KOMUNITAS KESEHATAN
REMAJA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Aprila 2018.C.10a.0958
Dantini 2018.C.10a.0963
Fitrialiyani 2018.C.10a.0967
Loren 2018.C.10a.0976
Melatia Paska 2018.C.10a.0977
Rivaldo Setyo Prakoso 2018.C.10a.0982
Sapta 2018.C.10a.0984
Sarpika Yena Amalia 2018.C.10a.0985
Thomas Erik Helvin 2018.C.10a.0988
Tri Harianto 2018.C.10a.0989
Yuni Elia Kartika 2018.C.10a.0993
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah
dari mata kuliah Keperawatan Komunitas II ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas Kesehatan Remaja”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................4
2.1 Konsep Remaja.................................................................................................4
2.2 Tahap Perkembangan Remaja ..........................................................................4
2.3 Konsep Merokok ............................................................................................30
2.4 Konsep Napza.................................................................................................30
2.5 Peran dan Fungsi perawat................................................................................31
BAB III Asuhan Keperawatan Pada Remaja....................................................32
3.1 Pengkajia..........................................................................................................33
3.2 Diagnosa...........................................................................................................33
3.3 Intervensi..........................................................................................................36
3.4 Implementasi....................................................................................................37
3.5 Evaluasi............................................................................................................38
BAB III PENUTUP .............................................................................................39
3.1 Kesimpulan .................................................................................................39
3.2 Saran ............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perubahan tersebut cenderung membuat remaja berusaha mengeksplor diri,
mengaktualisasikan peran, dan gaya hidup berisiko (Stanhope, & Lancaster,
2004).
Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan
masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja, dewasa.
Kecenderungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada
laki-laki dan perempuan, hal ini mengkhawatirkan kita semua. Data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Riskesdas menunjukkan bahwa
prevalensi merokok untuk semua kelompok umur mengalami kelonjakan.
Berdasarkan data Susenas tahun 1995, 2001, 2004 dan data Riskesdas tahun
2007 dan 2010 prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki
(65,85%) dibandingkan perempuan (4,2%). Hampir 80% perokok mulai
merokok pada usianya belum mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai
merokok sejak muda dan tidak tahu resiko mengenai bahaya adiktif rokok.
Keputusan konsumen untuk membeli rokok tidak didasarkan pada informasi
yang cukup tentang resiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak
pembelian yang di bebankan pada orang lain.
Trend usia merokok meningkat pada usia remaja, yaitu pada
sekelompok umur 10- 14 tahun dan 15-19 tahun. Hasil Riskesdas pada
tahun 2007,2010 dan 2013 menunjukkan bahwa usia merokok pertama kali
paling tinggi adalah pada kelompok umur 15-19 tahun. Global Youth
Tobacco Survey (GYTS ) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan
angka perokok remaja tertinggi di dunia. Selain itu, usia pertama kali
mencoba merokok berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
berdasarkan GYTS 2014, dimana sebagian besar laki-laki pertama kali
merokok pada umur 12-13 tahun, dan sebagian besar perempuan pertama
kali mencoba merokok pada umur ≤ 7 tahun dan 14- 15 tahun.
Berdasarkan data survey dari GYTS tahun 2014 dari total remaja yang
di survey ditemukan 19,4% remaja pengisap tembakau selama 30 hari
terakhir. Pada remaja yang disurvei tersebut didapatkan 35,3% remaja laki-
laki dan 3,4% remaja perempuan. Sementara itu dari total remaja yang
disurvei didapatkan 18,3% remaja peghisap rokok selama 30 hari terakhir,
2
sebanyak 33,9% pada ramaja lakilaki dan 2,5% pada remaja perempuan.
Sedangkan dari total remaja yang di survey ditemukan 2,1% remaja
penghisap rokok elektrik selama 30 hari terakhir, dan hal ini terjadi pada 3%
remaja laki- laki dan 1,1% remaja perempuan. Kemudian didapatkan total
remaja yang disurvei sebanyak 32,1% pernah merokok walaupun 1-2
isapan, dan pada remaja tersebut ditemukan 54,1% remaja laki-laki dan
9,1% remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang, penulis dapat merumuskan
beberapa masalah yang meliputi :
1.2.1 Bagaimana tahap pertumbuhan dan perkembangan remaja?
1.2.2 Bagaimana karakteristik remaja?
1.2.3 Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada remaja?
1.2.4 Bagaimana peran perawat komunitas dalam menanggulangi masalah?
1.2.5 Bagaimana pengkajian yang dilakukan terkait kasus?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan komunitas terkait kasus?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan
karakteristik remaja, tahapan pertumbuhan dan perkembangan remaja,
masalah yang sering dialami oleh remaja serta peran perawat komunitas
dalam menangani masalah, dan asuhan keperawatan yang tepat pada setting
agregat remaja.
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan membuat asuhan keperawatan komunitas keluarga dengan
anak remaja serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa
perlangsungan yang beragam, yang menandai berakhirnya masa
diletakkannya dasar -dasar menuju taraf kematangan.Perkembangan tersebut
meliputi dimensi biologik, psikologik dan sosiologik yang saling terkait
antara satu dengan yang lainnya.Secara biologik ditandai dengan percepatan
pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan
kognitif dan pemantapan perkembangan kepribadian.Secara sosiologik
ditandai intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak
sebagai seorang dewasa muda (Suhadianto, 2006).
2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Widyastuti (2009) masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
2.1.2.1 Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Cenderung tampak dan memang dekat dengan teman sebaya
2) Tampak dan merasa ingin lebih bebas
3) Cenderung lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berfikir yang khayal (abstrak)
2.1.2.2 Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
3) Tumbuh perasaan cinta yang mendalam
4) Kemampuan untuk berfikir abstrak (berkhayal) semakin berkembang
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
2.1.2.3 Masa remaja akhir (16-19 tahun)
1) Merupakan pengaruh kebebasan diri
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki gambaran, keadaan, peran terhadap dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta
5) Memiliki kemampuan berfikir yang khayal atau abstrak
4
2.1.2.4 Masa remaja akhir (16-19 tahun)
5
Perkembangan ini merupakan tahap Piaget keempat dan terakhir. Remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri
periode berpikir konkret, mereka juga memerhatikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi.
2.3 Konsep Merokok
2.3.1 Pengertian Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan (Organisasi, 2007).Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat
adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari,
2004).Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara
langsung.
2.3.2 Kandungan Rokok
1) Nikotin adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.
2) Tar adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap
rokok yang lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam
ke coklat- coklatan dan bau. Tar mengandung bahan kimia yang
beracun, dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kanker.
3) Karbonmonoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas
dengan hemoglobin 220 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya,
setiap gas CO diudara dengan cepat diambil oleh hemoglobin darah,
sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen
pemberi hidup itu keseluruh sistem jadi berkurang.
4) Sianida, menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
5) Benzopyrene, adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar
dan mengendap di saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang
tenggorokan dan paru-paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang
beracun berada pada sebatang rokok.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Untuk Merokok
6
1) Pengaruh orang lain, terutama orang tua dan orang lain yang dikagumi
seperti orang yang berada di iklan rokok. Meskipun anak-anak
menyadari bahaya merokok, pengaruh orang tua perokok sangat kuat.
2) Tekanan kelompok sebaya, supaya diterima di dalam kelompok, anak-
anak belasan tahun sering merokok karena teman-temannya juga
merokok.
3) Keinginan untuk menyesuaikan diri, kebanyakan orang tidak suka
berbeda dari orang lain, terutama pada orang muda.
4) Kedewasaan, merokok dianggap sebagai kebiasaan orang dewasa, jadi
anak- anak belasan tahun mencoba membuktikan kedewasaan dan
kebebasan mereka dengan merokok.
7
2.3.5 Upaya Pencegahan Merokok
1) Meningkatkan komunikasi antara orangtua – anak
2) Memberi motivasi kepada diri sendiri
3) Memberi penyuluhan tentang bahayanya merokok
8
4) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai
dalam banyak hal.
5) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan
dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
6) Keluarga yang sering berantem
2.4.2.2 Faktor kepribadian
Pada remaja, biasanya penyalahgunaan NAPZA memiliki konsep diri yang
negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat,
dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara
wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut
mempengaruhi.
2.4.2.3 Faktor kelompok teman sebaya (peer group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu
carateman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang
agar berperilaku seperti kelompokitu. Tekanan kelompok dialami oleh
semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang
ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
2.4.3 Tanda Dan Gejala Ciri-ciri umum
2.4.3.1 Terjadi perubahan perilaku signifikan
1) Sulit diajak bicara
2) Mudah tersinggung
3) Mulai berani membolos sekolah
4) Mulai sulit diajak terlibat dalam keluaga
5) Perubahan fisik dan lingkungan
6) Mata aneh dan berair
7) Pola tidur berubah
8) Jalan sempoyongan, bicara pelo
9) Kamar tidak mau diperiksa
2.4.3.2 Perubahan perilaku social
1) Kurang disiplin
9
2) Bengong atau linglung
3) Menarik diri
4) Berbohong
2.4.3.3 Perubahan psikologis
1) Mudah tersinggung
2) Sulitber konsentrasi
3) Emosi tidak terkendali
2.4.4 Jenis Napza
2.4.4.1 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman / bukan tanaman
baik sintetis, maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan/
perubahan kesadaran, menghilangkan/mengurangi rasa nyeri. Ada 3
golongn narkotika menurut pontensinya menyebabkan ketergantungan :
1) Narkotika gol 1 : heroin, kokain, ganja
2) Narkotika gol 2 :morfin
3) Narkotika gol 3: codein
2.4.4.2 Psikotropik
a
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental
dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk
psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat,
Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis
Diethylamide), dsb.
2.4.4.3 Zat Adiktif
Adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat
dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu
sistim syaraf pusat, seperti:Alkohol yang mengandung ethyl etanol,
inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang
10
menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh:
lem/perekat, aceton, ether, dsb.
2.4.5 Dampak Penggunaan Napza
1) Gangguan kesehatan jasmani/Fungsi organ-organ tubuh terganggu hati,
jantung, paru, otak, dll.
2) Penyakit menular karena pemakaian jarum suntik bergantian (HIV –
hepatitis).
3) Overdosis yang dapat menyebabkan kematian, ketergantungan, yang
menyebabkan gejala sakit jika pemakaiannya dihentikan atau dikurangi,
serta meningkatkan jumlah narkoba yang dikonsumsi.
4) Gangguan kesehatan jiwa (gangguan perkembangan mental-emosional,
paranoid).
5) Gangguan dalam kehidupan keluarga = sekolah dan sosial (pertengkaran,
putus sekolah, kriminalitas, dipenjara, dikucilkan)
2.4.6 Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
2.4.6.1 Pencegahan primer (Primary Prevention )
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang belum mengenal Narkoba
serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat mencegah
penyalahgunaan narkoba. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya
pencegahan ini antara lain :
1) Penyuluhan tentang bahaya narkoba.
2) Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
3) Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
2.4.6.2 Penceg
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang coba-coba
menyalahgunakan Narkoba serta komponen masyarakat yang berpotensi
dapat membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
1) Deteksi dini anak yang menyalahgunaan narkoba
2) Konseling
3) Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah
11
4) Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu (life skills) antara
lain tentang ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan menolak tekanan
orang lain dan ketrampilan mengambil keputusan dengan baik.
2.4.6.3 Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang menggunakan
narkoba dan yang pernah/mantan pengguna narkoba, serta komponen
masyarakat yang berpotensi dapat membantu agar berhenti dari
penyalahgunaan narkoba dan membantu bekas korban narkoba untuk
dapat menghindari Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya
pencegahan ini antara lain :
1) Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta
kelompok lingkungannya.
2) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar
mereka tidak terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.
Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam
upaya pencegahan narkoba diantaranya,yaitu :
1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba ,
agar dapat memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang
ganasnya narkoba dan bagaimana cara menghindarinya.
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak
yang sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar
secepatnya dapat mendeteksi dini bila ada perobahan yang tidak lazim
pada anaknya.
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan
tingkah dan perilaku pada anaknya.
4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ),
pakaian yang habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah
dan atribut lainnya. (dalam melakukannya perlu strategi yang baik agar
tidak menimbulkan konflik dengan anaknya).
5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi
anaknya serta sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar
anaknya tidak segan mencurahkan segala isi hati, pendapat dan
12
permasalahan yang dihadapinya).
Prevalensi Napza
13
.
14
2.5 Peran & Fungsi Perawat Komunitas Dalam Penanggulangan NAPZA
dan Rokok
2.5.1 Peran perawat
2.5.1.1 Provider/ pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai media penyedia
layanan keperawatan (praknisi). Perawat baik secara langsung maupun
tidak langung membeerikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
ketergantungan obbat-obat terlarang baik secaara individu, keluarga,
ataupun masyarakat. Contoh: perawat melakukan implementasi dari
intervensi yang telah dibuat
2.5.1.2 Edukator/pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat melakukan
pendidikan kesehatan tentang NAPZA dan rokok serta dampaknya bagi
kesehatan kepada klien baik individu,kelompok, maupun masyarakat.
2.5.1.3 Advokat
Peran ini dilaksanakan denagn upaya melindungi klien, selalu “ berbicara
untuk pasien” dan menjadi penengah antara pasien dan orang lain,
membantu dan mendukung klien dalam membuat keputusan serta
berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
2.5.2 Fungsi Perawat
2.5.2.1 Independent
Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan klien pengguna
NAPZA dan rokok tidak memerlukan dokter. Tindakan perawat bersifat
mandiri. Seperti :
1. Pengkajian klien pengguna NAPZA dan rokok
2. Membantu klien pengguna NAPZA dan rokok memenuhi kebutuhan
sehari-hari
3. Mendorong klien berprilaku secara wajar.
2.5.2.2 Interdependent
Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau
tim kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang
15
dipimpin oleh seorang dokter. Seperti:kolaborasi rehabilitas klien
pengguna NAPZA dan rokok, dimana perawat bekerja dengan psikiater,
sosial worker, ahli gizi juga rahaniawan.
2.5.2.3 Dependent
Fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalm memberikan
pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan
pengobatan. Seperti : tindakan detoksifikasi NAPZA dan rokok.
2.5.3 Program Kesehatan Pada Agregat Remaja
2.5.3.1 Pengertian PKPR
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.Singkatnya, PKPR adalahpelayanan kesehatan kepada remaja
yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai,
komprehensif, efektif dan efisien.
2.5.3.2 Jenis kegiatan dalam PKPR
1. Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya,
dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, untuk sasaran
perorangan
2. Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan
atau berkelompok.
3. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari
sekolah atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari
(atau sepengetahuan) Puskesmas.
4. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD (Focus Group
5. Discussion), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu
media cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline,
SMS).
6. Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai
dengan bahasa sasaran (remaja, orang tua, guru) dan mudah dimengerti.
Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui
16
serta perlu bersikap santai.
2.5.3.3 Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan
klien hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor
dapat menawarkan dukungan, keahlian dan pengetahuan secara
berkesinambungan hingga klien dapat mengerti dan mengenali dirinya
sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan lebih baik dan
selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek dari
kehidupannya. Tujuan konseling dalam PKPR adalah :
1. Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya
agar dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang
harus dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan
nsumber daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu klien
dalam mengatasi kecemasan, depresi atau masalah kesehatan mental
lain dan meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang
mungkin terjadi pada dirinya.
2.5.3.4 Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme
bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja
akan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi
kesehatannya. PKHS merupakan adaptasi dari Life Skills Education
(LSE). Life skill atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam
kehidupan se-hari- hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai
peran penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu
kesehatan fisik, mental dan sosial.
2.5.3.5 Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya.
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja
sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja
menjadi kader kesehatan remaja yang lazim disebut pendidik sebaya,
beberapa keuntungan diperoleh yaitu pendidik sebaya ini akan berperan
17
sebagai agen pengubah sebayanya untuk berperilaku sehat, sebagai agen
promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya
yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat “curhat” bagi teman
yang membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk
memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling,
sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.
KASUS
Perawat komunitas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan
data banyak remaja yang suka nongkrong dan mabuk pada malam hari, merokok,
dan menggunakan narkoba. Menurut keterangan kader dan ketua RW, banyak
remaja yang putus sekolah dan menggunakan narkoba. Hal ini diketahui karena
ketua RW pernah menggrebek sebuah rumah kosong yang sedang dipakai pesta
narkoba oleh remaja setempat. Seorang perawat komunitas melakukan pengkajian
di wilayah tersebut dan didapatkan data:
18
5. Terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alkohol
6. Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada
orang tua
Hasil wawancara perawat dengan remaja menerangkan bahwa mereka lebih
memilih bermain dengan teman-temannya daripada sekolah sehinga sebagian
besar dari mereka putus sekolah. Mereka mengatakan bahwa orang tuanya tidak
peduli dengan mereka, jarang berkomunikasi antar anggorta keluarga. Remaja
yang tidak mau merokok akan di bullying oleh temn sebayanya dan tidak
dimasukkan dalam geng mereka. Sehingga mau tidak mau, remaja laki laki akan
mengikuti kebiasaan teman teman lainnya. Bahkan ada diantaranya memakai
narkoba
19
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Inti
3.1.1.1 Demografi
Di lingkungan sekitar terdapat 20 remaja laki-laki
3.1.1.2 Data Statistik :
1. Data :
− Remaja putus sekolah sebanyak 35%
− Remaja berpacaran sebanyak 30%
− Sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi
− Sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan
− Terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alkohol
− Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya
kepada orang tua
2. Karakteristik Penduduk
3. Sosial : Ketua RW mengatakan remaja di lingkungan sekitar sering
nongkrong malam hari.
4. Perilaku :
− Remaja melakukan kegiatan negative seperti merokok dan mabuk,
bahkan mengonsumsi narkoba.
− Sebanyak 35% remaja putus sekolah
− Sebanyak 30% remaja berpacaran
3.1.2 Data Subsistem
3.1.2.1 Lingkungan Fisik
Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, terdapat rumah kosong yang dijadikan markas bagi para remaja
untuk melakukan hal negative.
1. Sistem Kesehatan
a. Pusat pelayanan: tidak terdapat pelayanan kesehatan seperti
posyandu dan puskesmas
2. Komunikasi
a. Orang tua tidak peduli dan jarang berkomunikasi antar anggota
20
keluarga. Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita
masalahnya kepada orang tua.
b. Komunikasi dengan teman sebayanya dengan komunikasi verbal
3. Pendidikan
a. Remaja lebih memilih bermain dengan teman temannya daripada
sekolah
b. Didapatkan data sebanyak 30% remaja putus sekolah
21
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
2. Defisit kesehatan
komunitas 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 32
Keterangan Pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
A. Resiko terjadi
B. Risiko parah
C. Potensial penkes
D. Minat masyarakat
E. Kemungkinan diatasi
F. Sesuai program pemerintah
G. Tempat
H. Waktu
I. Dana
J. Fasilitas kesehat
K. Sumber daya
22
L.
No Data Subjektif Data Objektif
1. Ketua RW dan kader mengatakan Remaja putus sekolah sebanyak
bahwa banyak remaja yang putus 35%
sekolah dan menggunakan narkoba
Remaja berpacaran sebanyak
Remaja lebih memilih bermain 30%
dengan teman- temannya daripada
sekolah sehingga sebagian besar Sebanyak 10% remaja tidak tahu
dari mereka putus sekolah tentang kesehatan reproduksi
23
ANALISA DATA
24
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada remaja di lingkungan sekitar
dimanifestasikan dengan kurang dukungan sosial.
3.2.2 Defisit kesehatan komunitas dimanifestasikan ketidakcukupan akses pada
pemberi layanan kesehatan
25
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Strategi
No Keperawatan Tujuan Sasaran Hari, Tgl Tempat
Rencana Kegiatan Kriteria Standar
Komunitas
1 PerilakuSetelah dilakukan Remaja di Promosi Perilaku Upaya Selasa, 8 Via Verbal Meningkatkan
kesehatan tindakan keperawatan lingkungan Kesehatan (I.12472) Juni 2021 Zoom pengetahuan
cenderung selama 1 kali sekitar Observasi meetings dan kesadar
berisiko pada pertemuan diharapkan 1. Identifikasi perilaku upaya pada rema
remaja di RW perilaku kesehatan kesehatan yang dapat secara
dimanifestasikan cenderung beresiko ditingkatkan signifikan
dengan kurang berkurang, dengan Terapeutik
dukungan sosial kriteria hasil : 1. Berikan lingkungan yang Keluarga
Perilaku kesehatan mendukung upaya kesehatan bersedia
(I.12107) 2. Orientasi pelayanan kesehatan dilibatkan
1. Kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam proses
melakukan Edukasi Modifikasi d
tindakan 1. Anjurkan tidak merokok mampu
pencengahan dalam rumah memahami
masalah kesehatan
2. Anjurkan mengurangi rokok terkait deng
meningkat
secara berlebihan permasalahan
2. Kemampuan
3. Anjurkan tidak minum- remaja saat in
peningkatan
minuman berakohol
kesehatan
meningkat 4. Anjurkan melakukan aktivitas
3. Pencapaian fisik
pengedalian
kesehatan
meningkat
2. Defisit kesehatan Setelah dilakukan Remaja (Edukaksi Kesehatan, SIKI Selasa, 8 Via Verbal Meningkatkan
komunitas tindakan keperawatan dilingkunga Halaman 65, I.12383) Juni 2021 Zoom pengetahuan
dimanifestasikan selama 1 kali n sekitar Observasi meetings dan kesadar
ketidakcukupan pertemuan diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan pada rema
26
akses pada kesehatan pada remaja kemampuan menerima secara
pemberi layanan meningkat, dengan informasi signifikan
kesehatan kriteria hasil : Terapeutik
(L.12109 Status 1. Sediakan materi dan media
Kesehatan pendidikan tentang bahaya
Komunitas) merokok bagi kesehatan.
1. Ketersediaan 2. Jadwalkan pendidikan
program promosi kesehatan sesuai kesepakatan
kesehatan 3. Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
2. Angka 4. Gunakan pendekatan promosi
penyalahgunaan kesehatan dengan
alkohol menurun memperhatikan pengaruh dan
3. Angka kebiasaan hambatan dari lingkungan,
merokok menurun sosial serta budaya
4. Angka 5. Berikan pujian dan dukungan
kriminalitas terhadap usaha positif dan
menurun
pencapaiannya.
Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
27
3.4 Implementasi (Pelaksanaan)
Adapun intervensi yang sudah kami lakukan kepada remaja (keluarga
binaan) adalah :
3.4.1 Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada remaja di lingkungan sekitar
dimanifestasikan dengan kurang dukungan sosial
1. Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
2. Memberikan lingkungan yang mendukung upaya kesehatan pada remaja
3. dengan memberikan informasi
4. Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan,
5. Meganjurkan tidak merokok dalam rumah
6. Menganjurkan mengurangi rokok secara berlebihan
7. Meganjurkan tidak minum-minuman berakohol
8. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga fisik.
3.4.2 Defisit kesehatan komunitas dimanifestasikan ketidakcukupan akses pada
pemberi layanan kesehatan
1. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2. Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok bagi kesehatan
3. Memberikan leaflet Via WA kepada masyarakat dan Presentasi
pemberian informasi kesehatan Via Zoom Meeting.
4. Gunakan pendekatan promosi kesehatan dengan memperhatikan
pengaruh dan hambatan dari lingkungan, sosial serta budaya
5. Melakukan pemasangan poster tentang bahaya merokok dan minum
alcohol bagi kesehatan
3.5 Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan dan tindakan keperawatan maka di lakukan
evaluasi dan di didapatkan hasil yaitu :
3.5.1 Risiko timbulnya penyakit : Demam berdarah pada Keluarga di Kota
Palangka Raya berhubungan dengan kurang informasi masyarakat dalam
memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
3.5.1.1 Evaluasi Struktur
1) Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara
dilaksanakan.
28
2) Pemberitahuan penyuluhan disebarkan 1 hari sebelum acara
dilaksanakan.
3) Pemberitahuan link zoom meeting penyuluhan dikirim via WA 1 jam
sebelum penyuluhan dimulai sudah dilaksanakan.
3.5.1.2 Evaluasi Proses
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perilaku remaja yang dapat
mempengaruhi kesehatan pada remaja dan menganjurkan mengelola
lingkungan kesehatan dengan tidak merokok dan minum alcohol
dilingkungan rumah dan sekitarnya. setiap hari telah di laksanakan dengan
baik.
3.5.1.3 Evaluasi Hasil
Pada penyuluhan kesehatan tentang perilaku remaja yang dapat
mempengaruhi kesehatan semua anggota remaja aktif mengikuti kegiatan
penyuluhan yang dilakukan sampai selesai.
3.5.2 Defisit kesehatan komunitas dimanifestasikan ketidakcukupan akses pada
pemberi layanan kesehatan
3.5.2.1 Evaluasi Struktur
1) Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara
dilaksanakan.
2) Pemberitahuan penyuluhan telah disebarkan sehari sebelum acara
dilaksanakan
3) Pemberitahuan link zoom meeting penyuluhan dikirim via WA 1 jam
sebelum penyuluhan dimulai sudah dilaksanakan.
3.5.2.2 Evaluasi Proses
Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minum alcohol
bagi kesehatan pada remaja telah dilaksanakan dengan baik.
3.5.2.3 Evaluasi Hasil
Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minum alcohol
bagi kesehatan, seluruh remaja dapat memahami bahaya dan pengaruh
rokok dan alcohol bagi kesehatan tubuh.
29
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Remaja merupakan tahapan seseorang yang berada di antara fase anak
dan dewasa. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis, dan emosional. Seorang remaja akan diberikan tanggungjawab
yang lebih besar dari keduaorang tuanya agar semakin mempelajari dunia
dewasa dan perlahan meninggalkan jiwa kekanak-kanakannya. Remaja yang
baik akan mulai mengaktualkan dirinya di dunia sosial. Selain itu, remaja
mulai mengenal dan memahami lawan jenisnya dan timbul rasa ingin
diperhatikan oleh lingkungan. Tidak sedikit remaja melakukan hal-hal
ekstrim untuk menarik perhatian lingkungannya.
Pada remaja, terjadi perubahan fisik dan kognitif yang sangat cepat.
Arti kata kognitif dalah penalaran, penilaian, penangkapan makna,
imajinasi, persepsi. Pengertian kognitif secara umun mencakup aktivitas
menilai, menduga, memperkirakan, membayangkan, menyangka,
memperhatikan, melihat, mengamati. Menurut Piaget (1952) dalam
Djiwandono (2005) definisi kognitif adalah kemampuan berfikir individu
yang terdiri atas kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalisa/mensintesis, mengevaluasi dan menciptakan. Pengertian
kognitif atau teori perkembangan kognitif Piaget menggambarkan tahapan
anak dalam beradaptasi dan mengintepretasikan berbagai objek, kejadian,
dan realitas di sekitarnya yang terdiri atas tahapan sensorik-motorik, pra
operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
4.2 Saran
Dalam mengerjakan asuhan keperawatan komunitas keluarga
dibutuhkan Dalam memberika asuhan keperawatan komunitas tentang
keluarga kepada anak remaja, keluarga harus tahu tahapan tumbuh kembang
anak.Orang tua harus bisa menempatkan diri dalam menghadapi anak
remaja agar tidak terjadi perselisihan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zaidin. 2006. Pengantar Keperawatan Komunitas . EGC. Jakarta.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu:
Yogyakarta
Stanhope Mercia, dkk. 1995. Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.
EGC. Jakarta.
Stoppard Mirian. 2010. Panduan Kesehatan Keluarga. Erlangga. Jakarta
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Transkultural. EGC: Jakarta
Suprajitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
31