Semester 7
Part 10
Pengertian
Pengertian Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark
serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(GDPO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis
dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat
(Dewanto, 2009).
Anatomi otak
Struktur Otak
FUNGSI SARAF OTAK
Penyakit ini dibedakan menjadi tiga jenis
1. STROKE ISKEMIK
2. STROKE HEMORAGIK
3. TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK (TIA)
STROKE ISKEMIK
Stroke iskemi
stroke yang ada, jenis ini adalah jenis yang paling banyak
dialami. Stroke jenis ini terjadi ketika pembuluh arteri yang
tersambung ke otak mengalami penyumbatan atau
menyempit. Akibatnya, pasokan darah menuju ke otak
menjadi berkurang (iskemia).
STROKE ISKEMIK
Stroke iskemik dibagi menjadi dua jenis:
1. Stroke trombotik
Jenis stroke ini terjadi ketika terdapat bekuan darah di salah satu pembuluh arteri
yang memasuk darah ke otak pasien. Bekuan darah tersebut terbentuk akibat
adanya timbunan lemak atau plak yang menumpuk di pembuluh arteri. Hal ini
menyebabkan aliran darah ke otak berkurang (aterosklerosis).
2. Stroke emboli
Jenis stroke ini terjadi ketika bekuan darah terbentuk di organ tubuh yang letaknya
jauh dari otak pasien, biasanya dalam organ hati. Jenis bekuan darah ini disebut
dengan istilah embolus
STROKE HEMORAGIK
stroke ini dapat terjadi bila pembuluh darah yang ada dalam otak bocor atau pecah.
disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti
a. tekanan darah tinggi (hipertensi)
b. adanya titik-titik lemah pada dinding pembuluh darah (aneurisma)
c. Pecahnya arteriovenous malformation (AVM), pembuluh darah berdinding tipis
juga turut menjadi penyebab dari stroke hemoragik, meskipun hal ini jarang terjadi.
STROKE HEMORAGIK
Jenis stroke ini dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Pendarahan intraserebral
Pembuluh darah yang ada di otak pecah dan kemudian darah tersebut tumpah ke dalam jaringan
otak yang berada di sekitarnya. Hal ini dapat merusak sel-sel otak. Pendarahan intraserebral dapat
terjadi bila pasien memiliki tekanan darah tinggi, luka berat, kelainan pada pembuluh darah, dan
menggunakan obat pengencer darah.
2. Pendarahan subarachnoid
Pembuluh darah yang berada pada atau dekat permukaan otak pecah dan kemudian darah tersebut
tumpah ke dalam ruang yang berada di antara permukaan otak dan tengkorak pasien. Setelah terjadi
pendarahan, pembuluh darah yang ada di otak akan melebar dan menyempit tak menentu
(vasospasme).
Hal ini menyebabkan sel-sel yang ada pada otak rusak dan aliran darah menuju otak ikut berkurang.
Ketika pasien mengalami hal ini, biasanya pasien akan mengalami sakit kepala parah.
Transient Ischemic Attack (TIA)
3. Transient Ischemic Attack (TIA)
Transient Ischemic Attack (TIA) disebut juga dengan istilah ministroke.
Serangan ini terjadi akibat suplai darah menuju otak berkurang akibat pembuluh
darah tersumbat. Biasanya hal ini hanya terjadi selama kurang dari lima menit dan
bersifat sementara. Namun, bila pasien telah mengalami hal ini, itu berarti berisiko
besar mengalami kerusakan otak permanen.
lanj
Hemiplegia Paralisis wajah, lengan dan Dorong pasien untuk memberikan latihan rentang gerak pada sisi yang
kaki pada sisi yang sama sakit. Berikan mobilisasi sesuai kebutuhan pada sisi yang sakit.
(karena lesi pada hemisfer Pertahankan kesejajaran tubuh dalam posisi fungsional. Latih tungkai
yang berlawanan) yang tidak sakit untuk meningkatkan mobilitas, kekuatan, dan
penggunaan.
Ataksia Berjalan tidak mantap, tegak Dukung pasien selama fase ambulasi awal. Berikan alat penyokong
Tidak mampu menyatukan untuk ambulasi (mis. walker, kruk, tongkat). Instruksikan pasien untuk
kaki, perlu dasar berdiri yang tidak berjalan tanpa bantuan atau alat penyokong
luas
Disartria Kesulitan dalam membentuk Memberikan pasien metode alternatif untuk berkomunikasi Memberi
kata pasien cukup waktu untuk berespons untuk komunikasi verbal. Dukung
pasien dan keluarga untuk menghilangkan frustasi yang berhubungan
dengan kesulitan berkomunikasi.
lanj
Disfagia . Kesulitan menelan Uji refleks faring pasien
sebelum memberikan makanan
dan cairan. Bantu pasien saat
makan. Tempatkan makanan
pada sisi mulut yang tidak sakit.
Berikan waktu yang cukup
untuk makan.
Defisit Sensori
Parestesia (terjadi pada Kebas dan kesemutan Instruksikan pasien untuk menghindari penggunaan
sisi berlawan dari lesi) pada bagian tubuh bagian tubuh ini sebagai tungkai domain Berikan
Kesulitan dalam rentang gerak pada area yang sakit dan berikan alat
proporsional korektif yang diperlukan. Tempatkan barang
perawatan pasien ke arah sisi yang tidak sakit.
Defisit Verbal
Afasia ekspresif Tidak mampu membentuk kata yang dapat Dorong pasien untuk mengulang
dipahami; mungkin mampu bicara dalam bunyi alfabet.
respons kata tunggal
Afasia reseptif Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan: Bicara perlahan dan jelas untuk
mampu bicara tetapi tidak masuk akal. membantu pasien membentuk
bunyi.
Afasia global Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif Bicara perlahan dan dalam kalimat
sederhana; gunakan sikap tubuh
atau gambaran bila mampu
lanj
Defisit kognitif Kehilangan memori Reorientasikan pasien pada waktu, tempat, dan situasi dengan sering.
jangka pendek dan Gunakan petunjuk verbal dan auditorius untuk mengorientasikan pasien.
panjang Penurunan Berikan objek keluarga (foto keluarga, foto favorit) Gunakan bahasa tidak
lapang perhatian rumit dengan pasien. Cocokan tugas visual dengan petunjuk verbal:
Kerusakan kemampuan memegang sakit gigi, mensimulasikan sakit gigi dengan mengatakan “Saya
untuk berkonsentrasi ingin menyikat gigi Anda sekarang” Minimalkan suara dan gambaran
Perubahan penilaian distraksi ketika Ulang dan tekankan instruksi dengan sering
. Defisit emosional Kehilangan kontrol diri . Dukung pasien selama kejadian tidak terkontrol Diskusikan dengan pasien dan
keluarga bahwa 30 Labilitas emosional Penurunan toleransi pada situasi yang
menimbulkan stress Depresi Menarik diri Rasa takut, bermusuhan, dan marah
Perasaan isolasi kejadian tersebut karena proses penyakit. Dorong pasien untuk
berpartisipasi dalam aktivitas kelompok Berikan stimulasi untuk pasien Kontrol
situasi penimbul stress bila mungkin. Berikan lingkungan yang aman Dorong
pasien untuk mengekspresikan perasaan dan frustasi yang berkaitan dengan
proses penyakit
Askep Stroke
Pengkajian
anamnesa
identitas klien,
keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
Diagnosa Keperawatan