Anda di halaman 1dari 87

EFEKTIFITAS PERAWATAN METODE KANGURU

TERHADAP DURASI TIDUR PADA BAYI BERAT


LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD
HAJI ABDOEL MADJID BATOE
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh:
PUJI ASTUTI
181012115301267

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2020

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


EFEKTIFITAS PERAWATAN METODE KANGURU
TERHADAP DURASI TIDUR PADA BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD
HAJI ABDOEL MADJID BATOE
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Terapan


Kebidanan Pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Institut Kesehatan Prima Nusantara

Oleh:
PUJI ASTUTI
181012115301267

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2020

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur


Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Haji Abdoel
Madjij Batoe Tahun 2020

Nama : Puji Astuti

Nim : 181012115301267

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan

Prima Nusantara Bukittinggi.

Bukittinggi, Juli 2020

Koordinator Skripsi Pembimbing

(Kholilah Lubis, S.ST., M.Keb) (Kholilah Lubis, S.ST., M.Keb)

Diketahui,
Ka. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

(Ayu Nurdiyan, S.ST, M.Keb)

Instituti Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur


Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Haji Abdoel
Madjij Batoe Tahun 2020

Nama : Puji Astuti

Nim : 181012115301267

Skripsi ini telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan

diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Kholilah Lubis, S.ST., M.Keb ( ….………………)

Penguji I : Indah Putri Ramadhanti, S.ST, M.Keb (….………………)

Penguji II : dr. Fontanella, Sp.A (….………………)

Ditetapkan : Bukittinggi
Tanggal : Januari 2020
Mengetahui,
Ka. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

(Ayu Nurdiyan, S.ST, M.Keb)

ii
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Puji Astuti


Nim : 181012115301267
Tempat tanggal lahi : Sp. Sei Puar, 13 Juni 1994
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat : Kelurahan Rengas Condong Rt 08/02 Kecamatan muara
bulian kabupaten batang hari
Email : puputpujiastuti91@gmail.com
No Hp : 082243435810

NAMA ORANG TUA


Ayah : Tazili
Ibu : Jamidah

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 186/1 Batang hari tahun 2001-2006
2. SMPN 19 Batang Hari tahun 2006-2009
3. SMAN 1 Batang Hari tahun 2009-2012
4. Akbid Stikba Jambi tahun 2012-2015

RIWAYAT PEKERJAAN
1. Klinik Rumah Sehat Talang Bakung Jambi tahun 2016-2017
2. Dinas PPKBP3A Kabupaten Batang Hari tahun 2018-sekarang

iii
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT karena

telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan

keterbukaan hati sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur Pada Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun

2020”.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Institut Kesehatan Prima

Nusantara Bukittinggi. Selama proses penyusunan Skripsi ini dari awal sampai

akhir tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari Ibu Kholilah

Lubis, S.ST., M.Keb selaku pembimbing 1. Kemudian pada kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih juga kepada :

1. Ibu Indah Putri Ramadhanti, S.ST., M.Keb selaku penguji I dan Ibu dr.

Fontanella, Sp.A selaku penguji II yang telah memberikan bimbingan hingga

skripsi ini dapat dilanjutkan ke penelitian.

2. Ibu Dr. Hj. Evi Susanti, S.ST. M.Biomed, selaku Rektor Institut Kesehatan

Prima Nusantara Bukittinggi.

3. Bapak Fauzi Ashra, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Wakil Rektor I Institut

Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

4. Bapak Yuhendri Putra, S.Si., M.Biomed, selaku Wakil Rektor II Bidang

Administrasi dan Keuangan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

iv

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


5. Ibu Rulfia Desi Maria, S.SiT, M.Keb, selaku Dekan Fakultas Kebidanan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

6. Ibu Ayu Nurdian, S.ST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Sarjana Tearapan

Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

7. Bapak / Ibu Dosen beserta staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani pendidikan

8. Kepala RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe yang telah memberikan izin dan

data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulisan dan penyusunan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti sudah berusaha semaksimal

mungkin namun peneliti menyadari bahwa skripsi ini ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsiini. Akhir kata peneliti ucapkan terima

kasih.

Bukittinggi, Juli 2020

Peneliti

v
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
Nama : Puji Astuti
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Judul : Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi
Tidur Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD
Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020
xv + 54 halaman + 8 tabel + 3 skema + 1 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK

Perawatan metode kangguru merupakan alternatif pengganti inkubator


dalam perawatan BBLR. Bayi yang diberikan metode kangguru merasa nyaman
dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Masih
terbatasnya incubator di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe, untuk mengurangi
gangguan dalam mengatasi kualitas tidurnya terhadap bayi BBLR selama dirumah
sakit maka diterapkan PMK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur pada BBLR Di RSUD Haji
Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian Pre-eksperimental Design dengan rancangan Posttest Only Control
Group Design dengan sampel semua BBLR yang dirawat diruang NICU RSUD
Haji Abdoel Madjij Batoe dari bulan Januari- Februari dengan teknik purposive
sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi dan dianalisa dengan uji T sampel independen. Dari hasil analisa
univariat menunjukan rerata durasi tidur pada kelompok kontrol yaitu 131 dengan
standar deviasi 15,572, dan rerata durasi tidur pada kelompok intervensi yaitu 102
dengan standar deviasi 25,150. Hasil analisa bivariate didapatkan hasil
t hitung= 2.192 dan p value = 0,060 yang berarti tidak terdapat efektifitas
perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur pada BBLR Di RSUD Haji
Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020. Saran bagi RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe
agar melakukan PMK lebih optimal dan tindakan yang rutin dilakukan kepada
bayi prematur bila kondisi bayi memungkinkan untuk dilakukan perawatan
metode kangguru.

Daftar bacaan : 28 (2003-2019)


Kata kunci : BBLR, durasi tidur, incubator, metode kanguru

vi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Name : Puji Astuti
Program Studi : Applied Undergraduate Midwifery
Judul : Effectiveness of Kangaroo Care Method on Sleep
Duration in Low Birth Weight Babies (LBW) in Haji
Abdoel Madjij Batoe Regional Hospital in 2020

xv + 54 pages + 8 tables + 3 schema + 1 images + 11 attachments

ABSTRACT

Kangaroo care method is an alternative to incubator in LBW treatment.


Babies given the kangaroo method feel comfortable and warm in the arms of the
mother so that the vital signs can stabilize more quickly. The incubator is still
limited in Haji Abdoel Madjij Batoe Regional Hospital, to reduce disruption in
dealing with the quality of sleep for LBW infants during the hospital, so apply
PMK. This study aims to determine the effectiveness of kangaroo method
treatment on sleep duration at LBW In Haji Abdoel Madjij Batoe Regional
Hospital in 2020. The research method used was a Pre-experimental Design study
with a Posttest Only Control Group Design with a sample of all LBW treated in
the Hajj NICU Hospital Abdoel Madjij Batoe from January to February with a
purposive sampling technique. The instrument used in this study was in the form
of an observation sheet and analyzed by an independent sample T test. From the
results of univariate analysis showed the average sleep duration in the control
group was 131 with a standard deviation of 15.572, and the average sleep
duration in the intervention group was 102 with a standard deviation of 25.150.
Bivariate analysis results obtained t count = 2,192 and p value = 0.060 which
means there is no effectiveness of kangaroo method treatment for sleep duration
at LBW In Haji Abdoel Madjij Batoe Regional Hospital in 2020. Suggestions for
Haji Abdoel Madjij Batoe Regional Hospital to make PMK more optimal and the
action which is routinely done to premature babies if the baby's condition allows
for the treatment of the kangaroo method.

References : 28 (2003-2019)
Keywords : Low birth weight, duration of sleep, incubator, kangaroo method

vii
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... i
PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................ ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACK ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar BBLR ............................................................... 7
B. Metode Kangguru .................................................................... 13
C. Durasi Tidur ............................................................................. 23
D. Kerangka Teori ........................................................................ 30

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep ..................................................................... 31
B. Hipotesis .................................................................................. 31
C. Defenisi Operasional ................................................................ 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian ...................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33
C. Populasi Dan Sampel ................................................................ 34
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 35
E. Etika Penelitian ........................................................................ 35
F. Prosedur Pelaksanaan .............................................................. 36
viii
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
G. Panduan Observasi .................................................................. 37
H. Pengolahan data ....................................................................... 38
I. Analisa Data ............................................................................ 39

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 40
B. Analisa Univariat ..................................................................... 42
C. Analisa Bivariat ....................................................................... 43

BAB VI PEMBAHASAN
A. Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Kontrol .............. 46
B. Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Intervensi .......... 47
C. Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi
Tidur Pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe
Tahun 2020 .............................................................................. 49

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 52
B. Saran ........................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
DAFTAR SKEMA

No. Skema Halaman

2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 30


3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 31
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 33

x
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


2.1 Kebutuhan Tidur Manusia ................................................................... 26
3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 32
5.1 Karakteristik sampel ............................................................................ 41
5.2 Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Tanpa PMK
Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020 .............................. 42
5.3 Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Dengan PMK
Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020 .............................. 42
5.4 Hasil Uji Normalitas Rerata durasi tidur BBLR Pada Kelompok
Dengan PMK dan Kelompok Tanpa PMK ......................................... 44
5.5 Hasil Uji Homogenitas Rerata durasi tidur BBLR Pada Kelompok
Dengan PMK dan Kelompok Tanpa PMK ......................................... 44
5.6 Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur
Pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020 .......... 44

xi
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


2.1 Metode Kangguru ................................................................................ 14

xii

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


DAFTAR SINGKATAN

1. Air Susu Ibu : ASI


2. Berat Badan Lahir Rendah : BBLR
3. Kangaroo Mother Care : KMC
4. Neonatal Intensive Care Unit : NICU
5. Perawatan Metode Kanguru : PMK
6. World Health Organization : WHO

xiii
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran
1. Ganchart

2. Surat Penelitian Dari LPPL

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Balasan Dari Tempat Penelitian

5. Format Permohonan Menjadi Responden

6. Informed Consent

7. Lembar Observasi

8. Master Tabel

9. Hasil Pengolahan dan Analisa Data

10. Dokumentasi Penelitian

11. Lembar Konsultasi Pembimbing

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB I
xiv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lima belas juta anak terlahir prematur di seluruh dunia setiap tahunnya.

Hal ini sangat mengkhawatirkan karena kelahiran prematur merupakan

penyebab kematian tertinggi anak baru lahir. Bayi prematur terutama bayi

yang memiliki berat badan lahir rendah memiliki risiko kematian yang tinggi.

Mortalitas pada bayi prematur dapat disebabkan oleh neonatal sepsis dan

ketidakmatangan sistem organ seperti pernapasan dan pencernaan (Sulaiman

& Halidi, 2019; Widiana, et al., 2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018, lebih

dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan. Di negara-

negara berpenghasilan rendah, rata-rata, 12% bayi dilahirkan terlalu dini

dibandingkan dengan 9% di negara-negara berpenghasilan tinggi. Di negara-

negara, keluarga miskin memiliki risiko lebih tinggi. Indonesia menempati

peringkat kelima tertinggi dengan angka kelahiran prematur sekitar 675.500

dari 10 negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar.

Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang

dari 36 minggu yang secara fisiologi yang sebagian masih sebagai janin dan

sebagai bayi baru lahir, dimana berat badan lahir normal bayi sekitar 2.500-

3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat

badan lahir rendah (BBLR). Penyebab umum kelahiran prematur meliputi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


1
2
kehamilan multipel, infeksi dan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan

darah tinggi; Namun, seringkali tidak ada penyebab yang diidentifikasi.

Kemungkinan lain karena pengaruh genetik. Bayi prematur umumnya

memiliki sejumlah karakter khusus dan merupakan petunjuk berharga dalam

menentukan kemampuan fisiologis bayi (Sari, 2019; Susilowati, et al., 2016;

WHO, 2018; Utami, 2016).

BBLR mempunyai fungsi neurologis yang immatur. Bayi ini

mempunyai permasalahan dalam kemampuan pengaturan, integrasi, dan

koordinasi status bangun-tidur. Kesulitan yang dialami bayi mencakup jumlah

waktu tidur tenang (quiet sleep), tidur aktif, dan jumlah fase transisi tenang.

Perkembangan kualitas tidur bayi dikategorikan dengan adanya peningkatan

status tidur tenang, penurunan status tidur aktif, peningkatan status terjaga,

transisi antara status bangun-tidur yang tenang dan peningkatan kemampuan

bayi untuk mempertahankan periode tidur seiring dengan peningkatan usia.

Pada bayi prematur terjadi status yang tidak sama, bayi ini mengalami status

tidur yang tidak jelas (Saidah et al., 2011).

Di Indonesia, perawatan bayi BBLR masih memprioritaskan pada

penggunaan inkubator tetapi keberadaanya masih sangat terbatas. Neonatus

kurang bulan atau BBLR <1800 gram yang memiliki kondisi klinis stabil,

maka bayi dirawat di ruang Perawatan Metode Kanguru (PMK) kontinu.

Namun jika tidak stabil maka bayi dirawat di Neonatal Intensive Care Unit

(NICU). Namun, perawatan tersebut relatif lebih mahal dan bila terjadi pada

keluarga yang tidak mampu merupakan suatu keadaan yang sangat

memberatkan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


3

alternatif pengganti inkubator yang secara ekonomis cukup efesien dan efektif

(Widiana et al., 2019; Silvia & Syahadatina, 2016; Silvia, et al., 2015).

PMK merupakan alternatif pengganti inkubator dalam perawatan

BBLR. Perawatan PMK atau Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan

perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-

skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan

bayi. Kontak kulit bayi ke kulit ibu dimana tubuh ibu akan menjadi

thermogular bagi bayinya sehingga bayi mendapatkan kehangatan. WHO

menyebutkan bahwa efektivitas dan keamanan PMK atau Kangaroo Mother

Care (KMC) hanya dilakukan untuk bayi prematur tanpa masalah medis dan

bayi baru lahir dengan kondisi yang stabil (Endyarni, 2017; Sari & Listiarini,

2017; WHO, 2003).

Data Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang

dilakukan PMK lebih sedikit dibandingkan bayi yang dirawat dalam

inkubator. PMK bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju

pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat

dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan

ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. (Endyarni, 2017).

Selain itu, efek dari PMK dapat juga dapat memfasilitasi pada bayi

BBLR meningkatkan frekuensi dan durasi tidur tenang, sedikit waktu

menangis dan tingkat aktivitas yang lebih rendah, karena dengan PMK dapat

meningkatkan hubungan antara bayi dengan ibu serta bayi lebih cenderung

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


4

sering dapat tidur dengan tenang (Fatmawati & Meliati, 2017; Lailaningsih &

Utami, 2016)

Berdasarkan penelitian Saidah, et al. (2011) diketahui bahwa dari hasil

Hasil uji Friedman terdapat perbedaan yang signifikan pada status bangun

tidur bayi hari pertama, kedua, dan ketiga pada menit ke-0, ke- 60, dan ke-

120 (α= 0,05). Dari hasil penelitian Lailaningsih & Utami (2016) diketahui

bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur bayi yang tidak diberikan intervensi

dengan yang diberikan intervensi tampak jelas, dengan p value 0,000 hari

ketiga di menit ke 120. Begitu juga dengan hasil penelitian Fatmawati &

Meliati (2017), diketahui bahwa perawatan metode kanguru efektif terhadap

kualitas tidur pada BBLR di RSUD Provinsi NTB tahun 2017 dengan p-value

0.031.

RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe merupakan salah satu rumah sakit

yang pelayanannya banyak diminati oleh masyarakat terkhususnya pelayanan

persalinan, karena di rumah sakit tersebut memfasilitasi segala kebutuhan ibu

dan bayi seperti penanganan BBLR dengan perawatan metode kangguru.

Pada survey awal yang di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe didapatkan dalam

tahun 2019 ada 1204 persalinan yang terdiri dari 821 secara Sectio Cesaria

(SC) (68,9%) dan 383 lahir spontan (31,8%). Dari jumlah tersebut terdapat

rata-rata 14 kelahiran prematur perbulannya (13,8%) (RSUD Haji Abdoel

Madjij Batoe, 2019).

Adapun penatalaksanaan di Rumah Sakit dalam menangani bayi BBLR

dengan inkubator dengan jumlah yang masih sedikit, untuk itu perlu

penerapan PMK untuk mengurangi gangguan dalam mengatasi kualitas

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


5

tidurnya terhadap bayi BBLR selama dirumah sakit. Di RSUD Haji Abdoel

Madjij Batoe telah menerapkan metode kanguru yang dilakukan pada bayi

BBLR (< 2500) dan bayi prematur dalam menjaga suhu tubuh bayi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Efektifitas

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur Pada Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimanakah efektifitas perawatan metode kanguru

terhadap durasi tidur pada bayi berat lahir rendah (BBLR) Di RSUD Haji

Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas perawatan metode kanguru terhadap

durasi tidur pada bayi berat lahir rendah (BBLR) Di RSUD Haji Abdoel

Madjij Batoe Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rerata durasi tidur BBLR pada kelompok kontrol (tanpa

metode kangguru) Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020.

b. Diketahui rerata durasi tidur BBLR pada kelompok intervensi (dengan

metode kangguru) Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020.

c. Diketahui efektifitas perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur

pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini membantu peneliti dalam melakukan asuhan dan

pelayanannya, dan semakin meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan

metode kangguru.

2. Bagi Ibu bayi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk Ibu yang memiliki

bayi BBLR untuk dapat melakukan perawatan metode kanguru secara

continue karena sangat bermanfaat karena metode ini adalah salah satu

metode yang dapat di gunakan pada bayi BBLR sehingga menurunkan

angka kesakitan dan kematian pada bayi.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini bisa dijadikan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan dalam melakukan metode kangguru dengan pemamtauan selain

dari durasi dan kualitas tidur bayi BBLR.

4. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan dan saran untuk

meningkatkan pelayanan dan mutu keperawatan terutama pada bayi BBLR.

5. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan untuk lebih meningkatkan

wawasan dan memperluas pola pikir mahasiswa tentang penerapan metode

kangguru dalam peningkatan kualitas tidur bayi BBLR.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar BBLR

1. Definisi

Menurut WHO, Bayi BBLR didefinisikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat < 2500 gram (Hasriyani, et al., 2018). Bayi BBLR menurut

Kementerian Kesehatan RI (2015) adalah keadaan ketika bayi dilahirkan

memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini

akan berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya.

BBLR merupakan istilah lain untuk bayi prematur hingga tahun

1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak seluruh bayi dengan

berat badan lahir rendah lahir secara prematur Berat saat lahir adalah

berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Widiana et al.,

2019). Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada Pedoman

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi dimana BBLR adalah bayi

yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir

atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Karina, 2016).

2. Klasifikasi

Menurut WHO (2018) mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam,

yaitu:

a. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan

berat lahir 1500 – 2499 gram.

7
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
8

b. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight

(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.

c. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth

weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram

Berdasarkan masa gestasinya, dikutip dari Karina (2016) BBLR

dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan

sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih

besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang,

tangisnya lemah dan jarang,.

b. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya

untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterine.

3. Etiologi BBLR

Dikutip dari Karina (2016), adapun penyebab BBLR, antara lain:

a. Faktor ibu

1) Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre

eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis.

Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


9

mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut

atau tindakan operatif.

2) Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada

berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu

hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat

menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan,

anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan

BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi yang

normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup.

3) Anemia

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai

mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu,

BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan

disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan

gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh

maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas

dan mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR

juga lebih besar.

4) Keadaan sosial-ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang

rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik

dan pengawasan antenatal yang kurang.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


10

b. Faktor janin

1) Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.

Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion

kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap.

Pada hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan yang

jelas dalam beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan

persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan

kejadian BBLR.

2) Kehamilan ganda/kembar

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan

dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.

Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik

dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau

lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang

dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio

yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang

tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan

perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan

ganda.

3) Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella,

sitomegalovirus, herpes, sifillis, TORCH).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


11

4. Komplikasi BBLR

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan

BBLR Ikatan Dokter Anak Indonesia yang dikutip dalam Karina (2016):

a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik

Disebut juga Hyaline Membrane Disease yaitu kesukaran bernafas

pada bayi karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran

hialin yang melapisi alveolus paru.

b. Pneumonia aspirasi

Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan batuk

belum sempurna.

c. Perdarahan intraventrikular

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan

oleh anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan

membran hialin pada paru.

d. Fibroplasia retrolental

Penyakit ini terutama ditemukan pada BBLR dan disebabkan oleh

gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen

dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah

retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa,

pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya

akan mengalami proliferasi pembuluh darah baru secara tidak

teratur.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


12

e. Hiperbilirubinemia

Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia

dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor

kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi

bilirubin direk belum sempurna (Ikatan Dokter Anak Indonesia,

2004).

5. Penatalaksanaan

Masalah pada suhu bayi baru lahir adalah hipotermia atau suhu

tubuh kurang dari 36,5°C dan demam. Banyak penyakit memiliki gejala

hipotermia di antaranya infeksi berat seperti sepsis neonatorum, radang

selaput otak, radang paru, hipoglikemi, dan lain-lain. Hipotermia

merupakan hal berbahaya yang perlu penanganan segera. Oleh karena itu,

pengenalan kondisi hipotermia secara dini dan segera melakukan

tindakan yang memadai sangatlah penting (Wandita, 2016).

Adapun upaya untuk pengaturan suhu yang dikutip dalam buku Kiat

Membuat Anak Sehat, Tinggi, Dan Cerdas (Soegiharto et al., 2016)

antara lain:

a. Suhu ruangan yang hangat (24–26°C)

b. Tidak meletakkan bayi di bawah pendingin ruangan

c. Infant warmer dihangatkan terlebih dahulu sebelum bayi lahir (untuk

menghangatkan matras, kain, topi, dan selimut bayi)

d. Gunakan kain yang hangat dan kering saat mengeringkan bayi

e. Gunakan plastik bening untuk membungkus bayi dengan berat

<1500gram

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


13

f. Memakaikan topi pada kepala bayi

g. Gunakan matras penghangat untuk bayi <1000 gram

h. Gunakan inkubator transport yang sudah dihangatkan atau

transportasi dengan kontak skin-to-skin (metode kangguru) pada

fasilitas terbatas saat memindahkan bayi dari ruang bersalin ke ruang

perawatan.

Perawatan Bayi baru lahir menurut Hospital Care for Children

(2016) ditinjau dari suhu lingkungan dilakukan dengan cara:

a. Jagalah bayi tetap dalam keadaan kering dan diselimuti dengan baik.

b. Topi sangat membantu untuk mengurangi kehilangan panas.

Pertahankan suhu ruangan antara 24-260 C. Upaya perawatan

metode Kanguru selama 24 jam sehari, sama efektifnya dengan

penggunaan inkubator/alat pemanas eksternal dalam menghadapi

udara dingin.

c. Perhatian khusus agar bayi tidak menggigil selama pemeriksaan.

d. Periksa suhu bayi secara teratur, suhu dijaga sekitar 36.5-37.50 C,

aksilar.

B. Metode Kangguru

Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray

dan Martinez di Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif

perawatan BBLR ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas

kesehatan yang ada. Metode ini meniru binatang berkantung kanguru yang

bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di kantung

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


14

perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan

berupa air susu induknya (Endyarni, 2017).

Gambar 2.1
Metode Kangguru
(Sumber: Admin, 2018)

1. Definisi

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti

incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara

lain: merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang

paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana

tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi

mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK

memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi,

keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi,

penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta

meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan bayi (Endyarni, 2017).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


15

BBLR membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian

kehidupan di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk tetap

hangat dan mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu cara untuk

menolong bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap

kontak kulit dengan kulit ibunya. Perawatan metode kanguru adalah

suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama

dalam mempertahankan kehangatan suhu tubuh (Kemenkes RI, 2016).

2. Syarat Melakukan Metode Kangguru

Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500

gram, tanpa masalah/komplikasi (Kemenkes RI, 2016).

Syarat melakukan PMK dikutip dari Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Neonatal Esensial (Kemenkes RI, 2016), yaitu :

a. Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas

b. Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum

c. Bayi tidak Kejang

d. Bayi tidak Diare

e. Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit

3. Jenis Perawatan Metode Kangguru (PMK)

Perawatan Metode Kanguru dikutip dari Endyarni (2017), dapat

dilakukan dengan dua cara:

a. PMK intermiten

Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan

perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


16

mungkin memerlukan bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK

tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu

mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di

inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara

terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK

intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK

kontinu.

b. PMK kontinu

Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan

bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.

Kemampuan untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan

merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai

meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa

lambung. Dengan melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih

mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.

4. Mekanisme Kerja Perawatan Metode Kangguru

Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke

kulit (skin-to-skin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan

dukungan terhadap ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu

komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu:

kangaroo position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo

discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi tegakdi

dada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan

telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi sehingga terjadi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


17

kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan

dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke

sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung

pengikat tepat berada di bawah kuping bayi (Endyarni, 2017).

Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas

tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu

dan bayi. Kanguru nutrisi merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu

meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan

pemberian ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan

secara fisik maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun

keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya. Sedangkan

kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan PMK sehingga

pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK

bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu

teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila

fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas (Endyarni, 2017).

5. Manfaat Metode Kangguru

PMK merupakan alternatif pengganti inkubator dalam perawatan

prematur. Meski sederhana, namun teknik ini memiliki sejumlah

kelebihan, seperti yang dikutip dari Sarihusada (2018), antara lain:

a. Efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu

adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan

menjadi thermoregulator (pengaturan suhu) bagi bayinya, sehingga

bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


18

b. Perawatan Metode Kanguru memudahkan pemberian ASI,

perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.

c. Perawatan Metode Kanguru dapat menurunkan kejadian infeksi,

penyakit berat, masalah menyusui, serta meningkatnya hubungan

antara ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan bayi.

Dikutip dari RSUD Temanggung (2018), adapun manfaat perawatan

PMK pada BBLR yaitu:

a. Menghangatkan bayi

b. Menstabilkan tanda vital bayi

c. Meningkatkan durasi tidur

d. Mengurangi tangisan dan kalori yang terbuang dari bayi

e. Meningkatkan berat badan bayi dan perkembangan otak

f. Meningkatkan hubungan emosional bayi dan ibu

g. Mempermudah pemberian ASI

h. Ibu dan keluarga merasa lebih puas karena berperan dalam

perawatan bayi selama di Rumah Sakit

6. Langkah-langkah Metode Kanguru

Langkah-langkah metode kangguru dikutip dari Ratna (2018), antara

lain:

a. Berikan bayi pakaian, topi, popok, dan kaus kaki yang telah

dihangatkan terlebih dahulu.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


19

b. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak dan bersentuhan

langsung dengan kulit. Pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada

dada. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan

dada bayi terletak di dada dengan kepala agak sedikit mendongak.

Ibu juga dapat mengenakan baju dengan ukuran besar sehingga

posisi bayi bisa diletakkan di antara payudara lalu baju

ditangkupkan. Kenakan selendang yang dililitkan di perut ibu agar

bayi tidak terjatuh.

c. Jika baju tidak dapat menyokong bayi, ibu dapat menggunakan

handuk atau kain lebar yang elastis atau kantong yang khusus dibuat

untuk menjaga tubuh bayi.

d. Selama melakukan metode kanguru ini, ibu masih dapat beraktivitas

dengan bebas, dapat bergerak bebas walaupun berdiri, duduk,

berjalan, makan, dan mengobrol. Namun pastikan, saat tidur, posisi

ibu setengah duduk atau meletakkan beberapa bantal di belakang

punggung.

e. Jika ibu lelah, metode ini dapat dilakukan juga oleh Ayah atau orang

lain.

f. Perhatikan persiapan sang ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan bayi,

cara pemberian ASI, dan kebersihan ibu juga bayinya.

Menurut Maryunani dalam Aprinanda (2017) tata cara perawatan

metode kangguru adalah sebagai berikut :

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


20

a. Cara pertama

1) Letakkan bayi di antara payudara ibu dengan kaki di bawah

payudara ibu dan tangan bayi diatasnya.

2) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit ke kulit)

dengan kepala bayi menoleh pada satu sisi (kiri/kanan)

3) Gunakan baju kangguru / selendang / kain panjang untuk

membungkus bayi dan ibu dengan nyaman, caranya sebagai

berikut :

a) Letakkan bagian tengah kain menutupi bayi di dada ibu

b) Bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu di

bawah lengannya ke punggung ibu

c) Silangkan ujung kain di belakang ibu, bawa kembali ujung

kain ke depan

d) Ikat ujung kain untuk mengunci di bawah bayi

e) Topang kepala bayi dengan menarik pembungkus ke atas

hanya sampai telinga bayi.

b. Cara Kedua

Persiapan sebelum menggunakan metode kangguru:

1) Persiapan ibu

a) Bersihkan tubuh ibu, terutama pada bagian dada dengan

cara mandi 2-3 kali sehari

b) Kuku dan tangan ibu harus dalam keadaan bersih

c) Ibu memakai baju yang hangat, bersih dan longgar

d) Ibu tidak memakai bra selama pemakaian metode kangguru

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


21

2) Persiapan untuk bayi

a) Sebaiknya bayi tidak di mandikan sebelum menggunakan

metode kangguru

b) Bayi di pakaikan topi dan popok

3) Cara memakai baju kangguru

a) Menyiapkan bayinya, dengan memakaikan topi dan popok

bayi

b) Memasukkan bayi ke dalam baju kangguru

c) Menggendongkan bayinya ke dada ibu secara vertical

dengan tangan bayi seperti memeluk ibu dan kaki

mendekap ibu

d) Mengikat kain baju kangguru untung menggendong bayi

e) Mengatur kembali posisi bayi sampai bayi merasa nyaman

f) Periksa ulang keamanan baju kangguru

g) Memakaikan ibu baju yang longgar dengan kancing di

depan

c. Cara Ketiga

Alternatif jika tidak ada baju khusus (baju kangguru)

1) Mengikuti langkah sama dengan baju ibu kangguru

2) Memakai baju biasa kaos yang sudah di setrika atau di jemur

panas pada matahari

3) Menggendong bayi dengan posisi vertical terhadap ibu

4) Memasang ikat pinggang atau serbuk agar bayi tidak terjatuh

5) Memasang kain panjang atau selendang agar bayi tidak terjatuh.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


22

d. Cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kangguru

1) Pegang bayi dengan satu tangan di letakkan di belakang leher

sampai punggung bayi

2) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari

lainnya, tujuan menopang ini antara lain :

a) Agar kepala bayi tidak tertekuk

b) Saluran napas bayi tidak tertutupi pada saat bayi berada

pada posisi tegak

3) Tempatkan tangan lainnya di bawah bokong bayi

7. Penilaian Keberhasilan PMK

Penelitian Fatmawati & Meliati (2017) menggunakan penilaian PMK

dengan cara memperhatikan Ibu bayi BBLR saat Melakukan PMK. Ibu

yang berhasil melakukan PMK memperlihatkan emosi yang lebih stabil

dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat PMK. Ibu yang

melakukan PMK secara bermakna dapat merasakan stresnya berkurang,

meningkatkan rasa percaya diri, dan merasakan kepuasan tersendiri

karena telah melakukan sesuatu yang positif untuk bayinya yang lahir

prematur dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan PMK.

Penelitian lainnya menyebutkan bahwa ibu yang melakukan PMK

merasa lebih percaya diri dalam merawat bayinya dibandingkan dengan

ibu yang tidak melakukan PMK. PMK juga meningkatkan kedekatan ibu

dan bayinya, mengurangi perasaan stress pada ibu sebagaimana pada

bayi, serta membuat ibu dan bayi lebih tenang dan rileks. Semakin dini

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


23

metode kanguru diterapkan maka hasilnya semakin baik (Tanjung &

Sekartini, 2016).

C. Durasi Tidur

1. Definisi

Menurut Tanjung & Sekartini (2016), dari sudut pandang

neurofisiologi, tidur merupakan keadaan khusus dari kewaspadaan otak.

Tidur terdiri dari dua komponen yaitu rapid eye movement (REM) dan

non-REM atau yang disebut dengan tidur gelombang lambat. Sedangkan

kualitas tidur dikutip dari Noviyanti (2017) adalah mutu atau keadaan

fisiologis tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang

memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu

bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh dalam

hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur.

Kualitas tidur menurut Smith dalam Noviyanti (2017)

mempengaruhi baik secara fisiologi maupun psikologi individu. Kualitas

tidur secara langsung mempengaruhi kualitas aktivitas saat terjaga,

termasuk kewaspadaan mental, produktivitas, keseimbangan emosi,

kreativitas, tanda vital fisik dan bahkan berat badan. Pada periode terjaga

anak mungkin menunjukkan berbagai perilaku. perilaku ringan ketika

kualitas tidurnya tercukupi termasuk menggosok wajah, membalik,

menangis singkat, menyesuaikan selimut, melihat sekeliling, dan

berbicara yang tidak dimengerti.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


24

2. Siklus Tidur

Menurut Maryunani dalam Noviyanti (2017), tidur dibagi menjadi 2

siklus, yaitu :

a. Tidur REM (tidur aktif)

1) Karakteristik

a) Ekspirasi dan nadi yang tidak teratur

b) Pergerakan tubuh

c) Pergerakan mata yang cepat dan singkat.

2) Tidur REM ditandai oleh adanya aktivitas. Banyak oksigen

digunakan, suplai darah ke otak meningkat, temperature

meningkat, gelombang otak menunjukkan peningkatan aktivitas.

Sensori menstransmisikan impuls sama seperti saat tidak tidur.

Stimulasi visual,auditori, dan vestibular bergabung diotak

membentuk mimpi.

b. Tidur Non-REM (tidur tenang)

Terdapat 4 tahap tidur Non-REM, yaitu:

1) Tahap I: Mengantuk, terjadi penurunan kesadaran terhadap

dunia luar.

2) Tahap II: Mudah dibangunkan.

3) Tahap III: Tidur menjadi lebih dalam, nafas dan denyut jantung

sangat stabil, otot relaksasi, gelombang otak sangat lambat

4) Tahap IV : Tidur yang paling dalam, sangat sulit dibangunkan,

kecuali dengan stimulus yang kuat.anak dapat berpindah dari

satu tempat ke tempat lain tanpa terbangun.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


25

3. Fisiologi Tidur

Tidur menurut Atmadja dalam Noviyanti (2017) adalah proses

fisiologis yang bersiklus dan bergantian dengan periode yang lebih lama

dari keterjagaan. Tidur ditandai dengan aktifitas fisik yang minimal,

perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap

rangsangan eksternal. Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis

yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas system saraf pussat

yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf perifer,

endokrin, kardiovaskuler, pernapasan, dan muscular. Control dan

pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme

serebral yang mengativasi secaara intermitten dan menekan pusat otak

tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga.

Sistem aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas.

SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil.

Aktivitas korteks serebral (missal, proses emosi atau pikiran) juga

menstimulasi SAR. Tidur dapat dihasilkan dari pelepasan serotonin

dalam sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah.

Daerah juga disebut bulbar synchronizing region (BSR). Ketika individu

mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam keadaan

rileks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang,

aktivasi SAR selanjutnya akan menurun. SAR melepaskan ketokelamin

pada saat sadar, BSR mengambil alih yang kemudian menyebabkan tidur

(Saryono & Widianti, 2010 dalam Noviyanti, 2017).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


26

4. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan.

Table berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia

(Hidayat, 2009 dalam Noviyanti, 2017):

Tabel 2.1
Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan


0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11-12 jam/hari
6 tahun-12 tahu Masa sekolah 11 jam /hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40 tahun-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
(Sumber: Noviyanti, 2017)

5. Fungsi Tidur Bagi Bayi

Dikutip dalam Noviyanti (2017), aktivitas tidur merupakan salah

satu stimulus bagi proses tumbuh kembang otak, karena 75% hormon

pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Selama tidur, anabolik terjadi,

yang memungkinkan berjalannya proses konservasi energi, perbaikan

sel-sel tubuh dan pertumbuhan. Akibat konsentrasi adrenalin dan kortisol

turun, maka tubuh mulai membentuk hormon pertumbuhan. Hormon

pertumbuhan tersebut bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan

jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh

memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel

kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel ini akan

berngsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap sesuai dengan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


27

kebutuhan tidur bayi. Selain membantu proses pertumbuhan, tidur juga

membantu perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman

dan kecerdasan. Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya

perlu mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi dapat

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

6. Jenis-Jenis Gangguan Tidur

Terdapat tiga jenis gangguan tidur menurut Tanjung & Sekartini

(2016) yakni:

a. Disomnia, berhubungan dengan masalah jumlah tidur, saat mulai dan

mempertahankan tidur.

b. Parasomnia, terdiri dari sekelompok masalah yang berhubungan

dengan keadaan terjaga, terjaga sebagian atau transisi tahapan tidur

tetapi tetapi biasanya tidak menyebabkan keadaan mengantuk yang

berlebihan.

c. Gangguan tidur sekunder, dihubungkan dengan gangguan psikiatri,

neurologis atau masalah medis lainnya.

7. Pengukuran Durasi Tidur

Pengukuran durasi tidur dilihat dari kualitas tidur. Pendapat Sadeh

dalam Noviyanti (2017), dua metode obyektif yang tersedia untuk

mempelajari tidur yaitu polisomnografi (PSG) dan aktigrafi (ACG). PSG

didasarkan pada rekaman EEG, sedangkan ACG menggunakan informasi

aktifitas motorik. Pemeriksaan PSG dapat memberi informasi lengkap

tentang perubahan keadaan tidur-bangun, sedangkan ACG memberikan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


28

perjiraan kualitas tidur, maka PSG dianggap sebagai standar baku emas

untuk penelitian tentang tidur.

Dalam penelitian ini kualitas tidur bayi BBLR dinilai dengan

pelaksanaan PMK. Menurut Tanjung & Sekartini (2016), kualitas tidur

bayi BBLR sebelum diberikan PMK menunjukan sebagian sering

mengalami tidur aktif yang ditandai dengan adanya gerakan ektermitas

atas bawah, menggeliat, perubahan ekspresi wajah, penutupan mata

dengan gerakan bola mata dan terdapat gerakan terkejut saat terdapat

stimulus atau kebisingan lingkungan sehingga terkadang menyebabkan

bayi menjadi stress. Stress mempengaruhi fungsi hipotalamus yang

berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan, produksi panas dan

mekanisme neurologis. Intervensi yang dirancang untuk mengurangi

stress pada bayi menghasilkan perbaikan dalam tingkah laku tidur dan

pertumbuhan.

Saidah et al. (2011) dalam penelitian menilai kualitas tidur bayi

dengan skor seperti dibawah ini:

a. Tidur tenang (skor 6)

b. Tidur aktif (skor 5)

c. Mengantuk (skor 4)

d. Terjaga tenang (skor 3)

e. Terjaga aktif (skor 2)

f. Menangis (skor 1)

Fatmawati & Meliati (2017) dalam penelitiannya melakukan

pengukuran kualitas tidur BBLR, adalah sebagai berikut:

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


29

a. Tidur berkualitas, jika bayi lebih tenang dan rileks saat tidur,

berbaring tenang, dan napasnya teratur.

b. Tidur tidak berkualitas, tidur aktif yang ditandai dengan adanya

gerakan ektermitas atas bawah, menggeliat, perubahan ekspresi

wajah, penutupan mata dengan gerakan bola mata dan terdapat

gerakan terkejut saat terdapat stimulus atau kebisingan lingkungan

sehingga terkadang menyebabkan bayi menjadi stress.

Menurut Saidah et al. (2011) Jumlah waktu tidur pada bayi

mempengaruhi perilaku bayi. Bayi sebaiknya diberikan kesempatan

untuk tidur minimal 2 jam karena dalam 2-3 jam bayi akan mampu untuk

mencapai 2-3 siklus tidur. Jika bayi terlalu sering mendapatkan intervensi

atau sentuhan selama fase tidurnya, maka kesempatan untuk mencapai

tidur tenang tidak akan tercapai. Pelaksanaan PMK yang dilaksanakan

dalam penelitian ini selama 2 jam perhari dengan tujuan agar mampu

memfasilitasi fase tidur bayi dan mampu membantu bayi mencapai fase

tidur tenang yang cukup.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


30

D. Kerangka Teori

Penanganan Bayi BBLR

bayi memiliki berat lahir <2500 bayi memiliki berat lahir <2500
gram, tanpa komplikasi gram dengan komplikasi

Metode Kangguru Inkubator

Skin to Skin Mengubah energi


(Kulit) listrik menjadi panas

Manfaat PMK:
Manfaat incubator:
1. Menghangatkan bayi
2. Menstabilkan tanda vital bayi 1. Menjaga suhu tubuh bayi
3. Meningkatkan durasi tidur/ 2. Memberikan oksigen
kualitas tidur 3. Memantau kondisi bayi
4. Mengurangi tangisan dan kalori 4. Mengobati penyakit
yang terbuang dari bayi kuning (Adrian, 2019)
5. Meningkatkan berat badan bayi
dan perkembangan otak
6. Meningkatkan hubungan
emosional bayi dan ibu
7. Mempermudah pemberian ASI
8. Ibu dan keluarga merasa lebih
puas karena berperan dalam
perawatan bayi selama di Rumah
Sakit (RSUD Temanggung, 2018)

Gambar 2.1
Kerangka Teori
(Sumber: Adrian (2019), RSUD Temanggung (2018), Kemenkes RI (2016))

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitia ini berupaya untuk mengetahui efektifitas perawatan metode

kanguru terhadap kualitas tidur pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij

Batoe Tahun 2020, maka dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

Dengan Metode
Kangguru
Durasi
BBLR tidur
(Posttest)
Tanpa Metode
Kangguru

Skema 3.1
Kerangka Konsep

B. Hipotesis

1. Ha: terdapat efektifitas perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur

pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020

2. Ho: tidak ada efektifitas perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur

pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020.

31
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
32

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1 Perawatan kontak kulit bayi Pelaksanaan
Metode ke kulit ibu, disesuaikan
Kangguru dengan dengan SOP
(PMK) menempatkan
bayi pada posisi
tegak di dada
ibunya, di antara
kedua payudara
ibu, tanpa
busana. Bayi
dibiarkan
telanjang hanya
mengenakan
popok, kaus
kaki dan topi
yang dilakukan
selama 120 menit.
2 Durasi Lama tidur bayi Lembar Observasi 0= < 2 jam Ratio
tidur setelah dilakukan observasi (tidur aktif)
sesudah PMK, dimana tidur 1= > 2 jam
PMK minimal 2 jam (tidur tenang)
karena dalam 2-3 (Saidah et al.,
jam bayi akan 2011)
mampu untuk
mencapai 2-3
siklus tidur.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini Pre-eksperimental Design dengan rancangan Posttest

Only Control Group Design. Dalam penelitian eksperimen sederhana terdapat

dua kelompok yang dipilih secara random. Satu kelompok bertindak sebagai

kelompok kontrol dan kelompok lain bertindak sebagai kelompok intervensi

(Sugiyono, 2016).

X
R O1

R O2

Skema 4.1
Desain Penelitian
(Sumber: Notoatmodjo, 2018)

Keterangan :

R : Random

X : dilakukan treatment (PMK)

01 : Posttest intervensi (PMK)

02 : Posttest kontrol (tanpa PMK)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari- Februari 2020 di

Ruang NICU RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe.

33
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
34

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa populasi yang

dimaksud adalah seluruh bayi BBLR di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe

dari bulan Januari- Februari 2020.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2018), sampel adalah sebagian atau wakil

dari populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah semua BBLR

yang dirawat diruang NICU RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe dari bulan

Januari- Februari 2020. Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Setiawan & Prasetyo, 2015).

3. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1) BBLR dengan berat badan 1800-2499 gram

2) BBLR berusia 0-28 hari saat pelaksanaan penelitian

3) BBLR Semua keadaan patologis sudah teratasi

4) BBLR mampu menghisap, menelan dan sudah baik

5) BBLR dengan usia aterm dan preterm.

b. Kriteria eksklusi

1) BBLR dalam keadaan sakit

2) Orang tua BBLR yang berhenti melakukan PMK.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


35

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer yaitu pengumpulan data

yang didapat melalui hasil observasi dari tindakan perawat dan bidan.

Sedangkan data sekunder dari penelitian terdahulu.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini bersumber dari data primer dan sekunder.

Data primer yang berisi hasil dari observasi yang telah dilakukan pada

responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari jurnal dan penelitian

terdahulu.

E. Etika Penelitian

Menurut Nasir, et al. (2016), masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden penelitian yang

setuju berpartisipasi dalam penelitian ini untuk ditandatangani. Sebelum

responden penelitian menandatangani lembar persetujuan penelitian,

peneliti memberikan informasi kepada responden penelitian tentang

tujuan dan sifat sukarela dalam mengikuti penelitian ini.

2. Anonimity

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


36

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

padahasil riset.

3. Confidentiality

Peneliti menjaga rahasia identitas penelitian dengan tidak

mencantumkan nama (cukup dengan kode responden) pada setiap

kuesioner. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data penelitian dengan

menyimpannya pada file/komputer pribadi yang tidak memungkinkan

diakses orang lain.

4. Justice

Prinsip ini bertujuan untuk menghargai hak-hak dalam memberikan

informasi, dan hak menjaga privasi responden.

F. Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan PMK dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Cara pertama

Persiapan sebelum menggunakan metode kangguru :

a. Persiapan ibu

1) Bersihkan tubuh ibu, terutama pada bagian dada dengan cara

mandi 2-3 kali sehari

2) Kuku dan tangan ibu harus dalam keadaan bersih

3) Ibu memakai baju yang hangat, bersih dan longgar

4) Ibu tidak memakai bra selama pemakaian metode kangguru

b. Persiapan untuk bayi

1) Sebaiknya bayi tidak di mandikan sebelum menggunakan

metode kangguru

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


37

2) Bayi di pakaikan topi dan popok

c. Cara memakai baju kangguru

1) Menyiapkan bayinya, dengan memakaikan topi dan popok bayi

2) Memasukkan bayi ke dalam baju kangguru

3) Menggendongkan bayinya ke dada ibu secara vertical dengan

tangan bayi seperti memeluk ibu dan kaki mendekap ibu

4) Mengikat kain baju kangguru untung menggendong bayi

5) Mengatur kembali posisi bayi sampai bayi merasa nyaman

6) Periksa ulang keamanan baju kangguru

7) Memakaikan ibu baju yang longgar dengan kancing di depan

G. Panduan Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

perlakuan secara langsung kepada responden penelitian untuk menilai

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Instrument yang dapat digunakan

antara lain intervensi yang dilakukan dan lembar observasi.

Pada penelitian ini, dilakukan intervensi berupa PMK dengan penilaian

durasi tidur bayi BBLR setelah dilakukan PMK dan tanpa PMK. Pelaksanaan

PMK yang dilaksanakan dalam penelitian ini selama 2 jam perhari dengan

tujuan agar mampu memfasilitasi fase tidur bayi dan mampu membantu bayi

mencapai fase tidur tenang yang cukup.

Penilaian durasi tidur bayi menurut Saidah et al. (2011) yaitu minimal 2

jam karena dalam 2-3 jam bayi akan mampu untuk mencapai 2-3 siklus tidur.

Siklus tidur yang dimaksud adalah tidur Non-REM, dengan tahapan yaitu:

1) Tahap I: Mengantuk, terjadi penurunan kesadaran terhadap dunia luar.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


38

2) Tahap II: Mudah dibangunkan.

3) Tahap III: Tidur menjadi lebih dalam, nafas dan denyut jantung sangat

stabil, otot relaksasi, gelombang otak sangat lambat.

4) Tahap IV : Tidur yang paling dalam, sangat sulit dibangunkan, kecuali

dengan stimulus yang kuat.anak dapat berpindah dari satu tempat ke

tempat lain tanpa terbangun.

H. Pengolahan Data

Sebelum data dianalisa terlebih dahulu dilakukan pengolahan data

dengan cara sebagai berikut :

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan lembar

observasi atau formulir.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf

menjadi angka.

3. Entry

Setelah lembar observasi terisi penuh dan benar, data diproses

dengan memasukkan data dari lembar observasi ke paket komputer yaitu

dengan program komputerisasi.

4. Cleaning

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, apakah

pengkodeannya sudah tepat atau belum.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


39

5. Processing

Kemudian selanjutnya data diproses dengan mengelompokkan data

ke dalam variabel yang sesuai dengan menggunakan program

komputerisasi.

I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk

statistik deskriptif meliputi mean, minimal-maksimal dan standar deviasi

(Notoatmodjo, 2018).

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara 2

variabel. Variabel yang akan dilihat adalah variabel bebas dan variabel

terikat. Uji statistik digunakan untuk mengetahui efektifitas perawatan

metode kanguru terhadap durasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR).

Setelah data observasi dimasukkan ke SPSS, dilakukan uji normalitas

dan uji homogenitas. Jika data terdistribusi normal, maka dilakukan uji T

Test, tetapi jika data tidak terdistribusi dengan normal, maka dilakukan

uji Wilcoxon dengan α = 0,05. Hasil penelitian dikatakan bermakna jika p

≤ 0,05 yang artinya ada efektifitas perawatan metode kanguru terhadap

durasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR) setelah intervensi, dan jika p

> 0,05 maka tidak ada efektifitas perawatan metode kanguru terhadap

durasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR) setelah intervensi.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe merupakan

milik Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Hari yang diresmikan oleh

Bapak Menteri Kesehatan RI pada tanggal 15 Februari 1983 dengan Type

Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D, dengan kapasitas 50 ( lima puluh )

tempat tidur. Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka pada tanggal 30

Januari 1995 Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe

berubah status menjadi kelas C yang ditetapkan dalam surat Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor : YM.01.01.3.2.2312. Tahun 1996.

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten

Batang Hari secara teknis operasional sebelumnya merupakan Unit

Pelayanan Terpadu (UPT) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari.

Terhitung sejak tanggal 14 Maret 2002 Rumah Sakit Umum Daerah Haji

Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batang Hari berubah status menjadi

Kantor yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Daerah Nomor : 4

Tahun 2002, tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Batang

Hari Nomor 5 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah, sehingga Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel

Madjid Batoe sudah merupakan SKPD yang berdiri sendiri dan bertanggung

jawab langsung kepada Bupati Batang Hari.

40
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
41

Pada tanggal 4 april 2007, Bupati Batang Hari meresmikan perubahan

nama Rumah Sakit dari Rumah Sakit Umum Daerah Muara Bulian menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batang

Hari yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor : 6 tahun 2007,

dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 108 Tempat Tidur.

Penelitian ini dilakukan di Ruang NICU pada bulan Februari hingga

Maret 2020 terhadap 10 BBLR, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 5

orang bayi kelompok Kontrol ( tidak dilakukan PMK) dan 5 orang bayi

lainnya di kelompok intervensi (dilakukan PMK). Adapun rincian

karakteristik sampel pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1
Karakteristik Responden
Karakteristik sampel f %
Umur
4 40
1 hari
2 20
2 hari
2 20
3 hari
2 30
4 hari
Berat lahir
4 40
1800 – 1999 gram
1 10
2000 – 2299 gram
5 50
2300 – 2499 gram

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sebahagian besar sampel

adalah bayi berusia 1 hari atau baru lahir yaitu sebanyak 4 orang bayi (40%)

dengan berat badan lahir terbanyak adalah bayi dengan berat badan lahir

2200-2499 gram yaitu 5 orang bayi (50%).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


42

B. Analisa Univariat

1. Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Kontrol

Rerata durasi tidur BBLR pada kelompok kontrol (tanpa PMK)

Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020 didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.2
Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Tanpa PMK
Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe
Tahun 2020

Kelompok N Min Max Mean SD


Tanpa PMK 5 105 145 131 15,572

Berdasarkan tabel 5.2 terlihat rerata durasi tidur pada 5 orang

BBLR pada kelompok kontrol (tanpa PMK) yaitu 131 dengan standar

deviasi 15,572, dengan durasi tidur terendah adalah 105 menit dan

yang tertinggi adalah 145 menit.

2. Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Intervensi

Rerata durasi tidur BBLR pada kelompok kontrol (dengan PMK)

Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020 didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.3
Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Dengan PMK
Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe
Tahun 2020

Kelompok N Min Max Mean SD


Dengan PMK 5 70 130 102 25,150

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


43

Berdasarkan tabel 5.3 terlihat rerata durasi tidur pada 5 orang

BBLR pada kelompok intervensi (dengan PMK) yaitu 102 dengan

standar deviasi 25,150, dengan durasi tidur terendah adalah 70 menit

dan yang tertinggi adalah 130 menit.

C. Analisa Bivariat

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat data yang digunkan dalm

penelitian ini terdistribusi dengan normal atau tidak menggunakan nilai

Shapiro Wilk. Uji normalitas untuk data sebelum dan setelah diberikan

Otago Exercise Program (OEP), didapatkan hasil sebagi berikut:

Tabel 5.4
Hasil Uji Normalitas Rerata durasi tidur BBLR Pada Kelompok
Dengan PMK dan Kelompok Tanpa PMK
P Value
Variabel (Shapiro Wilk)
Dengan PMK Tanpa PMK
Durasi Tidur 0,254 0,550

Hasil uji normalitas pada kelompok dengan PMK diperoleh nilai

p = 0,254 dan kelompok tanpa PMK memiliki nilai p = 0,550. Oleh karena

itu, nilai p kelompok dengan PMK dan kelompok tanpa PMK lebih dari

0,05 (p>0.05) maka data terdistribusi dengan normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah data durasi tidur BBLR pada kelompok dengan PMK dan pada

kelompok tanpa PMK homogen/mempunyai varians yang sama atau

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


44

tidak. Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai maka data

homogen dan jika nilai data tidak homogen atau jika berarti homogen,

dan jika berarti tidak homogen. Hasil uji normalitas tersebut sebagai

berikut:

Tabel 5.5
Hasil Uji Homogenitas Rerata durasi tidur BBLR Pada Kelompok
Dengan PMK dan Kelompok Tanpa PMK
Leneve Statistic df Sig.
2,205 10 0,176

Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel 5.5 diperoleh

bahwa nilai signifikansi sebesar 2,205. Hal itu berarti nilai yaitu 2,205

> 0,05 . Maka kesimpulannya kedua data tersebut mempunyai varians

yang sama atau homogen.

3. Efektifitas PMK Terhadap Durasi Tidur Pada BBLR

Untuk menilai efektifitas perawatan metode kanguru terhadap

durasi tidur pada BBLR, dilihat dari perbedaan rata-rata durasi tidur

pada BBLR dengan PMK dan tanpa dilakukan PMK, didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.6
Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur Pada
BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe
Tahun 2020

Durasi tidur t df Sig. Mean SD 95% CI


(2-tailed) Difference Lower Upper
Dengan PMK-
Tanpa PMK -2.192 8 0,060 -29.000 13.229 -59.506 1,506

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


45

Berdasarkan tabel 5.6 dari hasil analisis menilai efektifitas

perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur pada BBLR, dapat

diketahui besarnya t hitung adalah 2.192 dengan df = 8. Diketahui nilai

Sig. (2-tailed) 0,060 > 0,05. Dengan demikian, hasil uji-t tersebut

menunjukan tidak terdapat perbedaan durasi tidur pada BBLR antara

kelompok dengan PMK dan kelompok tanpa PMK. Dapat diartikan

tidak ada efektifitas perawatan metode kanguru terhadap durasi tidur

pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Kontrol

Rerata durasi tidur pada 5 orang BBLR pada kelompok kontrol (tanpa

PMK) yaitu 131 menit dengan standar deviasi 15,572. Durasi tidur terendah

adalah 105 menit dan yang tertinggi adalah 145 menit. dari 5 orang bayi

pada kelompok kontrol, 80% bayi dengan tidur aktif.

Menurut WHO, Bayi BBLR didefinisikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat < 2500 gram (Hasriyani, et al., 2018). Bayi BBLR menurut

Kementerian Kesehatan RI (2015) adalah keadaan ketika bayi dilahirkan

memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan

berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya. pengukuran

BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

gizi dimana BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500

gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Karina,

2016).

Menurut asumsi peneliti, durasi tidur bayi BBLR tanpa diberikan PMK

hanya satu sampel yang dapat tidur dengan kategori tidur tenang dan empat

sampel lainnya tidur aktif. Tidur tenang dan tidur aktif termasuk salah satu

dari tidur REM, yang ditandai oleh adanya aktivitas. Tidur tenang pada

kelompok kontrol ini, ditandai dengan bayi terlihat rileks. Sementara sampel

dengan tidur aktif ditandai dengan adanya gerakan ektermitas atas bawah,

menggeliat, perubahan ekspresi wajah, penutupan mata gerakan bola mata

dan terdapat gerakan terkejut. Dengan adanya gerakan pada tidur aktif ini,
46
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
47

saat terdapat stimulus atau kebisingan lingkungan sehingga terkadang

menyebabkan bayi menjadi stress. Stress mempengaruhi fungsi hipotalamus

yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan, produksi panas dan

mekanisme neurologis. Intervensi yang dirancang untuk mengurangi stress

pada bayi menghasilkan perbaikan dalam tingkah laku tidur dan

pertumbuhan.

Hasil penelitian Fatmawati & Meliati (2017) tentang Efektifitas

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kualitas Tidur Pada Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) Di RSUD Provinsi NTB Tahun 2017 menunjukkan bahwa

diperoleh kualitas tidur sebelum PMK pada BBLR dengan status tidur

berkualitas sebanyak pada hari ketiga 28 (93.3%). Sedangkan untuk status

tidur tidak berkualitas paling sedikit pada hari ketiga 2 (6.7%). Sementara

dari hasil penelitian Lailaningsih & Utami (2016) tentang Pengaruh

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kualitas Tidur Bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Dan RSUD

Kabupaten Batang yang diketahui bahwa kualitas tidur bayi yang tidak

diberikan PMK sebagian besar mengalami fase tidur aktif terlihat pada menit

ke 0 yaitu 6 (60%) bayi terjaga tenang, 7 (70%) bayi tidur aktif pada menit

ke 60 dan 8 (80%) bayi tidur aktif pada menit ke 120.

B. Rerata Durasi Tidur BBLR Pada Kelompok Intervensi

Rerata durasi tidur pada 5 orang BBLR pada kelompok intervensi

(dengan PMK) yaitu 102 dengan standar deviasi 25,150 dengan durasi tidur

terendah adalah 70 menit dan yang tertinggi adalah 130 menit.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


48

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti

incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain:

merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling

mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan

menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan

kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan

pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih

sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah

menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu

dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi

(Endyarni, 2017).

Menurut asumsi peneliti, durasi tidur bayi BBLR dengan diberikan

PMK menunjukan hanya satu orang bayi yang mengalami tidur aktif setelah

diberikan PMK, dan empat sampel lainnya mengalami tidur tenang.

mengalami tidur aktif yang ditandai dengan adanya gerakan ektermitas atas

bawah, menggeliat, perubahan ekspresi wajah, penutupan mata gerakan bola

mata dan terdapat gerakan terkejut. Tidur aktif bayi pada kelompok

intervensi ditandai dengan gerakan ektermitas atas bawah, seperti

menghentakkan kaki. Sedangkan pada bayi dengan tidur tenang, ditandai

dengan tidur tenang, terlihat rileks dan tidur dengan nafas teratur. Tidur

tenang merupakan fase tidur yang mampu memberikan fasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Hasil penelitian Fatmawati & Meliati (2017) tentang Efektifitas

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kualitas Tidur Pada Bayi Berat Lahir

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


49

Rendah (BBLR) Di RSUD Provinsi NTB Tahun 2017 menunjukkan bahwa

diperoleh kualitas tidur setelah PMK pada BBLR dengan status tidur

berkualitas sebanyak pada hari ketiga 28 (93.3%). Sedangkan untuk status

tidur tidak berkualitas paling sedikit pada hari ketiga 2 (6.7%). Sementara

dari hasil penelitian Lailaningsih & Utami (2016) tentang Pengaruh

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kualitas Tidur Bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Dan RSUD

Kabupaten Batang yang diketahui bahwa kualitas tidur bayi yang diberikan

PMK sebagian besar mengalami fase tidur aktif.

C. Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur Pada


BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020

Hasil analisis menilai efektifitas perawatan metode kanguru terhadap

durasi tidur pada BBLR, dari hasil analisis menilai efektifitas perawatan

metode kanguru terhadap durasi tidur pada BBLR, dapat diketahui besarnya

t hitung adalah 2.192 dengan df = 8. Diketahui nilai Sig. (2-tailed) 0,060 >

0,05. Dengan demikian, hasil uji-t tersebut menunjukan tidak terdapat

perbedaan durasi tidur pada BBLR antara kelompok dengan PMK dan

kelompok tanpa PMK. Dapat diartikan tidak ada efektifitas perawatan

metode kanguru terhadap durasi tidur pada BBLR di RSUD Haji Abdoel

Madjij Batoe Tahun 2020.

PMK merupakan alternatif pengganti inkubator dalam perawatan

prematur dengan kelebihan yaitu efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi

yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana

tubuh ibu akan menjadi thermoregulator (pengaturan suhu) bagi bayinya,

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


50

sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia),

memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi,

keselamatan dan kasih sayang, dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit

berat, masalah menyusui, serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi

serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sarihusada,

2018).

Menurut asumsi peneliti, PMK terhadap durasi tidur pada BBLR

kurang efektif dilakukan pada BBLR di di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe.

Hasil kurang efektif ini didapatkan karena keterbatasan penelitian dengan

melakukan PMK pada satu kali pelaksanaan PMK saja. Sehingga hasil ini

belum optimal. Secara teori, PMK efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi

yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana

tubuh ibu akan menjadi thermoregulator (pengaturan suhu) bagi bayinya,

sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia),

memudahkan pemberian ASI. Hal ini dapat terjadi karena kontak langsung

kulit dengan kulit yang terjadi pada saat posisi tersebut. Dengan kontak kulit

tersebut, bayi merasa nyaman dan dapat tidur dengan tenang yang juga

dipengaruhi oleh ibu bayi itu sendiri dalam pelaksanaan PMK. Selain itu,

kontak antar kulit yang dapat menimbulkan mekanisme endogen yang dapat

menekan respon nyeri sehingga bayi akan lebih tenang. Dalam

pelaksanaannya PMK memerlukan berbagai dukungan untuk menunjang

keberhasilan PMK berupa dukungan edukasi, emosional, fisik dari tenaga

kesehatan dan keluarga.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


51

Hasil penelitian Fatmawati & Meliati (2017) tentang Efektifitas

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kualitas Tidur Pada Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) Di RSUD Provinsi NTB Tahun 2017 menunjukkan bahwa

Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher diperoleh p value = 0.031 yang

artinya Perawatan Metode Kanguru efektif terhadap kualitas tidur pada

BBLR di RSUDP NTB tahun 2017. Dari hasil analisis diperoleh nilai

OR=16.5 artinya PMK yang berhasil mempunyai peluang 16.5 kali untuk

tidur berkualitas dibandingkan dengan PMK yang tidak berhasil.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe yang

dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2020, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Rerata durasi tidur pada 5 orang BBLR pada kelompok kontrol (tanpa

PMK) yaitu 131 dengan standar deviasi 15,572, dengan durasi tidur

terendah adalah 105 menit dan yang tertinggi adalah 145 menit.

2. Rerata durasi tidur pada 5 orang BBLR pada kelompok intervensi

(dengan PMK) yaitu 102 dengan standar deviasi 25,150, dengan durasi

tidur terendah adalah 70 menit dan yang tertinggi adalah 130 menit.

3. Tidak terdapat efektifitas perawatan metode kanguru terhadap durasi

tidur pada BBLR Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020

dengan t hitung = 2.192 dan p value = 0,060.

B. Saran

Saran-saran peneliti terkait hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Rumah Sakit Haji Abdoel Madjij Batoe

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur untuk rumah

sakit dalam pelaksanaan PMK yang lebih optimal dan dijadikan

sebagai tindakan yang rutin dilakukan kepada bayi prematur bila

kondisi bayi memungkinkan untuk dilakukan PMK. Sebaiknya ruang

NICU memiliki ruangan khusus untuk melakukan PMK, dan

52
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
53

mempunyai rumah singgah bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang

masih dirawat diruang NICU, agar ibu-ibu lebih mudah untuk

mengunjungi bayinya yang dirawat dan melakukan PMK.

2. Bagi Ibu bayi

Agar ibu yang memiliki bayi BBLR dapat tetap melakukan PMK

walaupun bayi sudah dirawat dirumah dengan pelaksanaan seperti

yang telah dilakukan ini.

3. Peneliti lain

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih besar, prosedur penelitian dengan waktu dan observasi yang

banyak agar terpapar keefektifan PMK bagi BBLR, selain itu

dianjurkan untuk intervensi PMK tidak hanya dilakukan 1 atau 2 kali

saja, namun harus dilakukan rutin untuk mendapatkan hasil yang

maksimal. Serta penelitian selanjutnya diharapkan dapat

mengembangkan metode kanguru untuk berbagai manfaat yang lain.

Perawatan yang baik dengan fasilitas yang mendukung bagi ibu dan

bayi berat badan lahir rendah.

4. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan dan saran

untuk meningkatkan pelayanan dan mutu keperawatan terutama pada

bayi BBLR dan sebagai bahan kajian tentang manfaat PMK, sehingga

pada akhirnya dapat diimplementasikan dalam pemberian asuhan pada

bayi baru lahir khususnya BBLR.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


5. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan untuk lebih

meningkatkan wawasan dan memperluas pola pikir mahasiswa tentang

penerapan metode kangguru dalam peningkatan kualitas tidur bayi

BBLR.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2018). Perawatan Metode Kangguru Pada Bblr - Berita - RSUD


Temanggung. RSUD Temanggung.
https://rsud.temanggungkab.go.id/home/berita/181/perawatan-metode-
kangguru-pada-bblr
Adrian, K. (2019). Ini Alasan Inkubator Dibutuhkan Bayi Prematur. Alodokter.
https://www.alodokter.com/ini-alasan-inkubator-dibutuhkan-bayi-
prematur
Aprinanda, R. (2017). Perbandingan Antara Metode Kangguru Dengan Perawatan
Inkubator Terhadap Respon Fisiologis Bayi Prematur Di RSI Ibnu Sina
Yarsi Bukittinggi Tahun 2017. Repository.Fdk.
https://repository.fdk.ac.id/journal/detail/2624/perbandingan-antara-
metode-kanguru-dan-perawatan-inkubator-terhadap-respon-fisiologis-
bayi-prematur-di-rsi-ibnu-sina-yarsi-bukittinggi-tahun-2017
Endyarni, B. (2017). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan
Pemberian ASI. IDAI.
Fatmawati, R. A., & Meliati, L. (2017). Efektifitas Perawatan Metode Kanguru
Terhadap Kualitas Tidur Pada Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di RSUD
Provinsi NTB Tahun 2017. IJURNAL Midwifery Update (MU), 41(2), 72–
79. http://jurnalmu.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/jurnalm
Hasriyani, H., Hadisaputro, S., Budhi, K., Setiawati, M., & Setyawan, H. (2018).
Berbagai Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Studi
di Beberapa Puskesmas Kota Makassar). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas, 3(2), 91. https://doi.org/10.14710/jekk.v3i2.4027
Hospital Care for Children. (2016). Perawatan penunjang untuk bayi baru lahir
sakit. www.ichrc.org. http://www.ichrc.org/39-perawatan-penunjang-
untuk-bayi-baru-lahir-sakit
Karina. (2016). Hubungan Antara Frekuensi Pemberian Air Susu Ibu (ASI) +
Susu Formula Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Terhadap Pertambahan
Panjang Badan BBLR Di RSUD Abdul Moeloek. Digital Repository
UNILA, 878. http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/20646
Kemenkes RI. (2016). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. xviii.
https://doi.org/10.1016/j.fuel.2012.09.037
Lailaningsih, S., & Utami, S. (2016). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
Terhadap Kualitas Tidur Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Dan RSUD Kabupaten Batang. In
Journal of Chemical Information and Modeling.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Mulia Medika.
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Noviyanti, S. I. (2017). Perbandingan Kualitas Tidur Bayi Antara Bayi Yang
Dilakukan Pijat (Baby Massage) Dan Bayi Yang Tidak Dilakukan Pijat
(Baby Massage. In Faculty of Health Science.
http://eprints.umm.ac.id/42096/
Ratna, A. (2018). Metode Kanguru untuk Perawatan Bayi Prematur Berbagi Tips
Parenting Hingga Info Seputar Ibu Dan Anak Orami Parenting. Parenting
Orami. https://parenting.orami.co.id/magazine/metode-kanguru-untuk-
perawatan-bayi-prematur/
RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe. (2019). Data Persalinan Tahun 2019.
Saidah, Q., Rustina, Y., & Nurhaeni, N. (2011). Penurunan kecemasan ibu dan
perbaikan status bangun-tidur BBLR melalui perawatan metode kanguru.
Jurnal Keperawatan Indonesia., 14(3), 193–198.
Sari, I. D., & Listiarini, U. D. (2017). Efektivitas Perawatan Metode Kangguru
Dengan Support Binder (Kain Panjang Batik/Jarik) Dalam Peningkatan
Beratbadan Bayi Lahir Rendah Di RSU Haji Medan.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/9644/7691
sarihusada. (2018). Perawatan Metode Kanguru untuk Anak Prematur - Nutrisi
Untuk Bangsa. https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Tips-
si-Kecil/Perawatan-Metode-Kanguru-untuk-Anak-Prematur
Setiawan, D., & Prasetyo, H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk
Makasiswa Kesehatan (pertama). Graha Ilmu.
Silvia, Putri, Y. R., & Gusnila, E. (2015). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
Terhadap. Jurnal IPTEK Terapan 9, 9(1), 1–10.
Soegiharto, B., Endyarni, B., Harmoniati, E. D., Soesanti, F., Gunardi, H.,
Soetomenggolo, H. A. F., Mirtha, L. T., Kaswandani, N., & Susanti, N. I.
(2016). Kiat membuat anak sehat, tinggi, dan cerdas. In H. Oswari, M. M.
Djer, R. Dewi, & Harijadi (Eds.), Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang
DKI Jakarta. IDAI. http://fk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Buku-
PKB-Jaya-XIII-Nov-2016.pdf
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Tanjung, M. C., & Sekartini, R. (2016). Masalah Tidur pada Anak. Sari Pediatri,
6(3), 138. https://doi.org/10.14238/sp6.3.2004.138-42
Utami, K. C. (2016). Diktat Petunjuk Praktikum Perawatan Metode Kanguru
(Issue September). Universitas Udayana.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Wandita, S. (2016). Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus Membawa
Bayi Ke Dokter? Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/hipotermia-pada-
bayi-baru-lahir-kapan-harus-membawa-bayi-ke-dokter
WHO. (2003). Kangaroo mother care: A practical guide. WHO Reproductive
Health and Research, 1–48. https://doi.org/10.4038/sljch.v34i1.564
WHO. (2005). Preterm birth. WHO.
Widiana, I. K. O., Putra, I. W. A., Budiana, I. N. G., & Manuaba, I. B. G. F.
(2019). Karakteristik Pasien Partus Prematurus Imminens Di RSUP
Sanglah Denpasar Periode 1 April 2016-30 September 2017. E-JURNAL
MEDIKA, 8(3).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 1

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 2

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 3

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 4

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 5
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di
Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa D IV Kebidanan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi:

Nama : Puji Astuti

NIM : 181012115301267

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan

Antara Metode Kangguru Dan Perawatan Inkubator Terhadap Respon Fisiologi

Bayi Prematur Di RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020”.

Adapun tujuan penelitian ini untuk kepentingan pendidikan peneliti, dan

segala informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan peneliti

bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan akan merugikan bagi

responden. Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui untuk menjadi responden, maka

peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menandatangani lembar

persetujuan.

Jambi, Januari 2020


Peneliti

(Puji Astuti)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 6
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa D IV Kebidanan Institut Kesehatan

Prima Nusantara Bukittinggi yang berjudul “Perbandingan Antara Metode

Kangguru Dan Perawatan Inkubator Terhadap Respon Fisiologi Bayi Prematur Di

RSUD Haji Abdoel Madjij Batoe Tahun 2020”.

Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya tanda tangani agar dapat

dipergunakan sebagai mestinya.

Jambi, Januari 2016


Responden

( )

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIFITAS PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP DURASI TIDUR PADA BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD HAJI ABDOEL MADJIJ BATOE TAHUN 2020

No Nama Ibu Karakteristik bayi Durasi Tidur


Nama Tgl.lahir Umur Berat PMK/Tidak Tidur Bangun Lama Kategori Keterangan
Lahir (menit)
1 Ny. LA By.LA 4 hari 1830 Ya 10.20 12.05 105 Tidur aktif gerakan ektermitas
atas bawah
2 Ny. EA Ny.EA 2 hari 1870 Ya 08.00 10.25 145 Tidur tenang Tidur dengan nafas
teratur
3 Ny. EF By.EF 1 hari 1920 Ya 11.10 13.20 130 Tidur tenang Tidur dengan nafas
teratur
4 Ny. TN By.TN 3 hari 2450 Ya 14.40 16.55 135 Tidur tenang Bayi terlihat rileks

5 Ny. EH By.EH 1 hari 2120 Ya 15.30 17.50 140 Tidur tenang Bayi tidur tenang

6 Ny. DA By. DA 1 hari 2300 Tidak 09.20 10.30 70 Tidur aktif Bayi sering terkejut

7 Ny. SP By.SP 2 hari 2340 Tidak 10.40 12.45 125 Tidur aktif Bayi tidur dengan
mata dengan gerakan
bola mata
8 Ny. MA By.MA 4 hari 1970 Tidak 09.35 11.05 90 Tidur aktif gerakan ektermitas
atas bawah
9 Ny. NF By. NF 1 hari 2440 Tidak 11.20 12.55 95 Tidur aktif Ekspresi wajah bayi
sesekali berubah
10 Ny. RN By.RN 3 hari 2310 Tidak 13.25 15.35 130 Tidur tenang bayi terlihat rileks

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 8

MASTER TABEL

EFEKTIFITAS PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP DURASI TIDUR PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
(BBLR) DI RSUD HAJI ABDOEL MADJIJ BATOE
TAHUN 2020

Durasi Tidur (menit)


No. Nama Bayi Umur (hari) BBL (gram) Kelompok Kelompok
Intervensi Kontrol
1 By.LA 4 hari 1830 105
2 Ny.EA 2 hari 1870 145
3 By.EF 1 hari 1920 130
4 By.TN 3 hari 2450 135
5 By.EH 1 hari 2120 140
6 Ny. DA 1 hari 2300 70
7 Ny. SP 2 hari 2340 125
8 Ny. MA 4 hari 1970 90
9 Ny. NF 1 hari 2440 95
10 Ny. RN 3 hari 2310 130

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 9

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Durasi tidur kelompok .254
.274 5 .200* .867 5
intervensi (menit)
Durasi tidur kelompok
.220 5 .200* .923 5 .550
kontrol (menit)
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Keterangan: Data Terdistribusi dengan normal,nilai Shapiro Wilk > 0.05

2. Analisa Univariat

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Durasi tidur kelompok
5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
intervensi (menit)
Durasi tidur kelompok
5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
montrol (menit)

Descriptives
Statistic Std. Error
Durasi tidur kelompok Mean 131.00 6.964
intervensi (menit) 95% Confidence Lower Bound 111.66
Interval for Mean Upper Bound 150.34
5% Trimmed Mean 131.67
Median 135.00
Variance 242.500
Std. Deviation 15.572
Minimum 105
Maximum 145
Range 40
Interquartile Range 25
Skewness -1.549 .913
Kurtosis 2.675 2.000

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Durasi tidur kelompok Mean 102.00 11.247
montrol (menit) 95% Confidence Lower Bound 70.77
Interval for Mean Upper Bound 133.23
5% Trimmed Mean 102.22
Median 95.00
Variance 632.500
Std. Deviation 25.150
Minimum 70
Maximum 130
Range 60
Interquartile Range 48
Skewness -.019 .913
Kurtosis -1.856 2.000

3. Analisa Bivariat

Group Statistics
Kelompok Std. Error
perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
Durasi tidur BBLR Tanpa PMK 5 102.00 25.150 11.247
(menit) Dengan PMK 5 131.00 15.572 6.964

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. (2- Mean Std. Error 95% CI
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Durasi Equal variances
2.205 .176 -2.192 8 .060 -29.000 13.229 -59.506 1.506
tidur assumed
BBLR
Equal variances not
(menit) -2.192 6.674 .066 -29.000 13.229 -60.593 2.593
assumed

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 10

DOKUMENTASI PENELITIAN

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
Lampiran 11

IKES PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI


Jl. Kusuma Bhakti No.99 Gulai Bancah Bukittinggi Telp. (0752) 6218246
Fax.(0752) 26122 Sumatera Barat 26113, Indonesia
http://stikesprimanusantara.ac.id/index.php

FORM BIMBINGAN DAN KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Puji Astuti


NIM : 181012115301267
Program studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Pembimbing : Kholilah Lubis, S.ST., M.Keb
Judul : Efektifitas Perawatan Metode Kanguru Terhadap Durasi Tidur
Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Haji Abdoel
Madjij Batoe Tahun 2020
HARI/ MATERI PARAF
TANGGAL PEMBIMBING

Bukittinggi, ...................................2020
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Ayu Nurdiyan, S.ST, M.Keb


NIDN. 1011118703

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai