Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT

REMAJA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Komunitas II


Dosen Pembimbing : Ns. Siti Yuliharni, M. Kep., Sp. Kep. Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Monika Diara Putri (1911311014)
2. Apriannur (1911311017)
3. Herma Desmillenia Bintari Lijang (1911311020)
4. Westy Ayuningtyas (1911311023)

Kelas : A2 2019

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Remaja” dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas di mata kuliah Keperawatan
Komunitas II. Makalah ini tidak hanya diambil dari satu sumber saja, melainkan dari
berbagai sumber.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing
kami dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Padang, 01 Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
2.1 Overview Tumbuh Kembang Remaja............................................................ 4
2.2 Permasalahan Kesehatan Remaja Permasalahan Emosional.......................... 6
2.3 Permasalahan Kesehatan Remaja Kekerasan dan Penggunaan Zat
Terlarang....................................................................................................... 8
2.4 Permasalahan Kesehatan Remaja Seksualitas, Penyakit Menular Seksual
dan Kehamilan................................................................................................ 9
2.5 Faktor Risiko Permasalahan Kesehatan pada Remaja................................... 10
2.6 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja.................................. 10
2.7 Promosi Prevensi Kesehatan pada Remaja.................................................... 24
2.8 Program Kesehatan Remaja........................................................................... 25
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 32
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 32
3.2 Saran .............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja
menurut WHO (2014), remaja adalah seseorang yang berusia 10 sampai 19 tahun.
Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI (2010), batas usia remaja adalah antara 10
sampai 19 tahun dan belum kawin. Seorang remaja akan diberikan tanggung jawab yang
lebih besar dari kedua orang tuanya agar semakin mempelajari dunia dewasa dan
perlahan  perlahan meninggalkan meninggalkan jiwa kekanak-kanakannya. kekanak-
kanakannya. Remaja yang baik akan mulai mengaktualkan dirinya di dunia sosial.
Namun, tidak sedikit remaja melakukan hal-hal ekstrem untuk menarik perhatian
lingkungannya. Setiap tahapan pertumbuhan dan  perkembangan  perkembangan akan
mengalami mengalami perkembangan perkembangan moral, spiritual, spiritual, dan
psikososial, psikososial, begitu  juga pada remaja.
Masa remaja merupakan masa di mana individu yang sedang mencari identitas
dirinya. Namun, jika remaja tidak dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan
baik maka akan membuat membuat remaja merasa kebingungan kebingungan akan
perannya. perannya. Saat masa inilah remaja sangat rentan mengalami masalah-masalah
yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan kesehatan. Terdapat berbagai masalah
kesehatan di usia remaja yang saat ini marak terjadi di komunitas masyarakat (Wong,
2008), yaitu merokok, kehamilan remaja,  penularan  penularan penyakit penyakit
menular menular seksual, seksual, dan penyalahgunaan penyalahgunaan zat. Hal-hal
Hal-hal tersebut tersebut bisa diatasi dengan melakukan berbagai macam pencegahan.
Perawat berperan dalam menanggulangi permasalahan-permasalahn tersebut sesuai
tingkatan pencegahan baik  pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa transisi, remaja mengalami proses pencarian identitas diri, melepas
ketergantungan dari orang tua, dan bersaha mencapai kemandirian sehingga dapat
diterima dan diakui sebagai orang dewasa (Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Pada
masa ini, terjadi perubahan biologis, kognitif, dan sosial- emosional (Santrock, 2007).

1
Perubahan-perubahan tersebut cenderung membuat remaja berusaha mengeksplor diri,
mengaktualisasikan peran, dan gaya hidup berisiko (Stanhope, & Lancaster, 2004).
Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat,
terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja, dewasa. Kecenderungan merokok
terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki-laki dan perempuan, hal ini
mengkhawatirkan kita semua. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan
Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur
mengalami kelonjakan. Berdasarkan data Susenas tahun 1995, 2001, 2004 dan data
Riskesdas tahun 2007 dan 2010 prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki
(65,85%) dibandingkan perempuan (4,2%). Hampir 80% perokok mulai merokok pada
usianya belum mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan
tidak tahu resiko mengenai bahaya adiktif rokok. Keputusan konsumen untuk membeli
rokok tidak didasarkan pada informasi yang cukup tentang resiko produk yang dibeli,
efek ketagihan dan dampak pembelian yang di ketagihan dan dampak pembelian yang
di bebankan pad bebankan pada orang lain. a orang lain. Trend usia merokok meningkat
pada usia remaja, yaitu pada sekelompok umur 10- 14 tahun dan 15-19 tahun. Hasil
Riskesdas pada tahun 2007,2010 dan 2013 menunjukkan  bahwa usia merokok pertama
kali paling tinggi adalah pada kelompok umur 15-19 tahun. a kelompok umur 15-19
tahun. Global Youth Tobacco Survey (GYTS ) menyatakan Indonesia sebagai negara
dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Selain itu, usia pertama kali mencoba
merokok berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin berdasarkan GYTS 2014,
dimana sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada umur 12-13 tahun, dan
sebagian besar perempuan pertama kali mencoba merokok pada umur ≤ 7 tahun dan 14-
15 tahun.
Berdasarkan data survey dari GYTS tahun 2014 dari total remaja yang di survey
ditemukan 19,4% remaja pengisap tembakau selama 30 hari terakhir. Pada remaja yang
disurvei tersebut didapatkan 35,3% remaja laki-laki dan 3,4% remaja perempuan.
Sementara itu dari total remaja yang disurvei didapatkan 18,3% remaja peghisap rokok
selama 30 hari terakhir, sebanyak 33,9% pada ramaja lakilaki dan 2,5% pada remaja
perempuan.  perempuan. Sedangkan Sedangkan dari total remaja yang di survey
ditemukan ditemukan 2,1% remaja  penghisap rokok elektrik sela  penghisap rokok
elektrik selama 30 hari ma 30 hari terakhir, dan hal terakhir, dan hal ini terjadi ini terjadi

2
pada 3% remaja pada 3% remaja lakilaki dan 1,1% remaja perempuan. Kemudian
didapatkan total remaja yang disurvei sebanyak 32,1% pernah merokok walaupun 1-2
isapan, dan pada remaja tersebut ditemukan 54,1% remaja lakilaki dan 9,1% remaja
perempuan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana overview tumbuh kembang remaja?
2. Apa saja permasalahan kesehatan remaja permasalahan emosional?
3. Apa saja permasalahan kesehatan remaja kekerasan dan penggunaan zat
terlarang?
4. Apa saja permasalahan kesehatan remaja seksualitas, penyakit menular seksual
dan kehamilan?
5. Apa saja faktor risiko permasalahan kesehatan pada remaja?
6. Bagaimana proses asuhan keperawatan komunitas pada remaja?
7. Apa saja promosi prevensi kesehatan yang dapat dilakukan pada remaja?
8. Apa saja program kesehatan remaja?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan komunitas agregat remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui overview tumbuh kembang remaja
b. Mengetahui permasalahan kesehatan remaja permasalahan emosional
c. Mengetahui permasalahan kesehatan remaja kekerasan dan penggunaan zat
terlarang
d. Mengetahui permasalahan kesehatan remaja seksualitas, penyakit menular
seksual dan kehamilan
e. Mengetahui faktor risiko permasalahan kesehatan pada remaja
f. Mengetahui proses asuhan keperawatan komunitas pada remaja
g. Mengetahui promosi prevensi kesehatan yang dapat dilakukan pada remaja
h. Mengetahui program kesehatan remaja

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Overview Tumbuh Kembang Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional , sosial dan fisik.
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh calon (dalam monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini&Situ Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat
(1990:23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan
dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan maupun bertindak, tetapi bukab pula orang
dewasa yang lebih matang.
Menurut World Health Organization (2014), remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi,
dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu priode
masa pematangan ogan reproduksi manusia dan sering disebut masa

5
pubertas. Masa remaja adalah priode peralihan dari masa ana ke masa
dewasa (Widastuti, Rahmawati, Purmaningrum, 2019).
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja
(adolescne) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
dan masa dewasayang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
ekonomi. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun= masa remaja awal, 15-18
tahun=masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun= masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Harditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15
tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21
tahun (Deswita, 2006:192

2.1.2 Batasan Usia Remaja


Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19
tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun
dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

2.1.3 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada
fase remaja awal (11-14 tahun)karakteristik seks sekunder mulai tampak,
seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis
pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis.
Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja
pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20
tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja
telah matang secara fisik.
2. Kemampuan berpikir

6
Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta
membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya
sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu
memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual
sudah terbentuk.
3. Identitas
Pada tahap awal, ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan dengan
penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran, mengubah
citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai banyak
fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi terhadap
citra tubuh serta peran jender hampir menetap pada remaja di tahap akhir.
4. Hubungan dengan orang tua
Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah ciri
yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak terjadi
konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap
pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan kontrol.
Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan
diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua dapat dilalui
dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.
5. Hubungan dengan sebaya
Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman
sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh
perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang
sama, namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik
lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam
kelompok; standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga
penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada
tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan
yang berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan
antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen.

2.2 Permasalahan Kesehatan Remaja Permasalahan Emosional

7
2.2.1 Permasalahan Emosional
Gangguan mental emosional adalah gejala orang yang menderita
karena memiliki masalah mental atau jiwa, lalu jika kondisi tersebut tidak
segera ditangani maka akan menjadi gangguan yang lebih serius (Idaiani,
2010). Selain itu, gangguan mental emosional juga disebut dengan istilah
distres psikologik atau distres emosional (Idaiani, Suhardi, & Kristanto,
2009). Pada keadaan tertentu gangguan ini dapat diderita oleh semua orang
namun dapat pulih kembali seperti keadaan semula jika dapat diatasi oleh
individu tersebut atau berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tetapi
jika tidak dapat diatasi maka akan berlanjut menjadi gangguan yang lebih
serius (Kemenkes RI, 2013).
Gangguan mental emosional ditandai dengan menurunnya fungsi
individu pada ranah keluarga, pekerjaan atau pendidikan, dan masyarakat
atau komunitas, selain itu gangguan ini berasal dari konflik alam bawah
sadar yang menyebabkan kecemasan. Depresi dan gangguan kecemasan
merpakan jenis gangguan mental emosional yang lazim ditemui di
masyarakat. (Kurniawan & Sulistyarini, 2016).
a. Ansietas
Kecemasan merupakan sesuatu kekhawatiran yang tidakjelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pastidan tidak
berdaya (Stuart, 2007). Kecemasan disertai dengan perasaan tegang,
lesu,cepat lelah, susah tidur,suka berkonsentrasi, dan daya ingat yang
mengalami penurunan. Remaja yang mengalami ansietas atau
kecemasan pada umumnya memiliki gejala psikosomatis seperti
keringat dingin, tremor, mual dan gugup. Umumnya remaja
mengalami tingkat kecemasan ringan dan kecemasan sedang yang
sering muncul di dalam dirinya. Kecemasan ringan atau kecemasan
sedang yang terjadi pada remaja diketahui timbul karena beberapa
faktor yaitu pengalaman masa lalu, bentuk keadaan fisik, konflik
interpersonal, dan sebagainya.
Adapun saran yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan
kecemasan pada remaja, yaitu :

8
 Orangtua, mampu membangun hubungan yang positif dengan
remaja
 memaksimal fungsi Bimbingan dan Konseling di sekolah
 Masyarakat dapat menciptakan support system yang baik bagi
perkembangan remaja
b. Depresi
Menurut Kaplan dan Sadick (1998) dalam Sabila (2010), depresi
merupakan suatu masa tergangguanya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan
bunuh diri. Remaja sering mengalami perubahan suasana hati. Jika
perubahan suasana hati atau perilaku remaja berlangsung lama dan
sampai mengganggu aktivitasnya, sebaiknya remaja segera dilakukan
konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Depresi pada remaja bisa
dipicu oleh beberapa faktor seperti dari lingkungan, perubahan
hormon, pengalaman traumatis, hingga genetik atau faktor keturunan.

2.2.2 Cara Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan Fisik Dan Psikis Masa
Remaja
Penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi
perkembangan intelegensi, perkembangan peran sosial, perkembangan peran
seksual dam perkembangan moral dan religi.
1. Penerimaan Atas Diri Sendiri
Perubahan dan perkembangan yang pesat oleh remaja sebaiknya dapat
dijadikan motivasi untuk dapat menjadi seseorang yang dapat
mencapai kematangan menuju kedewasaan yang bertanggung jawab
terhadap diri dan kehidupan sekitarnya. Janganlah berpikir jika
perubahan bentuk tubuh yang terjadi itu adalah sebuah kesialan karena
tidak seperti yang kita inginkan, siswa harus dapat menerimanya
bengan lapang dada karena masih banyak orang lain yang mungkin
lebih buruk dari yang kita alami sekarang.

9
2. Membiasakan hidup sehat
3. Mengatur aktifitas
4. Menanamkan keimanan kepada Tuhan YME. Ketebalan dan kekuatan
iman merupakan kunci pokok perkembangan mental
5. Menghindari pengaruh lingkungan yang tidak baik. Ini merupakan hal
yang paling sulit, karena ada perasaan takut dikucilkan
6. Mengarahkan aktifitas berkelompok di kalangan remaja ke arah
kegiatan yang positif misalnya menyalurkan hobi berkelahi dengan
mengikutsertakan anak dalam klub bela diri, dan sebagainya

2.3 Permasalahan Kesehatan Remaja Kekerasan dan Penggunaan Zat Terlarang


Konsep Napza
2.3.1 Kekerasan Remaja
Kekerasan remaja/Peer violence didefinisikan sebagai tindakan
kekerasan fisik, emosional atau seksual yang dilakukan oleh teman sebaya
di usia sekolah (Wandera dkk., 2017). World Health Organization (WHO)
telah menyatakan bahwa kekerasan remaja berdampak seumur hidup pada
fungsi psikologis dan sosial seseorang. Pada umumnya kekerasan pada
remaja itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu secara langsung (agresi fisik,
ancaman, dan ejekan), tidak langsung (menyebarkan berita palsu dan
pengucilan dari kelompok), dan intimidasi.
Dampak negatif dari peer violence bisa terjadi dari segi kesehatan
fisik maupun psikologis :
 Masalah kesehatan fisik : masalah kesehatan fisik anak-anak dan
gejala psikosomatik. Psikosomatik adalah suatu kondisi atau
gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh, hingga memicu
munculnya keluhan fisik, seperti sakit kepala, kelelahan, sakit
perut dan pusing
 Masalah psikologis: harga diri yang rendah, perasaan depresi,
kecemasan sosial, gangguan tidur, rendahnya efikasi diri, kesepian,
keputusasaan dan ide bunuh diri

10
2.3.2 Penggunaan Zat Terlarang
Penelitian (Peltzer & Ah, 2017) mengatakan remaja yang berisiko
penyalahgunaan NAPZA adalah remaja yang perokok aktif, peminum
alkohol, 4 tingkat pendidikan orang tua rendah, status sosial ekonomi
rendah, tingkat stres tinggi, depresi, pengalaman mendapatkan dan
melakukan kekerasan, dan tinggal di daerah pedesaan atau kota kecil.
Pemakaian zat, terutama obat-obatan oleh anak-anak dan remaja
mengakibatkan perubahan status kesadaran diyakini dapat merefleksikan
perubahan yang terjadi dalam hidup mereka dan stress yang ditimbulkan
oleh perubahan tersebut.
Beberapa jenis penyalahgunaan obat dapat berupa alcohol, kokain,
narkotik(meliputi opiate seperti heroin, morfin, fentanyl, hidromorfon,
kodain), depresan dan stimulan sistem saraf pusat, dan obat-obatan yang
memengaruhi pikiran (halusinogen). Perawat sekolah dan perawat yang
bekerja di komunitas berperan penting dalam mengidentifikasi keluarga
dengan masalah penyalahgunaan zat. Indentifikasi awal pada keluarga
dengan masalah penyalahgunaan zat adalah hal penting untuk mencegah
penyalahgunaan zat pada anak-anak dan remaja.

2.4 Permasalahan Kesehatan Remaja Seksualitas, Penyakit Menular Seksual


dan Kehamilan
Aktivitas seksual remaja dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
yang serius. Remaja yang aktif secara seksual rentan mengalami hamil diluar
nikah yang tertular penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak diinginkan
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya pengetahuan
mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan kehamilan, akibat
terjadinya pemerkosaan, dan kegagalan alat kontrasepsi.
Faktor perilaku berpengaruh dalam meningkatkan resiko kesehatan seksual,
faktor tersebut antara lain memulai hubungan seksual pada usia dini, prevalensi
yang tinggi diantara pasangan seksual, dan penggunaan pelindung atau kontasepsi
yang tidak konsisten. Sebagai contoh, kebanyakan infeksi HIV yang didiagnosis
dimasyarakat usia 20an tahun ternayata diperoleh ketika remaja.

11
2.5 Faktor Resiko Permasalahan Kesehatan pada Remaja
1. Ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada tindakan
yang tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir panjang.
2. Penerimaan (akseptansi) menyeluruh terhadap setiap perubahan bentuk dan
fungsi tubuhnya sebagai usaha penyesuaian diri terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Mereka merasa tidak puas akan penampilannya. Mereka
terhambat dalam hal akseptansi karena menyadari pentingnya penampilan
dalam penerimaan sosial. Apalagi pada saat pubertas ini, minat terhadap
jenis kelamin lain mulai berkembang pula.
3. Perkembangan seksual yang meningkat. Pemuasan dorongan seks masih
dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan
pengetahuan yang benar tentang seksualitas yang pada awalnya berupa
keinginan untuk jatuh cinta atau bercinta
4. Krisis identitas. Setiap remaja harus mam.pu melewati krisisnya dan
menemukan jati dirinya. Sehingga dapat memahami dirinya sendiri,
kemampuan dan kelemahan dirinya serta peranan dirinya dalam
lingkungannya.
5. Ikatan kelompok yang kuat. Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan
segala keinginan dirinya menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk
berkelompok. Dalam kelompok, segala 38 kekuatan dirinya seolah-olah
dihimpun sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang besar

2.6 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja


RW 02 Kelurahan A mempunyai jumlah penduduk 550 jiwa (110 KK).
Diketahui jumlah remaja di RW 02 kelurahan A adalah 95 orang, yang terdiri dari
53 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 42 orang, dengan persentase 18,09%
dari jumlah penduduk RW 02. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa sebagian
besar para remaja masih tinggal bersama orang tuanya. Sistem komunikasi
Sebagian besar remaja kalau ada masalah memberitahukan masalahnya kepada
teman sebaya yang dekat dengannya, ada juga yang hanya diam saja, dan
mengalihkan masalahnya dengan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti kebut-

12
kebutan. Para remaja banyak tidak mengikuti dan tidak berperan serta dalam
kelompok organisasi di komunitas mereka. Belum terdapatnya lokasi untuk wadah
perkumpulan remaja seperti karang taruna. Biasanya remaja lebih memilih
rekreasi dengan duduk di warung sambil merokok dan minum-minuman.
Hasil Kuesioner :
a) 50% remaja menggunakan sebagian waktu untuk kebut-kebutan dijalan
raya.
b) Hampir seluruh remaja mempunyai kendaraan bermotor 89%.
c) 65% remaja merokok
d) 15% remaja minum beralkohol
e) Narkoba 10%
f) Prilaku seksual menyimpang 5%

Hasil Wawancara: Beberapa remaja mengatakan bahwa umumnya mereka


mengisi waktu luang di luar rumah, seperti: kebut-kebutan di jalan raya. Beberapa
remaja mengatakan bahwa mereka jarang melakukan olahraga.
Hasil Observasi : tidak ditemukannya wadah perkumpulan remaja, seperti
Karang Taruna di RW 02 kelurahan A. Tidak adanya kegiatan olahraga dan tidak
terdapat sarana olahraga di kelurahan
A. Pengkajian
Pengkajian Community As Patner (CAP)
Jenis Data Komponen Hasil Pengkajian
Core Demografi RW 02 Kelurahan A mempunyai jumlah penduduk 550
(Inti) jiwa (110 KK), jumlah remaja 95 orang, yang terdiri
dari 53 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 42
orang, dengan persentase 18,09% dari jumlah
penduduk RW 02. Sebagian besar para remaja masih
tinggal bersama orang tua.
Karakteristik  Fisik : Di RW 02 Kelurahan A tidak dilakukan
kegiatan olahraga dan tidak terdapat sarana
olahraga.
 Sosial : Komunitas warga acuh terhadap
permasalahan kesehatan, dilihat dati data

13
banyaknya remaja yang merokok, minum alkohol,
narkoba, dan perilaku seksual menyimpang.
Subsystem Lingkungan Tidak terdapat lokasi untuk wadah perkumpulan remaja
Fisik seperti karang taruna
Layanan Tidak ditemukannya wadah perkumpulan remaja,
Kesehatan seperti Karang Taruna di RW 02 kelurahan A dan tidak
dan Sosial terdapat sarana olahraga di kelurahan.
Transportasi Sekitar 89% remaja di RW 02 kelurahan A mempunyai
dan kendaraan bermotor. Sekitar 50% remaja sering kebut-
Kemanan kebutan di jalan raya yang mengakibatkan lalu lintas
menjadi tidak aman.

Politik dan Para remaja di RW 02 Kelurahan A banyak tidak


Pemerintahan mengikuti dan tidak berperan serta dalam kelompok
organisasi di komunitas
Komunikasi Sistem komunikasi sebagian besar remaja kalau ada
masalah memberitahukan masalahnya kepada teman
sebaya yang dekat dengannya, ada juga yang hanya
diam saja, dan mengalihkan masalahnya dengan
kegiatan yang tidak bermanfaat seperti kebut-kebutan
Rekreasi Karena belum adanya lokasi untuk wadah
perkumpulan, remaja lebih memilih rekreasi dengan
duduk di warung sambil merokok dan minum-
minuman keras.
Persepsi Remaja Para remaja cenderung acuh terhadap kesehatan,
dibuktikan dengan banyaknya remaja yang merokok,
narkoba, minum alkohol, dan perilaku seksual
menyimpang.

14
B. Analisis Data
Data Masalah Etiologi
Ds : Perilaku kesehatan Pemilihan gaya hidup
a) Remaja mengatakan mereka cenderung beresiko tidak sehat : Merokok,
mengisi waktu luang di luar (D.0099) komsumsi alkohol,
rumah, seperti: kebut- narkoba, dan perilaku
kebutan di jalan raya seksual menyimpang.

Do :
a) Remaja sering duduk di
warung sambil merokok dan
minum-minuman
b) 50% remaja melakukan
kebut-kebutan dijalan raya
c) 65% remaja merokok
d) 15% minum beralkohol
e) Narkoba 10%
f) Prilaku seksual
menyimpang 5%

Ds : Pemeliharaan kesehatan Ketidakcukupan


a) Beberapa remaja tidak efektif sumber daya : Tidak
mengatakan bahwa mereka (D.0117) adanya fasilitas
jarang melakukan olahraga. olahraga untuk
menunjang kesehatan
Do : remaja di komunitas
a) Tidak adanya kegiatan dan Tidak adanya
olahraga dan tidak terdapat wadah kegiatan remaja
sarana olahraga di sehingga tidak ada
kelurahan. keinginan untuk
b) Para remaja banyak tidak perbaikan perilaku
mengikuti dan tidak sehat.

15
berperan serta dalam
kelompok organisasi di
komunitas mereka
c) Belum terdapatnya lokasi
untuk wadah perkumpulan
remaja seperti karang
taruna.
d) Biasanya remaja lebih
memilih rekreasi dengan
duduk di warung sambil
merokok dan minum-
minuman.

C. Diagnosis Keperawatan
a) Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d Pemilihan gaya hidup tidak
sehat: Merokok, komsumsi alkohol, narkoba, dan perilaku seksual
menyimpang (D.0099)
b) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d Ketidakcukupan sumber daya
(D.0117)

D. Perencanaan Keperawatan
a) Prioritas Masalah

Dx Pentingnya Perubahan Positif Penyelesaian untk Total


Penyelesaian Untuk Penyelesaian Peningkatan Score
Masalah di Komunitas Kualitas Hidup
Perilaku 3 3 3 9
kesehatan
cenderung
beresiko
(D.0099)
Pemeliharaan 3 2 3 8

16
kesehatan
tidak efektif
(D.0117)

Note 1 : Rendah, 2 : Sedang, 3 : Tinggi

17
b) Intervensi Keperawatan Komunitas (SDKI, SLKI, SIKI)

Rencana Tindakan
Dx Tujuan
Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Perilaku Berkurangnya Prevensi Primer Prevensi Primer
kesehatan perilaku L.12107 Perilaku Kesehatan I.12383 Edukasi Kesehatan
cenderung beresiko pada a) Kemampuan melakukan tindakan a) Observasi : identifikasi kesiapan dan
beresiko agregat pencegahan masalah kesehatan kemampuan menerima informasi
(D.0099) remaja di RW meningkat b) Terapeutik : sediakan materi dan media
02 Kelurahan b) Kemampuan peningkatan kesehatan pendidikan kesehatan, berikan kesempatan untuk
A meningkat bertanya
c) Edukasi : jelaskan faktor risiko yang dapat
Prevensi Sekunder mempengaruhi kesehatan, Ajarkan strategi
L.14128 Kontrol Resiko meningkatkan hidup sehat
a) Kemampuan melakukan strategi
kontrol resiko meningkat Prevensi Sekunder
b) Kemampuan mengubah perilaku I.12463 Manajemen Perilaku
meningkat a) Observasi : Identifikasi harapan untuk
c) Kemampuan menghindari faktor megendalikan perilaku
resiko meningkat b) Terapeutik : Jadwalkan kegiatan terstruktur,
Prevensi Tersier tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
L.08064 Status Kenyamanan cegah perilaku pasif dan agresif, beri penguatan

18
a) Komsumsi alkohol menurun positive terhadap keberhasilan mengendalikan
b) Penggunaan zat menurun perilaku
c) Dukungan sosial dari keluarga c) Edukasi : Informasikan keluarga bahwa keluarga
meningkat adalah sebagai dasar pembentukan kognitif
d) Kesejahteraan fisik meningkat
Prevensi Tersier
I.13477 Dukungan keluarga Merencanakan
Perawatan
a) Observasi : Identifikasi kebutuhan dan harapan
keluarga tentang kesehatan, identifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, identifikasi
tindakan yang dapat dilakukan keluarga
b) Terapeutik : Gunakan sarana dan fasilitas yang
ada dalam keluarga, gunakan peruahan
lingkungan rumah secara optimal
c) Edukasi : Anjurkan menggunakan fasilitas yang
kesehatan yang ada,ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga.

Pemelihara Meningkatn Prevensi Primer Prevensi Primer


an ya L.12106 Pemeliharaan Kesehatan I.12389 Edukasi Latihan Fisik

19
kesehatan kesadaran a) Menunjukkan perilaku adaptif a) Observasi : Identifikasi kesiapan dan
tidak dan meningkat kemampuan menerima informasi
efektif efektifitas b) Menunjukkan pemahaman b) Terapeutik : Sediakan materi dan media
(D.0117) pemwlihara perilaku sehat meningkat pendkes, berikan kesempatan untuk
an c) Kemampuan menjalankan bertanya
kesehatan perilaku sehat meningkat c) Edukasi : Jelaskan manfaat kesehatan dan
remaja di L.12104 Manajemen Kesehatan efek fisiologis olahraga, jelaskan jenis
RW 02 a) Melakukan tindakan untuk latihan yang sesuai dengan kondisi
Kelurahan mengurangi faktor resiko kesehatan, ajarkan latihan pemanasan dan
A meningkat pendinginan yang tepat
b) Aktifias sehari-hari efektif I.12472 Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
memenuhi tujuan kesehatan a) Observasi : Identifikasi perilaku upaya

meningkat kesehatan yang dapat ditingkatkan


b) Edukasi : Anjurkan melakukan aftivitas

Prevensi Sekunder fisik setiap hari, anjurkan tidak merokok


L.14128 Kontrol Resiko di dalam da di luar rumah
a) Kemampuan melakukan
strategi kontrol resiko Prevensi Sekunder

20
meningkat I.12463 Manajemen Perilaku
b) Kemampuan mengubah a) Observasi : Identifikasi harapan untuk
perilaku megendalikan perilaku
Prevensi Tersier b) Terapeutik : Jadwalkan kegiatan
L.0321 Ketahanan Komunitas terstruktur, tingkatkan aktivitas fisik
a) Keberlanjutan pelayanan rutin sesuai kemampuan cegah perilaku pasif
komunitas meningkat dan agresif, beri penguatan positive
b) Ketersediaan pelayanan terhadap keberhasilan mengendalikan
kesehatan meningkat perilaku
c) Ketersediaan sumber daya c) Edukasi : Informasikan keluarga bahwa
untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah sebagai dasar
dasar meningkat pembentukan kognitif
d) Akses ke sumber daya
eksternal meningkat Prevensi Tersier
I. 14584 Pengembangan Kesehatan
Masyarakat
a) Observasi : Identifikasi potensi atau aset
dalam masyarakat terkait isu yag dihadapi

21
b) Terapeutik : libatkan anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran terhadap
isu dan masalah kesehata yang dihadapi,
libatkan anggota masyarakat dalam
mengembangkan jaringan kesehatan,
kembangkan strategi dalam manajemen
konflik

D. Implementasi

Dx Hari/ Tanggal Sasaran Aktivitas


Perilaku Senin, 22 Februari Warga RW 02  Memberikan pendidikan kesehatan terkait Merokok, Alkohol dan Narkoba
kesehatan 2022 Kelurahan A dengan rincian :
cenderung 08.00 – 09.30 WIB Terkhusus a) Bahaya merokok, alkohol dan narkoba bagi kesehatan
beresiko Remaja b) Langkah-langkah yang dilakukan untuk berhenti merokok,
(D.0099) meminum alkohol dan menggunakan narkoba
c) Hidup sehat tanpa merokok, alkohol dan narkoba
Selasa, 23 Februari Warga RW 02  Memberikan Pendidikan kesehatan terkait dengan perilaku seksual
2022 Kelurahan A menyimpang dengan rincian :
08.00 – 10.00 WIB Terkhusus a) Pengertian perilaku seksual menyimpang

22
Remaja b) Jenis-jenis penyimpangan seksual dan cara mengatasi
 Melakukan diskusi dengan keluarga terkait perilaku kesehatan remaja yang
beresiko
Pemeliharaan Kamis, 25 Februari  Memberikan edukasi kesehatan terkait dengan latihan fisik (Olahraga)
kesehatan 2022 dengan rincian :
tidak efektif 08.00 – 11.00 WIB a) Manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahragaj
(D.0117) b) Jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan ajarkan
c) Latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat

23
2.7 Promosi Prevensi Kesehatan pada Remaja
Pada usia remaja, individu biasanya dapat mengendalikan diri mereka sendiri
dalam memenuhi kebutuhan kesehatan mereka. Namun, karena perubahan maturasi,
mereka membutuhkan penyuluhan dan bimbingan di beberapa area perawatan
kesehatan.
Upaya Promosi Kesehatan dan kesejahteraan pada remaja meliputi skrining
penggunaan tembakau, alcohol dan obat-obatan, serta praktik seksual, dan juga
pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan. Menurut Barbara Kozier,
dkk. Pedoman Promosi Kesehatan untuk Remaja adalah:
a. Pemeriksaan Fisik
Untuk mengetahui keadaan remaja dan masalah yang dialami oleh remaja,
sehingga dapat menentukan prioritas masalah kesehatan pada kelompok remaja
b. Tindakan Perlindungan
 Imunisasi sesuai rekomendasi seperti tetaus-difteria untuk dewasa dan vaksin
hepatitis B
 Skrining tuberculosis
 Skrining penglihatan dan pendengaran secara berkala
 Mendapatkan dan memberikan informasi yang akurat tentang isu-isu seksual
c. Keselamatan Remaja
 Remaja bertanggung jawab untuk menggunakan kendaraan secara aman
(misalnya, menyelesaikan kursus mengemudi mengenakan sabuk keselamatan
dan helm).
 Pastikan bahwa remaja telah mengambil tindakan kewaspadaan yang tepat
selama melaksanakan semua jenis kegitan atletik (misalnya, pengawasan
medis perlengkapan yang sesuai).
 Orang tua tetap mempertahankan jalur komunikasi yang terbuka dan waspada
terhadap adanya tanda-tanda penggunaan zat dan gangguan emosi pada
remaja.
d. Nutrisi dan olahraga
 Pentingnya kudapan yang sehat serta pola asupan makanan dan olahraga yang
sesuai
 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan masalah nutrisi (misalnya, obesitas,
anoreksia nervosa, bulimia)
 Menyeimbangkan aktivitas santai dan olahraga yang teratur
24
e. Interaksi Sosial
 Mendorong remaja untuk membangun hubungan yang mendukung diskusi
tentang perasaan, masalah dan rasa takut
 Orang tua mendukung berbagai kegiatan kelompok remaja yang meningkatkan
nilai-nilai moral dan spiritual yang sesuai
 Orang tua bertindak sebagai model peran untuk interaksi sosial yang sesuai
 Orang tua menciptakan lingkungan rumah yang nyaman untuk aktivitas
kelompok remaja yang sesuai
Tingkat pencegahan:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit.
Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi, dan bimbingan dini
dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosis dini dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya, mengkaji dan memberi intervensi
segera terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian
individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga.
Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang
menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat
proses penyakit.

2.8 Program Kesehatan Remaja


2.8.1 Program Kesehatan atau Kebijakan Pemerintah
a. Pengertian PKPR
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
25
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR
adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja
adalah dengan pembentukan program Pelayanan kesehatan peduli remaja
(PKPR) yang merupakan program pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
remaja, dimana diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada remaja
untuk dapat mewujudkan remaja sehat. PKPR telah diperkenalkan semenjak
tahun 2003 oleh Kementerian Kesehatan R.I. dimana model pelayanan
kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja, menyenangkan,
menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja.
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social
budaya setempat dan didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

b. Ciri Khas atau Karakteristik PKPR


Berikut ini karakteristik PKPR merujuk WHO (2003) yang menyebutkan
agar Adolescent Friendly Health Services (AFHS) dapat terakses kepada
semua golongan remaja, layak, dapat diterima, komprehensif, efektif dan
efisien, memerlukan:
1. Kebijakan yang peduli remaja.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja.
3. Petugas khusus yang peduli remaja.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja.
6. Partisipasi/keterlibatan remaja.
7. Keterlibatan masyarakat.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung, serta mengupayakan
pelayanan sebaya.
26
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif.
10. Pelayanan yang efektif
11. Pelayanan yang efisien

c. Prevalensi PKPR
Indonesia telah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan dalam
konsumsi produk tembakau, terutama rokok, demikian pernyataan Menteri
Kesehatan RI, yang disampaikan oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM, pada acara
talkshow sebagai rangkaian puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
(HTTS) tahun 2016 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (31/5).
HTTS 2016 diharapkan menjadi momentum masyarakat agar berani
bersuara lantang untuk menyuarakan kebenaran. Jangan biarkan masyarakat
membunuh dirinya dengan candu rokok yang mematikan.
Kebiasaan buruk merokok juga meningkat pada generasi muda. Data
Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang
merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada
tahun 2014. Dan yang lebih mengejutkan, lebih mengejutkan adalah usia mulai
merokok semakin muda (dini). Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat
lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di
tahun 1995 menjadi 18% di tahun 2013.

d. Tujuan PKPR di Puskesmas


 Tujuan Umum:
Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.
 Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas.
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja
27
e. Strategi Pelaksanaan PKPR di Puskesmas
Mempertimbangkan berbagai keterbatasan Puskesmas dalam
menghadapi hambatan untuk dapat memenuhi elemen karakteristik tersebut
diatas, maka perlu digunakan strategi demi keberhasilan dalam pengembangan
PKPR di puskesmas, sebagai berikut:
a. Penggalangan kemitraan, dengan membangun kerjasama atau jejaring
kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan publik,
sehingga adanya PKPR di puskesmas dapat pula dipromosikan oleh
pihak lain, dan selanjutnya dikenal dan didukung oleh masyarakat.
Selain itu, kegiatan di luar gedung, yang menjadi bagian dari kegiatan
PKPR, amat memerlukan kemitraan dengan pihak di luar kesehatan.
Kegiatan berupa KIE, serta Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat/PKHS (life Skills Education/LSE) seperti ceramah, diskusi, role
play, seperti halnya konseling, dapat dilakukan oleh petugas terlatih di
luar sektor kesehatan dan LSM.
b. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
Strategi dilaksanakannya PKPR dan keterbatasan kemampuan
pemerintah, hingga PKPR dapat segera dilaksanakan, sambil dilakukan
penyempurnaan dalam memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana.
c. Penyertaan remaja secara aktif.
Dalam semua aspek pelayanan mulai perencanaan, pelaksanaan
pelayanan dan evaluasi, remaja secara aktif diikut-sertakan. Dalam
menyertakan remaja dianjurkan dipilih kelompok remaja laki-laki dan
perempuan yang dapat "bersuara" mewakili Puskesmas untuk informasi
penyediaan pelayanan kepada sebayanya dan sebaliknya mewakili
sebayanya meneruskan keinginan, kebutuhan, dan harapannya berkaitan
dengan penyediaan pelayanan. Selain itu dengan keterlibatan remaja ini,
informasi pelayanan dapat cepat meluas, menjangkau baik remaja laki-
laki maupun perempuan, serta memperkenalkan lebih awal konsep
keadilan dan kesetaraan gender.
d. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.

28
Pada awal pelaksanaan diupayakan biaya pelayanan serendah mungkin,
bahkan kalau mungkin gratis.
e. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis
termasuk laboratorium dan rujukan, harus lengkap dilaksanaan secara
bersamaan dari sejak awal dilaksanakannya PKPR. Tanpa konseling,
pelayanan tidak akan disebut PKPR, melainkan pelayanan kesehatan
remaja seperti sebelum dikenalnya PKPR.
f. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Keberhasilan pelayanan ditentukan antara lain oleh ketepatan penetapan
sasaran, sesuai dengan hasil kajian sederhana sebelum pelayanan
dimulai. Sasaran ini misalnya remaja sekolah, anak jalanan, karang
taruna, buruh pabrik, pekerja seks komersial remaja dan sebagainya.
g. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan.
Perluasan kegiatan minimal PKPR ditentukan sesuai dengan masalah
dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan Puskesmas,
misalnya pelaksanaan PKHS dengan pilihan kegiatan mengadakan FGD
(Focus Group Discussion/diskusi kelompok terarah diantara remaja
tentang seks pra-nikah didukung dengan penyebarluasan slogan dan
keterampilan "bagaimana bilang tidak" untuk seks- pranikah.
h. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodik yang dilakukan oleh tim
Jaminan Mutu Puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan
akses dan kualitas PKPR.

2.8.2 Contoh PKPR (Pembentuk Komunitas Promotor Kesehatan Remaja di


Depok)
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Banyak permasalahan
kesehatan di Indonesia yang dapat dicegah melalui kegiatan promosi kesehatan.
Pembentukan Komunitas Promotor Kesehatan Remaja akhirnya dibentuk pada
29
tanggal 29-30 Juli 2016 lalu di Eco Edu Sentul Bogor dengan menggandeng
perwakilan remaja SMP/SMA sederajat se-Kota Depok.
PKPR dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan remaja
bermasalah untuk menentukan pelayanan yang dibutuhkan remaja, serta Fokus
Grup Diskusi (FGD) dengan kelompok remaja bermasalah di wilayah kerja
puskesmas yang terpilih. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja bermasalah
kesehatan reproduksi usia 15-24 tahun di wilayah kerja puskesmas PKPR di kota
terdekat.Jumlah puskesmas yang menyelenggaran PKPR mengalami kenaikan
namun implementasi program PKPR belum seperti yang diharapkan. Demikian
informasi masalah kesehatan remaja di Kabupaten Kediri terutama HIV/AIDS
pada tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan, sedangkan data cakupan
pelayanan pada remaja adalah 65 % masih rendah dibandingkan Kabupaten/Kota
lain yang mencapai 70 % dengan standar pelayanan minimal 80 %. Keberhasilan
implementasi dipengaruhi oleh komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur
birokrasi (Anonim). Sejak tahun 2003 Kementerian Kesehatan sudah
mencanangkan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) yang
berbasis di Puskesmas dengan prinsip dapat terakses oleh semua golongan
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan,
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.
Pada akhir 2008 tercatat 22,3 % Puskesmasdiseluruh Indonesia telah
melaksanakan PKPR. Jenis kaiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan
edukasi, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling,
pendidikan keterampilan hidup sehat, pelatihan PeerCounselor/Konselor sebaya
dan pelayanan rujukan sosial dan medis (Fadhlina,2012). Namun hal itu belum
dapat semua terpenuhi pada tempat pelayanan PKPR di Puskesmas pada lokasi
penelitian seperti, belum tersedia secara merata ada tempat ruangan khusus
konsultasi pelayanan remaja dan staf tenaga khusus PKPR (dokter khusus
kejiwaan/psikologi) di puskesmas yang sesuai dengan keinginan remaja.
Kegiatan PKPR :
1. Blusukan ke Sekolah : Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna
memprogramkan blusukan ke sekolah-sekolah bersama Perangkat Daerah
(OPD). Kegiatan ini sebagai bentuk antisipasi penyimpangan pergaulan

30
negatif yang melanggar hukum. Belakangan ini marak informasi kebrutalan
kelompok geng motor di sejumlah tempat di Depok.
2. Ti-Rock (tinggalkan rokok) : Pantau Tingkat Perokok di Kalangan Pelajar,
BPJS Kesehatan Galakkan Ti-Rock. BPJS Kesehatan cabang Depok
melakukan evaluasi pencapaian program
3. Tinggalkan Rokok (Ti-Rock) melalui pemeriksaan smokerlyzer di SMP
Negeri 11 Depok pada 11 Desember 2017. Program yang dimulai sejak
September 2017 itu bertujuan untuk mengedukasi massal dan skrining bagi
pelajar tentang bahaya merokok.
4. Berhenti merokok bersama : Program berhenti merokok khusus remaja ini
merupakan program pilot project pertama di Indonesia yang diadakan atas
kerjasama FKM UI, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan Kota Depok.
Program ini merupakan adopsi dari program "Not On Tobacco" yang
dikembangkan oleh American Lung Association dan dinyatakan sebagai
program berhenti merokok remaja yang paling efektif di negaranya.
Bahkan, program ini juga cukup efektif ketika dilakukan di negara-negara
lain, pada warga Amerika Indian, atau keturunan yang secara sosio
ekonomi tidak jauh berbeda dengan warga Indonesia. Dari seluruh peserta
yang mengikuti program ini, sebanyak 20% diantaranya telah mampu
behenti merokok total. Sementara 80% lainnya, mampu mengurangi jumlah
konsumsi merokok mereka.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya
tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa
yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur
tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku
sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal
tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik
dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua tidak lebih
hanyalah merupakan suatu proses yang wajar yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertembuhan memiliki
ciri-ciri tersendir. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam
proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua.
Oleh karena itu, parang orang tua hendaknya lebih memperhatikan kehidupan remaja agar
tidak terjerumus kedalam hak-hak yang tidak diingainkan.

3.2 Saran
Dengan tersusunya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar bahwa
penyusunan makalh ini jauh dari kata kesempurnaan dan sangat mengharapkan kritik dan
saran itu dari pembaca untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Puspita Lestari. 2019. Asuhan Keperawatan pada Agregat Remaja dalam
Komunitas. Diakses pada 25 Februari 2022.
https://www.scribd.com/document/439135372/Asuhan-Keperawatan-Pada-Agregat-
Remaja-Dalam-Komunitas
Rahayu, Oktaviani. Askep Agregat Anak dan Remaja. Diakses pada 25 Februari 2022.
https://www.academia.edu/40533759/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PR
INT_
Gatot Supramono. 2004. Hukum Narkoba Indonesia. Djambatan. Jakarta
Hari Sasangka. 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Mandar Maju.
Bandung
Harlina, Lydia Martono dan Satya Joewana. 2008. Belajar Hidup bertanggung Jawab,
Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta. Balai Pustaka.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika http://nasional.sindonews.com

33

Anda mungkin juga menyukai