Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA


REMAJA DI SMP NEGERI 16 KOTA PONTIANAK”

TARI ANDRIANI 191510095


SHITI ROHANIAH 191510096
NURDIANA SERLI 2225101610

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja di SMP 16 Negeri Kota
Pontianak” dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang telah membantu
saya baik secara moral maupun materi dan saran selama menyusun makalah ini. Saya
menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pontianak, 12 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................2
1.5 Keaslian Penelitian...............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................1
2.1 Rokok...................................................................................................................1
2.1.1 Pengertian Rokok..............................................................................................1
2.1.2 Jenis Rokok.......................................................................................................2
2.1.3 Bahan Kimia dalam Rokok...............................................................................4
2.2 Pengertian Perilaku..............................................................................................7
2.2.1 Perilaku Sosial..................................................................................................7
2.2.2 Perilaku Menyimpang.......................................................................................7
2.3 Pengertian Remaja...............................................................................................8
2.4 Perilaku Remaja Merokok...................................................................................9
2.4 Kerangka Teori..................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................12
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL.........................12
3.1 Hipotesis............................................................................................................14
3.4 Definisi Operasional.....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komposisi penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa satu per tiga merupakan


kelompok remaja. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan terdapat 65,82
juta pemuda di Indonesia pada 2022. Jumlah itu setara dengan 24% dari total
penduduk di tanah air. Ada berbagai batasan mengenai pengelompokan remaja.
Secara umum Kementerian Kesehatan memberikan batasan Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, bahwa remaja adalah mereka yang berada pada rentang usia 10-24 tahun.
Selaras dengan hal ini, Menurut Santrock,1 remaja (adolescence) diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Perubahan tersebut berkisar dari
perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian.
Walaupun demikian proses pematangan fisik yang terjadi cenderung jauh lebih cepat
dari proses pematangan kejiwaan (psikososial) (Respati, 2014).
Masa remaja biasanya memiliki masalah yang kompleks terkait dengan
perubahan-perubahan yang terjadi selama masa remaja. Hal ini terjadi karena masa
remaja merupakan masa yang labil, sehingga remaja paling rentan terbawa oleh gaya
hidup yang buruk. Kebiasaan merokok remaja (khususnya anak usia sekolah) muncul
pada siswa SMA, usia ini merupakan lagu karena lagu sering kanak-kanak hingga
dewasa. Masa remaja merupakan masa yang menentukan, karena banyak perubahan
yang akan terjadi pada kondisi psikis dan fisik anak saat ini. Terjadinya perubahan
psikologis dapat menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga mengalami
gejolak emosi dan tekanan mental yang dapat dengan mudah menyimpang dari aturan
sosial yang berlaku di masyarakat (Alamsyah, 2017).
Merokok merupakan hal yang biasa ditemukan baik pada orang dewasa maupun
remaja, khususnya pada laki-laki. Gaya hidup ini menjadi salah satu kekhawatiran
terbesar yang dihadapi dunia kesehatan karena menyebabkan hampir 6 juta orang
meninggal dalam setahun. Lebih dari 5 juta orang meninggal karena menghisap

1
rokok, sedangkan 600 ribu orang meninggal karena terpapar asap rokok (WHO,
2013).
Perilaku merokok dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui dimana-mana,
baik instansi pemerintah, tempat-tempat umum, seperti pasar, maupun tempat
pendidikan yaitu sekolah. Kebiasaan merokok pada umumnya dimulai pada saat usia
remaja. Perilaku merokok di kalangan remaja sekarang bukanlah hal baru lagi. Tidak
jarang kita menemukan remaja yang masih mengenakan seragam sekolahnya, (baik
SMP maupun SMA) merokok bersama teman-temanya ataupun sendiri, baik merokok
secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Kegiatan merokok
seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah Atas, bahkan mungkin
sebelumnya. Pada saat anak duduk di sekolah menengah atas, kebanyakan pada siswa
laki-laki merokok merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut
mereka merokok merupakan lambing pergaulan bagi mereka. Pada masa remaja, ada
sesuatu yang lain yang sama pentingnya dengan kedewasaan, yakni solidaritas
kelompok, dan melakukan apa yang dilakukan oleh kelompok. Apabila dalam suatu
kelompok remaja telah melakukan kegiatan merokok maka individu remaja merasa
harus melakukannya juga. Individu remaja tersebut mulai merokok karena individu
dalam kelompok remaja tersebut tidak ingin dianggap sebagai orang asing, bukan
karena individu tersebut menyukai rokok (Widiansyah, 2014).
Usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan
pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun (Wulandari, 2008 dalam Rizkiani &
Widyastuti, 2012). Penelitian Caesaria (2016) tentang determinan faktor phw
(pictorial health warning) terhadap keputusan membeli rokok pada remaja pria usia
10-14 tahun di kota pontianak mengatakan Provinsi Kalimantan Barat merupakan
salah satu dari 5 provinsi (Lampung, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Jambi)
yang jumlah prevalensi nya telah melebihi rata-rata nasional sebesar 57,4%, dengan
usia mulai merokok yaitu 15-19 tahun.
Berdasarkan uraian di atas, kebiasaan merokok dapat mengurangi kualitas hidup
seseorang. Life style tersebut menjadi perhatian dibidang kesehatan karena dianggap
sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit, oleh karena itu, maka penulis

2
memutuskan untuk menganalisis tentang “Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja di SMP Negeri 16 Kota Pontianak”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu membahas apa saja faktor penyebab perilaku merokok pada
remaja di SMP Negeri 16 Kota Pontianak.
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMP 16 Negeri Kota
Pontianak.
b. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP 16 Negeri Kota Pontianak.
2. Mengetahui hubungan pengaruh teman dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP 16 Negeri Kota Pontianak.
3. Mengetahui hubungan paparan iklan dengan perilaku merokok pada remaja
di SMP 16 Negeri Kota Pontianak.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Lembaga Pendidikan


Memberikan data bagi lembaga pendidikan mengenai faktor yang menjadi
penyebab merokok pada remaja di Sekolah Menengah Pertama Kota
Pontianak.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini bisa dijadikan sarana untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah
didapat penulis selama di bangku kuliah.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kinerja

3
penanggulangan rokok di Indonesia serta dalam menyusun perencanaan
program kesehatan lainnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 5.1 Keaslian Penelitian

No Judul/Nama/Tahun Metodologi Hasil Penelitian Perbedaan dengan


Penelitian
sebelumnya
1 Peran Komunikasi Teori yang digunakan Hasil penelitian mendapatkan bahwa ; (1) Data sampel dan
Keluarga Dalam dalam penelitian ini Peran komunikasi keluarga dalam mengatasi variabel
Mengatasi adalah teori pola-pola perilaku merokok pada anak usia remaja di penelitiannya
Perilaku Merokok komunikasi keluarga Kelurahan Kampung Makasar Timur Kota berbeda
Pada Anak Usia (Orientasi Percakapan Ternate, belum terlalu optimal. (2) Bentuk
Remaja (conversation) dan komunikasi yang dilakukan dalam upaya
(Studi Pada Orientasi Kepenurutan mengatasi perilaku merokok masih lebih
Masyarakat (conformity). Pendekatan banyak pada komunikasi secara terbuka,
Kelurahan penelitian menggunakan antara lain pad situasi banyak orang, atau
Kampung metode penelitian pada saat berkumpul bersama, dimana
Makassar Timur deskriptif. dengan penekanan pesannya belum terlalu
Kota Ternate) menggunakan teknik kuat,kemudian belum banyak dilakukan
/Wartawati pengumpulan data komunikasi secara tertutup antara orang tua
Ammang, melalui qiusioner yang dan anak tersebut, atau komunikasi orang tua
Dkk/2017 dijalankan kepada 38 secara khusus antara mereka berdua untuk
responden penelitian. melarang anak agar tidak merokok. (3)
Intensitas komunikasi yang dilakukan masih
terlalu rendah, berkaitan dengan upaya
mengatasi perilaku merokok pada anak usia
remaja, dimana sering kali hanya dilakukan
paling banyak 1 minggu dalam sekali, itu pun
apabila teringat, atau mendapatkan laporan
anaknya lagi merokok. (4) Pesan komunikasi
yang disampaikan berkaitan dengan upaya
mengatasi perilaku merokok pada anak usia
remaja, masih selalu berkaitan dengan
dengan beberapa unsur penting yaitu agama,
pendidikan, pergaulan dan kesehatan.
2 Data sampel dan
Determinan Penelitian ini merupakan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
Perilaku Merokok penelitian kuantitatif 16,6% responden yang pernah merokok. Uji penelitiannya
Pada Remaja dengan desain cross multivariat dengan regresi logistik ganda berbeda serta
Sekolah sectional yang menunjukkan bahwa faktor pengetahuan, metode penelitian
Menengah Atas dilaksanakan pada bulan sikap dan kemudahan mengakses rokok yang berbeda
(Sma) Di Kota Mei-Agustus 2020 di berhubungan dengan perilaku merokok
Palopo / Kota Palopo. Data remaja setelah dikontrol oleh dukungan
Miftahul Jannah dikumpulkan melalui keluarga. Kemudahan mengakses rokok
& Rismayanti pengisian kuesioner merupakan faktor yang paling dominan
Yamin / 2021 secara online oleh 302 berhubungan dengan perilaku merokok
siswa-siswi sekolah remaja. Siswa-siswi yang mudah mengakses

4
menengah atas yang rokok berisiko 4,493 kali untuk merokok
diambil secara acak dari dibanding yang tidak mudah mengakses
total empat sekolah. Data rokok setelah dikontrol oleh pengetahuan,
dianalisis menggunakan sikap dan dukungan keluarga.
uji chi-square dan regresi
logistik ganda.
3 Gambaran Jenis penelitian iniadalah Hasil: Gambaran perilaku merokok padaanak Data sampel dan
Penyebab Perilaku kuantitatif dengan usia sekolah yangdisebabkan rasaingin tahu variabel
Merokok Pada diskriptif, dengan memilikipresentase23,1%, disebabkaniklan penelitiannya
Anak Usia rancangan penelitianyang dan promosi rokokmemilikipresentase33,3 berbeda serta
Sekolah / Alfian digunakan adalah croos %,disebabkan lingkungan dan keuarga metode penelitian
Khoirul Huda sectional. Jumlah sampel memiliki presentase 43,6 %. yang berbeda
/2018 adalah semua siswakelas
VIIIyangmerokok yaitu
berjumlah 78 siswa.
Metodeyang
digunakanpengambilan
sampel adalah
purposivesampling.
Instrumen yangdigunakan
untuk mengetahui
gambaran penyebab
perilakumerokok
padaanak usiasekolah
diperoleh darikuesioner.
Analisabivariat
menggunakan uji
descriptive statistic dan
frequencie.

4 Perilaku Merokok Study kasus dan Perilaku merokok dianggap sebagai tolak Data sampel,
Remaja (Perilaku menggunakan pendekatan ukuran kedewasaan seseorang sehingga variabel dan lokasi
Merokok sebagai kualitatif dengan teknik remaja mengikuti prilaku merokok. Awal penelitiannya
Identitas Sosial pengumpulan data yakni : mula remaja lelaki merokok adalah berbeda
Remaja dalam wawancara, observasi dan dikarenakan lingkungan sekitarnya. Pengaruh
Pergaulan di study literature teman adalah salah satu faktor penyebab
Surabaya) / Rizky, prilaku merokok.
Septi, N / 2018
5 Pengaruh study literature Hampir semua remaja di Data sampel dan
Merokok Bagi indonesia membudayakan variabel
Remaja Terhadap merokok sebagai aktifitas penelitiannya
Perilaku dan biasa sedangkan bahaya berbeda serta
Pergaulan rokok yangberdampak metode penelitian
Sehari-hari / buruk bagi kesehatan yang berbeda
Setyani, A.T., ataupun bagi orang lain,
dkk / 2018 penyakitnya pun tidak biasa
hingga menyebabkan
kematia. Dorongan untuk
berhenti merokok untuk
remaja yaitu niat dari diri
sendiri dan juga dorongan
dari orang lain. Yang bisa di

5
lakukan yaitu mengadakan
penyuluhan tentang
bahayanya merokok. Kalau
tidak di hentikan sejak dini
akan berdmpak buruk di
hari tua nanti.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Pengertian Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar jari kelingking) yang


dibungkus daun atau kertas. Jika diberiawalan Me menjadi merokok yang artinya
menghisap rokok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Merokok adalah
menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh kemudian menghembuskan
kembali keluar (Armstrong, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku
merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang
disekitarnya (Levy, 2004).
Menurut Suryoprajogo (2009), rokok adalah silinder dari kertas berukuran antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung
lain. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotinana Tobacum, Nicotiana Rustica dan
spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap
isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada
sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90°C untuk ujung rokok yang dibakar dan
30°C untuk ujung rokok.

2.1.2 Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
penggunaan filter pada rokok (Juniawan, 2008).

1
a. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus
1) Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
2) Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3) Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4) Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b. Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi
1) Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2) Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
3) Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya
1) Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat
bantu sederhana.
2) Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke
dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat
rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah
mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu
batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan
dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan
bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada
pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran
berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan sigaret rokok tangan (SKT)
karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung

2
sigaret rokok tangan(SKT). Pada sigaret rokok mesin (SKM), lingkar
pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar. Sigaret Kretek Mesin
sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
a) Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam
proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh:
Gudang Garam International, Djarum Super dan lainlain.
b) Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang
menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis
ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas
Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights,Surya Slims dan lainlain.
d. Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter
1) Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2) Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
e. Dilihat dari Komposisinya
1) Bidis: tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat
dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi dari pada rokok
buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara dan India.
2) Cigar : dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun
tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda di tiap negara, yang terkenal
dari Havana, Kuba.
3) Kretek: campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh
berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling
berkembang dan banyak di Indonesia.
4) Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa
digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India
menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan
gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.
5) Shisha atau hubbly bubbly: jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa
buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di

3
Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia,
shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe.

2.1.3 Kandungan dalam Rokok

Setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia yang
berbahaya bagi tubuh. 400 di antaranya dapat bersifat racun, sedangkan 43 di
antaranya dapat menyebabkan kanker dan penyakit berbahaya lainnya seperti:
1. Nikotin merupakan zat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan tinggi dan
mempercepat produksi hormon adrenalin.
2. Karbon Monoksida (CO), merupakan gas beracun yang memiliki afinitas kuat
terhadap hemoglobin dalam sel darah merah untuk membentuk hemoglobin
karboksi.
3. Tar, merupakan senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik yang bersifat
karsinogenik. digunakan untuk membuat aspal di jalan raya.
4. DDT, Dichloro Diphenyl Trichloro termasuk dalam kelompok hidrokarbon
terklorinasi atau organoklorin. DDT adalah racun serangga, yang biasanya
digunakan untuk membunuh nyamuk, semut, atau kecoa
5. Aseton adalah senyawa organik berupa cairan tidak berwarna dan mudah
terbakar. senyawa yang memiliki bau yang khas dan merupakan pelarut yang baik
untuk zat organik.
Bahan-bahan tersebut jika masuk ke dalam tubuh dan dihirup asapnya dapat
menyebabkan penurunan kecerdasan, serangan jantung, kanker paruparu, gangguan
pernafasan dan kematian. Jika rokok digunakan oleh anakanak maka kecerdasan anak
akan menurun, penyakit berbahaya dan kematian akan cepat didapat (Permatasari &
Tan, 2021).

2.2 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respons, serta dapat diamati secara langsung. Karakteristik perilaku seseorang ada

4
yang terbuka dan tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku seseorang yang dapat
diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu. Sedangkan perilaku tertutup
adalah perilaku seseorang yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat
atau metode tertentu misalnya berfikir, sedih, berkhayal bermimpi, dan takut. (Heri
Purwanto,1999).

2.2.1 Perilaku Sosial

Perilaku sosial adalah perilaku yang relatif menetap yang diperlihatkan oleh
individu di dalam berinteraksi dengan orang lain. Orang yang berperilakunya
mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasinya dikatakan sebagai orang
yang sosial, sedangkan orang yang perilakunya tidak mencerminkan proses sosialisasi
tersebut disebut non sosial. Yang termasuk ke dalam perilaku non sosial adalah
perilaku a-sosial dan anti sosial. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982)
dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons
antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku
sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991
dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan,
sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.

2.2.2 Perilaku Menyimpang

Pada dasarnya perilaku menyimpang menunjuk pada suatu bentuk perilaku atau
tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakatnya.
Kartini Kartono (1988:93), mengatakan perilku menyimpang (deviance) remaja
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental artinya
perilaku remaja tersebut menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku di dalam
suatu masyarakat tertentu, yang disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “menyimpang” Tentang normal tidaknya perilaku anak/remaja. Perilaku
menyimpang dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985:73), Bahwa perilaku menyimpang atau kejahatan kalau dalam batas-

5
batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal. batas-batas perilaku normal
yang dimaksud adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas.

Menurut Jansen (1985:417), dalam Sarwono (2005:209), perilaku menyimpang


anak/remaja dibagi menjadi :
1. Perilaku menyimpang (deviance) remaja yang tidak menimbulkan korban di
pihak orang lain. Diantaranya penyalahgunaan obat maupun merokok.
2. Perilaku menyimpang (deviance) yang melawan status, misalnya mengingkari
status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status
orangtua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka
dan lain sebagainya. Pada usia mereka, perilaku-perilaku memang belum
melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah
status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan lingkungan sekunder
(sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Akan tetapi,
kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukannya
terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di dalam masyarakat.

2.3 Pengertian Remaja

Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa


dewasa, batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Menurut WHO (world Health Organization). Batas usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun. Menurut Sarwono (2005:8), “remaja dalam arti adolescenc (Inggris) berasal
dari kata adolscere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Dalam hal ini tidak
hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial psikologis. Remaja
dalam artian psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat,
seperti masa remaja yang sangat panjang dan ada yang hamper tidak ada sama sekali.
Akan tetapi, untuk tujuan-tujuan praktis perlu juga ditetapkan suatu batasan tertentu.
Salah satu definisi tentang remaja yang didasarkan pada tujuan praktis adalah yang
diberikan oleh organisasi kesehatan sedunia atau WHO (World Health Organization).

6
Adapun batasan remaja menurut WHO (1979) dalam Sarwono (2005:9),
dikemukakan dalam 3 kreteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Maka
secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
4. Seseorang laki-laki atau perempuan yang dapat dikatakan sebagai remaja yaitu
berumur 13 sampai dengan 21 tahun.

2.4 Perilaku Remaja Merokok

Erickson (Komasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa merokok berkaitan


dengan masa mencari jati diri pada diri remaja. Tomkins (mu’tadin, 2002) fungsi
merokok ditunjukan dengan perasaan yang dialamis perokok, seperti perasaan yang
positif maupun perasaan yang negative. Perilaku merokok ada 4 tahap sehingga
mencapai tahap perokok, antara lain:
1. Tahap Prepatory, seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan dengan cara
mendengar, melihat, dan membaca, sehingga menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Innitation, tahapan dimana seseorang mulai merintis atau mencoba untuk
merokok dan apakah akan melanjutkan perilku merokoknya.
3. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang mulai merokok sebanyak empat
batang sehari, maka dia mempunyai kecenderungan untuk menjadi perokok.
4. Tahap Maintenance of Smoking, pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu
pengaturan diri ( self regulating ). Dan merokok dilakukan untuk memperolrh efek
psikologis yang menyenangkan (Clearly, 2000).
Menurut Lewin perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan individu.
Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor – factor dari dalam diri juga
disebabkan oleh lingkungan. Disebutkan juga bahwa merokok pada tahap awal

7
dilakuakan dengan teman – teman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua
(23%), dan orang tua (14%). Hal ini yang mendukung hasil penelitian Komasari dan
Helmi yang menyebutkan bahwa ada 3 faktor penyebab merokok pada perempuan
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua dengan periaku merokok, dan
pengaruh teman sebaya (Komasari. dkk, 2008).
Perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian
Simarmata (2012) dalam Purnomo et al., (2018) menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, keterjangkauan rokok, usia, jenis
kelamin, sikap, dan pengetahuan terhadap perilaku merokok pada siswa. Mu’tadin
(2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok antara lain:
1. Pengaruh orang tua
Menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja yang berasal dari
lingkungan keluarga yang bahagia. remaja yang berasal dari keluarga
konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat
pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur. Contoh yaitu
perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan
satu orang tua (single parent).
2. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temanyaatau sebaliknya.
3. Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahuatau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit da kebosanan. Satu sifat kepribadian yang
bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas

8
social. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih menjadi
perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambing kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut.

2.4 Kerangka Teori

Menurut Mu’tadin (2006) dalam Kemala (2008), faktor yang mempengaruhi


kebiasaan merokok pada remaja adalah sebagai berikut :

Pengetahuan

Faktor Internal
Sikap

PERILAKU
Psikologis
MEROKOK

Dukungan Orang Tua


Faktor Eksternal

Dukungan Teman

Paparan Iklan

Sarana dan Prasarana

Keterangan : Bagan 2.1


Kerangka Teori Penelitian
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

9
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok yaitu dukungan orang tua, dukungan teman dan
pengaruh iklan. Variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah
faktorfaktor yang mempengaruhi variabel terikat yaitu dukungan orang tua, dukungan
teman sebaya dan paparan iklan. Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) pada
penelitian ini adalah perilaku merokok pada remaja usia 15-19 tahun.

Dukungan
Orang Tua

Dukungan
PERILAKUME
Teman
ROKOK
Sebaya

Paparan
Iklan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

3.1 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil


sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmojo,
2012). Adapun jawaban sementara yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Ha : Ada hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada

10
remaja di SMP 16 Negeri Kota Pontianak.
2. Ha : Ada hubungan antara dukungan teman dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP 16 Negeri Kota Pontianak.
3. Ha : Ada hubungan antara paparan iklan dengan perilaku merokok remaja di
SMP 16 Negeri Kota Pontianak.
1.
1.4 Definisi Operasional

Definisi operasional disusun untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian


variabel-variabel (Notoatmojo, 2009). Adapun definisi operasional dari penelitian ini
diuraikan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Perilaku Kegiatan membakar Wawancara Kuesioner 0= Nominal
merokok tembakau yang merokok
pada kemudian dihisap 1= tidak
remaja isinya, baik merokok
menggunakan rokok
maupun
menggunakan pipa
yang dilakukan oleh
remaja di SMP
Negeri 16 Kota
Pontianak
Dukungan Orang tua Wawancara Kuesioner 0= Ordinal
orang tua memberikan mendukung
dukungan kepada jika skor T
anak untuk merokok ≥ mean
skor T 1 =

11
tidak
Dukungan Tindakan teman Wawancara Kuesioner 0= Ordinal
teman sebaya yang mendukung
sebaya mendukung untuk jika skor T
merokok ≥ mean
skor T 1 =
tidak
mendukung
jika skor T
<m
Paparan Penempatan posisi Wawancara Kuesioner 0= Ordinal
iklan suatu iklan agar Terpapar
rokok dapat dilihat, dibaca, iklan jika
didengar oleh responden
khalayak (Rossister memiliki
& Perry dalam grade > 20
Budiarty & Yuni, kali
2008) terpapar
iklan rokok
1=
Terpapar
iklan jika
responden
memiliki
grade ≤ 20
kali
terpapar
iklan rokok

12
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Design Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksplorasi kuantitatif dengan menggunakan rancangan


cross sectional review, yaitu tinjauan untuk berkonsentrasi pada unsurunsur hubungan
antara faktor-faktor bahaya dan dampak dengan mendekat, memperhatikan atau
mengumpulkan informasi tanpa penundaan sesaat (pendekatan titik waktu)
(Notoatmodjo , 2010).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kota
Pontianak.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu terhitung sejak tanggal 1 Juli
hingga 5 Juli 2023.

4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah suatu wilayah spekulasi yang terdiri dari benda-benda/subyek
yang mempunyai ciri-ciri khusus yang masih mengudara oleh para ilmuwan untuk
dikonsentrasikan dan kemudian dicapai penetapannya (Sugiyono, 2012). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh remaja laki-laki di SMAN 16 Kota Pontianak
yaitu 287 siswa.
2.Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya diukur dan
yang nantinya akan dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sutanto dan
Sabri, 2013). Strategi pemeriksaan (sampling) dalam penelitian ini menggunakan

13
pemeriksaan purposive, yang merupakan contoh metode komputasi yang berdasarkan
pertimbangan khusus yang dilakukan oleh ilmuwan itu sendiri seperti yang
ditunjukkan oleh langkah-langkah penggabungan dan penghindaran, contoh dalam
penelitian ini adalah siswa muda di SMAN 16 Kota Pontianak yang ditentukan
berdasarkan rumus Lemeshow, sebagai berikut:
N . Z 2 . p(1−p)
n= 2 2
d ( N −1)+ Z . p(1−p)

Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
Z = Nilai standar nominal (α=0,05) 95% = 1,96
p = Perkiraaan proporsi sampel = 0,5
q = 1-p (1-0,5) = 0,5
d = derajat ketepatan yang diinginkan (10% = 0,1) (Stanley Lameshow, 1997).

Berdasarkan rumus pengambilan sampel diatas, maka dari 287 siswa yang dijadikan populasi
didapatkan jumlah sampel sebagai berikut :

N . Z 2 . p(1−p)
n=
d 2( N −1)+ Z 2 . p(1−p)
(287)(1,96)2 (0,5)(0,5)
n= 2 2
(0,1) ( 287−1)+(1,96) (0,5)(0,5)
( 287 ) (3,84 )(0,5)(0,5)
n=
(0,01)(286)+(3,84)(0,5)(0,5)
n=72
Berdasarkan perhitungan dengan rumus lemeshow diatas, maka sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 72 siswa.

3. Teknik Sampling

14
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling
yang digunakan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan karena peneliti sengaja
memilih sampel kepada siapapun yang ditemui peneliti atau by accident pada tempat,
waktu dan cara yang telah ditentukan (Sukardi,2013).
Sampel dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang
merokok maupun yang tidak merokok. Secara umum diketahui bahwa pada usia
tersebut merupakan usia sekolah para remaja yang akan mudah ditemui disekolah.
Namun, dikhawatirkan akan mengalami kendala saat mengidentifikasi siswa yang
merokok dan tidak merokok, karena di sekolah berlaku peraturan dilarang merokok.
Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk melakukaan telaah pada respoden pada
waktu dan tempat dimanaremaja (15-19 tahun) sedang merokok (kasus) ataupun
remaja yang tidak perokok (kontrol).
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka dalam
penelitian ini ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut
a. Kriteria Inklusi
1) Berdomisili di Kota Pontianak
2) Memiliki kriteria yang sama dengan kelompok kasus atau kriteria kontrol
matching dengan kasus. Adapun matchingnya adalah sebagai berikut :
a) Umur 15-19 tahun
b) Jenis kelamin laki-laki
3) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
2) Tidak berdomisili di Kota Bengkulu.
3) Tidak memenuhi kriteria matching.

D. Pengumpulan Data

15
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian oleh
peneliti perorangan ataupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Adapun data primer yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah datayang diperoleh dari responden, yaitu
remaja yang berusia 15-19 tahun yang ditemui merokok maupun tidak merokok.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal dokumen laporan
riset kesehatan dasar (Riskesdaas, 2013).

2. Instrument Pengumpulan Data


Instrument pengumpulan data adalah alat yang digunakan peniliti untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian alat yang dignakan adalah lembar kuesiner
berupa pertayaan tertutup yang sudah disediakan jawabnya sehingga responden hanya
memilih jawaban yang sesuai agar mempermudah pengisian bagi responden pada
waktu penelitian.
3. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh penelitian dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Peneliti menyampaikan kepada responden surat persetujuan menjadi respon.
b. Menjelaskan tentang pengisian kuesioner.
c. Responden mengisi kuesioner.
d. Kuesioner dikumpulkan kembali kepada peniliti.
Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan
nilai p (p value) dengan tingkat signifikan 95% dan α sama dengan 0,05, yaitu :
a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara variabel bebas dab variabel terikat.

16
b. Jika nilai p > 0,05 maka Ho gagal diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A. (2017). Determinan Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Endurance, 2(1),
25–30. https://doi.org/10.22216/jen.v2i1.1372.

Alfian Khoirul Huda. 2018. Gambaran Penyebab Perilaku Merokok Pada Anak Usia
Sekolah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua
Satria Offset.

Miftahul Jannah & Rismayanti Yamin. 2021. Determinan Perilaku Merokok Pada
Remaja Sekolah Menengah Atas (Sma) Di Kota Palopo. Jurnal Kesehatan
Vol:14 No.1.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Permatasari,


R., & Tan, W. (2021). Tındakan Hukum Terhadap Pedagang Dan Pengusaha
Yang Menjual Rokok Kepada Anak Di Kota Batam , Indonesıa.Combines, 1(1),
376–385.

Rizky, Septi, N. 2018. Perilaku Merokok Remaja (Perilaku Merokok sebagai


Identitas Sosial Remaja dalam Pergaulan di Surabaya). Universitas Erlangga.

Setyani, Aprina Titin & M. Ali Sodik. 2018. Pengaruh Merokok Bagi Remaja
Terhadap Perilaku dan Pergaulan Sehari-hari. STIKes Surya Mitra Husada.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta.

(2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. alfabeta.

Sulistyawan, A. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok


Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kota Tanggerang Selatang Tahun
2012. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Tristanti, I. (2016). Remaja dan Perilaku Merokok. The 3rd Universty Research
Colloquium, 328–342.

16
Untari, I., & Pramesti, G. A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Efek
Merokok Dengan Sikap Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).Indonesia
Jurnal Perawat, 2(I), 39–44.

Wartawati Ammang, dkk. 2017. Peran Komunikasi Keluarga Dalam Mengatasi


Perilaku Merokok Pada Anak Usia Remaja (Studi Pada Masyarakat Kelurahan
Kampung Makassar Timur Kota Ternate). e-journal “Acta Diurna” Volume VI.
No. 1.

WHO. 2013. World Health Day 2013: Measure Your Blood Pressure, Reduce Your
Risk. diambil dari: http://www.who.int. diakses 4 Mei 2023.

26
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA SMP NEGERI 16 KOTA PONTIANAK

A. IDENTITAS RESPONDEN
No responden :
Tanggal :
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Jenis kelamin :

B. Perilaku Merokok
1. Apakah Anda merokok?
a. Ya
b. Tidak

C. Dukungan Orang Tua


1. Apakah kedua orang tua atau salah satu orang tua Anda merokok?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah orang tua Anda memberikan informasi mengenai bahaya merokok?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah orang tua Anda mengizinkan Anda untuk merokok?


a. Ya
b. Tidak

4. Apakah orang tua Anda mengizinkan berteman dengan perokok?


a. Ya
b. Tidak

5. Apakah orang tua Anda tidak menghukum jika Anda merokok?


a. Ya
b. Tidak

Sumber : Zulham Adi Saputro, 2010. Hubungan Faktor Keluarga dan Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Merokok pada Pelajar SMA Negri 1 Depok Sleman Yogyakarta.

36
D. Dukungan Teman Sebaya
1. Apakah teman Anda ada yang merokok?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah teman Anda sering merokok di dekat Anda?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah teman Anda pernah menawari untuk merokok?


a. Ya
b. Tidak

4. Apakah teman Anda mengajak untuk merokok?


a. Ya
b. Tidak

5. Apakah ada teman Anda yang mengancam agar Anda merokok?


a. Ada
b. Tidak ada

Sumber : Zulham Adi Saputro, 2010. Hubungan Faktor Keluarga dan Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Merokok pada Pelajar SMA Negri 1 Depok Sleman Yogyakarta.

E. Paparan Iklan
Dalam satu minggu terakhir (7 hari), berapa banyak Anda melihat, mendengar atau
membaca sebuah iklan rokok? diisi dalam tabel!

N Media Iklan Rokok Frekuensi


No
1 Televisi
2 Koran
3 Trotoar Jalan/Baliho
4 Internet
5 Tempat Umum

Sumber : Nimfa C Wibowo. 2012. Asosiasi Paparan Iklan Rokok Dengan


Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Merokok Pada Remaja. Universitas Sebelas
Maret

46

Anda mungkin juga menyukai