Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA:


LITERATURE REVIEW

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan

Di Susun Oleh :
MILA SEANA
AK.1.16.083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
i
ii
iii
iv
ABSTRAK

Perilaku merokok sudah menjadi hal yang dianggap biasa, saat ini
merokok sudah benar-benar merambah di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini
terjadi karena remaja melihat dan meniru apa yang orang lain lakukan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh besar
dalam perubahan perilaku bagi seseorang. Penelitian ini bertujuan adalah untuk
mengetahui hubungan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan
jenis systematic review, populasi dalam penelitian ini diambil dari situs
Scholar.google dan PubMed sebanyak 25.677 jurnal menggunakan teknik
purposive sampling. Studi kelayakan menggunakan instrumen JBI (Joanna Briggs
Institute) Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies.
Hasil penelitian didapatkan 5 jurnal yang sudah di uji kelayakan, hasil
penelitian dari seluruh artikel menyatakan terdapat hubungan antara lingkungan
dengan perilaku merokok. dalam penelitian ini menunjukkan bahwa yang
termasuk kedalam faktor lingkungan adalah lingkungan sosial seorang remaja
diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan
pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Selain itu juga ada
peran teman sebaya dan peran orangtua yang mempengaruhi perilaku merokok
remaja.
Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan
dengan perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan
untuk lebih memberikan edukasi kepada masyarakat umum mengenai dampak dan
bahaya merokok bagi kesehatan, dan juga mengedukasi mengenai cara
memperbaiki perilaku merokok terutama di lingkungan keluarga.

Kata kunci : Lingkungan, Perilaku Merokok, Remaja


Daftar pustaka : 10 Buku (2011-2019)
12 Jurnal (2010-2020)
4 Website (2010-2018)

v
ABSTRACT

Smoking behavior has become something that is considered normal, now


smoking has really spread among children and adolescents. This happens because
teenagers see and imitate what other people do. The environment is one of the
factors that can have a big influence on changing one's behavior. This study aims
to determine the relationship between environmental factors and smoking
behavior in adolescents.
This research method uses a literature review approach with a systematic
review type, the population in this study was taken from the Scholar.google and
PubMed sites as many as 25,677 journals using purposive sampling technique.
The feasibility study uses the JBI (Joanna Briggs Institute) Critical Appraisal
Checklist for Analytical Cross Sectional Studies.
The results obtained 5 journals that have been tested for feasibility, the
results of research from all articles state that there is a relationship between the
environment and smoking behavior. In this study, it shows that which is included
in the environmental factors is the social environment of a teenager including the
family environment, the environment where they live, the social environment, the
community environment and the school environment. In addition, there is also the
role of peers and the role of parents that influence adolescent smoking behavior.
So it can be concluded that there is a relationship between environmental
factors and smoking behavior in adolescents. Based on the research results, it is
expected to provide more education to the general public about the effects and
dangers of smoking on health, and also to educate about how to improve smoking
behavior, especially in the family environment.

Keywords :, Adolescent, Environmental, Smoking Behavior


Bibliography : 10 Books (2011-2019)
12 Journals (2010-2020)
4 Websites (2010-2018)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya Penulis masih diberikan kekuatan,

kemudahan, serta keinginan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan

Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja : Literature Review

Penelitian ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan

bantuan, bimbingan serta masukan kepada Penulis. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi

Guna Kencana Bandung

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti

Kencana Bandung

3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Dekan Universitas Bhakti Kencana

Bandung

4. Lia Nurlianawati S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung dan selaku

Dosen Pembimbing Pendamping yang telah membimbing, memberi

arahan dan masukan serta motivasi dalam penyusunan skripsi

5. Inggrid Dirgahayu, S.Kp., MKM selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah bersedia untuk meluangkan waktu dan fikirannya untuk

vii
membimbing, memberi arahan dan masukan serta motivasi dalam

penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan

6. Asep Saepudin Adwar dan Eneng Warnah selaku orangtua dari Penulis.

Penulis ucapkan terima kasih atas doa, dukungan dan perhatian selama

proses pengerjaan skripsi ini

7. Seluruh teman-teman Angkatan 2016 terutama kelas B yang selalu

memberikan bantuan, dukungan dan motivasi selama pengerjaan skripsi

ini

8. Kepada semua pihak-pihak terkait yang telah mendukung dan membantu

selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus di

sempurnakan dari skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf yang

sebesar-besarnya dan menerima segala kritikan serta masukan yang dapat

membangun untuk ke depannya.

Bandung, 20 Agustus 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................iii

LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................iv

ABSTRAK........................................................................................................v

ABSTRACT....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja 8


2.1.1 Definisi Remaja 8
2.1.2 Tugas Perkembangan Remaja ..................................................... 8
2.1.3 Ciri-Ciri Remaja .........................................................................9
2.2 Konsep Perilaku Merokok 11
2.2.1 Definisi Perilaku 11
2.2.2 Batasan Perilaku .........................................................................11
2.2.3 Definisi Perilaku Merokok .......................................................... 14
2.2.4 Faktor Penyebab Merokok .......................................................... 14
2.2.5 Tahap-Tahap Perilaku Merokok .................................................. 17
ix
2.2.6 Dampak Perilaku Merokok ......................................................... 18
2.2.7 Klasifikasi Perokok .....................................................................20
2.2.8 Kandungan Rokok ......................................................................20

2.3 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok ...................... 21

2.4 Jurnal atau Penelitian Terkait .................................................................22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 24


3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 24
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................24
3.3.1 Populasi 24
3.3.2 Teknik Sampling 25
3.3.3 Sampel 26
3.4 Tahapan Literatur Review ............................ 26
3.4.1 Merumuskan Masalah 26
3.4.2 Mencari dan Mengumpulkan Data/Literatur ................................ 26
3.4.3 Mengevaluasi Kelayakan Data/Literatur...................................... 27
3.5 Analisa Data ................................................ 29
3.6 Etika Penelitian ...................................................................................... 31
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 32


4.2 Pembahasan 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 40


5.2 Saran ......................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Alur proses dan kriteria dalam pencarian artikel............................ 28

Bagan 3.2 PRISMA Flow Diagram ............................................................... 30

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross

Sectional Studies

Lampiran 2 : Tabel Penilaian Rekomendasi Joanna Brigs Institute (JBI)

Lampiran 3 : Lembar Uji Plagiat Menggunakan Turnitin

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 : Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan ke tahap selanjutnya, remaja

identik dengan masa coba-coba dan mereka menganggap dirinya seperti orang

dewasa (Nurihsan, 2011). Sebetulnya remaja tidak mempunyai tempat yang

jelas, mereka sudah bukan termasuk golongan anak-anak, dan juga belum

diterima untuk masuk ke golongan orang dewasa. Sehingga remaja sering

disebut dengan fase “pencarian jati diri” (Monks dkk, 1989 dalam Ali &

Asrori, 2018).

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, oleh karena itu mendorong

remaja untuk berpetualang menjelajah dan mencoba segala sesuatu yang

belum pernah dialaminya (Ali & Asrori, 2018). Penting bagi seorang remaja

untuk dibimbing agar perasaan ingin tahunya dapat diarahkan kepada kegiatan

yang positif, kreatif serta produktif. Jika tidak, dikhawatirkan akan berujung

kepada hal-hal negatif seperti mencoba narkoba, minum-minuman keras,

penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat kehamilan

(Soerjono Soekanto, 1989 dalam Ali & Asrori, 2018). Selain itu juga

dorongan keinginan menjadi orang dewasa menyebabkan remaja ingin

melakukan apa yang orang dewasa lakukan, seperti remaja laki-laki yang

sembunyi-sembunyi mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa

melakukannya (Ali & Asrori, 2018).

1
2

Perilaku merokok merupakan tindakan atau aktivitas menghisap

gulungan tembakau yang tergulung kertas yang sudah dibakar, yang

dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan jenis lainnya

yang asapnya mengandung tar dan nikotin, dengan atau tanpa bahan

tambahan. Terkadang para perokok tidak peduli bahwa saat mereka

menghisap rokok akan sangat merugikan bagi kesehatan, perilaku merokok

memang sangat sulit untuk dihentikan karena memiliki efek ketergantungan

yang ditimbulkan oleh nikotin, selain itu akan timbul penyakit yang terjadi

dalam jangka lama akibat rokok (Kemenkes RI, 2013). Saat ini, merokok juga

sudah benar-benar merambah di kalangan anak-anak dan remaja yang mulai

mencoba untuk merokok (Sholeh, 2017).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Indonesia

termasuk kedalam Negara dengan jumlah perokok terbesar, berada di

peringkat ketiga dunia setelah China dan India. Selain itu juga Indonesia

memiliki estimasi perokok baru, remaja usia dibawah 19 tahun sebanyak 16,4

juta jiwa. Ini menyebabkan Indonesia menjadi Negara dengan jumlah perokok

remaja tertinggi di dunia sekaligus perokok laki-laki tertinggi di dunia juga,

sebesar 66% dari 66,3 juta jiwa. Diperkirakan tahun 2030 angka kematian di

dunia akibat rokok mencapai 10 juta jiwa dan 70% berasal dari negara

berkembang (Kemenkes RI, 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukan bahwa prevalensi

remaja usia 10-18 Tahun di Indonesia yang merokok meningkat dari tahun

2013 dengan 7,2% menjadi 9,1% pada tahun 2018. Jawa Barat menduduki
3

peringkat pertama dengan jumlah perokok paling banyak diantara provinsi

lainnya. Pada tahun 2018 tercatat proporsi penduduk umur ≥10 tahun yang

merokok di Jawa Barat adalah 32% dari 300.000 sampel rumah tangga (1,2

juta jiwa), yang mana angka itu di atas rata-rata proporsi perokok di Indonesia

(Riskesdas, 2018).

Rokok sebenarnya mengandung lebih dari 4000 zat/bahan kimia yang

berbahaya terutama bagi kesehatan. Komponen utama dari rokok ada 3 yaitu

nikotin, yaitu zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan, kemudian tar yang

bersifat karsinogenik, dan CO (karbon monoksida) gas yang berbahaya yang

dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah (Kemenkes RI, 2013).

Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan

terpapar asap rokok, kemudian berpeluang untuk mengalami peningkatan

resiko bronchitis, pnemonia, infeksi telinga tengah, asma serta menyebabkan

kesehatan yang buruk pada masa dewasa nanti (Riskesdas, 2010). Selain itu

juga apabila orangtua memiliki perilaku merokok, maka sangat mungkin

seorang anak akan melakukan perilaku yang sama (Sholeh, 2017).

Perilaku merupakan bentuk aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

manusia baik diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara

langsung. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan perilaku, yang dibagi menjadi faktor internal yang

berkaitan dengan tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan

sebagainya, kemudian faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan sosial,

budaya, ekonomi, politik, fisik dan sebagainya. Faktor lingkungan merupakan


4

faktor yang berpengaruh kuat terhadap perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2014).

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan

pengaruh dalam perubahan perilaku bagi seseorang. Lingkungan sosial

diantaranya yaitu lingkungan teman sebaya, lingkungan keluarga serta

lingkungan tetangga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama

kali dikenal oleh individu sejak lahir (Nugraheni et al, 2018). Keluarga

merupakan bagian dari kelompok sosial yang didalamnya terdapat ayah, ibu,

dan anak (Vebriarto, 1984 dalam Nugraheni et al, 2018). Peran teman sebaya

dalam pergaulan remaja sangat besar pengaruhnya terhadap pribadi dan

tingkah laku seseorang. Oleh Karena itu lingkungan sosial yang baik akan

mempengaruhi perilaku seseorang menjadi baik, begitupun dengan sebaliknya

(Nugraheni et al, 2018).

Pernyaataan tersebut sejalan dengan Prawitasari (2012), lingkungan

sosial penyebab remaja merokok yaitu teman, saudara dan orang-orang

disekitar yang merokok. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Sholeh (2017),

bahwa faktor penyebab remaja merokok diantaranya adalah lingkungan

pergaulan dan contoh dari orangtua, guru, dan keluarga. Selain itu juga alasan

yang mendasari perilaku merokok pada remaja menurut Komalasari & Helmi

(2000) dalam Windahsari et al (2017) antara lain sebagai pelampiasan jika ada

masalah keluarga atau teman, agar diterima dilingkungan pertemanan atau

kelompok, dan untuk menenangkan pikiran, yang artinya perilaku merokok


5

juga disebabkan oleh faktor-faktor dalam diri selain disebabkan oleh faktor

lingkungan.

Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal dapat disimpulkan bahwa

perilaku merokok remaja pada umumnya disebabkan karena faktor dari luar.

Ketika remaja memiliki teman yang merupakan perokok dan sering berkumpul

dengan teman-temannya yang merokok bahkan ditawari untuk merokok maka

akan menyebabkan rasa ingin mencoba dan ikut merokok. Selain itu, jika

memiliki salah satu anggota keluarga yang merokok di rumah maka akan

memberikan dampak yang kurang baik bagi remaja, diantaranya remaja

menjadi penasaran dan akan mencoba mengikuti apa yang orang dewasa

lakukan. Poltekkes Depkes RI (2010) menyebutkan bahwa orangtua dan

teman sebaya merupakan orang-orang yang sangat berpengaruh terhadap

kebiasaan remaja.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Faktor Lingkungan

dengan Perilaku Merokok Pada Remaja : Literature Review”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah penelitian

yaitu : “Apakah ada hubungan faktor lingkungan dengan perilaku merokok

pada remaja ?”
6

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada

remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Melalui analisis jurnal ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan mengenai faktor penyebab atau faktor yang

berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja.

1.4.2 Manfaat Praktisi

1) Bagi Keperawatan

Sebagai bahan edukasi dari perawat untuk masyarakat mengenai

perilaku merokok remaja dan faktor penyebab merokok serta dapat

mengedukasi keluarga untuk tidak menunjukkan perilaku yang

tidak baik di depan remaja.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi dan

acuan untuk penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor lain yang

mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja atau biasa disebut adolescence, berasal dari bahasa

Latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”

(Ali & Asrori, 2018). Menurut WHO, dikatakan remaja apabila

seorang anak telah mencapai usia 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2007

dalam Dewi et al, 2015)

2.1.2 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja difokuskan untuk meninggalkan

sikap anak-anak dan mampu bersikap secara dewasa. Adapun tugas-

tugas perkembangan remaja menurut Harlock (1991) dalam Ali &

Asrori (2018) adalah berusaha :

1) Mampu menerima keadaan fisiknya

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis

4) Mencapai kemandirian emosional

5) Mencapai kemandirian ekonomi

8
9

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

2.1.3 Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan

periode-periode sebelum atau sesudahnya. Menurut Nurihsan (2011)

ciri-ciri tersebut akan dijelaskan dibawah ini :

1) Masa Remaja sebagai periode yang penting

Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, ada

periode yang penting karena akibat fisik dan ada yang penting

karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama

penting.

2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

Masa peralihan berarti sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya. Pada masa ini, remaja

bukanlah seorang anak dan bukan juga seorang yang sudah

dewasa.
10

3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal.

Pertama, meningginya emosi yang bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis. Kedua, perubahan tubuh, minat

dan peran. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku,

maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian remaja bersifat

ambivalen terhadap setiap perubahan.

4) Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah

Pada masa remaja sering terjadi ketidakmampuan untuk

mengatasi masalahnya sendiri, banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaian masalah tidak selalu sesuai

dengan harapan.

5) Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas

Remaja menarik perhatian dengan cara mencoba untuk

mengangkat diri sendiri dengan symbol kepemilikan atau barang-

barang yang mudah terlihat, selain itu juga sebagai bentuk

pertahanan identitas terhadap kelompoknya.

6) Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan

Masa dimana seorang remaja beranggapan bahwa orang

dewasa memiliki pemahaman buruk tentang remaja, sehingga

remaja berfikir bahwa masa peralihan ke dewasa menjadi sulit.


11

7) Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan diri sendiri dan

orang lain seperti yang mereka inginkan dan bukan sebagaimana

adanya. Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan

pengalaman sosial, maka remaja dapat memandang secara lebih

realistik.

8) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

Dimana remaja mulai memfokuskan diri untuk berperilaku

seperti orang dewasa dan beranggapan bahwa perilaku tersebut

akan memberikan gambaran yang mereka harapkan.

2.2 Konsep Perilaku Merokok

2.2.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan bentuk aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan manusia baik diamati secara langsung maupun yang tidak

dapat diamati secara langsung. (Notoatmodjo, 2014).

2.2.2 Batasan Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku

dibedakan menjadi dua, diantaranya : (Notoatmodjo, 2014)

1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap

stimulus ini belum bisa diamati secara langsung oleh orang lain,
12

karena masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan, dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain, karena sudah jelas dalam bentuk

tindakan/praktik.

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap

stimulus, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu : (Notoatmodjo, 2014)

1) Determinan atau faktor internal, merupakan karakteristik orang

yang bersifat given atau bawaan, seperti : jenis kelamin, tingkat

emosional, tingkat kecerdasan dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, merupakan lingkungan sosial,

budaya, ekonomi, politik, fisik dan sebagainya. Faktor lingkungan

merupakan faktor yang berpengaruh kuat terhadap perilaku

seseorang (Notoatmodjo, 2014). Salah satunya yaitu lingkungan

sosial yang merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan

pengaruh besar dalam perubahan perilaku bagi seseorang.


13

Lingkungan sosial diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan

teman sebaya, dan lingkungan tetangga atau masyarakat.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali dikenal

oleh individu sejak lahir (Nugraheni et al, 2018)

Seorang ahli psikologi pendidikan, Benyamin Bloom (1908)

dalam Notoatmodjo (2014) membagi perilaku manusia kedalam tiga

domain sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom membagi menjadi 3

ranah yaitu : a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor. Dalam

perkembangannya teori Bloom ini di modifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan, yakni :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang

(overt behavior). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu baik yang didengar ataupun yang dilihat.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang. Sikap belum dapat disebut sebagai suatu

tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu bentuk

penghayatan.
14

3. Praktik atau tindakan (Practice)

Setelah seseorang mengetahui adanya stimulus, kemudian

akan dilakukan penilaian terhadap apa yang diketahuinya, setelah

itu diharapkan seseorang dapat melaksanakan atau mempraktikan

dengan baik apa yang sudah di ketahuinya.

2.2.3 Definisi Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan tindakan atau aktivitas menghisap

gulungan tembakau yang tergulung kertas yang sudah di bakar, yang

dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan jenis

lainnya yang asapnya mengandung tar dan nikotin, dengan atau tanpa

bahan tambahan. (Kemenkes RI, 2013)

2.2.4 Faktor Penyebab Merokok di Kalangan Remaja

Lingkungan sosial yang menyebabkan remaja merokok

(Prawitasari, 2012)

1) Teman, saudara, dan orang-orang sekitar yang merokok.

Biasanya teman akan mengajak untuk merokok dan tawaran

ini sungkan atau segan untuk ditolak, begitupun dengan anak yang

memiliki orangtua perokok, maka akan cenderung melakukan hal

yang sama juga (Sholeh, 2017). Hasil penelitian di Indonesia

menunjukkan bahwa remaja perokok mempunyai teman dekat atau

saudara kandung yang merokok (Prawitasari, 2012).


15

2) Status Sosial Ekonomi (SSE) dan prestasi rendah.

Banyak remaja perokok berasal dari keluarga yang kurang

mampu, sehingga sebagai pelarian dari ketidakmampuannya

mereka mencoba untuk merokok. Selain ketidakmampuan secara

ekonomi, prestasi belajar yang rendah menyebabkan munculnya

teori kognitif yaitu merokok dianggap dapat meningkatkan citra

diri meskipun prestasi akademisnya rendah.

3) Citra positif terhadap perokok.

Remaja yang merokok menganggap bahwa orang lain yang

merokok adalah gagah, betul-betul lelaki, sehingga mereka ingin

menirunya.

4) Kepercayaan bahwa rokok adalah norma remaja pada umumnya

dan keterampilan menolak rokok yang rendah.

Mereka yang merokok mengatakan bahwa merokok adalah

hal yang biasa, karena sebagian besar laki-laki di Indonesia

merokok, sehingga di tempat-tempat umum akan sangat mudah

menjumpai orang yang merokok (Prabandari et al, 2000 dalam

Prawitasari, 2012).

5) Pengetahuan yang rendah dan sikap positif terhadap rokok

Pengetahuan tentang akibat merokok yang rendah dan sikap

positif (yang mendukung merokok) dapat memicu remaja untuk

merokok (Santoso, 1993 dalam Prawitasari, 2012). Dalam salah

satu kajian kualitatif dilaporkan bahwa remaja mengatakan kalau


16

hanya mencoba tidak apa-apa, nanti kalau ingin berhenti ya

berhenti. Mereka tidak tahu jika berhenti merokok merupakan

usaha yang sulit dilakukan (Prawitasari, 2012).

6) Lingkungan yang permisif

Salah satu temuan yang menarik di Yogyakarta adakah

bahwa beberapa orangtua remaja yang merokok ternyata tidak

melarang anaknya untuk merokok. Mereka mengatakan bahwa

kebebasan untuk merokok adalah hak anak (Prabandari et al, 2000

dalam Prawitasari, 2012).

7) Peraturan dan kebijakan pengendalian rokok yang minimal di

Indonesia.

Indonesia adalah satu-satunya Negara di Asia Pasifik yang

belum meratafikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco

Control) atau traktat pengendalian rokok, sehingga aturan dan

kebijakan pengendalian rokok di Indonesia masih minimal

(Prabandari et al, 2009 dalam Prawitasari, 2012). Remaja bahkan

anak kecil bisa membeli rokok, rokok dijual murah dan dapat

dibeli batangan. Harga murah dan mudahnya akses terhadap rokok

dapat mendorong remaja untuk mencoba merokok (Prawitasari,

2012).

8) Masih banyaknya iklan rokok.

Sargent et al, (2000) dalam Prawitasari (2012) membuktikan

bahwa iklan rokok berhubungan dengan mulainya kebiasaan


17

merokok pada remaja. Sementara itu hampir di setiap jalan

ataupun di setiap kota di Indonesia dapat dijumpai dengan mudah

iklan rokok.

2.2.5 Tahap-Tahap Perilaku merokok

Ada beberapa tahap yang dialami seorang perokok hingga

menjadi tahap ketergantungan : (Sholeh, 2017)

1) Tahap pertama adalah eksperimental atau coba-coba. Mereka

menghirup rokok untuk mencari ketenangan pada awalnya,

mencari energi lebih dan pelarian dari stress sehari-hari. Pada

tahap ini seorang perokok merasa yakin masih bisa mengontrol

kebiasaan untuk merokok.

2) Pada tahap kedua yaitu penggunaan rutin, perokok mulai

dikendalikan oleh efek dahsyat nikotin. Perokok akan menyangkal

bahwa ia tidak dapat mengendalikan lagi kebiasaannya merokok,

mereka menyangkal bahwa kebiasaannya itu dapat menimbulkan

berbagai penyakit fatal. Sebenarnya mereka mengetahui bahaya-

bahaya merokok, tetapi karena kenikmatan semu tersebut telah

terlanjur menutupi kecemasan dan akal sehatnya.

3) Tahap ketiga adalah ketergantungan, dimana rokok sudah menjadi

sahabat setia perokok setiap waktu, dan tanpanya perokok akan

mengeluh berbagai macam kesengsaraan dari mulut pahit hingga

demam.
18

2.2.6 Dampak Perilaku Merokok

Banyak orang yang sudah mengetahui dampak apa yang akan

ditimbulkan jika mengkonsumsi rokok, apalagi mengkonsumsinya

secara berlebihan. Tetapi banyak juga yang tidak peduli akan bahaya

itu, malah jumlah perokok semakin bertambah tiap tahun. Secara

kesehatan merokok dapat menyebabkan : (Sholeh, 2017)

1) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Merokok dapat menyebabkan perubahan pada jaringan paru-

paru sehingga terjadi peningkatan jumlah sel radang dan

kerusakan pada alveoli. Perokok juga akan mengalami perubahan

pada saluran nafas dan fungsi paru-paru, hal ini yang

menyebabkan terjadinya penyakit obstruksi paru (Rochka et al,

2019).

2) Kanker

Seperti kanker mulut, hidung, tenggorokan, kerongkongan,

pancreas, kandung kemih, leher rahim, darah (leukemia), ginjal

dan kanker paru-paru.

3) Penyakit jantung

Merokok merupakan faktor resiko terbesar yang

menyebabkan kematian mendadak. Kandungan bahan kimia

seperti nikotin dan CO berpengaruh pada penyakit jantung.

Nikotin mengganggu irama jantung dan menyumbat pembuluh


19

darah jantung, sedangkan CO menyebabkan berkurangnya suplai

oksigen ke jantung (Rochka et al, 2019).

4) Bahan kimia pada tembakau dapat merusak lapisan pembuluh

darah dan mempengaruhi jumlah lemak dalam aliran darah.

5) Perokok lebih mungkin mengalami impoten atau kesulitan

mempertahankan ereksi dibanding dengan yang tidak merokok.

Hal tersebut diduga karena terjadinya kerusakan yang

berhubungan dengan pembuluh darah ke penis.

6) Rheumatoid Artritis adalah kondisi autoimun yang di tandai

dengan peradangan sendi dan kerusakan jaringan ikat. Organ lain

termasuk jantung, paru-paru, ginjal dan kulit juga bisa

terpengaruh.

7) Perokok cenderung memiliki banyak garis wajah atau keriput

Asap rokok membakar protein dan merusak Vitamin A yang

seharusnya dapat menjaga elastisitas kulit. Kulit perokok biasanya

menjadi kering, kasar dan bergaris (Rochka et al, 2019).

8) Mengurangi kesuburan bagi pria maupun wanita.

9) Pada beberapa wanita yang merokok biasanya mengalami

menopause dua tahun lebih awal daripada yang tidak merokok.

Selain beberapa penyakit diatas, Sholeh (2017) menyebutkan

bahwa merokok juga sering menyebabkan gejala beberapa penyakit.

Seperti asma, pilek, flu, infeksi dada, TBC, bronchitis kronis,

hipertiroidisme, multiple sclerosis, dan retinopati diabetes. Tidak


20

hanya itu, merokok pun meningkatkan resiko berbagai macam kondisi

sepert demensia, katarak, degenerasi macula, fibrosis paru, psoriasis,

penyakit gusi, kehilangan gigi, osteoporosis, dan neuropati optic.

2.2.7 Klasifikasi Perokok

Bustan (2000) dalam Virly (2013) membagi perokok kedalam 3

tingkatan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap. Pertama, perokok

ringan apabila merokok 1-10 batang per hari. Kedua, perokok sedang

apabila merokok 11-20 batang per hari. Ketiga, perokok berat, jika

merokok lebih dari 20 batang per hari.

2.2.8 Kandungan Rokok

Di dalam sebatang rokok terkandung lebih dari 4000 jenis bahan

kimia, dimana 400 jenis diantaranya bersifat racun dan 40 jenis

lainnya menyebabkan kanker (Rochka et al, 2019). Kandungan rokok

yang paling banyak ditemukan yaitu nikotin, tar, dan karbon

monoksida (CO) (Kemenkes RI, 2018). Beberapa zat berbahaya di

dalam rokok yaitu sebagai berikut:

1) Karbon Monoksida (CO)

Salah satu zat berbahaya dalam rokok yaitu Karbon

Monoksida (CO). Karbon Monoksida tidak mengiritasi, tetapi

sangat berbahaya (beracun). Keberadaan gas CO ini seperti pada

asap pembuangan mobil. Gas CO akan sangat bahaya jika terhirup

manusia, karena gas itu akan menggantikan sekitar 15% jumlah


21

oksigen yang dibawa oleh sel darah merah, sehingga suplai

oksigen ke jantung akan berkurang (Rochka et al, 2019).

2) Nikotin

Nikotin merupakan komponen yang paling banyak ditemui

didalam rokok. Nikotin memiliki karakteristik efek adiktif dan

psikoaktif yang berperan penting dalam menyebabkan ketagihan

bagi perokok. Selain itu juga nikotin merupakan salah satu jenis

obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah.

Nikotin terus menstimulasi otak untuk terus menambah jumlah

nikotin yang dibutuhkan (Rochka et al, 2019).

3) Tar

Tar bukan zat tunggal, namun terdiri atas ratusan bahan kimia

gelap dan lengket yang termasuk partikel penyebab timbulnya sel

kanker. Tar merupakan salah satu zat dalam rokok yang juga

digunakan sebagai bahan untuk melapisi jalan atau aspal. Tar juga

mengandung bahan yang dapat merusak sel paru-paru (Rochka et

al, 2019).

2.3 Hubungan faktor lingkungan dengan perilaku merokok

Pada umumnya remaja memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

(high curiosity), remaja cenderung ingin mencoba segala sesuatu yang belum

pernah dialaminya. Selain itu, dorongan oleh keinginan menjadi orang

dewasa menyebabkan remaja ingin meniru apa yang sering dilakukan orang
22

dewasa. Akibatnya tidak jarang remaja pria mencoba merokok secara

sembunyi-sembunyi, karena sering melihat orang dewasa melakukannya. (Ali

& Asrori, 2018). Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak

terpenuhi karena adanya larangan dari orangtua dan tidak tersedianya biaya.

Sehingga jalan keluar dari kesulitan remaja dapat ditemukan setelah mereka

berkumpul dengan rekan sebaya, mereka melakukan kegiatan sehingga

berbagai kendala dapat diatasi secara bersama-sama. (Singgih DS, 1980

dalam Ali & Asrori, 2018). Oleh karena itu faktor lingkungan terutama

lingkungan sosial seperti teman, keluarga dan orang-orang sekitar yang

merokok akan menjadi awal bagi remaja untuk ikut-ikutan merokok karena

penasaran dan ingin mencoba.

2.4 Jurnal atau Penelitian yang terkait

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tahlil (2017) pada remaja di

suatu desa di Aceh Besar, dengan 75 responden berusia 12-25 tahun

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan dengan

perilaku merokok pada remaja (p = 0,005). Kemudian secara khusus

menunjukkan bahwa ada hubungan antara lingkungan fisik dengan perilaku

merokok remaja (p = 0,023), ada hubungan antara lingkungan sosial dengan

perilaku merokok remaja (p = 0,001) dan ada hubungan antara lingkungan

kultural dengan perilaku merokok remaja (p = 0,006).

Selain itu menurut Sutha (2016) yang dilakukan pada 214 responden

berusia 11-15 Tahun di Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang,

didapatkan sebanyak 88 responden (41,1%) berjenis kelamin laki-laki, dan


23

126 responden (58,9%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan analisis

bivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan antara anggota

keluarga/orangtua dengan perilaku merokok (X2 = 0,000 ˂α =0,05), terdapat

hubungan antara perilaku teman sebaya dengan perilaku merokok (X2 = 0,000

˂α =0,05), terdapat hubungan antara perilaku guru dengan perilaku merokok

(X2 = 0,000 ˂α =0,05), tidak terdapat hubungan antara perilaku idola dengan

perilaku merokok (X2 = 0,777 >α =0,05) dan terdapat hubungan antara

budaya dengan perilaku merokok (X2 = 0,000 ˂α =0,05).

Anda mungkin juga menyukai