Anda di halaman 1dari 11

Askep pada Agregat Dalam

Komunitas Populasi Rentan :


Penyakit Mental, Kecacatan
Oleh : Ns. Liza Puspa Dewi, S.Kep., M.Kep
Pengertian Kelompok Rentan
• Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3)
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap
orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak
memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya
• Kelompok masyarakat yang rentan adalah orang lanjut usia, anak-
anak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
Penyakit Mental
• Gangguan kesehatan mental bukanlah sebuah keluhan yang hanya
diperoleh dari garis keturunan.
• Tuntutan hidup yang berdampak pada stress berlebih akan
berdampak pada gangguan kesehatan mental yang lebih buruk.
• Di berbagai pelosok Indonesia masih ditemui cara penanganan yang
tidak tepat bagi para penderita gangguan kesehatan mental.
• Penderita dianggap sebagai makhluk aneh yang dapat mengancam
keselamatan seseorang untuk itu penderita layak diasingkan oleh
masyarakat.
lanjutan
• Kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari
individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif
dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
• Kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial
individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang
lain.
Seseorang yang “sehat jiwa atau mental”
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta 
a. Mampu menghadapi situasi
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta 


a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain "mengakali" dirinya
Lanjutan
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta 
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru
Populasi Rentan Kecacatan
• Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan baginya untuk melakukan aktifitas.
• Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yakni :
(a) Penyandang cacat fisik;
(b) Penyandang cacat mental;
(c) Penyandang cacat fisik dan mental.
lanjutan
• Penyandang cacat juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, diantaranya adalah
berhak memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan yang ada pada mereka.
• Perhatian masyarakat akan keterbatasan yang dimiliki Penyandang
cacat masih sangat kurang, bahkan seringkali diabaikan dan dianggap
sebagai beban.
• Tidak jarang ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki menjadi masalah tersendiri
yang perlu mendapat perhatian
lanjutan
• Pasal 14 UU No.4 tahun 1997 jo Pasal 28 - Pasal 31 PP No.43 tahun
1998 tentang "Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang
Cacat" mewajibkan bahwa setiap pengusaha yang memiliki jumlah
karyawan 100 orang atau lebih pada perusahaannya wajib
mempekerjakan minimal satu orang penyandang cacat untuk
memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan, atau kurang
dari 100 orang jika perusahaan tersebut menggunakan teknologi
tinggi.
lanjutan
• UU No.4 Tahun 1997 memiliki daya paksa untuk dijatuhkannya sanksi
pidana bagi pengusaha atau perusahaan yang tidak mematuhinya.
Oleh karena itu pihak Kepolisian dan Kejaksaan berwenang
melakukan penyidikan atas pelanggaran UU tersebut karena termasuk
tindak pidana. Rendahnya implementasi disebabkan antara lain
ketidaktahuan, enggan melaksanakan, tidak ada pengawasan baik dari
pemerintah maupun masyarakat, serta tidak ada penegakan hukum.
Dengan demikian penyandang cacat perlu memahami hak-haknya
bukan berarti diistimewakan, tetapi juga jangan dimarginalkan.
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai