Anda di halaman 1dari 72

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA, MEDIA

INFORMASI DAN PERSEPSI REMAJA DENGAN PERILAKU


SEKSUAL REMAJA DI SMPN KECAMATAN KUBUNG
KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2021

PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan

DISUSUN OLEH :
NOVI RAHMADANI
2015302076

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Laporan tugas akhir : Hubungan Peran Orang Tua, Teman Sebaya, Media

Informasi dan Persepsi Remaja dengan Perilaku

Seksual Remaja di SMPN Kecamatan Kubung

Kabupaten Solok Tahun 2021

Nama : Novi Rahmadani

NIM 2015302076

Laporan tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

dihadapan Tim Penguji Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Bukittinggi, Juni 2021

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Oktavianis, S.ST, M.Biomed) (Nurhayati, S.ST,M.Biomed)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan tugas akhir : Hubungan Peran Orang Tua, Teman Sebaya, Media

Informasi dan Persepsi Remaja dengan Perilaku Seksual

Remaja di SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten Solok

Tahun 2021

Nama : Novi Rahmadani

NIM 2015302076

Laporan tugas akhir ini telah diuji dan di revisi sesuai saran-saran dari dewan

penguji.

Bukittinggi, Juni 2021

Mengetahui,

Dewan Penguji :

Penguji I Penguji II

(Detty Afriyanti,S.ST,M.Keb) (Nita Tri Putri,SKM,MPH)

Moderator

(Oktavianis, S.ST, M.Biomed)

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada peneliti sehingga

dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Hubungan

Peran Orang Tua, Teman Sebaya, Media Informasi, Dan Persepsi Remaja

Dengan Perilaku Seksual Remaja Di SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten

Solok Tahun 2021”. Proposal laporan tugas akhir ini disusun dan diajukan sebagai

salah satu syarat menyelesaikan program studi sarjara terapan kebidanan.

Dalam penyusunan proposal ini, peneliti mendapat bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Ns. Hj. Evi Hanita, S.Pd, M.Kes selaku rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi.

2. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Solok beserta jajaran yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

3. Kepada Kepala Sekolah SMP Kecamatan Kubung beserta jajaran yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Oktavianis,S.ST, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Fort De Kock Bukittinggi, dan selaku pembimbing I yang telah banyak

mengorbankan waktu, tenaga, dan fikiran serta senantiasa sabar dan bijaksana

iv
dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Proposal

Laporan Tugas Akhir.

5. Ibu Febriniwati Rifdi, S.SiT, M.Biomed selaku Ketua Program Studi

Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

6. Ibu Nurhayati, S.ST, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah banyak

mengorbankan waktu, tenaga, dan fikiran serta senantiasa sabar dan bijaksana

dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaian proposal

laporan tugas akhir.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

8. Kedua orang tua dan keluarga serta sahabat yang telah memberikan doa,

dorongan serta kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Semua teman sejawat dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih terdapat

kekurangan baik isi maupun kalimatnya oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diperlukan demi tercapainya kesempurnaan proposal ini yang

berguna untuk semua pihak dimasa akan datang.

Bukittinggi, Juni 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
E. Ruang Lingkup .............................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja........................................................................................... 12
1. Pengertian Remaja................................................................... 12
2. Tahap Perkembangan Remaja ................................................. 13
3. Ciri-ciri dari Remaja................................................................ 14
4. Perubahan Masa Remaja ......................................................... 15
B. Perilaku.......................................................................................... 16
1. Pengertian Perilaku ................................................................. 16
2. Perilaku Seksual ...................................................................... 18
3. Tahapan Perilaku Seksual ....................................................... 18
4. Jenis Seksualitas Menyimpang................................................ 21
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual.............. 22
6. Pengaruh Buruk Akibat Perilaku Seksual pada Remaja ......... 23
C. Peran Orang Tua............................................................................ 28
D. Teman Sebaya ............................................................................... 29
1. Pengertian Teman Sebaya ....................................................... 29
2. Peran Teman Sebaya ............................................................... 30
3. Pengaruh Teman Sebaya ......................................................... 30
4. Macam-macam Kelompok Sebaya.......................................... 31
E. Media Informasi ............................................................................ 33
F. Persepsi ......................................................................................... 34
1. Pengertian Persepsi ................................................................. 34
2. Jenis-Jenis Persepsi ................................................................. 35
3. Proses Terjadinya Persepsi...................................................... 35
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................... 36
5. Persepsi Remaja terhadap Perilaku Seksual............................ 37

vi
G. Kerangka Teori ............................................................................. 38

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ......................................................................... 39
B. Defenisi Operasional .................................................................... 40
C. Hipotesis ....................................................................................... 41

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.............................................................................. 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 43
D. Jenis dan Cara Sumber Data ......................................................... 46
E. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 46
F. Analisa Data .................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 38


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 39

viii
DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional ................................................................................. 40


4.1 Rincian Jumlah Responden Penelitian ...................................................... 45
4.2 Rincian Jumlah Responden Penelitian SMP ............................................. 45

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : PERMOHONAN JADI RESPONDEN


LAMPIRAN 2 : INFORMED CONSENT
LAMPIRAN 3 : KISI-KISI KUESIONER
LAMPIRAN 4 : KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 5 : SURAT SURVEY AWAL PENELITIAN
LAMPIRAN 6 : SURAT IZIN PENGAMBILAN DATA
LAMPIRAN 7 : SURAT IZIN PENGAMBILAN DATA

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang

Menurut Undang-undang RI No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan

disebutkan bahwa Remaja adalah warga negara Indonesia yang berusia 16-30

tahun (Badan Statistik Indonesia, 2018). Berdasarkan WHO (World Health

Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja

adalah 10-24 tahun dan belum menikah.(Маmohtob, А.М., 2019)

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat

khas remaja yang memiliki rasa keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko tanpa

pertimbangan yang matang, salah satu permasalahan yang terjadi pada masa

remaja adalah perilaku seks pranikah. Perilaku seksual pranikah merupakan salah

satu akibat dari pergaulan bebas (Kemenkes RI, 2017).

Permasalahan pada remaja yang terjadi saat ini diantaranya yaitu masalah

seksualitas seperti kehamilan tidak di inginkan (KTD), aborsi, terinfeksi penyakit

seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual, serta keterbatasan akses informasi

dan pelayanan kesehatan reproduksi, dimana sumber informasi yang benar

1
2

mengenai kesehatan reproduksi masih kurang dari keluarga, penggunaan alkohol,

dan penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), dan

berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku seksual remaja lainnya. Perilaku

seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik

bagi lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat terjadi dalam

berbagai bentuk tingkat laku mulai dari perasaan tertarik terhadap pasangan,

berkencan, bercumbu, dan bersenggama.

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat seksual, sesama jenis maupun lawan jenis. Perilaku seksual pada remaja

dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan,

mencium bibir, memegang buah dada diatas dan dibalik baju, memegang alat

kelamin diatas dan di bawah baju, dan melakukan senggama (Dewi & Lestari,

2020).

Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 (dilakukan

per 5 tahun) mengungkapkan, sekitar 2% remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8%

remaja pria diusia yang sama mengaku telah melakukan hubungan seksual

sebelum menikah dan 11% diantaranya mengalami kehamilan yang tidak di

inginkan (KEMENKO PMK, 2019)

Beberapa faktor yang berperan terhadap aktifitas perilaku seksual

pranikah remaja adalah pengawasan orang tua dan media informasi, namun

media informasi beberapa penelitian menemukan hasil yang berbeda. Penelitian

di MA Darul Arqam dengan jumlah sampel sebanyak 79 santri, menemukan


bahwa ada pengaruh peran orang tua di MA Darul Arqam terhadap perilaku

seksual berisiko santri (Masni, 2018). Penelitian lain di SMA Negeri 1 Indralaya

Utara dengan sampel 165 siswa menemukan ada hubungan pengaruh orang tua

terhadap perilaku seksual pranikah (Anissa Nurhayati, Nur Alam Fajar, 2017).

Hasil penelitian di SMKN 1 Kendari dengan sampel 90 siswa, menemukan ada

hubungan yang signifikan antara akses media informasi siswa dengan perilaku

seksual (Harni Andriani, Yasnani, 2016). Hasil yang sama diperoleh pada

penelitian yang dilakukan di SMAN 3 Bantul DIY dengan jumlah sampel 126

siswa, menemukan ada hubungan antara pengaruh media informasi dengan

perilaku seks pranikah remaja (Wijayan, 2019).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di SMA An-

Naas dengan jumlah sampel 94 orang, menemukan adanya hubungan

keterpaparan media massa dengan tindakan seksual dimana nilai p value 0,000

(Istawati, 2017). Penelitian lain di SMKN 10 Surabaya dengan sampel sebanyak

89 orang, menemukan ada hubungan antara paparan media pornografi (p=0,000)

dengan perilaku seksual pranikah pada remaja (Albertus C, Dimas Pratama,

2017). Paparan media pornografi memiliki dampak yang buruk bagi remaja yang

akhirnya berujung pada perilaku seks bebas. Perilaku seks bebas memiliki urutan

paling ringan hingga berat dan sering dilakukan remaja ketika berpacaran (R &

W, 2018).

Menurut penelitian fajar dkk (2019) (62.7%) orang tua memiliki

pemikiran serta keyakinan yang baik tentang pentingnya peran orang tua dalam

mencegah seks sedini mungkin, tetapi dengan presentase (41.3%) masih


menunujukkan perilaku yang buruk pada pencegahan seks pranikah, orang tua

memberikan fasilitas telepon genggam, laptop, internet dirumah, uang, sepeda

motor, mobil, yang dapat diakses dan terjangkaunya konten-konten negatif

seksual yang dapat menyebabkan kemudahan remaja inisiasi seks pranikah

(Winarti & Alamsyah, 2020)

Perubahan zaman telah membuat kemajuan dibidang transportasi dan

telekomunikasi yang sudah menyebar secara meluas di dalam budaya remaja

yang menyebabkan banyaknya perubahan terhadap masa remaja. Remaja

mengalami perubahan secara signifikan dari moralitas, pemikiran serta pola

perilaku remaja, hal ini disebabkan telah dipengaruhi oleh budaya luar atau barat

yang membawa kebebasan dan informasi yang terbuka sehingga dapat

memberikan kesempatan untuk melakukan perilaku negatif dalam kesehatan

reproduksi. Kenakalan pada remaja merupakan fenomena yang mendunia

sehingga sangat mempengaruhi proses perkembangan anak dan perhatian yang

signifikan untuk masyarakat seperti tindak kejahatan, merokok, minum-minuman

keras, dan berperilaku seks bebas.

Konformitas teman sebaya secara operasional didefinisikan sebagai suatu

keinginan yang dimiliki oleh individu untuk mengikuti aktivitas dan

kecenderungan teman sebaya mereka. Konformitas pada remaja terhadap

kelompok teman sebaya terjadi karena dalam perkembangan sosialnya, remaja

mulai memisahkan diri dari orang tua dan memilih bersama teman-teman

sebaya. Teman sebaya berfungsi sebagai penyedia informasi mengenai dunia di

luar keluarga. Apabila ikatan emosi dan konformitas kelompok pada remaja
kuat, maka hal ini bisa dijadikan sebagai faktor yang menyebabkan munculnya

tingkah laku remaja yang buruk. Lingkungan yang mendukung adanya perilaku

seksual terlebih perilaku seksual berisiko maka remaja akan lebih berpeluang

untuk melakukan perilaku seksual berisiko. Hal ini juga didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Hidayatullah, 2014) terkait dengan hubungan

konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pada pelajar di kota

Bukittinggi memperoleh hasil bahwa terdapat korelasi yang positif dan

signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual, hal ini

memperlihatkan bahwa semakin tinggi konformitas teman sebaya yang dimiliki

oleh pelajar maka hal ini menunjukkan semakin tinggi juga perilaku seksualnya.

Hal lain yang dapat menyebabkan perilaku seksual remaja adalah faktor internal

yang berasal dari individu yaitu konsep diri.(Dewi & Lestari, 2020)

Perkembangan seksualitas dimulai pada masa remaja, melalui perubahan

fisik dan hormonal sejak pubertas. Akibatnya, remaja menghadapi konsekuensi

sosial dan psikologis yang besar. Hal ini terjadi dikarenakan adanya rasa ingin

tahu dan coba-coba yang besar pada remaja akibat adanya perubahan biologis

dan fisik pada masa pubertas. Sekitar 1 persen anak laki-laki dan 4 persen anak

perempuan di Indonesia dilaporkan telah melakukan hubungan seksual sebelum

usia 13 tahun, beberapa bahkan ketika berusia di bawah 10 tahun. Usia 13 dan 14

tahun dilaporkan hampir 4% telah melakukan hubungan seksual dan

presentasenya relatif meningkat seiring pertambahan usia. Ketika mereka berusia

17 tahun, kira-kira sepertiga populasi orang muda sudah akan melakukan

hubungan seksual minimal satu kali (Suwarni & Selviana, 2015).


Sejumlah studi-studi dalam lingkup nasional telah dilakukan untuk

mengetahui perilaku seksual remaja. Survei indikator kinerja Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 BKKBN di 34

provinsi pada 41.885 remaja usia 15-24 tahun dan belum menikah menunjukkan

bahwa remaja pria dan wanita yang pernah melakukan hubungan seksual masing-

masing sebesar 9,2% dan 2,9% (Dr. Junaidi, SE, 2019). Survei tersebut juga

menunjukkan perilaku seksual yang dilakukan dengan pacar, yaitu: berpegangan

tangan (86,4%), mencium bibir (31,7%), dan meraba/ merangsang (12%)

(Yulianto, 2020)

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 (Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2018), pada 12.612 remaja

15-24 tahun menunjukkan bahwa remaja laki-laki yang pernah melakukan

hubungan seksual lebih tinggi (8%) dibandingkan remaja wanita (2%). Remaja

laki-laki usia 20-24 tahun lebih banyak (14%) melakukan hubungan seksual

dibandingkan dengan kelompok usia 15-19 tahun (4%). Hasil ini meningkat dari

SDKI 2012 (Kementerian Kesehatan, 2013) yang menunjukkan ada sebanyak

1,6% dari 6.927 remaja wanita usia 15-19 tahun mengatakan pernah melakukan

hubungan seksual pada usia 15 tahun, sedangkan 86,2% sisanya mengatakan

tidak pernah melakukan hubungan seksual.

Perilaku seksual berisiko dapat berdampak negatif pada aspek psikologis,

fisiologis dan social. Dampak fisiologis perilaku seksual berisiko terjadinya

kehamilan pada masa remaja dan penularan penyakit menular seksual (PMS)

seperti HIV/AIDS. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja dapat berlanjut
pada aborsi yang berdampak pada masa depan remaja, janin yang dikandung dan

keluarganya (Kemenkes RI, 2017).

Menurut WHO (2018), sekitar 21 juta remaja perempuan yang

melahirkan berusia 15–19 tahun, dan sekitar 3,9 juta anak perempuan menjalani

aborsi yang tidak aman setiap tahunnya. Berdasarkan data KPAI dan Kementrian

Kesehatan (2015), sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan

seks di luar nikah, 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil diluar

nikah berasal dari kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan

aborsi.Pada tahun 2015 di Amerika Serikat sebanyak 22% orang pada rentang

usia 14-24 tahunterinfeksi HIV, sedangkan 20 juta kasus pada rentang usia 15-24

tahunyang dilaporkan setiap tahunnya merupakan kasus PMS (Egziabher &

Edwards, 2013)

Di Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2020 cenderung

meningkat setiap tahun. Jumlah kasus HIV sampai dengan tahun 2020 sebanyak

419.551 orang, sedangkan pada AIDS relatif stabil setiap tahunnya, dengan

jumlah sebanyak 129.740 orang (Direktur Jenderal P2P, 2020)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Solok ada 12 orang

penderita HIV/AIDS sepanjang tahun 2019. Secara kelompok umur, penderita

HIV/AIDS didominasi pada kelompok usia 20-29 tahun, dengan jumlah 8 orang,

usia 30-39 tahun 3 orang. Sedangkan yang terendah ada usia 15-19 tahun 1 orang

(Perempuan et al., 2020). Pada tahun 2020 Kabupaten Solok mengalami

penurunan pada kasus HIV/AIDS yaitu terdapat 10 orang penderita HIV/AIDS.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan dengan mewawancarai


beberapa siswa/siswi SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten Solok, dari 12

siswa/siswi yang diwawancarai terdapat 8 mempunyai pasangan atau pacar dan 4

lagi tidak mempunyai pasangan. Hasil wawancara yang dilakukan pada 8 orang

siswa/siswi tersebut terdapat 3 orang yang diperbolehkan oleh orang tua dan

sebagiannya siswa/siswi tersebut tetap pacaran walaupun tidak diizinkan oleh

orang tua. Dari 12 siswa/siswi yang diwawancara hanya 5 orang yang mendapat

informasi mengenai hal yang berhubungan dengan seks dari orang tua dan

keluarga di rumah, 3 siswa/siswi juga mengatakan ia tidak banyak mendapat

informasi dari orang tua melainkan ia banyak dapat informasi dari teman

sebayanya, dan 4 siswa/siswi lainnya hanya mendapatkan informasi dari sosial

media.

Remaja yang mengalami pubertas memerlukan bimbingan dari orang tua,

sekolah, dan masyarakat agar dapat melalui masa peralihan dari anak-anak ke

dewasa dengan baik. Informasi mengenai aspek-aspek kesehatan reproduksi

harus diberikan sedini mungkin sehingga remaja dapat terhindar dari masalah

kesehatan reproduksi, kekerasan seksual, maupun eksploitasi seksual. Namun

seringkali informasi tersebut justru mereka dapatkan setelah melewati masa

pubertas. Sebagian orang tua enggan membicarakan topik kesehatan reproduksi

karena menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang tidak pantas untuk

dibicarakan atau didiskusikan dengan anak-anak. Sebagian lain merasa khawatir

bila pengetahuan reproduksi justru menjerumuskan kepada perilaku seksual yang

kurang baik. Akibatnya, banyak remaja yang mencari informasi mengenai topik

reproduksi dan seksual melalui teman, media cetak, dan pornografi (Fadila &
Nugroho, 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua, Teman Sebaya,

Media Informasi dan Persepsi Remaja Dengan Perilaku Seksual Remaja di

SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten Solok Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat

dirumusksan permasalahannya adalah “ Hubungan Peran Orang Tua, Teman

Sebaya, Media Informasi dan Persepsi Remaja dengan Perilaku Seksual Remaja

di SMP”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengatahui hubungan peran orang tua, teman sebaya, media

informasi dan persepsi remaja dengan perilaku seksual remaja di SMP”.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual remaja di

SMPN Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok tahun 2021.

b. Mengetahui hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual remaja di

SMPN Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok tahun 2021.

c. Mengetahui hubungan media informasi dengan perilaku seksual remaja di

SMPN Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok tahun 2021.


d. Mengetahui hubungan persepsi remaja dengan perilaku seksual remaja di

SMPN Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok tahun 2021.

e. Mengetahui hubungan peran orang tua, teman sebaya, media informasi

dan persepsi remaja dengan perilaku seksual remaja di SMPN Kecamatan

Kubung, Kabupaten Solok tahun 2021.

D. Manfaat penelitian

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman

yang lebih mendalam dan dapat menerapkan tentang prosedur penelitian

serta lebih memahami tentang bahaya seks pada remaja.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi program studi DIV

Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi dan bahan informasi bagi

peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut serta bahan bacaan di perpustakaan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharpkan dapat menjadi bahan masukan sehingga dijadikan

pedoman untuk kegiatan ekstra kurikuler seperti Kesehatan Reproduksi

Remaja (KRR) dan program lainnya.

4. Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai perilaku

seksual sehingga remaja dapat terhindar dari perilaku seksual.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengathui faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku seksual remaja SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten Solok

Tahun 2021. Variabel independen pada penelitian ini yaitu peran orang tua,

teman sebaya, media informasi dan persepsi remaja. Variabel dependennya yaitru

perilaku seksual remaja. Jenis penelitian ini menggunakan cara analitik dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMPN

Kecamatan Kubung Kabupaten Solok Tahun 2021. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah proportional stratified random sampling (Notoatmodjo,

2012). Pengumpulan data dengan kuesioner, pengolahan dengan komputerisasi,

kemudian analisis secara univariat dan bivariat dengan chi-square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-19 tahun, menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan

menurut Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang

usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Perbedaan defenisi

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai

batasan kelompok usia remaja. Namun, masa remaja diasosiasikan dengan

masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode

persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan

perkembangan penting dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual,

remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,

membangun identitas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa

dewasa serta kemampuan bernegosiasi (Kusumaryani, 2017).

Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi

eksplorasi psikologis untuk meneumukan identitas diri. Pada masa transisi

dari anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan diri

menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan

12
13

standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial.

(Kusmiran, 2011).

Remaja atau adolescene (Inggris), berasal dari bahasa latin

adolescere yang bearti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan

sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009).

Masa remaja adalah masa yang khusus dan penting, karena

merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja

disebut juga masa pubertas, merupakan masa transisi yang unik yang

ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi, dan psikis (Pinem, 2011).

Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin

meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta keadaan sekitar

lingkungan. Disamping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan

seksual, dimana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat

bervariasi.

2. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam tahap perkembangan remaja terdiri dari 3 tahap berdasarkan sifat atau

ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja, yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Lebih dekat dengan teman sebaya.

2) Ingin bebas.
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

abstrak.

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Mencari identitas diri.

2) Timbul ketertarikan pada lawan jenis.

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

5) Berkhayal tentang aktifitas seksual.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1) Pengungkapan identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.

3) Memiliki citra jasmani dirinya.

4) Mampu berpikir

abstrak. (Kusmiran, 2011)

3. Ciri-ciri dari Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri masa remaja yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

d. Masa remaja sebagai bermasalah.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.


f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan banyak ketakutan.

g. Masa remaja sebagai ambang masa

dewasa. (Dahro, 2010)

4. Perubahan Masa Remaja

a. Perubahan fisik

1) Munculnya tanda-tanda seks primer : terjadinya haid yang pertama

(menarche) pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja

laki-laki.

2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder : pada remaja perempuan

pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut di

sekitar kemaluan dan ketiak serta payudara membesar.

b. Perubahan kejiwaan

1) Perubahan emosi : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan

frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif

sehingga mudah berkelahi.

2) Perkembangan intelegensia : mampu berpikir abstrak dan senang

memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul

perilaku ingin mencoba.

c. Perubahan sosial

1) Kuatnya pengaruh kelompok sebaya.

2) Perubahan dan perilaku sosial.

3) Pengelompokkan sosial baru.


4) Nilai baru dalam memilih teman.

5) Nilai baru dalam penerimaan sosial.

6) Nilai baru dalam memilih pemimpin.

(Dahro, 2010)

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk

hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap

lingkungannya. Hal ini bearti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu

yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan.

Dengan demikian suatu rancangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu

pula (Rismalinda, 2017).

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati langsung, maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2014).

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku Tertutup (Convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap


stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain.

Menurut teori Lawrence Green, Green mencoba menganalisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior cause) dan

faktor diluar perilaku (Non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

a. Faktor-faktor predisposisi (Fredidposing factors) yaitu faktor-faktor

yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, ekonomi dan

sebagainya

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) meliputi semua karakter

lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung,

media informasi, atau kemungkinan terjadinya suatu perilaku

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman


atau kelompok sebaya, peran orang tua, peraturan, undang-undang,

surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat.

2. Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan,

bercumbu dan senggama (Endang Purwoastuti, 2015).

Perilaku seksual sering ditanggapi sebagai yang berkonotasi negatif,

padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual

merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis.

Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa

remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual (Kusmiran,

2011)

Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seksual adalah

perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan

hormonal, kurangnya peran orang tua melalui komunikasi antara orang tua

dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya

penyimpangan perilaku seksual (Kusmiran, 2011).

3. Tahapan Perilaku Seksual

a. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti

bibir, disertai dengan rabaan pada bagian-bagian yang sensitif yang dapat

menimbulkan rangsangan seksual.


b. Necking

Berciuman di sekitar leher bawah. Necking merupakan istilah yang

digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan

yang lebih mendalam.

c. Berfantasi

Perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang

bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.

d. Berpegangan tangan.

Berpegangan tangan merupakan bentuk pernyataan afeksi atas perasaan

sayang berupa sentuhan. Aktivitas ini memang tidak terlalu

menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya muncul

keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya (hingga kepuasan

seksual dapat tercapai). Jika berpegangan tangan maka akan

menimbulkan getaran-getaran romantik atau perasaan aman dan nyaman.

e. Meraba

Kegiatan meraba bagian-bagian sensitif ransangan seksual (erogen)

seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis dan pantat. Bila kegiatan

ini dilakukan maka seseorang akan terangsang secara seksual, sehingga

mendorong untuk melakukan aktivitas seksual lebih lanjut seperti

senggama.

f. Berpelukan
Aktivitas ini membuat jantung berdegup lebih kencang, sehingga dapat

menimbulkan perasaan aman, nyaman dan tenang serta menimbulkan

ransangan seksual (terutama jika mengenai daerah erogen).

g. Masturbasi

Masturbasi adalah perilaku merangsang organ kelamin, biasanya dengan

tangan, tanpa melakukan hubungan intim dengan tujuan untuk

mendapatkan kepuasan seksual. Bagi laki-laki, mastusbasi adalah

merangsang penis dengan mengusap dan menggsosok-gosoknya.

Sedangkan pada perempuan, masturbasi basanya dilakukan dengan cara

mengusap-usap dan mengesek-gesek daerah kemaluan terutama klitoris

dan vagina.

h. Oral

Perilaku seksual secara oral adalah memasukkan alat kelamin ke dalam

mulut lawan jenis. Perilaku ini tidak lazim menurut masyarakat

Indonesia karena tidak sesuai dengan hukum agama dan norma

masyarakat.

i. Petting

Petting adalah keseluruhan aktivitas non intercouse/senggama (hingga

menempelkan alat kelamin). Masih banyak remaja yang menganggap

petting tidak akan menyebabkan kehamilan. Pada perilaku ini dapat

menyebabkan kehamilan, karena cairan sperma yantg keluar pada saat

terangsang pada laki-laki juga sudah mengandung sperma (meski dalam

kadar terbuka).
j. Intercouse/ senggama

Intercouse atau senggama adalah aktivitas dengan memasukkan alat

kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan.

Menurut effendi (2009), terdapat empat macam perilaku seksual beresiko

pada remaja, yaitu:

1) Mastusbasi

2) Onani

3) Berciuman berat (Petting).

4) Hubungan seksual ( Intercourse)

Sedangkan menurut Lestari (2015), menyebutkan yang termasuk ke dalam

kategori perilaku seksual beresiko yaitu :

1) Berciuman bibir/ mulut dan lidah.

2) Meraba atau mencium bagian sensitif seperti payudara ataupun alat

kelamin.

3) Oral seks (memasukkan alat kelamin ke dalam mulut).

4) Berhubungan seksual (intercourse)

4. Jenis Seksualitas Menyimpang

Terdapat beberapa seksual menyimpang yaitu sebagai berikut:

a. Homoseksual dan Sodomi

Salah satu bentuk penyimpangan seks sebagai hiasan manusia

modern yang dilakukan dengan bangga dan telah menggejala dimana-

mana adalah homoseksual, lesbian dan sodomi. Sodomi adalah bentuk


hubungan yang dilakukan antara seorang laki-laki dengan seorang laki-

laki baik dilakukan secara oral ataupun anal, yakni dengan memasukkan

alat vital kedubur pasangan.

b. Onani dan Masturbasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

perbuatan mengeluarkan sperma atau air mani tanpa melakukan

senggema. Sedangkan secara spesifik, apabila perbuatan mengeluarkan

sperma tanpa senggama ini dilakukan oleh laki-laki dinamakan onani,

sedangkan apabila dilakukan oleh perempuan disebut masturbasi.

c. Oral dan Anal Seks

Oral seks adalah aktifitas seksual yang dilakukan dengan

menggunakan mulut, bibir dan lidah. Ini dilakukan oleh remaja untuk

menghindari kehamilan dan dianggap aman dalam alternatif seksual.

Sedangkan anal seks adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan

memasukkan penis ke dalam anus, aktifitas ini berbahaya karena anus

banyak bakteri.

(Jannah, 2018)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu

muncul pada remaja sehingga harus dilakukan usaha untuk memberi

pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut, adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku seksual antara lain :


a. Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan

hormonal dapat menimbulkan perilaku seksual.

b. Kurangnya pengaruh orang tua melalui komunikasi antara orang tua dan

remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya

penyimpangan perilaku seksual.

c. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga muncul penyimpangan

perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.

d. Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah senderung

lebih sering memunculkan aktifitas seksual dibandingkan remaja dengan

prestasi yang baik di sekolah (prespektif akademik).

e. Penyebaran informasi dan ransangan melalui media masa dan teknologi.

f. Ketidakpatuhan pada norma-norma agama.

g. Prespektif sosial kognitif dengan pengambilan keputusan yang

menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan remaja.

6. Pengaruh Buruk Akibat Perilaku Seksual Pada Remaja

Kematangan organ seks berpengaruh buruk bila remaja tidak

mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk

melakukan hubungan seksual. Hal ini akan menimbulkan akibta yang dapat

dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja putri, tetapi juga

orang tua, keluarga bahkan masyarakat. Berikut adalag akibat dari perilaku

seksual :

a. Bagi remaja
1) Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak

perawan.

2) Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat.

3) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi,

infeksi organ reproduksi, kemandulan, kematian karena perdarahan

atau keracunan kehamilan.

4) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa dan hilang

harapan masa depan).

5) Kemungkinan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

dan kesempatan bekerja.

6) Melahirkan bayi yang kurang/ tidak sehat.

b. Bagi keluarga

1) Menimbulkan aib keluarga.

2) Menambah beban ekonomi.

3) Mempengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan dari

masyarakat.

c. Bagi masyarakat.

1) Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat

menurun.

2) Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat

kesehatan masyarakat menurun.

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada

remaja, diantaranya sebagai berikut :


a. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja

diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah

dan berdosa.

b. Dampak fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya

dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan

sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja

perempuan yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi

tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

d. Dampak fisik

Dampak fisik lain adalah berkembangnya penyakit menular seksual di

kalanagan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual

(PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular

seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta

meningkatkan resiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

1) Gonorea

Gonorea memiliki nama lain yaitu kencing nanah, uretritis

spesifik, atau GO. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Nelsseria

gonorrhea. Terjadi di seluruh dunia menyerang laki-laki dan

perempuan semua usia, terutama kelompok usia muda. Penyakit ini


menyerang organ seks dan organ kemih, selain itu akan menyerang

selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya.

Pada perempuan penyakit ini akan terlihat setelah 5-20 hari

melakukan hubungan seksual. Pada laki-laki ini terlihat setelah 3-7

hari melakukan hubungan seksual. Adapun gejalanya yaitu

mengeluarkan nanah dan merasa sakit ketika kencing dan ujung

kepala penis terlihat memerah karena meradang.

2) Klamidia

Klamidia adalah penyakit yang terjadi secara umum disebabkan

oleh Chlamydia trachomatis (antara 35-50% dari kasus penyakit non-

gonore). Pada perempuan, penyakit ini dapat menyebabakan radang

leher rahim mokopurulen walaupun infeksi biasanya tanpa gejala.

Infeksi klamidia yang terjadi berulang, biasanya dapat menyebabkan

radang leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi melalui

senggama. Penyakit ini dapat menyerang laki-laki maupun perempuan

disemua usia, terutama dewasa muda.

3) Sifilis

Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema

pallidum. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung antara luka

di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh selama

senggama. Tanda dan gejala berawal dari sebuah luka yang muncul

beberapa minggu setelah tertular. Luka ini biasanya berupa borok

yang tidak sakit didaerah tempat hubungan pertama kali terjadi (penis,
leher rahim, dubur, dinding belakang kerongkong/ faring).

4) Herpes

Herpes genetalis adalah penyakit yang disebabakan oleh virus

herpes simplek tipe 2 (HSV-2). Terjadi di seluruh dunia dan antibody

tipe 2 ini ditemukan pada 20-90% orang dewasa. keluasan sangat

berhubungan dengan usia pertama kali senggama serta jumlah

pasangan seks selama hidup. Infeksi pertama biasanya terjadi pada

masa remaja atau segera setelah dimulainya kegiatan seks. Herpes

akan kelihatan 2-30 hari sesudah senggama. Gejala yang paling

umum adalah bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat

kelamin atau dubur dan mulut. Bintil akan timbul selama 1-3 minggu

dan kemudian hilang. Sebelum bintil muncul alat tersebut

kemungkinan mengalami gejala seperti flu.

5) HIV/AIDS

HIV termasuk PMS salah satu penularannya adalah melalui

hubungan seksual. Selain itu HIV dapat menular melalui pemakaian

jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV. Penularan

HIV/AIDS di Indonesia paling banyak adalah melalui hubungan

seksual yang tidak aman dan jarum suntik (bagi pecandu narkoba).

Gejala ringan seperti flu atau diare baru terlihat setelah beberapa

minggu setelah terinfeksi.

Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas

untuk HIV, akan tetapi ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko penularan HIV. Tindakan tersebut, antara

lain tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, setia pada satu

pasangan seksual, menggunakan kondom ketika melakukan hubungan

seksual beresiko tinggi, menghindari transfusi darah yang tidak jelas

asalnya dan menggunakan alat-alat medis yang terjamin dan steril

(Lestari, Tri Wiji, 2014)

C. Peran Orang Tua

Orang tua adalah tokoh penting dalam perkembangan identitas remaja.

Orang tua harus bersikap terbuka dan selalu siap dalam menjawab semua

pertanyaan yang diajukan anak sesuai kemampuannya. Beberapa orang tua

merasa bahwa mereka bukan orang yang tepat untuk memberikan pendidikan

seks dengan sejumlah alasan. Beberapa diantara mereka merasa kurang mampu

dan tidak memiliki informasi untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar seks

dan seksualitas (Andrew, 2010)

Menurut Rosenthal dan Feldman (1999) meskipun orang tua menerima

dan mengetahui tanggung jawab mereka untuk memberikan panduan dan

pendidikan terkait seks dan hubungan, berbicara kepada anak mereka tentang

seks tetap merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Orang tua mungkin juga

tidak pernah mendapat pelatihan atau memiliki pengetahuan untuk dapat

memberikan bantuan kepada anaknya serta mungkin merasa malu untuk

membahas topik tersebut (French, 2015).

Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak juga

diantaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernai cerai, keluarga
dengan banyak konflik dan perpecahan. Hubungan orang tua yang harmonis akan

menumbuhkan kehidupan yang optimal terhadap perkembangan kepribadian

remaja, dan sebaliknya keluarga yang mengabaikan pengawasan terhadap remaja

akan akan lebih mudah meniru perilaku-perilaku yang menyimpang, sehingga

perlunya peranan orang tua dalam memberikan bimbingan dan informasi

mengenai seksual kepada remaja, sehingga remaja tidak mencari sumber dari luar

yang merugikan dirinya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa makin baik hubungan

orang tua dengan anak remajanya, maka makin rendah pula perilaku seksual

pranikah remaja.

D. Teman Sebaya

1. Pengertian Teman Sebaya

Perilaku seks pranikah yang remaja lakukan memang tidak terlepas

dari pengaruh lingkungan terutama pengaruh dari teman-teman sebayanya.

Hal tersebut dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka

untuk bersama dengan teman-teman sebayanya dibandingkan dengan

keluarga. Pemaparan diatas diperkuat oleh hasil penelitian dari Kristy Juing

(2004) yang menyatakan “pengaruh teman sebaya sangatlah tinggi dalam

mempengaruhi perilaku remaja”.

Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan

persahabatan yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik. Santoso

(2004:79) berpendapat “teman sebaya adalah kelompok anak sebaya yang

sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh


anak-anak tersebut adalah hal yang menyenangkan saja. Pergaulan diantara

teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku. Pengaruh tersebut dapat berupa

pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif. Pengaruh positif

yang dimaksud adalah ketika individu bersama teman-temannya melakukan

aktivitas bermanfaat. Sedangkan pengaruh negatif yang dimaksud dapat

berupa pelanggaran norma-norma sosial, dan pada lingkungan sekolah

berupa pelanggaran terhadap aturan sekolah.

2. Peran Teman Sebaya

Teman sebaya mempunyai peran dalam proses perkembangan sosial.

Menurut Santrock (2011:277) peranan teman sebaya dalam proses

perkembangan sosial anak antara lain sebagai sahabat, stimulasi, sumber

dukungan fisik, sumber dukungan ego, fungsi pembanding sosial dan fungsi

kasih sayang.

Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja memang sangatlah

menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam

persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Sebagai akibatnya,

mereka akan merasa senang apabila diterima atau sebaliknya akan merasa

tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman

sebayanya. “bagi remaja pandangan teman-teman terhadap dirinya

merupakan hal yang paling penting” (Zulhaini,2011).

3. Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan jiwa remaja sangat

besar. Menurut Zimmer-Gembeck (2015), teman sebaya sangat berpengaruh


bagi kehidupan sosial dan perkembangan diri remaja. Informasi tentang

kesehatan reproduksi dan seksual yang diperoleh dari teman sebaya (peer)

banyak memberikan dorongan untuk menentukan sikap remaja dalam

melakukan interaksi dengan pasangannya. Lingkungan dan dukungan teman

sebaya (peer pressure) menjadi salah satu motivasi dan pembentukan

identitas diri remaja dalam melakukan sosialisasi terutama ketika mulai

menjalin hubungan asmara dengan pasangan lawan jenisnyaPengaruh teman

sebaya dapat mempengaruhi perilaku (Kustio Priliana, 2019).

Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa

pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika individu

bersama teman-teman sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat

seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam

masyarakat. Sedangkan perilaku negatif yang dimaksud dapat berupa

pelanggaran norma-norma sosial, dan pada lingkungan sekolah berupa

pelanggaran peraturan sekolah.

4. Macam-macam Kelompok Teman Sebaya

Santrock (2007) membagi macam-macam kelompok teman sebaya

seperti dibaeah ini :

a. Teman Dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.

b. Teman Kecil

Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman dekat

c. Kelompok Besar
Kelompok besar terdiri beberapa kelompok kecil dan kelompok teman

dekat, berkembang dengan meningkatkan minat akan pesta dan

berkencan karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat

berkursng antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial

yang lebih besar diantara mereka.

d. Kelompok Terorganisasi

Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh

sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan soaial

para remaja yang tidak mempunyai kelompok besar. Banyak remaja

yang mengikuti kelompok ini merasa diatur dan berkurang minatnya

ketika berusia 16-17 tahun.

e. Kelompok Geng

Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas

dengan kelompok yang terorganisasi mungkin akan mengikuti

kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak dan minat

mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui

perilaku anti sosial.

Berdasarkan macam-macam bentuk kelompok tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kelompok teman sebaya memiliki banyak jenis dari

teman dekat dimana biasanya hanya ada dua atau tiga orang saja didalamnya

sampai dengan kelompok geng dimana anggotanya adalah anak-anak yang

memiliki minat untuk menghadapi penolakan teman yang lain melalui


perilaku anti sosial.

E. Media Informasi

Menurut Rohmawati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran,

majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai

pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan

hubungan seksual pranikah.

Persentase wanita yang membaca surat kabar/majalah, radio dan internet

baik dalam 12 bulan maupun satu bulan terakhir cenderung lebih tinggi pada

kelompok umur 20-24 tahun dibandingkan yang berumur 15-19 tahun. Secara

umum presentase wanita dan pria yang membaca informasi mengenai

pencegahan kehamilan, HIV/AIDS, narkoba, minuman keras dan penundaan usia

kawin di media cetak mengalami penurunan dibanding 5 tahun lalu. Sebagai

contoh, 26% wanita membaca informasi tentang pencegahan kehamilan pada

SDKI 2012 dibanding 14% wanita pada SDKI 2017. Pria yang mendengarkan

informasi mengenai HIV/AIDS hanya 12 persen, sedangkan wanita yang

mendengarkan informasi IMS dan penundaan usia kawin tidak mencapai 10

persen. Pria yang mendapat informasi tentang pencegahan kehamilan melalui

televisi yaitu 22 persen, sedangkan wanita yang mendapatkan informasi melalui

televisi 36 persen. Sedangkan untuk informasi mengenai infeksi menular seksual

(IMS) dilihat 16 persen wanita dan 25 persen pria melalui televisi (BKKBN,

2017).

Informasi kesehatan seksual yang diperoleh melalui media massa yaitu

tentang penggunaan kondom, hubungan seksual multple dan terjadinya aborsi.


Temuan ini menyiratkan bahwa media berpengaruh positih terhadap kesehatan

seksual yaitu untuk meningkatkan kesehatan seksual remaja dan berpengaruh

negatif yang dapat membahayakan kesehatan seksual remaja. Informasi seks

yang aman jika media memberikan informasi yang akurat tentang seksualitas dan

menekankan bahaya praktik seksual berisiko.

F. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Sikap manusia memiliki pendapat, pandangan, pemikiran, atau kesan

yang berbeda-beda terhadap suatu objek atau fenomena. Perbedaan ini

terjadi karena cara atau tradisi yang dimiliki seseorang berbeda dengan

orang lain. Hal ini biasa disebut persepsi. Dalam memandang suatu

permasalahan setiap orang mempunyai persepsi berbeda-beda. Persepsi

seseorang berkaitan dengan pengalaman, kemampuan maupun daya persepsi

yang diterimanya. Persepsi merupakan bagian dari konsep diri manusia.

Persepsi tidak akan lepas dari peristiwa, objek dan lingkungan sekitarnya.

Melalui persepsilah manusia memandang dunia memandang dunianya.

Persepsi sering kali dinamakan dengan pendapat dan sikap penilaian

(Rasyidillah, 2017)

Persepsi dalam bahasa inggris adalah perception, yaitu cara pandang

terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir,

artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspon

melalui panca indra, daya ingat dan daya jiwa.

Istilah persepsi sering disamakan dengan pandangan atau anggapan


seseorang sebab dalam persepsi terdapat interprestasi pandangan atau

tanggapan seseorang. Menurut Sarlito W. Sarwono (2012:86) menjelaskan

bahwa persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan,

memfokuskan, dan sebagainya itu, yang kemudian diinterprestasikan.

2. Jenis-jenis persepsi

Menurut Irwanto, setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-obyek

yang dipersiapkan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Persepsi Positif

Persepsi yang menggambarkan segara pengetahuan (tahu tidaknya atau

kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan dengan upaya

pemanfaatannya. Hal itu akan diteruskan dengan keaktifan atau

menerima dan mendukung terhadap obyek yang dipersepsikan.

b. Persepsi Negatif

Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau

kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang

dipersepsikan. Hal itu akan diteruskan dengan kepasifan atau menolak

dan menentang terhadap obyek yang dipersepsikan.

3. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi yaitu obyek yang menimbulkan stimulus

dan stimulasi mengenai alat indera (reseptor). Proses stimulus mengenai alat

indera merupakan proses alami atau proses fisik. Dalam proses persepsi

perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam langkah persepsi

itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu
stimulus saja, tetapi individu dikenakan berbagai macam stimulus yang

ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Akan tetapi stimulus tidak

mendapatkan suatu respon individu untuk dipersepsi.

Maka dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa proses

terjadinya persepsi melalui dua tahapan, yaitu: tahapan pertama yang

dinamakan tahap fisik atau kealamian, tahap kedua yang disebut tahap

fisiologis yang merupakan proses terakhir yang menyadari apa yang individu

terima melalui otak (Rasyidillah, 2017).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi persepsi

Persepsi pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut :

a. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari indera dapat mempengaruhi

persepsi untuk sementara waktu ataupun permanen.

b. Kondisi lingkungan

Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara seseorang menginterprestasikan

atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa

lalunya.

c. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seseorang membutuhkan atau

menginginkan sesuatu maka ia akan berfokus pada hal yang

diinginkannya tersebut.

d. Kepercayaan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan

dan menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama
dengannya. Sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam

mempersepsikan sesuatu

5. Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual

Persepsi remaja terhadap perilaku seksual mengatakan bahwa dirinya

memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresiko sama sekali yang

berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja untuk

memenuhi dorongan seksual pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini

disebut youth vulnerability oleh Quadrel et.al. (1993) juga menyatakan

bahwa remaja cenderung melakukan underestimate terhadap vulnerability

dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada

intercourse (senggama) yang pertama kali atau mereka merasa bahawa

dirinya tidak akan terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya yang

cukup kuat.
G. Kerangka Teori

Faktor predisposisi
Pengetahuan
Pendidikan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Persepsi
o Ekonomi

Faktor pendukung
Sarana kesehatan
Lingkungan sekitar Perilaku seksual remaja
Media informasi

Faktor pendorong
Peran orang tua
Teman sebaya
o Peran petugas kesehatan

Keterangan :

o Tidak diteliti

 Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : (Notoatmodjo, 2017, Qomarasari, 2015, Dewi, 2012).
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah

yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018). Berdasarkan kerangka teori maka

kerangka konsep yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Peran Orang Tua

Teman Sebaya Perilaku Seksual


Remaja
Media Informasi

Bagan 3.1
Persepsi Remaja Kerangka Konsep

39
40

B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Peran Usaha orang tua yang Kuesioner Wawancara 0 Kurang Ordinal
orang tua dilakukan dalam hal baik
mengasuh, 1 Baik
komunikasi,
2. Teman Anak-anak dengan Kuesioner Wawancara 0 Kurang Ordinal
sebaya usia atau tingkat Baik
kedewasaan yang 1 Baik
kurang lebih sama.
Dimana dapat
memberikan pengaruh
terhadap persepsi dan
pergaulan remaja.
3. Media Media TV, radio, Kuesioner Wawancara 0 Tidak Ordinal
Informasi majalah, surat kabar, terpapa
handphone dll, yang 1 Terpapar
diperoleh remaja
tentang perilaku
seksual remaja.
4. Persepsi Bagaimana siswa Kuesioner Wawancara 0 Kurang Ordinal
menginterpretasikan, Baik
memandang dan 1 Baik
memberikan arti
tentang hal-hal yang
berkaitan dengan
perilaku seksual
remaja
5. Perilaku Segala Tingkah laku Kuesioner Wawancara 0Tidak Ordinal
Seksual remaja yang didorong Beresiko
Remaja hasrat melakukan 1 Beresiko
tindakan seksual.
Bentuk:
Bergandengan tangan,
berkencan,
berpelukan,
bercumbu, petting
sampai berhubungan
seks.
C. Hipotesis

1. Ada hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual remaja di SMPN

Se-Kecamatan Kubung Kabupaten Solok tahun 2021.

2. Ada hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual remaja di SMPN Se-

Kecamatan Kubung Kabupaten Solok tahun 2021.

3. Ada hubungan media informasi dengan perilaku seksual remaja di SMPN

Se-Kecamatan Kubung Kabupaten Solok tahun 2021.

4. Ada hubungan persepsi remaja dengan perilaku seksual remaja di SMPN

Se-Kecamatan Kubung Kabupaten Solok tahun 2021.


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analitik dengan rancangan cross sectional, penelitian analitik adalah metode

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa fenomena

itu terjadi (Notoatmodjo, 2018).

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk

mengetahui apakah terdapat korelasi ataupun pengaruh independen variabel

terhadap dependent variabel. Adapaun pendekatan kualitatif dilakukan dengan

observation partisipation untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan atau

makna secara sistematik, mendalam, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari pembuatan proposal sampai dengan

pembuatan laporan yaitu Mei-Juni 2021

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di sekolah tingkat SMPN Kecamatan

Kubung Kabupaten Solok

42
43

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah

siswa SMPN 4 dan siswa SMPN 9 Kecamatan Kubung Kabupaten Solok

kelas VII dan VIII. Di dapatkan dari pengambilan data awal jumlah populasi

sebanyak 122 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018).

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Menengah

Pertama Negeri 4 dan 9 Di Kecamatan Kubung Kabupaten Solok tahun

2021. Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus

solvin.

a. Besar Sampel

Rumus menentukan besar sampel :

n = 𝑁
1+𝑁 (𝑑2 )

122
n = 1+122 (0,12 )

122
n = 2,22

n = 54,95 orang, dibulatkan menjadi 55 orang siswa.

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 55 orang siswa


Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d2 : Tingkat Kepercayaan atas ketepatan yang diinginkan (dalam penelitian

ini 90% = 0,1)

b. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

Propotional Stratified Random Sampling, yaitu pengambilan sampel

secara acak pada populasi yang heterogen dimana jumlah unit dalam

stratanya tidak sama. Sehingga disini seluruh sekolah harus terwakili

dengan menggunakan sampel dari setiap sekolah (Notoatmodjo, 2018).

Setelah diketahui besarnya sampel maka dilakukan perhitungan

untuk masing-masing sekolah dengan pengambilan secara acak

proporsional dengan rumus n1=𝑁1 𝑥 n


𝑁

Keterangan :

n1 : Besar sampel untuk masing-masing SMPN

N1 : Jumlah siswa tiap SMPN

N : Jumlah seluruh populasi

n : Besar sampel yang ditarik populasi


Tabel 4.1

Rincian Jumlah Responden Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Responden

SMPN 4 102
55 45,98= 46
122 𝑥

SMPN 9
20
𝑥 55 9,01= 9
122

JUMLAH 55
Tabel 4.2
Rincian Jumlah Responden Penelitian Tiap SMPN

No SMP Negeri 4

1 Kelas VII
53
𝑥 55 23,89= 24
122

2 Kelas VIII
49
𝑥 55 22,09= 22
122

Jumlah 46

No SMP Negeri 9

1 Kelas VII
12
𝑥 55 5,40= 5
122

2 Kelas VIII
8
𝑥 55 3,60= 4
122

Jumlah 9

Adapun kriteria untuk sampel yang akan diteliti dibedakan menjadi

kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Bersedia untuk menjadi responden

b) Dapat berkomunikasi dengan baik


c) Remaja laki-laki maupun perempuan

d) Remaja yang bersekolah di SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten Solok

e) Pernah berpacaran minimal satu kali

2) Kriteria ekslusi

a) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden penelitian

b) Siswa yang tidak hadir saat penelitian.

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak Sekolah

Menengah Pertama Negeri Kecamatan Kubung Kabupaten Solok.

2. Data Primer

Data diperoleh langsung dari responden yang dipilih menjadi sampel

dengan menggunakan kuesioner.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan komputerisasi melalui tahp-tahap sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan data yang

diperoleh mencakup kelengkapan, kekeliruan pengisian data dan data sampel

yang tidak sesuai atau tidak lengkap.

2. Pengkodean (coding)

Memberi kode pada jawaban berbentuk angka.


3. Memasukkan data ( Entry Data)

Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program atau sotfware

komputer.

4. Tabulasi

Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

F. Analisa Data

1. Data Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan karakteriktik setiap variabel

penelitian (peran orang tua, teman sebaya, media informasi, dan persepsi

remaja dengan perilaku seksual) dimana akan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

2. Data Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang

diteliti. Pengujian hipotesis untuk mengambil keputusan apabila hipotesis

yang diujikan cukup meyakinkan ditolak atau diterima, dengan menggunakan

uji chi-square Pvalue (0,05) dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila hasil

penelitian menunjukkan nilai P≤ (0,05) secara statistik disimpulkan ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen (pran orang tua, teman

sebaya, media informasi, persepsi remaja) dan variabel dependen (perilaku

seksual remaja). Sebaliknya bila nila P> 0,05 bearti secara statistik dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA

Albertus C, Dimas Pratama, H. B. N. (2017). Analisis Hubungan Pergaulan dengan

Teman dan Paparan Media Pornografi terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada

Remaja. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 6(1), 1–8.

Andrew, G. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita.

Anissa Nurhayati, Nur Alam Fajar, Y. (2017). Determinan perilaku seksual pranikah

pada remaja SMA Negeri 1 Indralaya Utara. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,

8(2), 83–90.

BKKBN. (2017). Survei Demografi Dan Kesehatan : Kesehatan Reproduksi Remaja

2017. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional, 1–606.

http://www.dhsprogram.com.

Dahro, A. (2010). Psikologi Kebidanan Analisis Perilaku Wanita Untuk Kesehatan.

Dewi, P. S., & Lestari, M. D. (2020). Hubungan konformitas teman sebaya dan

konsep diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di Kabupaten

Bangli. Jurnal Psikologi Udayana, 1(Edisi Khusus), 77–87.

https://ocs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/57791

Direktur Jenderal P2P, K. (2020). Laporan_TW_IV_2020.pdf.

Dr. Junaidi, SE, M. S. (2019). Tinjauan Hasil Survai Indikator Kinerja rpjmn

2015 BKKBN Provinsi Jambi. September 2016, 1–12.


Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Seksual Beresiko pada Remaja Berdasarkan Studi Literature dalam 10

Tahun Terakhir. Africa’s Potential for the Ecological Intensification of

Agriculture, 53(9), 1689–1699.

Endang Purwoastuti, E. siwi walyani. (2015). Kesehatan Reproduksi dan

Keluarga Bererncana.

Fadila, W., & Nugroho, D. N. A. (2018). Masa Remaja dan Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi : Analisis Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012

Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ). Jurnal Kesehatan Reproduksi,

9(1), 15–25. https://doi.org/10.22435/kespro.v9i1.895.15-25

French, K. (2015). Kesehatan Seksual.

Harni Andriani, Yasnani, A. D. P. (2016). Hubungan pengetahuan, akses media

informasi dan peran keluarga terhadap perilaku seksual pada siswa SMK Negeri

1 Kendari tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 1(3).

Hidayatullah, R. (2014). Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku

seksual pada pelajar di kota bukittinggi. Jurnal RAP UNP, 5(1), 82–91.

Istawati, R. (2017). Hubungan Keterpaparan Media Massa, Peran Teman Sebaya

Terhadap Tindakan Seksual Di Sma An-Naas. Jurnal Endurance, 2(2), 124.

https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1695

Jannah, nurul : S. R. (2018). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.


Kemenkes RI. (2017). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. In Situasi Kesehatan

Reproduksi Remaja (Issue Remaja, pp. 1–8).

https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/info

datin reproduksi remaja-ed.pdf

KEMENKO PMK. (2019). Seks Bebas Bertentangan dengan Budaya

Bangsa Indonesia.

Kosati, tessa widya. (2018). Hubungan antara Peran Orang Tua, Teman Sebaya dan

Religiusitas dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Awal di SMP

Negeri “A” Surabaya. Tesis, 2–4. http://repository.unair.ac.id/85161/

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Kustio Priliana, W. (2019). Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual

Pranikah Pada Mahasiswa Akademi Keperawatan. Jurnal Keperawatan

Dan Kebidanan, 0231, 146–150.

Kusumaryani, M. (2017). Brief notes : Prioritaskan kesehatan reproduksi remaja

untuk menikmati bonus demografi. Lembaga Demografi FEB UI, 1–6.

http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN-06-2017.pdf

Lestari, Tri Wiji, elisa ulfiana: suparmi. (2014). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.

Masni, S. F. H. (2018). Determinan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja Makassar

(Studi Kasus Santri Darul Arqam Gombara dan SMAN 6). Media Kesehatan

Masyarakat Indonesia, 14(1), 68. https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3699


Notoadmodjo, soekidjo. (2014). Kesehatan Mayarakat Ilmu & Seni.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Perempuan, P., Perlindungan, D. A. N., & Pengantar, K. (2020). Profil Gender

dan Anak Kabupaten Solok Tahun 2020.

Pinem, S. (2011). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi.

Qomarasari, D. (2015). Hubungan Antara Peran Keluarga, sekolah Teman Sebaya,

Pendapatan Keuarga, Media Informasi, dan Norma Agama dengan Perilaku

SEksual Remaja. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 201.

R, R. P. H., & W, A. C. (2018). Hubungan antara Pengetahuan dan Paparan

Media Massa dengan Perilaku Pacaran Remaja. 12(1), 60–67.

https://doi.org/10.12928/kesmas.v12i1.6908

Rasyidillah, A. (2017). Persepsi Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah.

Rismalinda. (2017). Psikologi Kesehatan.

Susanty, T. A. (2013). Analisis Faktor Predisposisi Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Seksual Remaja Pada Kelas X dan XI di SMK Negeri 01 Jiwan

Madiun. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Suwarni, L., & Selviana, S. (2015). Inisiasi Seks Pranikah Remaja Dan Faktor Yang

Mempengaruhi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 169.


https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3378

Widyastuti, yani : A. R. yohasti eka purnamaningrum. (2009). Kesehatan Reproduksi

(pp. 10–17).

Wijayan, N. (2019). Peran teman sebaya dan media informasi terhadap perilaku

seks pranikah remaja. Jurnal Health of Studies, 3(1), 53–63.

Winarti, Y., & Alamsyah, W. A. B. (2020). Hubungan Peran Orang Tua dengan

Inisiasi Seks Pranikah pada Remaja di Prodi S1 Farmasi Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur. Jurnal Dunia Kesmas, 9(3), 355–364.

https://doi.org/10.33024/jdk.v9i3.3045

Yulianto, A. (2020). Pengujian Psikometri Skala Guttman untuk Mengukur.

Jurnal Psikologi : Media Ilmiah Psikologi, 18(2009), 38–48.

Маmohtob, А.М., Е. О. Р. (2019). Hubungan Peran Teman Sebaya dengan

Kejadian Pyimpangan Perilaku Seksual pada Remaja. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.


LAMPIRAN 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Siswa/Siswi SMP Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Novi Rahmadani
NIM 2015302076
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua,
Teman Sebaya, Media Informasi, Persepsi Remaja dengan Perilaku Seksual
Remaja Di SMPN Kecamatan Kubung Kabupaten Solok Tahun 2021”. Untuk ini
saya meminta kesediaan ananda untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tidak
akan menimbulkan kerugian bagi responden dan kerahasiaan informasi yang
diberikan akan dijaga serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila ananda menyetujui, maka dengan ini saya mohon untuk kesediaan
menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
saya ajukan. Atas perhatian ananda sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.
Bukittinggi, Juni 2021

(Novi Rahmadani)
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (informed
Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah
ini Nama :
Umur :
Kelas :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden
penelitia yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Fort De Kock Bukitinggi
dengan judul : “Hubungan Peran Orang Tua, Teman Sebaya, Media Informasi,
Persepsi Remaja dengan Perilaku Seksual Remaja di SMPN Kecamatan
Kubung Kabupaten Solok Tahun 2021”. Tanda tangan saya ini menunjukkan
bahwa saya bersedia memberikan informasi dan memutuskan berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian ini tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.
Informasi dan data yang saya berikan adalah benar sesuai dengan kenyataan,
pengetahuan dan pengalaman saya.

Solok, Juni 2021


Yang membuat Pernyataan

( )
KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA, MEDIA
INFORMASI, PERSEPSI REMAJA DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA SMPN KECAMATAN KUBUNG
KABUPATEN SOLOK TAHUN 2021.
Variabel Aspek yang di Nomor item Jumlah item
nilai pertanyaan
Peran Orang Tua Kurang baik, baik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10 Butir
8, 9, 10.
Teman Sebaya Kurang baik, baik. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 17 Butir
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17.
Media Informasi Kurang terpapar, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 12 Butir
terpapar 8, 9, 10, 11, 12.
Persepsi Remaja Tidak baik, baik 1,2,3,4,5,6,7, 10 Butir
8,9,10
Perilaku Seksual Tidak beresiko, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10 Butir
beresiko 8, 9, 10.
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA, MEDIA
INFORMASI, PERSEPSI REMAJA DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA SMPN KECAMATAN KUBUNG
KABUPATEN SOLOK TAHUN 2021.

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian


diatas dan harap ini dengan jujur karena saudara tidak perlu mencantumkan nama dan
tidak mempengaruhi studi. Hanya saudara sendiri yang tahu apa yang saudara isi.
Petunjuk :
Isilah daftar pertanyaan dibawah ini dengan keadaan abda yang sebenarnya dengan
cara :
a. Memberikan tanda ceklis (√) didepan opsi pilihan, sesuai dengan jawaban
yang benar.
b. Jika pertanyaan terbuka, jawablah dengan lengkap.

Nomor Responden :
Tanggal :
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Asal Sekolah :
Pendidikan Terakhir Orang Tua :

a. Ayah :
b. Ibu :
Pekerjaan Orang Tua :
a. Ayah :
b. Ibu :
Tinggal Dengan :
a. Orang Tua ( )
b. Dengan Wali ( )
c. Kost ( )

B. PERAN ORANG TUA


Petunjuk Pengisian :
1. Bbaca dan pahami setiap pertanyaan dengan seksama
2. Berilah tanda checlist (√) pada kolom yang sesuai dengan yang anda
rasakan dan alami.
3. Pilihan jawaban adalah
a. STS : Sangat Tidak Setuju
b. TS : Tidak Setuju
c. S : Setuju
d. SS : Sangat Setuju
No Pertanyaan STS TS S SS
Saya dan orang tua saya perlu menjaga komuniasi
1.
dengan baik.
Orang tua saya bertanya tentang aktivitas atau
2.
urusan saya setiap hari.
3. Orang tua saya memantau nilai ujian saya
Orang tua saya membatasi jam pulang setiap saya
4.
keluar di malam hari.
Orang tua saya memberikan hukuman kepada saya
5.
apabila keluar tanpa izin dimalam hari.
Saya perlu bercerita tentang lawan jenis/ teman/
6.
pacar atau topik seksual dengan orang tua.
Orang tua saya merupakan orang yang sangat dan
7.
bisa diajak berdiskusi
8. Orang tua saya melarang saya untuk berpacaran
Orang tua saya selalu memantau pergaulan
9. saya (dengan siapa, apa yang dilakukan, adakah
manfaatnya)
Orang tua saya selalu meningkatkan pergaulan
10. yang baik dan benar dengan segala
pertimbangan yang rasional dan objektif
Sumber : (Kosati, 2018)

C. TEMAN SEBAYA
Ungkapkan kebiasaan yang kamu lakukan dengan jwaban yang sejujurnya,
kami menjamin privasi anda akan terjaga dan ini tidak berpengaruh apapun
pada pendidikan anda. Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang sesuai
dengan pengalaman kamu.
No Pertanyaan Ya Tidak
Saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama
1.
sahabat/teman dari pada orang tua
Saya mempercayai sahabat/teman dalam hal menyimpan
2.
masalah pribadi.
Saya suka menceritakan masalah pribadi kepada
3.
sahabat/teman.
Pendapat sahabat/teman mempunyai pengaruh penting
4.
terhadap keputusan saya.
Saya tidak suka dipengaruhi sahabat/teman untuk
5.
mempunyai pacar.
Sahabat/teman mengejek saya apabila belum pernah
6.
berciuman dengan pacar.
Saya mengikuti pendapat sahabat/teman untuk mempuyai
7.
pacar.
8. Saya banyak mendapatkan informasi tentang seksual
remaja dari sahabat/teman.
Saya mendapat informasi tentang hubungan seksual
9.
pertama kali dari sahabt/teman.
10. Saya dan sahabat/teman sama-sama mempunyai pacar.
Apa yang sudah saya lakukan dengan pacar, biasanya saya
11.
ceritakan pada sahabt/teman.
Apa saja yang sudah dilakukan sahabat kepada pacarnya,
12.
saya lakukan juga kepada pacar saya.
Saya mengetahui teman-teman saya berpacaran serius
telah melakukan :
a. Berpegangan tangan
b. Berpelukan
13.
c. Berciuman bibir
d. Saling meraba bagian tubuh yang sensitif
e. Hubungan badan
f. Menghamili atau dihamili oleh pacar
Sahabat/teman-teman menganggap wajar jika remaja
14.
seusia saya berciuman bibir dengan pacar.
Sahabat/teman-teman menganggap wajar jika remaja
15.
seusia saya melakukan masturbasi/onani/ngocok.
Sahabat/teman-teman menganggap wajar jika remaja
16.
seusia saya melakukan hubungan badan dengan pacar.
Sahabat/teman-teman beranggapan remaja seusia saya
17.
harus menggunakan kondom saat berhubungan badan.
Sumber : (Qomarasari, 2015)

D. MEDIA INFORMASI
Ungkapkan kebiasaan yang kamu lakukan dengan jawaban yang sejujurnya.
Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda.
Saya mendapat informasi tentang perilaku seksual (pornografi) dari :
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Televisi
2. Koran
3. Majalah
4. Buku
5. Leaflet/poster
6. Radio
7. Internet (Instagram, Whatsapp, Tik-tok, dll)
8. Handphone
9. Surat
10. Email
11. Vidio
12. Tape recorder
Sumber : (Qomarasari, 2015)

E. PERSEPSI REMAJA
Berilah tanda checklist (√) pada kolom pilihan kamu. (STS) sangat tidak
setuju, (TS) tidak setuju, (S) setuju, dan (SS) sangat setuju.
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Melakukan hubungan seksual dapat
menurunkan tingkat stress pada seseorang.
2. Melakukan hubungan seks bebas akan
menyebabkan kehamilan.
3. Gejolak seksual hal wajar tapi bebas
melakukannya.
4. Masa remaja sering ditandai dengan
munculnya gejolak seksual.
5. Keingintahuan remaja tentang masalah
seks yang begitu besar sering
mengakibatkan
remaja mengalami perubahan pola pikir.
6. Terjadinya kehamilan dan penyakit
menular seksual banyak berawal dari
ketidaktahuan
remaja.
7. Remaja Identik dengan keingintahuan yang
besar dan suka coba-coba
8. Apabila telah melakukan hubungan
seks bebas ada rasa bersalah/berdosa
9. Penyakit menular seksual ditularkan melalui
hubungan seks.
10. Aborsi merupakan jalan keluar
Sumber :(Susanty, 2013)

F. PERILAKU SEKSUAL
Ungkapkan kebiasaan yang kamu lakukan dengan jawaban yang sejujurnya.
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman
kamu.
No Pertanyaan Ya Tidak
Saya sering membayangkan dan mengimajinasikan
1.
keindahan tubuh pacar.
2. Saya dengan pacar biasa pergangan tangan.
3. Saya mencium pipi pacar sebagai bentuk rasa sayang.
Saya berciuman bibir dengan pacar setaip ada
4.
kesempatan.
5. Saya berpelukan dengan pacar sat jalan-jalan.
Saya memegang/meraba bagian sensitif seperti alat
6. kelamin, leher, dan paha pacar/tunangan bila ada
kesempatan.
7. Saya melakukan mastrurbasi (merangsang alat kelamin)
bila keinginan seksual muncul.
Saya pernah melakukan oral seks (memasukkan alat
8.
kelamin ke dalam mulut lawan jenis)
Saya pernah melakukan petting (Mendekatkan/
9.
menempelkan alat kelamin dengan lawan jenis).
Saya pernah melakukan hubungan badan (senggama)
10.
dengan pacar/tunangan karena yakin kami akan menikah.
Sumber : (Qomarasari, 2015)

Anda mungkin juga menyukai