Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

POPULASI RENTAN: PENYAKIT MENTAL


Kharisma Ekva Nanda (1710711061)
Mastika Chusnul Khotimah (1710711067)
Widya Nofira Anwar (1710711074)
Pengertian populasi rentan
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi
kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen,
Hanson, Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004).

Dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (3)


Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Populasi rawan atau rentan
disebutkan bahwa yang dimaksud merupakan kelompok-
dengan kelompok masyarakat yang kelompok sosial yang
rentan, antara lain, adalah orang lanjut memiliki peningkatan risiko
usia, anak-anak, fakir miskin, wanita yang relatif atau rawan
hamil dan penyandang cacat. untuk menerima pelayanan
kesehatan.
Pengertian Gangguan Mental
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang
wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Gangguan mental menurut Depkes RI


(2000) adalah suatu perubahan pada Keadaan dimana seseorang
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya mengalami kesultan
gangguan pada fungsi jiwa, yang mengenai persepsinya
menimbulkan penderitaan pada individu tentang kehidupan,
dan atau hambatan dalam melaksanakan hubungan dengan orang
peran sosial lain, dan sikapnya terhadap
dirinya sendiri. 
Resiko Tinggi Populasi Rentan

WHO menyebutkan bahwa faktor yang


memengaruhi kesehatan jiwa dan gangguan jiwa
tidak hanya karena atribut individu melainkan
juga karena faktor sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
Kelompok Masyarakat Berisiko
Gangguan Jiwa Berdasarkan Usia
Anak Remaja Lansia
• Meningkatnya • Permasalahan • Kecemasan karena
tindakan kekerasan remaja sering penurunan fungsi
terhadap anak
• Hubungan antara anak
terjadi pada proses fisik dan mentalnya
dengan orang tua tidak pencarian jati diri • Memiliki persepsi
harmonis • Gangguan emosi negatif terhadap
• Anak menjadi korban yang meningkat kesehatan
kekerasan seksual dari • Kesenjangan sosial • Depresi
orang terdekat
• Pola asuh yang tidak
baik terhadap tumbuh
kembang
Kelompok Masyarakat Berisiko Gangguan
Jiwa Berdasarkan Kondisi Psikososial

Anggota keluarga kurang


Masyarakat Miskin Pengangguran
harmonis
• Orang yang • Tidak bekerja • perceraian orang tua
berpenghasilan rendah menyebabkan berhubungan dengan
atau orang miskin kehilangan uang dan berbagai masalah
merasa kurang bahagia keuntungan remaja yang berlanjut
(less happiness) dan nonfinansial lain, pada usia dewasa,
bahkan mengalami misalnya waktu yang termasuk koping
gangguan mental yang terstruktur, status masalah, kesulitan
serius, seperti depresi, sosial dan identitas, interpersonal,
skizofrenia, dan kontak sosial, tujuan memburuknya
gangguan kepribadian kolektif, juga aktivitas kesehatan fisik, mental
(Dohrenwend) dan penggunaan zat-
zat
Kelompok Masyarakat Berisiko Gangguan
Jiwa Berdasarkan Kondisi Ancaman

Berada dalam kondisi


Daerah konflik Daerah bencana lingkungan yang tidak
kondusif
• Masyarakat di daerah • Mengalami bencana • Lingkungan Kerja yang
konflik rentan terhadap akan menghadapkan Berisiko
kecemasan akan sesorang pada situasi • Lingkungan dan Sistem
keselamatan dirinya sulit, keseimbangan Sekolah yang Tidak
bahkan berpotensi kondisi psikologis Memperhatian
menjadi stres pasca seseorang; kehilangan Tumbuh Kembang
trauma (Post-traumatic harta benda, Peserta Didik
stress disorder). kehilangan orang
terdekat, maupun
kehilangan
penghasilan.
Kelompok Masyarakat Berisiko Gangguan
Jiwa Berdasarkan Kondisi Fisik

Orang yang
Perempuan Mengalami Gangguan Cacat
Kesehatan Kronis
• Perempuan cenderung • Pasien dengan • Penyandang cacat
mengalami perlakuan penyakit kronis rentan terhadap
yang tidak adil, rentan mengalami gangguan kejiwaan
mengalami kekerasan
dalam rumah tangga
depresi, bahkan karena perasaan
dimana hal ini juga hingga muncul kurang lengkapnya
berpotensi berlanjut keinginan bunuh dirinya.
menjadi gangguan diri.
kecemasan atau
depresi.
MACAM-MACAM GANGGUAN MENTAL
• Gangguan mental organik dan • Sindrom perilaku yang
simtomatik berhubungan dengan gangguan
• Gangguan mental dan perilaku fisiologis dan faktor fisik
akibat zat psikoaktif • Gangguan kepribadian dan
• Gangguan skizofrenia dan perilaku masa dewasa
gangguan waham • Retardasi mental
• Gangguan susana perasaan • Gangguan perkembangan
(mood/afektif) psikologis
• Gangguan neurotik • Gangguan perilaku dan emosional
dengan onset masa kanak-kanak
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan
Mental
Faktor organis (somatic), misalnya terdapat
kerusakan pada otak dan proses dementia.

Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya,


reaksi neuritis dan reaksi psikotis pribadi yang
terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain.

Faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial.


Peran Perawat Jiwa Komunitas
Pemberi Asuhan Keperawatan Pendidik
• Pengkajian masalah kesehatan jiwa pada • Perawat memberikan pendidikan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat kesehatan kepada individu, keluarga,
• Deteksi dini masalah kesehatan jiwa pada kelompok, komunitas.
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat • Pendidikan kesehatan dilakukan
• Menetapkan masalah keperawatan kesehatan melalui pemberian penyuluhan
jiwa di masyarakat tentang kesehatan jiwa dan cara
• Menyusun rencana tindakan keperawatan merawat orang dengan gangguan jiwa.
kesehatan jiwa di masyarakat
• Melaksanakan tindakan keperawatan
• Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
Peran Perawat Jiwa Komunitas
Manajer Kasus Administrator (pengelola)
• Perawat dapat mengelola kegiatan • Perawat merencanakan, melaksanakan, dan
pelayanan kesehatan dan masyarakat mengatur berbagai alternatif tindakan dan
sesuai dengan beban tugas dan tanggung terapi yang harus diterima oleh ODGJ.
jawab yang di bebankan kepadanya.

Konselor Advokat
• Perawat memberikan konseling untuk • Perawat memberikan pembelaan kepada
membantu ODGJ dan keluarga dalam individu, keluarga, kelompok, komunitas.
memilih keputusan yang akan diambil dalam
penanganan masalah kesehatan jiwa.
Peran Perawat Jiwa Komunitas
Kolaborator Role Model
• Perawat bersama tim kesehatan lain dapat • Perawat berkewajiban untuk
berkolaborasi mengenai pelayanan yang menampilkan model perilaku yang
di perlukan klien, pemberian dukungan, adaptif, karena sebagai role model
paduan keahlian dan keterampilan dari haruslah menjadi panutan bagi
berbagai profesional pemberi pelayanan pasiennya
kesehatan.
Peran Perawat Jiwa Komunitas
Konsultan Peneliti
• Memberikan konsultasi dan pendidikan • Mengidentifikasi dan menggunakan
untuk klien, perawat, profesional penelitian dalam pengambilan keputusan
kesehatan lainnya, organisasi perawatan dan membantu pasien membuat pilihan
kesehatan jiwa dan pembuat kebijakan. yang terbaik.
• Berpartisipasi dalam proyek penelitian di
semua tingkatan untuk menghasilkan
penelitian kualitatif dan atau kuantitatif
yang berkaitan dengan praktik
keperawatan, administrasi dan
pendidikan.
• Mengembangkan program penelitian
kesehatan jiwa masyarakat.
Kebijakan Pemerintah Terkait Gangguan Mental

Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk


mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi
setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.
Upaya Kesehatan Jiwa berasaskan:

▫ Keadilan
▫ Perikemanusiaan
▫ Manfaat
▫ Transparansi
▫ Akuntabilitas
▫ Komprehensif
▫ Pelindungan
▫ Non diskriminasi.
Upaya Kesehatan Jiwa bertujuan:
1. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang
baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu
Kesehatan Jiwa
2. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi
kecerdasan
3. Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan
Jiwa bagi ODMK dan ODGJ berdasarkan hak asasi manusia
4. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi ODMK dan
ODGJ
5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya
dalam Upaya Kesehatan Jiwa
6. Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk
dapat memperoleh haknya sebagai Warga Negara Indonesia.
Upaya Kesehatan Jiwa dilakukan melalui kegiatan:

1. Promotif
Upaya promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:
• Mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa masyarakat
secara optimal
• Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai
bagian dari masyarakat
• Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan
Jiwa
• Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan
Jiwa.
Upaya promotif dilaksanakan di lingkungan:
a. Keluarga
Upaya promotif di lingkungan keluarga dilaksanakan dalam bentuk pola asuh dan pola
komunikasi dalam keluarga yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.
b. Lembaga pendidikan
Menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa. Keterampilan hidup terkait Kesehatan Jiwa bagi peserta didik sesuai
dengan perkembangannya.
c. Tempat kerja
Upaya promotif di lingkungan tempat kerja dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi,
dan edukasi mengenai Kesehatan Jiwa, serta menciptakan tempat kerja yang kondusif untuk
perkembangan jiwa yang sehat agar tercapai kinerja yang optimal.
d. Masyarakat
Upaya promotif di lingkungan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi,
dan edukasi mengenai Kesehatan Jiwa, serta menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif
untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.
e. Fasilitas pelayanan kesehatan
Upaya promotif di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai Kesehatan Jiwa dengan sasaran kelompok pasien,
kelompok keluarga, atau masyarakat di sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Media massa
▫ Penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai Kesehatan Jiwa, pencegahan, dan
penanganan gangguan jiwa di masyarakat dan fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa
▫ Pemahaman yang positif mengenai gangguan jiwa dan ODGJ dengan tidak membuat program
pemberitaan, penyiaran, artikel, dan/atau materi yang mengarah pada stigmatisasi dan
diskriminasi terhadap ODGJ

g. Lembaga keagamaan dan tempat ibadah


Upaya promotif di lingkungan lembaga keagamaan dan tempat ibadah dilaksanakan dalam
bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai Kesehatan Jiwa yang diintegrasikan dalam
kegiatan keagamaan.
2. Prevetif
Upaya preventif merupakan suatu kegiatan untuk mencegah terjadinya
masalah kejiwaan dan gangguan jiwa.
Upaya preventif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:
 Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
 Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
 Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada
masyarakat secara umum atau perorangan; dan/atau
 Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
Upaya preventif Kesehatan Jiwa dilaksanakan di lingkungan:
a. Keluarga
Upaya preventif di lingkungan keluarga dilaksanakan dalam bentuk:
 Pengembangan pola asuh yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa;
 Komunikasi, informasi, dan edukasi dalam keluarga; dan
 Kegiatan lain sesuai dengan perkembangan masyarakat

b. Lembaga
Upaya preventif di lingkungan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dilaksanakan
dalam bentuk:
1. menciptakan lingkungan lembaga yang kondusif bagi perkembangan Kesehatan Jiwa
2. memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai pencegahan gangguan jiwa
3. menyediakan dukungan psikososial dan Kesehatan Jiwa di lingkungan lembaga

c. Masyarakat.
Upaya preventif di lingkungan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk:
• Menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif;
• Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai pencegahan gangguan jiwa; dan
• Menyediakan konseling bagi masyarakat yang membutuhkan.
3. Kuratif
Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan
terhadap ODGJ yang mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan
yang tepat sehingga ODGJ dapat berfungsi kembali secara wajar di
lingkungan keluarga, lembaga, dan masyarakat.

Upaya kuratif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:


• Penyembuhan atau pemulihan;
• Pengurangan penderitaan;
• Pengendalian disabilitas; dan
• Pengendalian gejala penyakit.
Proses penegakan diagnosis terhadap orang yang diduga ODGJ
dilakukan untuk menentukan:
• Kondisi kejiwaan; dan
• Tindak lanjut penatalaksanaan.
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan kriteria diagnostik
oleh:
• Dokter umum
• Psikolog; atau
• Dokter spesialis kedokteran jiwa.

Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di fasilitas


pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa. Penatalaksanaan kondisi
kejiwaan pada ODGJ dilaksanakan melalui sistem rujukan.
Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan
dengan cara rawat jalan atau rawat inap
4. Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif Kesehatan Jiwa merupakan kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan Kesehatan Jiwa yang ditujukan untuk:
 Mencegah atau mengendalikan disabilitas;
 Memulihkan fungsi sosial;
 Memulihkan fungsi okupasional; dan
 Mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ agar mandiri di masyarakat.
Upaya rehabilitatif ODGJ meliputi:
• Rehabilitasi psikiatrik dan psikososial
• Rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi psikiatrik dan psikososial dan rehabilitasi sosial ODGJ dapat
merupakan upaya yang tidak terpisahkan satu sama lain dan berkesinambungan.
Upaya rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, atau
koersif, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun panti sosial.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA POPULASI RENTAN
PENYAKIT MENTAL
1. Pengkajian
• Pendekatan konsep keperawatan : Neuman, Roy dan Orem
• Pertimbangan sosial dan ekonomi
• Pemeriksaan fisik
• Aspek Biologis
• Aspek Psikologis
• Aspek Pola Hidup
• Aspek Lingkungan
2. Perencanaan
• Pelaksanaan peran perawat.
• Client empowerment and health education
• Menerapkan tingkat-tingkat pencegahan
• Promosi perubahan pola hidup
3. Evaluasi
• Evaluasi berfokus pada pencapaian tujuan
• Evaluasi dilakukan untuk membuat intervensi
menjadi lebih efektif
• Evaluasi dilakukan jika suatu kegiatan selesai
dilakukan jika suatu kegiatan selesai
dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai