. Selasa, Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari


22/10/19 kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan
diet kurang ditandai dengan enggan makan

(Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis 00002)

44
d. Rencana Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Paraf


. Hasil Keperawatan &
Dx Nama
Jelas
1. NOC NIC
Bersihan jalan nafas, Bersihan jalan nafas,
ketidakefektifan ketidakefektifan
(bagian empat, hal 599) (bagian enam, hal 500)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Manajemen: Jalan
selama 1x24 jam pasien Nafas
masalah Ketidakefektifan (Bag. tiga, kode 3140)
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan
infeksi ditandai dengan
dispneu dan batuk yang
tidak efektif sudah
teratasi. 1. Buang secret dengan 1. Untuk
memotivasi klien mengetahui
untuk melakukan status
kriteria hasil:
batuk pernafasan dan
Status Pernafasan oksigenasi klien
(Bag. Tiga. Kode 0415) 2. Motivasi pasien dalam keadaan
untuk bernafas normal atau
 Frekuensi pernafasan pelan, dalam, tidak.
dipertahankan 3 berputar dan batuk
(deviasi sedang dari 2. Untuk
kisaran normal) 3. Monitor status membantu
ditingkatkan 5 (tidak pernafasan dan pasien
ada deviasi dari oksigenasi, mengeluarkan
kisaran normal) sebagaimana secret yang
 Dispneu saat istirahat mestinya tertahan
dipertahankan 3
(deviasi cukup dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak 4. Posisikan pasien 3. Untuk
ada deviasi dari untuk meringankan
kisaran normal) memaksimalkan sesak nafas
 Demam ventilasi : posisi yang di alami

45
dipertahankan 3 semi fowler oleh klien
(deviasi cukup dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari 5. Ajarkan klien batuk 4. Untuk
kisaran normal) efektif meringankan
 Batuk dipertahankan batuk dan
1 (deviasi berat dari memberikan
kisaran normal) edukasi kepada
ditingkatkan 3 klien tentang
(devisiasi sedang dari batuk yang baik
kisaran normal) dan benar

Status Pernafasan:
Monitor Pernafasan
Pertukaran Gas
(Bag. Tiga, kode 3350)
(Bag. Tiga. Kode 0402) 1. Untuk
1. Monitor kecepatan mengetahui
 Hasil rontgent dada
irama, kedalaman kecepatan,
di pertahankan 2
dan kesulitan kedalaman dan
(deviasi cukup berat
bernafas kesulitan pasien
dari kisaran normal)
dalam bernafas
ditingkatkan 4 (
deviasi ringan dari 2. Monitor
kisaran normal) kemampuan batuk
 Dispneu saat istirahat efektif pasien 2. Untuk
dipertahankan 3
mengetahui
(deviasi cukup dari 3. Monitor keluhan kegiatan apa
kisaran normal) sesak nafas klien, saja yang dapat
ditingkatkan 5 (tidak termasuk kegiatan meningkatkan
ada deviasi dari yang meningkatkan dan
kisaran normal) atau memperburuk memperburuk
sesak nafas tersebut sesak klien

3. Untuk
mengetahui
4. Monitor hasil foto kondisi paru-
thoraks/rontgen paru klien

46
Kolaborasi:

Instruksi dokter berikan


Oksigen nasal kanul
dan terapi OAT

2. NOC NIC
Pertukaran Gas, Pertukaran Gas,
Gangguan Gangguan
(Bag. Enam, hal 575)
(Bag. Empat, hal 656)
Setelah dilakukan Manajemen Jalan
tindakan keperawatan Nafas (Bag. Tiga,
selama 1x24 jam pasien Kode 3140)
1. Untuk
masalah Hipertermia 1. Motivasi pasien mengetahui
berhubungan dengan untuk bernafas suhu dan
penyakit ditandai dengan pelan, dalam, tanda-tanda
kulit teraba hangat berputar dan batuk. vital klien
teratasi. 2. Posisikan untuk 2. Untuk
meringankan sesak memenuhi
nafas kebutuhan
Kriteria Hasil: 3. Monitor status napas
Pernafasan dan pasien dan
Perfusi Jaringan :
oksigenasi, menurunka
Pulmonari
sebagaimana n demam
(Bag. Tiga, kode 0408)
mestinya.
 Nyeri dada 3. Agar
dipertahankan 2 sirkulasi
(Deviasi yang cukup udara pada
besar) ditingkatkan 5 klien tidak
(tidak ada deviasi dari terganggu
kisaran normal)
 Sesak Nafas
dipertahankan 3
(deviasi sedang dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari
kisaran normal)

Status Pernafasan

47
(Bag. Tiga, kode
0415)
 Dispneu saat isitirahat
dipertahankan 3
(deviasi sedang dari
kisaran normal)
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari
kisaran normal)
 Batuk dipertahankan
1 ( Deviasi berat dari
kisaran normal )
ditingkatkan 5 (tidak
ada deviasi dari
kisaran normal)

3. NOC NIC
Nutrisi: Nutrisi:
Ketidakseimbangan, Ketidakseimbangan,
Kurang dari Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Kebutuhan Tubuh
(Bag. Empat, hal 644) (Bag. Enam, hal 558)
Setelah dilakukan
Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan
(Bag. tiga, kode 1100)
selama 1x24 jam pasien
masalah 1. Berikan pilihan
Ketidakseimbangan makanan sambil 1. Agar klien
Nutrisi: Kurang dari menawarkan nafsu
kebutuhan tubuh bimbingan terhadap makan
berhubungan dengan pilihan [makanan] karena
Asupan diet kurang yang lebih sehat diberikan
ditandai dengan enggan 2. Ciptakan lingkungan pilihan
makan sudah terpenuhi. yang optimal pada makanan
saat mengkonsumsi yang sehat
Kriteria Hasil:
makanan (misalnya, 2. Untuk
Nafsu Makan bersih, berventilisasi, memberika
(Bag. Tiga, kode 1014) santai, dan bebas dari n
bau yang menyengat) lingkungan
 Hasrat / keinginan 3. Pastikan makanan yang
untuk dipertahankan 4 disajikan dengan cara nyaman
(sedikit terganggu)

48
ditingkatkan 5 (tidak menarik dan pada sehingga
terganggu) suhu yang paling klien nafsu
 Rangsangan untuk cocok untuk untuk
makan dipertahankan konsumsi secara makan
4 (sedikit terganggu) optimal 3. Untuk
ditingkatkan 5 (tidak 4. Anjurkan keluarga merangsang
terganggu) untuk membawa dan
 Intake makanan makanan favorit meningkatk
dipertahankan 4 klien yang an nafsu
(sedikit terganggu) diperbolehkan untuk makan klien
ditingkatkan 5 (tidak kondisinya saat ini karenaa
terganggu) 5. Tawarkan makanan makanan
ringan yang padat yang
Intake nutrisi dan bergizi disajikan
dipertahankan 4 (sedikit hangat dan
terganggu) ditingkatkan
menarik
5 (tidak terganggu)
4. Untuk
meningkatk
an nafsu
makan klien
5. Untuk
mencukupi
nutrisi klien
apabila
klien tidak
mau
makan-
makanan
yang berat

49
e. Pelaksanaan (catatan Keperawatan)

Hari / No. Jam Tindakan Keperawatan & Paraf &


Tanggal Diagnosa Hasil Nama
jelas

50
Rabu 1 08:00 Memotivasi pasien untuk Fatimah
23 bernafas pelan, dalam, batuk. Azzahra
Oktober
RH :
2019
- Pasien bernafas pelan
dan sesak mulai
09:00 berkurang

Mengajarkan Klien untuk


batuk efektif.
RH :
- Pasien mampu untuk
batuk secara efktif
2 10:30

Memonitor keluhan sesak


nafas klien
RH :
- Pasien mengatakan
12:00 sesak nafas mulai
berkurang

Memonitor Status pernafasan


dan status Oksigenasi
3 12:30 RH :
- N

Memberikan pilihan makanan


sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan
14 : 30 makanan yang lebih sehat.
RH :
- Pasien memilih
makanan yang sehat
sesuai bimbingan

51
instruksi

Menawarkan makanan ringan


yang padat dan bergizi
RH :
- Pasien Mengkonsumsi
makanan ringan yang
padat dan bergizi

52
f. Evaluasi (catatan perkembangan)

No Hari/Tanggal Evaluasi hasil Paraf &


Diagnosa Jam (SOAP) Nama Jelas

53
1 Rabu, 23 S : Pasien mengatakanBatuk dan Fatimah
Oktober 2019 Nyeri Dada berkurang Azzahra
10:00
O:
- Intensitas Batuk pasien
berkurang
- Pasien sudah tidak terlihat
nyeri pada bagian dada

A : Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas sebagian teratasi

2 P : Intervensi Dilanjutkan :
12 : 00
- Kolaborasi dengan dokter
mengenai Tindakan
selanjutnya dan terapi obat

S : Pasien Mengatakan Sesak Nafas


3 berkurang
14:30

O : Pasien sudah tidak memakai


oksigen/ nasal canul

A : Masalah Keperawatan
Hambatan Pertukaran Gas Sebagian
Teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan :
- Kolaborasi dengan dokter
unruk intervensi lanjutan
- Terus ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

54
S : Pasien Mengatakan Nafsu
Makan kembali normal

O : Pasien menghabiskan porsi


makan

A : Masalah Ketidakseimbangan
nutrisi Teratasi

P : Intervensi dihentikan

55
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Cara penularan pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Risiko tertular tergantung dari tingkat
pajanan dengan percikan dahak. Klasifikasi TB paru meliputi empath al yaitu lokasi,
bakteriologi, tingkat keparahan penyakit, dan riwayat pengobatan tb sebelumnya.
Penyebabnya adalah mikroorganisme yaitu mycobacterium tuberculosis. Tanda dan
gejalanya antara lain demam, kelelahan, berkeringat di malam hari, dan lain-lain. Komplikasi
pada TB paru dibagi dua yaitu komplikasi dini dan lanjut. Penanganan tenaga medis melalui
non farmakologi dan farmakologi. Adapun pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan
darah rutin, kultur sputum, tes kulit, dan lain-lain

3.2 Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, dan kekurangan dalam penulisan makalah.
Makalah ini jauh dari kata sempurna maka penulis menerima kritik dan saran oleh pembaca
demi menyempurnakan makalah

56
DAFTAR PUSTAKA
Kunayah, dkk. 2017. Referat Hemoptisis Masif. Universitas Tanjungpura

Marianti. 2017. Efusi Pleura. https://www.alodokter.com/efusi-pleura. Diakses 22 oktober 2019

Safithri, Fathiyah. 2011. Diagnosis TB Dewasa dan Anak berdasarkan ISTC (International
Standart for TB Care)

Wily, Tjin. 2019. Pleuritis. https://www.alodokter.com/pleuritis. Diakses 22 oktober 2019\

Zahara, Widya Yulia. 2017. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Lab Baktei Penyebab Infeksi
Saluran Pernapasan Mycobacterium tuberculosis. Kalimantan

57

Anda mungkin juga menyukai