Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu

protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla) yang

mampu mengikat kalsium (faktor penting dalam pembekuan darah)(Ruslie,

2012). Vitamin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah. Sistem

pembekuan darah pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar

protein koagulasinya seperti protein prekalikrein (Kasmawati, 2012).

Cadangan vitamin K pada Bayi baru lahir juga rendah, hal ini disebabkan

oleh sedikitnya transfer vitamin K dari ibu melalui plasenta serta tidak mampu

mensintesa vitamin K pada bayi(Kasmawati, 2012). Bayi baru lahir

membutuhkan vitamin ini untuk mencegah terjadinya perdarahan. Vitamin K

mampu membantu mengatasi perdarahan karena berperan dalam proses

pembekuan darah (Ruslie, 2012).

Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

dilaporkan antara 0,25 sampai 1,7%, di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau

sebesar 37%, dan di beberapa Negara Asia angka kesakitan bayi karena

Perdarahan Defisiensi Vitamin K berkisar 1:1.200 sampai 1:1,400 kelahiran

hidup. Sedangkan di Thailand dilaporkan sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641

penderita PDVK, dan di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi 81% di

antaranya komplikasi perdarahan dalam otak. Kejadian pada 2 negara ini

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


2

menurun setelah diperkenalkannya pemberian vitamin K profilaksis pada semua

bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan dalam otak (Munthe, 2015).

Di Indonesia selama ini pemberian vitamin K umumnya hanya diberikan

pada bayi baru lahir yang memiliki resiko saja seperti BBLR, bayi baru lahir

dengan tindakan traumatis, bayi baru lahir dari ibu yang mengkonsumsi obat anti

koagulan, obat anti kejang dan lain – lain. Berkaitan dengan kasus KIPI yang

diduga kuat karena defisiensi vitamin K, dimana petugas kesehatan di lapangan

tidak mengetahui bahwa berbagai kasus KIPI sebenarnya dapat diberikan injeksi

vitamin K(Munthe, 2015).

Berdasarkan dari berbagai penelitian diatasdapat dikaitkan dengan teori

Green, bahwaperilaku kesehatan Green menyebutkan bahwa perilaku terbentuk

dari 3faktor yaitu : faktor-faktor predisposisi, faktor-faktorpemungkin, dan

faktor-faktor penguat.Faktor pertama adalah faktor predisposisiyaitu lama

bekerja, pengetahuan, dan sikap. Faktorkedua adalah pemungkin yaitu

ketersediaan alat adalahtersedianya sarana dan peralatan. Faktor penguat

jugameliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,tokoh agama, sikap dan

perilaku para petugastermasuk petugas kesehatan, dan undang-undang,peraturan-

peraturan baik dari pusat maupunpemerintah daerah yang terkait dengan

kesehatan.Hasil survey awal yang dilakukan olehpeneliti, didapat sebanyak 30

klinik bersalin belum seluruhnya memberikan vitamin K pada bayi barulahir.

Profil Kementerian Kesehatan menyatakankurangnya pengetahuan Bidan dalam

memberikanVitamin K pada bayi baru lahir di kota Medan( Sitepu, 2019).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


3

Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu

proteinberupa asam glutamat (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla) yang

mampu mengikatkalsium (faktor penting dalam pembekuan darah)(Ruslie 2012).

Pemberian vitamin K kepada bayi baru lahir secara rutin merupakan suatu

standar yang teahdirekomendasikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP)

sejak tahun 1961, danditegaskan kembali pada tahun 2003. Vitamin Kmelalui

suntikan adalah wajib di AmerikaSerikat dan negara-negara lain. American

Academy of Pediatrics juga memberikan batasanpada APCD sebagai suatu

penyakit perdarahan yang terjadi hari-hari pertama kehidupan yangdisebabkan

oleh kekurangan vitamin K dan ditandai oleh kekurangan protrombin,

prokonvertin dan mungkin juga faktor-faktor lain(Ismy, 2017)

Bayi baru lahir membutuhkan vitamin ini untuk mencegah terjadinya

perdarahan. Vitamin K mampu membantu mengatasi perdarahan karena berperan

dalam proses pembekuan darah. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini

juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1

diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal (Costakos

et al., 2003). American Academy of Pediatrics dan sejumlah organisasi

internasional serupa merekomendasikan bahwa suntikan phylloquinone (vitamin

K1) diberikan pada semua bayi yang baru lahir(Ruslie, 2012).

Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena cadangan

vitamin K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui

tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi

baru lahir yang masih Steril. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


4

sehingga mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB) (Surjono,

2011).

Perdarahan akibat kekurangan viamin K pada bayi baru lahir dapat terjadi

spontan atau akibat trauma atau benturan, gesekan terutama trauma ketika anak

lahir. Perdarahan dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh bayi seperti otak,

kulit, mata, tali pusat, hidung, telinga dan saluran pencernaan. Perdarahan dalam

otak dengan manisfestasi sakit kepala (bayi menangis terus menerus ), muntah,

ubun-ubun menonjol, pucat hingga kejang. Perdarahan otak sering bermasalah

serius karena dapat menyebbkan kematian atau kecacatan pada bayi 2 minggu

sampai 6 bulan. Tingkat kematian akibat perdarahan otak pada bayi sebesar 10 –

50 % dari seluruh kasus, sedangkan tingkat kecacatan 30 – 50 % dari seluruh

kasus. Jadi peran bidan sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat kematian

bayi dengan cara memberikan vitamin K profilaksis (Wijaya, 2010).

Ketika bayi baru lahir, secara fisiologis kadar faktor koagulan yang

bergantung dari vitamin K itu menurun dengan cepat, dan mencapai titik

terendah pada usia 48-72 jam. Kemudian, faktor itu akan bertambah secara

perlahan selama beberapa minggu, tetapi masih tetap di bawah kadar yang

dimiliki orang dewasa (Ruslie, 2012). Alasan rendahnya kadar vitamin K pada

bayi baru lahir adalah karena selama dalam rahim, plasenta biasanya tidak siap

menghantarkan lemak dengan baik (vitamin K larut dalam lemak). Selain itu,

saluran cerna bayi baru lahir masih steril, sehingga tidak dapat menghasilkan

vitamin K yang berasal dari flora di usus. Kadar vitamin K dari ASI pun rendah (

Ruslie, 2012).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


5

Pencegahan yang harus dilakukan ialah profilaksis vitamin K. Jenis vitamin

K yang digunakan yaitu jenis vitamin K1 (phytomenadion) dengan dosis

pemberian 1 mg/ml dosis tunggal, suntik intramuskular, atau oral 3 kali 2 mg,

diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3 sampai 7 hari, dan pada saat bayi

berumur 1-2 bulan. (Suoth, 2015).

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting

dan strategi terutama dalam menurunkan angka kematian bayi. Salah satu faktor

penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi adalah penyediaan

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan pencegahan timbulnya permasalahan

dengan mengatasinya lebih dini, dan penyediyaan pelayanan maternal dan

neonatal yang berkualitas, setiap persalinan di tolong oleh bidan terlatih atau

tenaga kesehatan terlatih. Sehingga komplikasi neonatal mendapat pelayanan

yang adekuat oleh sebab itu, bidan harus terampil dangan didukung oleh sarana

dan prasarana yang memadai (Munthe, 2015).

Pengetahuan bidan tentang pemberian vitamin K1 menunjukkan bahwa

semua bidan mengetahui Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir

adalah vitamin K1 (phytomenadione) sebesar 100% dan mayoritas bidan tidak

mengetahui bahwa Ketika menyuntikkan vitamin K memakai sarung tangan

sebesar 80,0%.Pengetahuan bidan tentang pemberian vitamin K1 tergolong baik

yaitu sebesar 61,63% Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 35 bidan

dengan menanyakan pengetahuan responden tentang pemberian vitamin K1

kepada bayi (Munthe, 2015).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


6

Sikap bidan tentang pemberian vitamin K1menunjukkan bahwa bidan

menyatakan sangat setuju bahwa perdarahan intrakranial dalam proses persalinan

dapat berakibat kecacatan pada bayi, oleh karena itu pemberin vitamin K menjadi

langkah yang tepat untuk mencegah kejadian tersebutsebesar 54,3%. Sebesar

57,1% bidan menyatakan setuju bahwa dengan pemberian vitamin K bidan yakin

bayi tidak mengalami perdarahan. Sebesar37,1% bidan menyatakan ragu-ragu

bahwa penyuntikan vitamin K dilakukan secara steril. Sebesar 31,4 bidan

menyatakan tidak setuju bahwa vitamin K dapat disuntikkan secara

intramuskular di daerah mana saja pada tubuh bayi. Sebesar 8,6% bidan

menyatakan sangat tidak setuju bahwa bayi yang lahir tidak ditolong bidan, maka

pemberian vitamin K boleh dilakukan kapan saja. Sikap bidan tentang pemberian

vitamin K1 tergolong baik yaitu sebesar 71,33%(Munthe, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melihat Manajemeen

Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

penelitan bagaimanakah Manajemen Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K

Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao?

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ManajemenPelaksanaanPemberian Injeksi Vitamin K

Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui ManajemenInput PelaksanaanPemberian Injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

Tahun 2020

b. Untuk Mengetahui ManajemenProses PelaksanaanPemberian Injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

Tahun 2020

c. Untuk Mengetahui ManajemenOutput PelaksanaanPemberian Injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

Kecamatan Tahun 2020

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan bagi

Program Studi S1 Terapan Kebidanan IntitutKesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi dan bahan informasi bagi peneliti lain untuk penelitian lebih

lanjut serta bahan bacaan di perpustakaan.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


8

b. Bagi Instansi Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi bidan untuk menerapkan Analisis

PelaksanaanPemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020.

c. Bagi Peneliti

Sebagai masukan bagi peneliti dalam menerapkan ilmu kebidanan dan

mendapatkan pengalaman dalam bidang penelitian yang berhubungan

denganpelaksana pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Injeksi Vitamin K

1. Pengertian Vitamin K

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu

naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein

yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan

antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z

dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah

(Kemenkes RI, 2014). Vitamin K menurut Anastasia (2016) adalah

merupakan salah satu vitamin larut lemak, diperlukan dalam sintesis protein

tergantung vitamin K (Vitamin K – dependent protein ) atau GIa. Vitamin K

diperlukan pada sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX, dan X (kompleks

protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan

(menghambat proses pembekuan). Molekul-molekul faktor II, VII, IX, dan X

disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk precursor tidak aktif;

vitamin K diperlukan untuk konversi menjadi faktor pembekuan aktif.

Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah

residu protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama-karboksiglutamat

(gla) yang mampu mengikat kalsium (faktor penting dalam pembekuan

darah) (Ruslie & Habriel, 2013).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


10

Vitamin K merupakan bahanpembentuk faktor pembekuan darah.

Sistempembekuan darah pada neonatus masihimatur sehingga pada saat lahir

kadarprotein koagulasinya seperti proteinprekalikrein. Cadangan vitamin K

padaBayi baru lahir juga rendah, hal inidisebabkan oleh sedikitnya transfer

vitaminK dari ibu melalui plasenta serta tidakmampu mensintesa vitamin K

pada bayi.Oleh karena itu perlu diberikan vitamin Ksecara injeksi atau oral

pada bayi baru lahir (Kasmawati, 2012)

Vitamin K merupakan bahanpembentuk faktor pembekuan darah.

Sistempembekuan darah pada neonatus masihimatur sehingga pada saat lahir

kadarprotein koagulasinya seperti proteinprekalikrein. Cadangan vitamin K

padaBayi baru lahir juga rendah, hal inidisebabkan oleh sedikitnya transfer

vitaminK dari ibu melalui plasenta serta tidakmampu mensintesa vitamin K

pada bayi.Oleh karena itu perlu diberikan vitamin K secara injeksi atau oral

pada bayi baru lahir (Kasmawati, 2012).

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu

naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein

yang berperan dalam pembekuan darah, seperti factor II, VII, IX, X dan

antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z

dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah

( Kemenkes RI, 2011).

Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 13 faktor yang membantu

prosespembekuan darah (koagulan). Di antaranya adalah faktor koagulan II,

VII, IX, dan X yangbergantung pada cukup atau tidaknya kadar vitamin K

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


11

dalam tubuh. Ketika bayi barulahir, secara fisiologis kadar faktor koagulan

yang bergantung dari vitamin K itu menurun dengan cepat, dan mencapai

titik terendah pada usia 48-72 jam. Kemudian, faktor ituakan bertambah

secara perlahan selama beberapa minggu, tetapi masih tetap di bawahkadar

yang dimiliki orang dewasa(Ruslie & Habriel, 2013).

Alasan rendahnya kadar vitamin K pada bayi baru lahir adalah karena

selamadalam rahim, plasenta biasanya tidak siap menghantarkan lemak

dengan baik (vitaminK larut dalam lemak). Selain itu, saluran cerna bayi

baru lahir masih steril, sehinggatidak dapat menghasilkan vitamin K yang

berasal dari flora di usus. Kadar vitamin Kdari ASI pun rendah (Ruslie &

Habriel, 2013).

2. Jenis Vitamin K

Menurut Surjono, dkk (2011)Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui

yaitu:

a. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.Sediaan

yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles

(KMM).

b. Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti

Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. Col

c. Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan

vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena

dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik. Secara fisiologis

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


12

kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat

sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah

dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan

bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada

dibawah kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi

vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan

vitamin K karena berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin

K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui

plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran

cerna. Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3

(menadione) dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang

direkomendasikan oleh berbagai negara di dunia adalah vitamin K1.

3. Sifat Vitamin K

Adapun sifat vitamin K menurut Sulystianingsih (2011), antara lain:

a. Cukup tahan terhadap panas

b. Tidak rusak oleh cara memasak biasa

c. Tidak tahan terhadap alkali dan cahaya.

d. Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh

radiasi, asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua

bentuk, keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai

samping. Vitamin K1 mempunyai rantai samping fitil. Vitamin K2

merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


13

beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit).

Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena

itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif

secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh (Almatsier,

2010).

4. Defisiensi Vitamin K

Bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan,

antara lain simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya

perpindahan vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada

ASI dan sterilitas saluran cerna.Defisiensi vitamin K inilah yang

menyebabkan perdarahan pada bayi dan meningkatkan risiko perdarahan

intracranial (Hanifa, et al., 2017).

Alasan rendahnya kadar vitamin K pada bayi baru lahir adalah karena

selama dalam rahim, plasenta biasanya tidak siap menghantarkan lemak

dengan baik (vitamin K larut dalam lemak). Selain itu, saluran cerna bayi

baru lahir masih steril, sehingga tidak dapat menghasilkan vitamin K yang

berasal dari flora di usus. Kadar vitamin K dari ASI pun rendah(Ruslie &

Habriel, 2013).

Vitamin K menyebabkan pembekuan darah berlangsung lebih lama,

sehingga mudah terkena homonorrhage, yakni keluarnya darah dari

pembuluhnya. Angka kecukupan vitamin K untuk bayi usia 0 – 6 bulan

adalah 5 mg/hari. Terjadi perdarahan pada tali pusat, hidung, mulut, telinga,

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


14

saluran kemih atau anus. Memar tanpa sebab (bukan ,menangis karena

terbentur benda). Terjadi perdarahan pada bekas pengambilan darah sampai

lebih dari 6 menit, padahal bagian tersebut sudah ditekan. Jika terjadi

perdarahan diotak, bayi tampak pucat, menangis melengking, muntah –

muntah, demam, ubun – ubun tampak menonjol, kadang tampak kuning dan

akhirnya diikuti kejang (Back, 2011).

Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) merupakan penyakit

yang disebabkan oleh kurangnya vitamin K dalam tubuh. PDVK adalah

terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain seperti

pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan karena berkurangnya

aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (Faktor II, VII, IX dan

X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi yang tidak bergantung vitamin K.

kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal. Kelainan

tersebut akan segera membaik dengan pemberian vitamin K dan setelah

penyebab koagulopati lain disingkirkan (Suoth, 2015).

PDVK termasuk penyakit yang cukup fatal. Angka kematian 10-15 %

yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu – 6 bulan,

dengan akibat angka kecacatan 30-50 %. Angka kejadian PDVK berkisar

antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak mendapat vitamin K

profilaksis.3-5 (Suoth, 2015).

Pencegahan yang harus dilakukan ialah profilaksis vitamin K. Jenis

vitamin K yang digunakan yaitu jenis vitamin K1 (phytomenadion) dengan

dosis pemberian 1 mg/ml dosis tunggal, suntik intramuskular, atau oral 3 kali

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


15

2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3 sampai 7 hari, dan pada

saat bayi berumur 1-2 bulan (Suoth, 2015).

Pemberian vitamin K kepada bayi baru lahirsecara rutin merupakan

suatu standar yang teahdirekomendasikan oleh American Academy

ofPediatrics (AAP) sejak tahun 1961, danditegaskan kembali pada tahun

2003. Vitamin Kmelalui suntikan adalah wajib di AmerikaSerikat dan

negara-negara lain. AmericanAcademy of Pediatrics juga memberikan

batasanpada APCD sebagai suatu penyakit perdarahanyang terjadi hari-hari

pertama kehidupan yangdisebabkan oleh kekurangan vitamin K danditandai

oleh kekurangan protrombin,prokonvertin dan mungkin juga faktor-

faktorlain(Ismy, 2017).

5. Fungsi Vitamin K

Vitamin K berfungsi dalam pembekuan darah, karena perannya dalam

mempertahankan kadar protombin yang normal dalam darah dan faktor-

faktor lain yang diperlukan dalam pembekuan darah (Back, 2011). Bayi baru

lahir membutuhkan vitamin ini untuk mencegah terjadinya perdarahan.

Vitamin K mampu membantu mengatasi perdarahan karena berperan dalam

proses pembekuan darah (Ruslie, 2012).

Dikutip dalam Kriah (2016), Vitamin ini merupakan kebutuhan vital

untuk sintesis beberapa protein termasuk dalam pembekuan darah. Disebut

juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsistensi aliran

darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


16

ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan

ginjal. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk

pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya

penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal.

Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu

glutamate untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang,

termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat

kalsium. Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah

residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksi

sglutamat (gla) (Kriah, 2016).

Almatsier (2010) dalam buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi menyebutkna

bahwa Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar

protombin yang tinggi didalam darah merupakan indikasi baiknya daya

pengumpalan darah. Pada proses pembekuan darah, gama-karboksilasis

terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang terdapat pada berbagai

faktor pembekuan darah, seperti faktor II (Protombin), VII, VIII, IX, dan X.

Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah

essensial dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat

ion kalsium terdapat didalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin

dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini mengikat hidroksiapatit

yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang

memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat

mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


17

juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa,

paru-paru, dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui

dengan pasti. Gla protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme

sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak.

Vitamin K juga berfungsi untuk kolafaktor beberapa enzim, berfungsi

dalam proses sintesis protrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah

(Sulystyaningsih, 2011). Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga

penting untuk pembentukantulang terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan

supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal (Costakos et al.,

2003).

American Academy of Pediatrics dan sejumlahorganisasi internasional

serupa merekomendasikan bahwa suntikan phylloquinone(vitamin K1)

diberikan pada semua bayi yang baru lahir. Hasil dari dua penelitian

vitaminK pada bayi prematur menunjukkan bahwa dosis awal standar

vitamin K1 (1 mg) mungkinterlalu tinggi untuk bayi prematur. Temuan ini

telah menuntun beberapa ahli menyarankanpenggunaan awal vitamin K1

dosis 0,3 mg/kg untuk bayi dengan berat lahir kurang dari1.000 gram, dan

dosis awal 0,5 mg mungkin akan mencegah penyakit perdarahan padabayi

baru lahir. Biasanya diagnosis vitamin K akan semakin kuat jika setelah

penyuntikan vitaminK, terdapat peningkatan kadar protrombin dalam

beberapa jam dan perdarahan berhentidalam 3-6 jam(Ruslie & Habriel,

2013).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


18

6. Sumber Vitamin K

Banyak makanan yang mengandung vitamin K dan sayuran hijau

merupakan sumber yang kaya akan vitamin tersebut, diperkirakan bahwa

manusia memperoleh vitamin ini sebagai hasil produksi oleh bakteri di

dalam usu.Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran hijau, buncis,

kacang polong, kol, dan brokoli. Bahkan makanan lain yang mengandung

vitamin k dalam jumlah kecil adalah susu, telur, daging, sereal dan buah –

buahan. Sumber penting vitamin K yang lain adalah bakteri flora dalam usus

halus (Back, 2011).

B. Program Pemerintah Profilaksis Injeksi Vitamin K

Mengenai program pemerintah injeksi vitamin K di Indonesia dikeluarkan

oleh Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI pada tahun

2007.

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat

PDVK (Kemenkes RI, 2011).

b. Tujuan khusus:

1) Tercapainya target pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 pada

bayi baru lahir sedini mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir.

2) Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yang

komprehensif di tingkat pelayanan dasar.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


19

3) Terlindunginya bayi baru lahir terhadap PDVK.

4) Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi

bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).

2. Pelaksana

Tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau petugas

pelayanan kesehatan ibu dan anak di semua unit pelayanan kesehatan

(Kemenkes RI, 2011).

3. Kebijakan Dan Strategi

a. Kebijakan

1) Penyelenggaraan pemberian profilaksis injeksi vitamin K1

dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan pemerintah, swasta dan

masyarakat yang berbasis hak anak melalui kerjasama lintas

program dan lintas sektor.

2) Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan pemberian

profilaksis injeksi vitamin K1 pada bayi baru lahir.

3) Mengupayakan kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir

yang bermutu.

4) Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui

perencanaan program dan anggaran terpadu (Kemenkes RI, 2011).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


20

b. Strategi

1) Pelayanan pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan segera setelah lahir atau pada saat Kunjungan

Neonatal Pertama (KN1) apabila persalinan ditolong oleh dukun.

2) Menerapkan sistem PWS-KIA untuk menentukan prioritas kegiatan

serta tindakan perbaikan.

3) Menjamin ketersediaan dana, kecukupan sediaan vitamin K1 injeksi

dan alat suntik.

4) Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan secara berjenjang

(Kemenkes RI, 2011).

4. Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis

a. Cara Pemberian

1) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1

profilaksis.

2) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1

(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg

Vitamin K1 per 1 ml.

3) Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :

a) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1

ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri

bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal,

diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


21

b) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi

hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.

Gambar 2.1
Phytomenadion (Vitamin K1)
(Sumber: Kemenkes RI, 2017)

c) Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan

dosis dan cara yang sama

d) Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin

K1dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan

dosis dan cara yang sama.

e) Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.

b. Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular

1) Letakkan bayi dengan posisi punggung di bawah

2) Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan

suntikan intramuskular (IM).

a) Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih

dipilih karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai

tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


22

Gambar 2.2
Pemberian Vitamin K1 (paha kiri anterolateral)
(Sumber: Kemenkes RI, 2017)

b) Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau jaringan

subkutan sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini

digunakan hanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk

pemberian obat lain (Kemenkes RI, 2011).

c. Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular

1) Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan

identifikasi suntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi

HB0 di paha kanan.

2) Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang

telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mongering.

3) Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.

4) Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang

jarumnya.

5) Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


23

6) Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui

kulit.

7) Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum

tidak menusuk dalam vena

a) Bila dijumpai darah:

(1) Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat

(2) Pasang jarum steril yang baru ke semprit

(3) Pilih tempat penyuntikkan yang lain

(4) Ulangi prosedur diatas

b) Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat

dalam waktu 3-6 detik.

8) Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan

dengan bola kasa steril kering

9) Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi

(Kemenkes RI, 2011).

5. Logistik

a. Sediaan Vitamin K1 : Ampul 10 mg/1ml

b. Semprit steril sekali pakai 1 ml dengan jarum 26 G (semprit tuberculin)

c. Menghitung kebutuhan berdasarkan :

1) Sensus desa ( jumlah penduduk )

2) Proyeksi angka kelahiran (CBR x Jumlah Penduduk ) menjadi

Kebutuhan vitamin K1 sesuai jumlah bayi baru lahir

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


24

d. Penyimpanan sediaan

Sediaan disimpan di tempat yang kering, sejuk dan terhindar dari cahaya

(Kemenkes RI, 2011).

6. Supervisi, Monitoring Dan Evaluasi

a. Supervisi

Cakupan yang tinggi saja tidak cukup untuk mencapai tujuan akhir

program pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis yaitu menurunkan

angka kesakitan dan kematian karena PDVK. Cakupan yang tinggi

harus disertai mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan

mutu program, pembinaan dari atas (supervisi) sangat diperlukan.

Supervisi dilakukan secara berjenjang pada institusi pemerintah maupun

swasta untuk mengukur :

1) Cakupan dan target pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis

2) Data PDVK

3) Ketenagaan

4) Logistik dan distribusi

5) Pencatatan dan pelaporan

6) Hasil kerjasama lintas program/sektoral

7) Permasalahan yang ditemukan.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


25

Gambar 2.3
Formulir Bayi Baru Lahir
(Sumber: Kemenkes RI, 2017)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


26

Gambar 2.4
Rekapitulasi Kohort Bayi
(Sumber: Kemenkes RI, 2017)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


27

b. Monitoring Dan Evaluasi

Untuk memantau kegiatan pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis

pada bayi baru lahir digunakan pemantauan wilayah setempat kesehatan

ibu dan anak (PWS-KIA), melalui indikator cakupan kunjungan

neonatal I (KN1). Untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila

dibandingkan dengan target atau yang diharapkan, antara lain dengan

cara:

1) Evaluasi dengan data sekunder

Dari angka – angka yang dikumpulkan oleh Puskesmas selain

dilaporkan juga perlu dianalisis. Bila cara menganalisisnya baik dan

teratur, akan memberikan banyak informasi penting yang dapat

menentukan kebijakan program.

Indikator keberhasilan pemberian vitamin K1 injeksi sama

dengan cakupan kunjungan neonatal pertama (KN I).

c. Menilai dampak pemberian Vitamin K1 injeksi

Adanya penurunan angka kesakitan dan kematian bayi karena

PDVK dari laporan AMP Puskesmas ataupun laporan Rumah Sakit.

d. Stok Sediaan

Data stok diambil dari pencatatan LPLPO dapat memberikan

gambaran pemakaian dan distribusi.

e. Cakupan per tahun

Grafik cakupan per tahun (grafik PWS-KIA ) dapat memberikan

gambaran secara keseluruhan tentang adanya kecenderungan :

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


28

1) Tingkat pencapaian cakupan pemberian vitamin K

2) Indikasi adanya masalah

3) Acuan untuk memperbaiki kebijakan atau strategi program yang

ada (Kemenkes RI, 2011).

C. Tinjauan Umum tentang Bidan

Tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau petugas

pelayanan kesehatan ibu dan anak di semua unit pelayanan kesehatan (Kemenkes

RI, 2011). Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah bidan.

1. Definisi

Asal kata bidan, dalam bahasa Sansekerta, wirdhan yang berarti

perempuan bijaksana, dalam bahasa perancis sage-femme yang berarti wise

women, dalam bahasa Inggris, midwife berarti with-woman” i.e. “the

woman with, the woman assisting”(Lamere, 2013).

Dengan mempertimbangkan aspek -budaya dan kondisi masyarakat

Indonesiaserta mengacu kepada definisi bidan ICM yang telah diakui oleh

FIGO (The InternationalFederation of Gynecology and Obstetrics) dan

WHO, maka Ikatan Bidan Indonesiamenetapkan Bidan Indonesia adalah

seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidanyang diakui pemerintah

dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesiaserta memiliki

kompetensi dan kualifikasi untuk registrasi, sertifikasi dan atau secara

sahmendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Definisi yang

sama disahkandalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


29

Indonesia No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan

( SKBI,2011 dalam Lamere, 2013).

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang

telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perndang-undangan

(Kemenkes RI, 2017).

2. Fungsi /Peran Bidan

Secara sederhana, bidan memiliki peran dan fungsi sebagai seorang

professionalyang memberikan pelayanan kesehatan serta bertanggungjawab

atas praktiknya. Perandan fungsi bidan dijabarkan di bawah ini sebagai

berikut:

a. Peran sebagai pelaksana

Peran bidan sebagai pelaksana, meliputi tiga tugas, yaitu :

1) Tugas mandiri yang terdiri dari :

a)Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap kegiatan

kebidanan.

b) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra-

nikah

c) Memberikan pelayanan pada ibu hamil.

d) Memberikan pelayanan pada masa persalinan dengan

melibatkan klien dankeluarga.

e) Memberikan perawatan pada bayi baru lahir

f) Memberikan pelayanan pada ibu dalam masa nifas.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


30

g) Memberikan pelayanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanankeluarga berencana.

h) Memberikan pelayanan pada wanita yang mengalami gangguan

daerahreproduksi dan wanita pada masa menopause.

i) Memberikan pelayanan pada bayi dan balita.

2) Tugas kolaborasi/kerjasama yang terdiri dari :

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap kegiatan

kebidanan denganmelibatkan klien dan keluarganya.

b) Memberikan pelayanan pada ibu hamil beresiko tinggi.

c) Memberikan pelayanan pada ibu dalam masa persalinan dengan

resiko tinggidengan kerjasama klien dan keluarganya.

d) Memberikan pelayanan pada ibu nifas dengan resiko

tinggidengan kerjasamaklien dan keluarga.

e) Memberikan pelayanan pada pada bayi baru lahir dengan resiko

tinggi dan yangmengalami komplikasi dengan kerja sama klien

dan keluarga.

f) Memberikan pelayanan pada balita dengan resiko tinggi dan

yang mengalamikomplikasi dengan melibatkan keluarga.

3) Tugas ketergantungan / merujuk yang terdiri dari :

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap pelayanan sesuai

dengan fungsiketertiban klien dan keluarga.

b) Memberikan pelayanan yang melalui konsultasi dan rujukan ibu

hamil denganrisiko tinggi.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


31

c) Memberikan pelayanan melalui konsultasi dan rujukan pada

masa persalinandengan penyulit tertentu dengan melibatkan

klien dan keluarga.

d) Memberikan pelayanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu

dalam masa nifasdengan menyulit tertentu dengan melibatkan

klien dan keluarga.

e) Memberikan pelayanan pada bayi baru lahir dengan kelainan

tertentu yangmemerlukan konsultasi dan rujukan dengan

melibatkan klien/keluarga.

f) Memberikan pelayanan kepada anak balita dengan kelainan

tertentu yangmemerlukan konsultasi dan rujukan yang

melibatkan klien/ keluarga.

b. Peran sebagai pengelola

1)Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan

kebidanan untukindividu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat di wilayah kerja denganmelibatkan masyarakat daerah

yaitu:

a) Bersama tim kesehatan dan pemuka tim masyarakat mengkaji

kebutuhanterutama yang berhubungan dengan kesehatan dan

anak untuk meningkatkandan mengembangkan program

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

b) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan

masyarakat.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


32

c) Mengelola beberapa kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat

khususnyakesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan

rencana.

d) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun,

petugaskesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan

pelayanan kesehatanibu dan anak serta KB

e) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan

masyarakatkhususnya kesehatan ibu dan anak serta KB

termasuk pemanfaatan sumbersumberyang ada pada program

yang terkait.

f) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan

memeliharakesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang

ada

g) Mempertahankan, meningkatkan mutu keamanan praktek,

rasional melaluipendidikan, pelatihan magang, dan beberapa

kegiatan dalam kelompokprofesi.

h) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan ?

lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun

bayi, kaderkesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada di

bawah bimbingan dalamwilayah kerjanya, dengan cara :

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


33

a) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota

tim dalammemberikan asuhan kepada klien dalam bentuk

konsultasi rujukan dan tindaklanjut.

b) Membina hubungan baik dengan dukun dan kader kesehatan

serta masyarakat.

c) Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader, dan

petugaskesehatan lainnya.

d) Memberikan pelayanan kepada klien rujukan dari dukun bayi.

e) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan

dengan kesehatan.

c. Peran sebagai pendidik

Pendidikan kesehatan adalah proses yang menjembatani jurang

antara informasikesehatan dan praktek kesehatan. Pendidikan kesehatan

memotivasi orang untukmendapatkan informasi dan melakukan hal yang

sesuai dengan informasi tersebut.Pendidikan kesehatan berkaitan dengan

perilaku kesehatan, baik didalam menolong oranguntuk

mempertahankan gaya hidupnya maupun dalam membantu

merekamengembangkan gaya hidupnya kearah yang menguntungkan

kesehatan.

d. Peran sebagai peneliti.

Peran bidan sebagai peneliti ialah dengan melakukan investigasi

atau penelititerapan dalam kesehatan baik secara mandiri maupun secara

kelompok.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


34

3. PengetahuanBidan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2012).

Pengetahuan bidan tentang pemberianvitamin K1 menunjukkan bahwa

semuabidan mengetahui Jenis vitamin K yangdiberikan pada bayi baru lahir

adalahvitamin K1 (phytomenadione) sebesar100% dan mayoritas bidan tidak

mengetahuibahwa Ketika menyuntikkan vitaminK memakai sarung tangan

sebesar 80,0%.Pengetahuan bidan tentang pemberianvitamin K1 tergolong

baik yaitu sebesar61,63% Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada

35 bidan dengan menanyakan pengetahuan responden tentang pemberian

vitamin K1 kepada bayi (Munthe, 2015)

Selain faktor ibu, bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang

memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam menurunkan angka

kematian bayi. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka

kematian bayi adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

pencegahan timbulnya permasalahan dengan mengatasinya lebih dini, dan

penyediyaan pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas, setiap

persalinan di tolong oleh bidan terlatih atau tenaga kesehatan terlatih.

Sehingga komplikasi neonatal mendapat pelayanan yang adekuat oleh sebab

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


35

itu, bidan harus terampil dangan didukung oleh sarana dan prasarana yang

memadai (Munthe, 2015).

4. Sikap Bidan Dalam Memberikan Injeksi Vitamin K

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek dan sikap itu tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus social. ( Notoadmodjo, 2012 )

Sikap bidan tentang pemberian vitamin K1menunjukkan bahwa bidan

menyatakan sangat setuju bahwa perdarahan intrakranial dalam proses

persalinan dapat berakibat kecacatan pada bayi, oleh karena itu pemberin

vitamin K menjadi langkah yang tepat untuk mencegah kejadian

tersebutsebesar 54,3%. Sebesar 57,1% bidan menyatakan setuju bahwa

dengan pemberian vitamin K bidan yakin bayi tidak mengalami perdarahan.

Sebesar37,1% bidan menyatakan ragu-ragu bahwa penyuntikan vitamin K

dilakukan secara steril. Sebesar 31,4 bidan menyatakan tidak setuju bahwa

vitamin K dapat disuntikkan secara intramuskular di daerah mana saja pada

tubuh bayi. Sebesar 8,6% bidan menyatakan sangat tidak setuju bahwa bayi

yang lahir tidak ditolong bidan, maka pemberian vitamin K boleh dilakukan

kapan saja. Sikap bidan tentang pemberian vitamin K1 tergolong baik yaitu

sebesar 71,33% (Munthe, 2015)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


36

D. Input,Proses dan Output

1. Input

Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk

melakukan pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas,

peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan

kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.

Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan penggerakan

pelaksanaan pelayanan kesehatan(Rhyerhiathy, 2012).

Struktur digunakan sebagai pengukuran tidak langsung dari kualitas

pelayanan.  Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang

penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang

dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengaturan

karakteristik struktur yang digunakan mempunyai kecenderungan untuk

mempengaruhi proses pelayanan sehingga ini akan membuat kualitasnya

berkurang atau meningkat (Rhyerhiathy, 2012).

Input yang dimaksud disini adalah saran fisik, Perlengkapan dan

perlatan, Organisasi dan manajemen, Keuangan, serta sumber daya manusia

dipuskesmas beberapa aspek penting yang harus mendapat perhatian dalam

hal ini adalah kejujuran, dan efisiensi, serta kuantitas, efektifitas dan kualitas

dari masukan yang ada. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan

dukungan Input yang bermutu pula. Semua daya yang ada perlu

diorganisasikan dan dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang –

undang dan prosedur kerja yang berlaku. Dalam penelitian dikecamatan sahu

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


37

timur kabupaten Halmahera barat. Input, sangat dibutuhkan untuk mencapai

tujuan. Dari hasil penelitian mengenai Input, masih banyak kendalakendala

yang didapatkan Sumber daya manusia fasilitas sarana dan prasarana yang

tidak memadai dan obat-obat yang terbatas, hal ini yang dapat menghambat

kinerja dari Sumber daya tersebut, sangat diperlukan fasilitas yang memadai

untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat.(Abram, 2014).

Menurut Levey dan Loomba (2000), Input merupakan subsistem yang

memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah system, seperti

sistem pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi

masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan. Permasalahan diatas input

sumber daya manusia fasilitas sarana dan prasana yang belum memadai.

Sistem pelayanan kesehatan puskesmas Akelamo sahu Timur Kabupaten

Halmahera Barat. Masih belum efektif dalam hal ini kendala-kendala yang

masukan seperti, fasilitas sarana dan prasana belum memadai kurang

ruangan khusus untuk masyarakat Seperti ruang Khusus Tb paru, kusta,

Mtbb, dan semua pasien masih diperiksa dalam satu ruang ini(Abram, 2014).

Dari hasil penelitian bahwa perlunya adanya perhatian khusus dari

pemerintah dalam hal ini dalam penambahan fasilitas sarana prasarana dalam

pelayanan kepada masyarakat karena sangat dibutuhkan sumber daya

manusia dan fasilitas sarana dan prasanan yang memadai untuk menunjang

pelayanan kesehatan dan tercapainya suatu tujuan yang di inginkan (Abram,

2014).

Peralatan dan Perlengkapan Dalam Pemberian Vitamin K

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


38

a. Vitamin K injeksi

b. Sarung tangan satu pasang

c. Spuit steril 1cc

d. Bak instrument

e. Kom

f. Bengkok

g. Kapas basah ( DTT )

h. Kapas kering

i. Waskom berisi larutan chlorine 0,5 %

j. Safety box

k. Wastafel / tempat cuci tangan

l. Sabun biasa / antiseptic

m. Handuk / lap tangan(Surjono, dkk, 2011).

2. Proses

Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang

mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. “Proses yaitu

semua kegiatan sistem. Melalui proses akan mengubah input menjadi

output.Proses ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan

konsumen (pasien / masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian

mutu yang penting. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara

profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Penilaian

terhadap proses adalah evaluasi terhadap dokter dan profesi kesehatan dalam

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


39

me-manage pasien. Kriteria umum yang digunakan adalah derajat dimana

pengelolaan pasien, konform dengan standar-standar dan harapan-harapan

masing-masing proses (Rhyerhiathy, 2012).

Proses menggambarkan interaksi profesional antara pemberi

pelayananDengankonsumen (pasien/masyarakat). Suatu kegiatan yang

berjalanantaradokter dan pasien. Semua kegiatan dokter dantenaga profesi

lainnya. Dan proses yaitusemua kegiatansistem.Melalui proses

akanmengubah input menjadi output. Pengubahanmenghasilkan Jumlah dan

mutu output yang dibutuhkan dalam pelayanan kepadamasyarakat. Seperti

kenyataannya menuruthasil penelitian program-program puskesmasyang

dibuat belum sepenuhnya berjalandengan efektif karena banyak kendala-

kendalayang terjadi. Ini sangat memerlukanperhatian penuh dari pemerintah

karenasangat berdampak buruk dalam pelayanankepada masyarakat untuk

itu kinerjapemerintah dalam hal pemenuhan fasilitassarana dan prasana

harus di lengkapi agarmenunjang kerberhasilan dari pelayanankepada

masyarakat (Abram, 2014).

Proses merupakan suatu kegiatan yangberfungsi untuk mengubah

sebuah masukanuntuk menjadikan hasil yang diharapakandari sistem

tersebut sebagaimana contohdalam sistem pelayanan kesehatan, makayang

dimaksud proses adalah berbagaikegiatan dalam pelayanan kesehatan

(Abram, 2014).

Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis, cara pemberian :

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


40

a. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.

b. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione)

injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.

c. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :

1) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml,

kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian

anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat

2 jam setelah lahir.

2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasihepatitis

B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.

d. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis

dan cara yang sama

e. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1

dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan

cara yang sama.

f. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi. Pemberian

Vitamiin K1 (paha kiri anterolateral)(Surjono, dkk, 2011).

Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular:

a. Letakkan bayi dengan posisi punggung di bawah

b. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan

suntikan intramuskular (IM)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


41

1) Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih

karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur

dan jejas pada nervus skiatikus)

2) Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau

jaringansubkutan sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini

digunakanhanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk pemberian

obat lain (Surjono, dkk, 2011).

Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular :

a. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan

identifikasisuntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0

di paha kanan.

b. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah

direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.

c. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.

d. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.

e. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

f. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.

g. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak

menusuk dalam vena

h. Bila dijumpai darah:

i. Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat

j. Pasang jarum steril yang baru ke semprit

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


42

k. Pilih tempat penyuntikkan yang lain

l. Ulangi prosedur diatas

m. Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat dalam

waktu 3-6 detik.

n. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan

dengan bola kasa steril kering

o. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi(Surjono, dkk,

2011).

3. Output

Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan

yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari

konsumen tersebut. Hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan

profesional terhadap pasien. Hasil pelayanan kesehatan / medis dapat dinilai

antara lain dengan melakukan audit medis, review rekam medis dan review

medis lainnya, adanya keluhan pasien, dan informed cons(Rhyerhiathy,

2012).

Output memberikan penjelasanbahwa secara tidak langsung

dapatdigunakan sebagai pendekatan untukmenilai pelayanan kesehatan.

Dalam menilaiapakah hasilnya bermutu atau tidak, diukurdengan standar

hasil yang diharapakan daripelayanan medis yang telah dikerjakan.Hasil

yang diperolehdari sebuah proses,dalam system pelayanankesehatan hasilnya

dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas,efektif danefisien serta

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


43

dapat dijangkau oleh seluruhlapisan masyarakat sehingga, pasien sembuhdan

sehat secara optimal.

a. Berkualitas yang dimaksud yaitu kesederhanaan, dalam arti bahwa

prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah,

lancer,cepat dan tdak bebelit-belit serta mudah dipahami dan

dilaksanakan.

b. Efektif yang dimaksud layanan kesehatan efektif, artinya harus mampu

mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya

penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada

bagaimana standar layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana

standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan

sesuai dengan situasi setempat. Dalam penelitian puskesmas dikecamat

sahu timur Kabupaten Halmahera barat. Ouput sejauh ini belum

dikatakan bermutu karena banyak kendala-kendala dalam pelayanan

kesehatan bagi itu dari segi fasilitas sarana dan prasarana yang belum

memadai. menjadi Ouput yang tidak bermutu (Abram, 2014).

Monitoring Dan Evaluasi :

a. Untuk memantau kegiatan pemberian injeksi vitamin K1

profilaksispada bayi baru lahir digunakan pemantauan wilayah

setempat, kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA), melalui indikator

cakupan neonatal 1 (KN1).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


44

b. Untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila

dibandingkandengan target atau yang diharapkan, antara lain dengan

cara :

Evaluasi dengan data sekunder :

a. Dari angka – angka yang dikumpulkan oleh Puskesmas

selaindilaporkan juga perlu dianalisis. Bila cara menganalisisnya baik

danteratur, akan memberikan banyak informasi penting yang

dapatmenentukan kebijakan program.

b. Menilai dampak pemberian Vitamin K1 injeksi

c. Adanya penurunan angka kesakitan dan kematian bayi karena PDVK

dari laporan AMP Puskesmas ataupun lap oran Rumah Sakit.

d. Stok Sediaan

e. Data stok diambil dari pencatatan LPLPO dapat memberikan

gambaran pemakaian dan distribusi.

f. Cakupan per tahun Grafik cakupan per tahun ( grafik PWS-KIA )

dapat memberikan gambaran secara keseluruhan tentang adanya

kecenderungan :

g. Tingkat pencapaian cakupan pemberian vitamin K1

h. Indikasi adanya masalah (Surjono, dkk, 2011).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


45

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENJELASAN
KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Pemikiran

Input Proses Output

 SDM/Tenaga Kesehatan
 Perencanaan  Kualitas
 Kebijakan Pelayanan
 Pengelolaan
 Logistik  Efektivitas
 Pelaksanaan
 Sarana dan Prasarana
 Pendokumentasian

Skema 3.1
Manajemen PelaksanaanPemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Di Wilayah Kerja Puskesmas RaoTahun 2020

B. Penjelasan Kerangka Pemikiran

1. Input

Adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang

diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Input dalam penelitian ini

adalah :

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting

dan merupakan kunci yang menentukan keberhasilan suatu pelayanan.

SDM yang dilihat dalam penelitian ini adalah Bidan yang memberikan

Injeksi Vitamin K meliputi :

1) Kompetensi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


46

Merupakan kemampuan yang dubutuhkan untuk melakukan

atau melaksanakan pemberian vitamin K yang dilandasi dengan

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja.

2) Keterampilan

Merupakan kemampuan yang dimiliki Bidan untuk

menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitas dalam mengerjakan

pemberian injeksi vitamin K.

b. Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi

pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak

c. Logistik

Manajemenlogistik memegang peranan yang cukup besar,

diantaranya adalah untuk memastikan persediaan logistik yang ada demi

kelancaran fungsi pelayanan untuk masyarakat. Contohnya adalah

masalah obat dan perbekalan kesehatan sehingga diperlukan adanya

pengamatan mengenai manajemen logistik baik dipuskesmas maupun

ditempat praktek bidan.

Tujuan logistik aalah menyampaikan barang jadi dan bermacam

macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan,

dan dengan total biaya yang rendah

d. Sarana dan Prasarana

1) Vitamin K injeksi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


47

2) Sarung tangan satu pasang

3) Spuit steril 1cc

4) Bak instrument

5) Kom

6) Bengkok

7) Kapas basah ( DTT )

8) Kapas kering

9) Waskom berisi larutan chlorine 0,5 %

10) Safety box

11) Wastafel / tempat cuci tangan

12) Sabun biasa / antiseptic

13) Handuk / lap tangan

2. Proses

Adalah langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan oleh pelaksana kegiatan.Beberapa tahapan yang dilakukan

untuk melaksanakan injeksi Vitamin K:

a. Perencanaan / Persiapan injeksi Vitamin K:

1) Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah

2) Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan

suntikan intramuskular (IM)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


48

a) Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih

dipilih karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai

tulang femurdan jejas pada nervus skiatikus)

b) Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau jaringan

subkutan sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini

digunakan hanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk

pemberian obat lain.

b. Pengelolaan

1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan

kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat daerah

yaitu:

a) Bersama tim kesehatan dan pemuka tim masyarakat mengkaji

kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan

anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

b) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan

masyarakat.

c) Mengelola beberapa kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat

d) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak termasuk

pemanfaatan sumber sumber yang ada pada program yang

terkait.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


49

e) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan

memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang

ada

f) Mempertahankan, meningkatkan mutu keamanan praktek,

rasional melalui pendidikan, pelatihan magang, dan beberapa

kegiatan dalam kelompok profesi.

g) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan

dengan cara :

a) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota

tim dalam memberikan asuhan kepada klien

b) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan

dengan kesehatan.

c. Pelaksanaan

1) Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan

identifikasisuntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi

HB0 di paha kanan.

2) Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang

telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.

3) Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.

4) Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang

jarumnya.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


50

5) Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

6) Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui

kulit.

7) Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum

tidak menusuk dalam vena

8) Bila dijumpai darah:

a) Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat

b) Pasang jarum steril yang baru ke semprit

c) Pilih tempat penyuntikkan yang lain

d) Ulangi prosedur diatas

e) Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat

dalam waktu 3-6 detik.

f) Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan

tekan dengan bola kasa steril kering

g) Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi

d. Pendokumentasian

Mendokumentasikan semua intervensi yang telah dilakukan

3. Output

Adalah kumpulan bagian / elemen yang dihasilkan dari berfungsinya

proses dalam sistem. Keluaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

adanya pelaporan dan evaluasi dari pelaksanaan injeksi Vitamin K.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


51

Output dalam penelitian ini adalah:

a. Kualitas Pelayanan

Berkualitas yang dimaksud yaitu kesederhanaan, dalam arti bahwa

prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah,

lancer,cepat dan tdak bebelit-belit serta mudah dipahami dan

dilaksanakan.

b. Efektivitas

Efektif yang dimaksud layanan kesehatan efektif, artinya harus

mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah

terjadinya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini

bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan ini bergantung

pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat,

konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Dalam penelitian

puskesmas dikecamat sahu timur Kabupaten Halmahera barat. Ouput

sejauh ini belum dikatakan bermutu karena banyak kendala-kendala

dalam pelayanan kesehatan bagi itu dari segi fasilitas sarana dan

prasarana yang belum memadai. menjadi Ouput yang tidak bermutu.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


52

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak

diperoleh melalui prosedur statistika atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akandilakukan pada bulan Februari 2020

C. Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif, peneliti melakukan wawancara dengan orang-

orang yang dipandang tahu berhubungan dengan tujuan penelitian tersebut yang

selanjutnya disebut dengan informan penelitian. Penentuan sumber data pada

orang yang diwawancarai / informan penelitian dilakukan secara purposive, yaitu

dipilih dengan pertimbangan tujuan tertentu. Informan dalam penelitian ini yaitu

52

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


53

dari 7 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas Rao, Pemegang Program KIA,

Petugas Farmasi/Apotekersebagai informan utama dan 2 orang bidan Puskesmas

dan 2 bidan desa sebagai informan Triagulasi yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Rao.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti sendiri. Selanjutnya ditambah dengan panduan wawancara yang sudah

disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, kemudian digunakan sebagai

sarana untuk mendapatkan informasi. Panduan wawancara ini berisikan daftar

pertanyaan yang akan diajukan kepada informan dan juga dibantu dengan

menggunakan media perekam dan kamera sehingga diperoleh informasi yang

lebih lengkap.

E. Sumber Data

1. Data Primer

Data yang langsung diperoleh melalui wawancara (indepth interview) dan

observasi yang dilakukan kepada petugas penanggung jawab program KIA

pemberian injeksi Vitamin K pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja

Puskesmas Rao yang hasil cakupan injeksi Vitamin K pada bayi baru lahir

pada tahun 2019 dalam kohort bayi dan kepala puskesmas Rao.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


54

2. Data sekunder

Data sekunder didapat dari bagian pemegang program pemberian injeksi

Vitamin K pada bayi baru lahir Puskesmas Rao berupa laporan tahunan

cakupan kunjungan neonatal (KN1) dalam rekapitulasi kohort bayi dan

petugas farmasi/Apoteker berupa laporan stok logistic terkait pemberian

injeksi Vitamin K. Data yang akan diambil sebagai data pada penelitian ini

adalah data Primer yaitu data yang di dapat dengan cara wawancara dan

dokumentasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data PrimerIn-depth Interview (Wawancara Mendalam)

Dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam terhadap

informan dengan menggunakan panduan pertanyaan dengan langkah-

langkah:

a. Pembukaan

1) Perkenalan dengan peserta wawancara.

2) Ucapkan terimakasih atas kesediaan diwawancarai karena

keterangan yang diberikan sangat bermanfaat.

3) Jelaskan tujuan wawancara mendalam untuk menganalisis sistem

pelaksanaan kelas ibu hamil di Kabupaten Rao.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


55

4) Tegaskan bahwa informasi dari responden hanya akan digunakan

untuk kepentingan penelitian dan tidak akan berpengaruh terhadap

kehidupan responden.

5) Semua tanggapan baik positif maupun negatif akan diterima

6) Jawaban yang diberikan tidak akan dinilai yang benar ataupun yang

salah karena wawancara ini adalah hanya untuk penelitian semata

7) Wawancara diperkirakan akan berlangsung 1 sampai 1.5 jam

8) Minta izin untuk merekam wawancara

b. Prosedur wawancara mendalam

1) Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri

2) Kerjasama dengan responden perlu diperhatikan sehingga ia tidak

tampak segan dalam menjawab pertanyaan.

3) Tunjukkan sikap ramah, sopan, sabar, dan tertarik dengan jawaban-

jawaban responden

4) Bila responden menolak menjawab pertanyaan tertentu usahakan

untuk menyampaikan pertanyaan dalam bentuk yang berbeda atau

menanyakan kembali pada akhir wawancara.

5) Jika responden membelokkan kepada hal-hal diluar wawancara

kembalikan arah wawancara sambil mengatakan bahwa diakhir

wawancara responden diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapat.

6) Bersikap netral terhadap semua jawaban yang diberikan responden

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


56

7) Bersabarlah terhadap rasa ingin tahu dan jawablah pertanyaan

dengan tepat dan jelas.

8) Hindari memberi nasehat dan penyuluhan

9) Catat mulai dan mengakhiri wawancara, bagaimana situasi ketika

wawancara berlangsung.

c. Penutup wawancara berlangsung.

Sebelum mohon diri periksa kembali pedoman wawancara,

lengkapi jika ada pertanyaan tertinggal. Berilah waktu kepada responden

untuk mengemukakan pendapatnya atau beri kesempatan bertanya. Bila

kemudian hari terdapat informasi yang kurang, mohon responden untuk

diwawancarai lagi.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menelusuri dan menelaah

dokumen milik bidan mengenai data persalinan untuk diberikan injeksi

vitamin K nantinyaserta menjadikan Jurnal, artikel dan penelitian lain yang

berhubungan dengan Analisis pelaksaaan injeksi vitamin Ksebagain bahan

pustaka

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


57

Tabel 4.1
Matriks Wawancara

No Pertanyaan Kepala Pemegang Petugas Bidan


Puskesmas Program Farmasi/ Puskesmas &
KIA Apoteker Bidan desa
1. Input
a. Kebijakan   
b. SDM   
c. Logistik    
d. Sarana    
Prasarana
2. Proses
a. Perencanaan   
b. Pengelolaan   
c. Pelaksanaan   
d. Monitoring dan   
Evaluasi
3. Output
a. Kualitas   
Pelayanan
b. Efektivitas

G. Validasi Data

Penelitian kualitatif dengan pengambilan sampel secara purposive (non

probability) dan jumlah sampel sedikit, perlu melakukan validasi data. Uji

validitas data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif disebut triangulasi.

Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai

pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, penelitian dapat

mengecek kembali temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai

sumber, metode, atau teori.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


58

Wirawan (2011) menyatakan bahwa untuk memastikan data / informasi

lengkap dan validitasidan reliabilitasnya tinggi, penelitian kualitatif

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan suatu pendekatan riset

memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk

menjaring data / informasi. Triangulasi tidak hanya membandingkan data sebagai

sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk

meneliti dan menjaring data / informasi dari fenomena yang sama.

Dalam penelitian terdapat lima jenis triangulasi:

1. Triangulasi data

Adalah mempergunakan berbagai sumber data/informasi. Dalam teknik

ini adalah mengelompokkan para pemangku kepentingan program dan

mempergunakannya sebagai sumber data/informasi.

2. Triangulasi peneliti

Dalam teknik ini digunakan sejumlah evaluator atau tim evaluator dalam

satu proyek evaluasi. Para evaluator mempergunakan metode pengumpulan

data yang sama kemudian temuan dari semua evaluator dibandingkan.

3. Triangulasi teori

Adalah penelitian dengan mempergunakan berbagai professional dengan

berbagai latar belakang ilmu pengetahuan untuk menilai suatu data /

informasi.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


59

4. Triangulasi metode

Dilakukan dengan cara melakukan beberapa metode dalam

pengumpulan data. Misalnya selain menggunakan wawancara mendalam

juga dilakukan observasi dan diskusi kelompok terarah.

5. Triangulasi lingkungan

Triangulasi ini mempergunakan berbagai lokasi yang berbeda.

Kuncinya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan mana yang

mempengaruhi data / informasi dalam penelitian (Wirawan, 2011).

H. Pengolahan Data

Proses analisis data kualitatif dilakukan pada variabel input, proses dan

output. Pada variabel input, variabel proses dan variabel outputnya dengan

menggunakan interactif model melalui beberapa tahap, seperti:

1. Data Collection

Yaitu mengumpulkan data dari seluruh hasil wawancara yang didapat

pada waktu penelitian antara informan dan peneliti dari hasil rekaman dan

catatan.

2. Data Reduction

Yaitu merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal

yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak

diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


60

gambaran yang jelas, dan informasi sesuai dengan pertanyaan pada pedoman

wawancara atau sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

3. Data Display

Yaitu menyajikan data yang ditampilkan dalam bentuk uraian singkat

atau teks yang bersifat naratif.

4. Conclusion Drawing

Yaitu menyimpulkan hasil penyajian data yang masih dalam bentuk

narasi atau kutipan dari hasil pembicaraan informan.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


61

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang yaitu Kepala Puskesmas

Rao, Pemegang Program KIA, Petugas Farmasi/Apoteker sebagai informan

utama dan 2 orang bidan Puskesmas dan 2 bidan desa sebagai informan

triagulasi. Adapun karakteristik informan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 5.1
Karakteristik Informan

No. Kode Informan Jabatan Keterangan


1 Informan-1 Kepala Puskesmas Rao Informan utama
2 Informan-2 Pemegang Program KIA Informan utama
3 Informan-3 Petugas Farmasi/Apoteker Informan utama
4 Informan-4 BidanPuskesmas Rao Triagulasi
5 Informan-5 BidanPuskesmas Rao Triagulasi
6 Informan-6 Bidandesa Triagulasi
7 Informan-7 Bidandesa Triagulasi

B. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian tentang manajemen pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K

Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020 yang telah

dilakukan mulai pada tanggal 15 Februari sampai 29 Februari 2020. Wawancara

dengan informan utama dilakukan di Puskesmas Rao (Kepala Puskesmas,

61
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
62

pemegang program KIA dan Petugas Farmasi/Apoteker), Sedang dengan

Informan Triagulasi ( bidan puskesmas dan bidan desa ) dilakukan di wilayah

kerja puskesmas dengan informan saat kunjungan rumah. Instrument yang

digunakan pada penelitian ini adalah berupa rekaman suara dan foto

dokumentasi.

C. Hasil Wawancara Mendalam

1. Input

a. Kebijakan

Sehubungan dengan kebijakan, informan penelitian menyampaikan

pendapat mereka berkaitan dengan hal ini.

Informan 1 (If 1) menyatakan bahwa:

“ Kebijakan yang kita lakukan untuk puskesmas Rao khususnya


Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
PDVK.” (If 1).

Pemegang Program KIA juga menambahkan bahwa:


“ Kalau kebijakan khusus di puskesmas Rao tentang vitamin K pada
BBL yang sudah ada aja, kita hanya berpedomannya dari
Kementerian Kesehatan. Kan ada standar-standarnya.”(If 2)

Sedangkan Informan triagulasi menyatakan bahwa masalah dilapangan


sehubungan dengan kebijakan pemberian Vitamin K pada BBL ini:
“ Kalau kebijakan tentang vitamin K pada BBL sudah ada, masuk ke
kunjungan Neonatal.” (If 4)
“ Kalau kebijakan tentang vitamin K sudah ada karena itu kan
program layanan KIA.” (If 5)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


63

“ Kalau kebijakan tentang vitamin K, gak tau. Tapi pemberian


Vitamin K masuk ke 58 langkah APN.“ (If 6)
“ Kalau kebijakan tentang vitamin K sudah ada kok.”(If 7)

Ketika peneliti menanyakan tujuan yang ingin dicapai dari kebijakannya

seperti apa, infornan 1 menjawab:

“ Tujuan nya ya tercapainya suatu indikator sebuah capaian dari


pada sasaran untuk pemberian vitamin K tergantung dengan target
yang di berikan oleh Pusat Kementerian Kesehatan yang kemudian
di turunkan target kepada provinsi dan kemudian target kepada
kabupaten/kota dalam pemberian profilaksis injeksi vitamin K1
pada bayi baru lahir sedini mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir.”
(If 1).

Pemegang Program KIA juga menambahkan bahwa:


“ Kalau tujuan pemberian disesuaikan judulnya dengan vitamin K
ada pun itu vitamin K untuk tercapainya target pelayanan
kesehatan pada bayi baru lahir yang komprehensif di tingkat
pelayanan dasar.”(If 2)

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan

triagulasi di wilayah kerja puskesmas Rao berikut ini.

“ Agar tidak terjadinya perdarahan pada otak bayi, tumbuh kembang


anak tidak terganggu dan mempercepat untuk sembuh bila tejadi
luka.” (If 4)
“ Kalau menurut saya pemberian vitamin K ini untuk mengurangi
resiko perdarahan pada bayi.” (If 5)
“ Tujuan pemberian vitamin K program layanan bayi baru lahir agar
tidak terjadi perdarahan karena kekurangan vitamin K.” (If 6)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


64

“ Ya..mengurangi angka kejadian perdarahan pada bayi baru lahir


kan.” (If 7)

Tabel 5.2
Reduksi Data Kebijakan Program Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi
Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
kebijakan sudah kebijakan kebijakan Kebijakan kebijakan kebijakan
ada dengan sudah ada sudah ada tidak tahu, tapi sudah ada sudah ada
mengacu dengan yang masuk pemberian yang masuk
kepada program mengacu kunjungan Vitamin K layanan KIA
pemerintah kepada neonatal masuk 58
dalam Kementerian langkah APN
menurunkan Kesehatan
angka sesuai dengan
kesakitan, standar-
kecacatan dan standar yang
kematian bayi ada
akibat PDVK

b. SDM (Tenaga Kesehatan)

Dari sisi SDM dalam Program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi

Baru Lahir yang ada di Puskesmas Rao, kepala puskesmas menjelaskan

bahwa:

“ Untuk memberikan vitamin K ini kita juga harus mempunyai sumber


daya manusia nya para bidan lah...”. (If 1)
Pemegang Program KIA juga menambahkan terkait SDM dalam program
ini bahwa:
“Kalau tenaga sih cukup Alhamdulilah untuk Puskesmas Rao
walaupun pemegang program KIA cuman satu tetapi kita
koordinasi kolaborasi sama dengan seluruh bidan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rao… jadi kalau dari jumlah tenaga masih memadai”.
(If 2)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


65

Hal ini dibenarkan oleh bidan puskesmas dan Bidan desa di wilayah kerja
puskesmas Rao seperti hasil wawancara berikut ini.
“ kalau tenaga bidan gak ada yang kurang, malah berlebih –
lebih.”(If 4)
“ di puskesmas rata-rata bidan yang banyak nya.” (If 5)
“ tenaga kesehatan ya, bidan selama ini sudah lebih dari cukup.”(If 6)
“ sudah cukup, malah berlebih.”(If 7).

Ketika peneliti menanyakan kendala dalam ketersediaan tenaga, infornan 1

menjawab:

“ tenaga bidan tentunya sekali sudah mencukupi yaaa sudah


mencukupi.” (If 1)
Pemegang Program KIA juga menambahkan bahwa:
“ Kalau ketersediaan tenaga tidak ada.”(If 2)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh bidan puskesmas dan Bidan desa di

wilayah kerja puskesmas Rao seperti hasil wawancara berikut ini.

“kalau tenaga bidan bisa di bilang gak ada yang kurang.” (If 4)
Informan 5 : “rasanya gak ada masalah.”(If 5)
Informan 6 : “gak ada kendala terkait jumlah bidan.” (If 6)
Informan 7 : “menurut saya, tenaga bidan sudah cukup.” (If 7)

Tabel 5.3
Reduksi Data SDM Program Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru
Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
SDM nya para tenaga SDM SDM Bidan, Tenaga sudah Tenaga Tenaga
bidan dan cukup dan tidak kurang mencukupi kesehatan kesehatan
tenaga bidan tidak ada yang cukup (bidan)
tentunya sekali kendala sudah
sudah cukup
mencukupi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


66

c. Logistik

Logistik untuk pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir,

dijelaskan oleh 3 informan berikut:

sebagai berikut:

“ Pada prinsipnya logistik sudah mencukupi.”(If 1)


“ Kalau logistik yang khusus kita tidak ada karna kita sudah ada
gudang obat tempat kita meminta persediaan obat kalau kita butuh
atau obat lagi habis yaitu ke bagian farmasi obat di Dinas
Kesehatan kabupaten Pasaman dan kita tidak ada pengadaan
khusus untuk hal logistik disini.” (If 2)
“ Kalau masalah logistik di puskesmas Rao bersumber dari BPOF
Dinas Kesehatan di Kabupaten, stok obat yang ada di gudang
puskesmas diberikan pada bidan yang meminta dalam bentuk
laporan LPLPO.” (If 3)

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan

triagulasi di wilayah kerja puskesmas Rao berikut ini

“ Persediaan obat dari Dinas Kesehatan.” (If 4)


“ didapat dari puskesmas yang bersumber dari Dinas Kesehatan.”
(If 5)
“ kalau saya mengambil obat dari gudang obat puskesmas. ” (If 6)
“ saya dapat dari puskesmas.” (If 7)

Ketika peneliti menanyakan kendala dalam hal logistik, infornan utama

menjawab:

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


67

“ Menurut saya ada sedikit kendala disini, karena keterbatasan obat


dalam pemberian injeksi vitamin K ini. Kita selalu berusaha
memberikan yang terbaik untuk kesehatan bayi terutama untuk
ketersediaan obat vitamin K ini di puskesmas.” (If 1)
“ kendala ada dalam hal stock obat”. Kita berupaya untuk
menyediakan vitamin K ini di Puskesmas agar bayi bias
mendapatkan vitamin K.” (If 2)
“ kendala ada…obat pernah kosong di puskesmas rao seperti pada
bulan januari sampai april 2019 pada bulan mei 2019 stok obat
baru ada. Padahal sekali 2 bulan selalu mengirim permintaan obat
ke bagian BPOF Dinas Kesehatan di kabupaten. Tapi, memang obat
tersebut juga kosong di Kabupaten kata mereka”. Disini kita selalu
berusaha meminta kekurangan obat sebelum stok obat habis di
gudang farmasi puskesmas semoga ke depannya tidak terjadi lagi.”
(If 3).

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh bidan

puskesmas dan Bidan desa di wilayah kerja puskesmas Rao seperti hasil

wawancara berikut ini.

“ kendala yang terjadi obat vitamin K yang tersedia di Puskesmas


kadang-kadang tidak mencukupi.” (If 4)
“ya.. kadang obat vitamin K ini tidak tersedia di puskesmas.” (If 5)
”ada saja kendala yang terjadi misalnya obat vitamin K kadang-
kadang tidak mencukupi makanya ada bayi yang tidak di beri suntik
vitamin K ini.“ (If 6)
“ vitamin K itu masalahnya kadang tidak tersedia, kadang ada stok
pun sudah kadaluarsa.” (If 7).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


68

Tabel 5.4
Reduksi Data Logistik Program Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi
Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 3 If 4 If 5 If 6 If 7
Logistik Vitamin K di dari dinas dari dinas Dari Dari Dari
sudah Drop dari kesehatan. kesehatan gudang puskesmas puskesmas
mencukupi, Dinas Kendalanya tapi farmasi yang tetapi
laporan Kesehatan, pada kendala puskesmas diperoleh kendala
kendala pada dan dikelola ketersedian pada tetapi stock dari dinas ketersediaan
bagian oleh Vitamin K stock Vitamin K kesehatan vitamin K
gudang puskesmas karena vitamin K yang tidak tetapi
farmasi dan terkendala kekosongan yang ready kendala
pada stock dari BPO langka ketersediaan
Vitamin K Kabupaten vitamin K

d. Sarana Prasarana

Kecukupan sarana dijelaskan oleh kepala Puskesmas , pemegang

Progrma KIA dan Petugas Farmasi Puskesmas dalam kutipan wawancara

dibawah ini:

“ kalau sarana prasarana dalam hal ini cuma vitamin K aja dan
format pelaporannya.. itu aja sih.“ (If 1)
“ kalau sarana prasarana yang dari lapangan sih enggak ada ya
karna kalau memberikannya cuman vitamin K nya saja terus
pelaporan tapi kalau dalam bentuk eemmm… alat-alat sudah cukup
dalam kegiatan ini.” (If 2)
“ tidak ada sarana dan prasananya hanya vitamin K saja termasuk
spuit nya.“ (If 3).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


69

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh bidan puskesmas

dan Bidan desa di wilayah kerja puskesmas Rao seperti hasil wawancara

berikut ini.

“gak ada sarana dan prasananya. Yang diperlukan cuma vitamin K


dan spuit aja.” (If 4)
“ gak ada yang gimana gitu. Paling alatnya cuma vitamin K dan spuit
aja, ya..sudah ada kok.“ (If 5)
“ kalau sarana prasarana yang dari lapangan sih enggak ada cuma
vitamin k aja palingan masuk dalam persiapan persalinan dan
pelaporannya.” (If 6)
“ gak pakai yang ribet ya.. vitamin K sama Spuit aja trus laporan.”
(If 7).

Ketika peneliti menanyakan kendala dalam dalam penyediaan sarana dan

prasarana, infornan utama menjawab:

“ sejauh ini sarana prasarana tidak ada kendala.“ (If 1)


“ enggak ada sih.” (If 2)
“ tidak ada permasalahan, Cuma ketersedian Vitamin k saja yang
menjadi masalahnya.“ (If 3).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh bidan puskesmas dan bidan

desa seperti dibawah ini.

“ gak ada.” (If 4)


“ gak ada.” (If 5)
“ masalahnya ya vitamin K itu aja.” (If 6)
“ gak ada kendala kok, Cuma ketesediaan vitamin K.. Tapi, itu masuk
logistik ya.. Kalau sarana prasarana amanlah.” (If 7)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


70

Tabel 5.5
Reduksi Data Sarana Prasarana Program Pemberian Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 3 If 4 If 5 If 6 If 7
Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana
prasarananya prasarana prasaran prasarana prasaranany prasaranya prasaranaya
vitamin K dan dilapangan lengkap yang a lengkap di hanya Vitamin K,
format yaitu vitamin akan tetapi termasuk puskesmas vitamin K spuit dan
pelaporan dan K dan format ketersedian dalam tetapi dan pelaporan.
sudah tersedia pelapolaran. Vitamin K persiapan ketersedian format Masalhanya
di puskesmas Masalahnya yang persalinan Vitamin K pelaporan pada
pada menjadi yang tidak ketersediaan
ketersedian masalahny memadai Vitamin K
logistic a

2. Proses

a. Perencanaan

Sehubungan dengan kegiatan perencanaan pelaksanaan pemberian injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Kepala Puskesmas dan Pemegang Program

KIA Puskesmas Rao menjelaskan bahwa:

“ perencanaan kan disesuaikan dengan program KIA yaitu kunjungan


neonatusnya. Yang melakukan ya Bidan lah yang menolong. Dan
kalau masalah ketersediaan logistik kadang sesuai kadang tidak.“
(If 1)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


71

“ saya pemegang program yang menyusun perencanaan program KIA.


Ya.. perencanaan pelaksanaan sudah menjadi tugas pokok program
KIA.“ (If 2)

Hal ini dibenarkan oleh bidan puskesmas dan bidan desa seperti hasil

wawancara dibawah ini.

“ perencanaan pelaksanaan… maksudnya rencana program.. Pastilah


ada kan program. Semua pasti ada rencana dlu baru
pelaksanaannya yang dilakukan oleh bidan.” (If 4)
“ perencanaan program di puskesmas dalam hal ini program
pelayanan persalinan dan neonates.” (If 5)
“ perencanaan program pemberian vitamin K masuk ke dalam
program KIA” di bawah naungan bidan koordinator puskesmas dan
kepala puskesmas sebagai penanggung jawabnya.” (If 6)
“ setahu saya sudah ada rencana, inikan program kesehatan.” (If 7)

Tabel 5.6
Reduksi Data Perencanaan Program Pemberian Injeksi Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao
Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
Perencanaan Yang Perencanaan Direncanakan Perencanaan Perencanaan
program menyusun termasuk oleh Kepala program program ada
pemberian perencanaan dalam puskesmas dan termasuk dalam
injeksi Vitamin adalah program Bidan dalam program
K Pada Bayi Pemegang pelayanan Koordinator program puskesmas
Baru Program KIA persalinan Puskesmas
disesuaikan yang dan BBL
dengan diketahui
program KIA oleh kepala
(kunjungan puskesmas
Neonatus)

b. Pengelolaan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


72

Pengelolaan pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru, dijelaskan

oleh beberapa informan sebagai berikut:

“ pengolaaan program ini sudah disesuaikan dengan perencanaan


yang ada.“(If 1)
” kalau pengelolaan pelaksanaan kegiatan program pemberian injeksi
vitamin K pada bayi baru lahir kan dilakukan di setiap bayi baru
lahir dan dari kunjungan ANC sudah dimasukkan sasaran untuk
bulan apa dilakukan pemberiannya.” (If 2).

Sesuai dengan hasil wawancara dengan bidan puskesmas dan bidan desa

berikut ini:

“ pengelolaan perencanaan kan diatur sama puskesmas, kita cuma


sebagai pelaksana aja.”(If 4)
“ ya.. pengelolaan program ini diatur sama puskesmas.” (If 5)
“ pengelolaan…(kan semua bidan yang melakukan ini bila ada
persalinan yang di tolong.” (If 6)
“ kurang tahu ya…karena kita sebagai bidan desa tu cuma
melaksanakan program saja… sama halnya dalam pemberian
vitamin K pada BBL.” (If 7)

Tabel 5.7
Reduksi Data Pengelolaan Program Pemberian Injeksi Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
Sesuai dengan Karena Puskesmas Puskesmas Semua bidan Bidan
perencanaan pemberian yang yang mengatur melakukan sebagai
vitamin K mengatur pengelolaan pemberian pelaksana
dilakukan bidan sebagai program Vitamin K program
setiap ada pelaksana pada BBL
BBL yang
didata sejak
kunjungan
ANC

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


73

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di

Wilayah Kerja Puskesmas Rao, diperoleh informasi dari informan sebagai

berikut:

“ Pelaksanaan Program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru


Lahir sudah ada perencanaan akan tetapi pelaksanaannya
disesuaikan dengan ketersedian logistic.“ (If 1)
“ Pelaksanaan nya kan kita mulai dari perencanaan nya, kapasitas
dinas hanya merencanakan kebutuhan dari vitamin K kemudian
pengadaan dan instalasi gudang farmasi. Kemudian di amprah oleh
puskesmas sesuai kebutuhan, baru gudang obat puskesmas
mendistribusikan ke bidan desa atau pun bidan mandiri dan laporan
diberikan ke puskesmas tiap bulannya.“ (If 2)

Hal ini dibenarkan oleh bidan puskesmas dan Bidan desa di wilayah kerja

puskesmas Rao seperti hasil wawancara berikut ini.

“ kalau menurut saya, perencanaan yang ada sudah sesuai dengan


pelaksanaan. Kadang ada stok Vitamin K ya dilakukan sesegera
mungkin saat bayi baru lahir.” (If 4)
“ kalau di puskesmas ini bagi patien melahirkan di poned langsung di
berikan injeksi vitamin K dan sudah sesuai perencanaan.” (If 5)
“ dilakukan… kalau stok obat ada.. Tapi kalau obat tidak tersedia
vitamin K tidak diberikan pada BBL.” (If 6)
“ setiap bayi baru lahir diberikan Vit K segera tetapi keterbatasan
vitamin K itu yang menjadi masalahnya.” (If 7)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


74

Ketika peneliti menanyakan kendala dalam pelaksanaan kegiatan

Pemberian injeksi Vitamin K Pada bayi baru lahir, infornan utama

menjawab:

“ laporan yang saya dapatkan bahwa ketersediaan logistik yang


bermasalah sekarang.“ (If 1)
“ ya…masalahnya ada pada vitamin K itu sendiri yang bisa dibilang
kosong.“ (If 2)

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh bidan puskesmas

dan Bidan desa di wilayah kerja puskesmas Rao seperti hasil wawancara

berikut ini.

” kalau di poned vitamin K jarang kosong.” (If 4)


“ vitamin K yang permintaan sudah tiap bulan tapi pemenuhan
permintaan itu lama waktunya bisa 2 sampai 4 bulan baru ada.“
(If 5)
“ vitamin K nya susah didapat dari gudang farmasi karena stok tidak
ada.“ (If 6)
“ vitamin K yang gak ada.“ (If 7)

Tabel 5.8
Reduksi Data Pelaksanaan Program Pemberian Injeksi Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
pelaksanaan pelaksanaan Tergantung Pelaksanaan Jarang Jarang
pemberian pemberian keresediaan disesuaikan dilakukan dilakukan
injeksi Vitamin injeksi vitamin K. dengan stock karerena karerena
K Pada Bayi Vitamin K Vitamin K terkendala terkendala
Baru di Pada Bayi stock Vitamin stock
puskesmas Rao Baru K Vitamin K
sudah sesuai dilakukan
dengan secara
perencanaan langsung saat
persalinan di

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


75

puskesmas
ataupun pada
bidan desa
dan mandiri

3. Output

Sehubungan dengan pencatatan dan pelaporan pemberian injeksi Vitamin K

Pada BBL, dijelaskan oleh beberapa informan:

“ laporan puskesmas jelas setiap bulannya masuk beserta capaian-


capaiannya. Jadi sekarang ini dengan adanya capaian puskesmas
yang tidak mencapai target ini lah tugas kita bersama mencari jalan
keluarnya.” (If 1)
“ pelaporan dilakukan oleh bidan-bidan puskesmas maupun bidan di
desa setiap bulannya, akan tetapi pelaporan pemberian vitamin K
pada bayi tidak lengkap.” (If 2)

Hal ini dibenarkan oleh bidan puskesmas dan Bidan desa di wilayah kerja

puskesmas Rao seperti hasil wawancara berikut ini.

“ pelaporan pelaksanaan selalu jelas.“ (If 4)


“ laporan selalu ada kalau ada tindakan.” (If 5)
“ laporan tiap bulan ada kok diberikan ke puskesmas.” (If 6)
“laporan tiap bulan diberikan ke puskesmas tapi kalau vitamin K
pada bayi baru lahir sering kosong karena tidak dilakukan.” (If 7).

Tabel 5.9
Reduksi Data Pencatatan dan Pelaporan Pemberian Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
Sudah sesuai Sudah sesuai Sudah sesuai Setiap Laporan Laporan
SOP SOP SOP tindakan ada diberikan ke diberikan
pelaporan puskesmas ke

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


76

puskesmas

Ketika peneliti menanyakan kendala dalam dan apa usaha yang akan

dilakukan untuk program selanjutnya, informan menjawab:

“ ya…usaha untuk kelanjutan program ini dengan mengadakan


ketersedian vitamin K di puskesmas rao dan sudah dilaporkan dan
dikordinasikan dengan dinas kesehatan kabupaten.” (If 1)
“ sudah disampaikan kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan
terkait masalah ini. Diharapkan segera dilakukan tindakan
secepatnya dalam pemenuhan permintaan ketersediaan Vitamin K di
Puskesmas khususnya ketersediaan stok di Kabupaten.” (If 2)
“ ya…meminta bagian gudang obat puskesmas agar Vitamin K ini
selalu tersedia.“ (If 4)
“ ya…kalau dapat vitamin K selalu ada di puskesmas agar setiap ada
bayi baru lahir dapat diberikan sesegera mungkin.”(If 5)
“ Vitamin K ini kalo dapat stoknya selalu ada saat dibutuhkan dan
bukan tunggu habis dulu baru dilakukan permintaan.” (If 6)
“ kalau dapat vitamin K ini ready terus di puskesmas.”(If 7)

Tabel 5.10
Reduksi Data Kendala dan Usaha Program Pemberian Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Rao Tahun 2020

Informan Penelitian
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7
meningkatkan meningkatkan Tersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan
permintaan permintaan Vitamin K Vitamin K Vitamin K Vitamin K
vitamin K vitamin K yang harus agar agar agar
(stok) di (stok) di disediaakan pemberian pemberian pemberian
gudang farmasi gudang pada BBL pada BBL pada BBL
Puskesmas farmasi tidak tertunda tidak tertunda tidak
Puskesmas tertunda

D. Triangulasi Metode

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


77

1. Kebijakan

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan, kebijakan terkait

pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir sudah ada dengan

pelaksanaan pemberian Vitamin K ini mengacu kepada program pemerintah

dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat

PDVK yang dilakukan dalam pertolongan persalinan. Sedangkan, tujuan

yang ingin dicapai dari pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

adalah Tercapainya target pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 pada

bayi baru lahir sedini mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir dan tercapainya

target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yang komprehensif di

tingkat pelayanan dasar yaitu mengurangi resiko perdarahan akibat

kekurangan vitamin K.

Tabel 5.11
Triangulasi Kebijakan Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru
No. Kebijakan Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Telaah
mendalam Dokumen
1 Surat Keputusan Belum ada Tidak ada Surat keputusan terkait
pemberian injeksi vitamin K
2 Pedoman Sudah ada ada
pada bayi baru lahir tetapi
sudah dilakukan sesuai
Pedoman Teknis Pemberian
Injeksi Vitamin K 1

2. SDM

Hasil wawancara mendalam dengan kepala puskesmas Rao dan

pemegang program KIA dan dengan bidan puskesmas serta bidan desa

wilayah kerja Puskesmas Rao didapatkan bahwa jumlah SDM/ tenaga

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


78

Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao khususnya untuk Program

pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir sudah mencukupi

sehingga tidak terdapat kendala dalam ketersediaan tenaga Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rao khususnya untuk Program pemberian injeksi Vitamin

K Pada Bayi Baru Lahir karena jumlah bidan di wilayah kerja puskesmas

Rao sudah cukup.

Tabel 5.12
Triangulasi SDM Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru
No. SDM Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Telaah
mendalam Dokumen
1 Bidan Sudah cukup Ada SDM yang melakukan
pemberian injeksi vitamin K
adalah semua bidan di
wilayah kerja Puskesmas Rao

3. Logistik

Dari hasil wawancara mendalam dengan kepala puskesmas Rao,

pemegang program KIA dan petugas farmasi puskesmas didapatkan bahwa

logistic Program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di

Drop dari Dinas Kesehatan, dengan kendala logistik dalam pemberian

injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir seperti stok vitamin K yang kosong

sementara permintaan banyak tiap bulannya dan memerlukan waktu yang

lama untuk dipenuhi oleh dinas kesehatan kabupaten.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


79

Tabel 5.13
Triangulasi Logistik Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru
No. Logistic Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Telaah
mendalam Dokumen
1 Vitamin K Tidak Daftar Keterbatasn ketersedian
mencukupi permintaan Vitamin K menjadi kendala
besar dalam pemberian
injeksi Vitamin K pada BBL

4. Sarana Prasarana

Hasil wawancara tentang Sarana dan Prasarana yang ada di Puskesmas

Rao untuk pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir dengan

kepala puskesmas Rao dan pemegang program KIA serta bidan puskesmas

dan bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Rao didapatkan bahwa sarana

prasarana yang disediakan puskesmas lengkap dan memadai berupa alat-alat

dan format pelaporan sehingga tidak ada kendala terkait sarana prasaran di

puskesmas Rao dalam pemberian injeksi Vitamin K pada BBL.

Tabel 5.14
Triangulasi Sarana Prasarana Pemberian Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru
No. Sarana Prasarana Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Telaah
mendalam Dokumen
1 Alat-alat Injeksi Sudah ada ada Sarana prasarana pemberian
injeksi Vitamin K pada BBL
2 Format Pelaporan Sudah ada ada
sudah cukup

5. Proses (Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan)

Hasil wawancara mendalam dengan kepala puskesmas Rao dan

pemegang program KIA dan dengan bidan puskesmas serta bidan desa

wilayah kerja Puskesmas Rao didapatkan bahwa perencanaan program

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


80

pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru di Puskesmas Rao dipegang

oleh pemegang program KIA yang diketahui oleh kepala puskesmas dengan

pengelolaan program sudah sesuai dengan perencanaan program puskesmas

akan tetapi secara structural tidak ada, akan tetapi disesuaikan dengan

rencana program KIA sehingga pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K

Pada Bayi Baru di puskesmas Rao sudah sesuai dengan perencanaan yaitu

pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru dilakukan secara

langsung saat persalinan di puskesmas ataupun pada bidan desa dan

mandiri. Namun, dalam pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K Pada

Bayi Baru di puskesmas Rao sudah yaitu ketersediaan logistic yang tidak

ada di gudang farmasi puskesmas Rao sehingga pelaksanaan pemberian

injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru terlambat dan tertunda.

Tabel 5.15
Triangulasi Proses Pemberian Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru
No. Proses Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Telaah
mendalam Dokumen
1 Perencanaan Perencanaan Tidak ada perencanaan program
termasuk pemberian injeksi Vitamin K
program KIA Pada Bayi Baru di Puskesmas
Rao dipegang oleh pemegang
program KIA yang diketahui
oleh kepala puskesmas
2 Pengelolaan Sesuai dengan Tidak ada pengelolaan program
perencanaan pemberian injeksi Vitamin K
program KIA Pada Bayi Baru, sudah sesuai
dengan perencanaan program
puskesmas akan tetapi secara
structural tidak ada, akan
tetapi disesuaikan dengan
rencana program KIA.
3 Pelaksanaan sudah sesuai Tidak ada Pelaksanaan tidak dapat
dengan dilakukan belum optimal
perencanaan tapi karena terkendala pada

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


81

tidak merata ketersedian Vitamin K


sehingga ada bayi yang tidak
mendapatkan Vitamin K saat
baru lahir.

6. Output

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan

penelitian untuk mengevaluasi kualitas pelayanan dalam pelaksanaan

program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Di Wilayah Kerja

Rao tahun 2020. Berdasarkan hasil wawancara dinyatakan bahwa

pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Pemberian injeksi Vitamin K Pada

bayi baru lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao sudah sesuai dengan SOP

akan tetapi masih kurang lengkap karena ketersediaan Vitamin K yang tidak

selalu ada di puskesmas. Telaah dokumen yang dilakukan juga

membuktikan adanya bukti fisik pelaporan pelaksanaan pemberian injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru kepada puskesmas. Dengan masalah terkait

diatas diharapkan diadakan upaya-upaya seperti meningkatkan permintaan

vitamin K (stok) di gudang farmasi Puskesmas Rao agar tidak tertunda

dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

Tabel 5.16
Triangulasi Output Pelaksanaan Pemberian Injeksi
Vitamin K Pada Bayi Baru
No. Output Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Telaah
mendalam Dokumen
1 Pencatatan dan sudah sesuai ada pencatatan dan pelaporan hasil
Pelaporan dengan SOP kegiatan Pemberian injeksi
Vitamin K Pada bayi baru lahir
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rao sudah sesuai dengan SOP
akan tetapi masih kurang
lengkap karena ketersediaan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


82

Vitamin K yang tidak selalu ada


di puskesmas

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


83

E. Matriks Tabel Hasil Penelitian


1. Input
a. Kebijakan

Tabel 5.17
Matriks Tabel tentang Kebijakan Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
kebijakan sudah ada kebijakan sudah ada kebijakan Kebijakan kebijakan kebijakan Tidak ada Tidak ada
dengan mengacu dengan mengacu sudah ada tidak tahu, tapi sudah ada sudah ada
kepada program kepada Kementerian yang masuk pemberian yang masuk
pemerintah dalam Kesehatan sesuai kunjungan Vitamin K layanan KIA
menurunkan angka dengan standar- neonatal masuk 58
kesakitan, kecacatan standar yang ada langkah APN
dan kematian bayi
akibat PDVK

b. SDM

Tabel 5.18
Matriks Tabel tentang SDM Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
SDM nya para bidan tenaga SDM cukup SDM Bidan, Tenaga sudah Tenaga Tenaga Tidak ada Tidak ada
dan tenaga bidan dan tidak ada tidak kurang mencukupi kesehatan kesehatan
tentunya sekali sudah kendala yang cukup (bidan) sudah
mencukupi cukup

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


84

c. Logistik
Tabel 5.19
Matriks Tabel tentang Logistik Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 3 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
Secara prinsip Vitamin K di dari dinas dari dinas Dari gudang Dari Dari Ketersediaan Stock di Dinas
logistic sudah Drop dari Dinas kesehatan. kesehatan farmasi puskesmas puskesmas Vitamin K Kesehatan
mencukupi yang di Kesehatan, dan Kendalanya tapi kendala puskesmas yang tetapi di Kabupaten
drop dari Dinas dikelola oleh pada ketersedian pada stock tetapi stock diperoleh kendala Puskesmas tidak selalu
Kesehatan puskesmas dan Vitamin K vitamin K Vitamin K dari dinas ketersediaan tersedia
terkendala pada karena yang langka yang tidak kesehatan vitamin K sehingga stock
stock Vitamin K kekosongan dari ready tetapi vitamin K
BPO Kabupaten kendala puskesmas
ketersediaan juga tidak ada
vitamin K

d. Sarana Prasarana
Tabel 5.20
Matriks Tabel Sarana Prasarana Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 3 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
Sarana prasarana Sarana prasarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Tidak ada Tidak ada
berupa alat-alat dan berupa alat-alat prasarana prasarana prasarana prasarana prasarana
format pelaporan dan format berupa alat-alat berupa alat- berupa alat- berupa alat- berupa alat-
yang sudah lengkap pelaporan yang dan format alat dan alat dan alat dan alat dan
sudah lengkap pelaporan yang format format format format
sudah lengkap pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan
yang sudah yang sudah yang sudah yang sudah
lengkap lengkap lengkap lengkap

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


85

2. Proses
a. Perencanaan

Tabel 5.21
Matriks Tabel tentang Perencanaan Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
Perencanaan program Yang menyusun Perencanaan Direncanakan Perencanaan Perencanaan Tidak ada Tidak ada
pemberian injeksi perencanaan adalah termasuk oleh Kepala program program ada
Vitamin K Pada Bayi Pemegang Program dalam program puskesmas dan termasuk dalam
Baru disesuaikan KIA yang diketahui pelayanan Bidan dalam program
dengan program KIA oleh kepala persalinan dan Koordinator program puskesmas
(kunjungan Neonatus) puskesmas BBL Puskesmas

b. Pengelolaan

Tabel 5.22
Matriks Tabel tentang Pengelolaan Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
Perencanaan program Yang menyusun Perencanaan Direncanakan Perencanaan Perencanaan Tidak ada Tidak ada
pemberian injeksi perencanaan adalah termasuk oleh Kepala program program ada
Vitamin K Pada Bayi Pemegang Program dalam program puskesmas dan termasuk dalam
Baru disesuaikan KIA yang diketahui pelayanan Bidan dalam program
dengan program KIA oleh kepala persalinan dan Koordinator program puskesmas
(kunjungan Neonatus) puskesmas BBL Puskesmas

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


86

c. Pelaksanaan

Tabel 5.23
Matriks Tabel tentang Pengelolaan Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
pelaksanaan pemberian pelaksanaan Tergantung Pelaksanaan Jarang Jarang Tidak ada Tidak ada
injeksi Vitamin K Pada pemberian injeksi keresediaan disesuaikan dilakukan dilakukan
Bayi Baru di puskesmas Vitamin K Pada vitamin K. dengan stock karerena karerena
Rao sudah sesuai Bayi Baru dilakukan Vitamin K terkendala terkendala
dengan perencanaan secara langsung saat stock Vitamin stock Vitamin
persalinan di K K
puskesmas ataupun
pada bidan desa dan
mandiri

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


87

3. Output
Tabel 5.24
Matriks Tabel tentang Pencatatan dan Pelaporan Pemberian Injeksi Pemberian Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Di Puskesmas Rao
Informan Penelitian Analisis
If 1 If 2 If 4 If 5 If 6 If 7 Masalah Penyebab
Sudah sesuai SOP Sudah sesuai SOP Sudah sesuai Setiap Laporan Laporan Laporan Ketersediaan
SOP tindakan ada diberikan ke diberikan ke pelayanan Vitamin K
pelaporan puskesmas puskesmas kunjungan yang sering
Neonatus dilakukan
sering tertunda
tertunda sehingga
laporan
kunjungan
neonates juga
tertunda
meningkatkan meningkatkan Tersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Pemberian Ketersediaan
permintaan vitamin K permintaan vitamin Vitamin K Vitamin K Vitamin K Vitamin K Vitamin K Vitamin K di
(stok) di gudang farmasi K (stok) di gudang yang harus agar agar agar pada BBL puskesmas
Puskesmas farmasi Puskesmas disediaakan pemberian pemberian pemberian sering yang tidak ada
pada BBL pada BBL pada BBL tertunda dan
tidak tertunda tidak tertunda tidak tertunda tidak
dilakukan

Keterangan Tabel:
If 1 : Kepala Puskesmas Rao If 4 & If 5 : Bidan Puskesmas Rao
If 2 : Pemegang Program KIA Puskesmas Rao If 6 & If 7 : Bidan Desa di Wil.Kerja Rao
If 3 : apoteker Puskesmas Rao

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


88

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa hal yag menjadi kesulitan dan keterbatasan dalam penelitian

ini, diantaranya yang menjadi keterbatasan adalah sebagai berikut:

a. Informasi yang diperoleh hasilnya sangat dipengaruhi oleh persepsi

informan, pemahaman, dan pengalaman informan terhadap substansi

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan juga dipengaruhi oleh suasana

saat dilakukan indepth interview.

b. Waktu dan dana yang terbatas sehingga peneliti tidak dapat mengikuti

seluruh pelaksanaan program pemberian injeksi Vitamain K pada BBL ini

secara utuh dari awal sampai akhir.

c. Penelitian kualitatif memerlukan kemampuan dan pengalaman untuk

menggali dan mengungkapkan informasi yang dibutuhkan untuk dapat

dianalisis.

B. Input

Dari hasil wawancara diketahui bahwa dari komponen input yang terdiri

dari pertama yaitu: kebijakan terkait injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir itu

sudah ada, dengan mengacu kepada program pemerintah dalam menurunkan

angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PDVK. Kedua yaitu jumlah

SDM atau tenaga kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao khususnya untuk

87

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


89

program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir sudah mencukupi

Ketiga yaitu: logistik program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru

Lahir berasal dari Drop dari Dinas Kesehatan dan dikelola oleh puskesmas. Dan

keempat yaitu: sarana prasarana yang disediakan puskesmas hanya berupa alat-

alat dan format pelaporan saja.

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu

naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang

berperan dalam pembekuan darah, seperti factor II, VII, IX, X dan antikoagulan

protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum

banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah. Kebijakan

penyelenggaraan pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 dilaksanakan oleh

fasilitas kesehatan pemerintah, swasta dan masyarakat yang berbasis hak anak

melalui kerjasama lintas program dan lintas sector (Kemenkes RI, 2011).

Hasil penelitian Khumaidi (2017) tentang Gambaran Pelaksanaan Pelayanan

Neonatus Di Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2016 yang

diketahui bahwa dari indikator input yaitu kekurangan ketersediaan SDM,

kekurangan logistik vitamin K dan penambah darah. Sedangkan dari hasil

penelitian Lestari (2019) tentang Analisis Tentang Pencapaian Pemberian

Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota

Bukittinggi Tahun 2018 bahwa dari indikator input bahwa tenaga kesehatan,

dana, logistik sudah ada, tetapi kebijakan belum ada Pemberian Vitamin A.

Menurut analisis peneliti, faktor kebijakan, SDM, logistik dan ketersediaan

sarana prasarana dalam pelaksanaan program injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


90

Lahir di wilayah kerja Puskesmas Rao diketahui bahwa sudah sesuai dengan

program pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan

kematian bayi akibat PDVK. Namun dari segi SDM atau tenaga kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Rao khususnya untuk program pemberian injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir sudah mencukupi. Dari segi logistik program

pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir berasal dari Drop dari Dinas

Kesehatan dan dikelola oleh puskesmas. Dari segi sarana prasarana yang

disediakan puskesmas hanya berupa alat-alat dan format pelaporan saja. Program

ini adalah program umum KIA yaitu menyangkut kunjungan neonates yang

berjalan dengan baik dan sesuai dengan buku pedoman teknis pelaksanaan

Pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir.

Tabel 6.1
Analisis Manajemen Input PelaksanaanPemberian Injeksi Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020
No. Input Masalah Penyebab Saran
1. Kebijakan Kebijakan sesuai Surat keputusan terkait Agar kebijakan
dengan Pedoman pemberian injeksi terkait pemberian
Teknis Pemberian vitamin K pada bayi injeksi vitamin K
Injeksi Vitamin K 1 baru lahir belum ada pada bayi baru lahir
lebih difokuskan
2. SDM Tidak ada Tidak ada SDM sudah
lengkap
3. Logistik Ketersediaan Stock di Dinas Agar Dinas
Vitamin K di Kesehatan Kabupaten Kesehatan
Puskesmas tidak tidak selalu tersedia Kabupaten Pasaman
mencukupi Timur
meningkatkan
persediaan stock
Vitamin K
4. Sarana Prasarana Tidak ada Tidak ada Sarana prasarana
sudah lengkap

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


91

C. Proses

Dari hasil wawancara diketahui bahwa perencanaan program injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di wilayah kerja Puskesmas Rao dipegang oleh

pemegang program KIA dengan koordinasi dengan petugas farmasi yang

diketahui oleh kepala puskesmas. Dalam pengelolaan program pemberian injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru di Puskesmas Rao secara struktural tidak ada, akan

tetapi disesuaikan dengan rencana program KIA. Pada pelaksanaan pemberian

injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru di puskesmas Rao sudah sesuai dengan

perencanaan yaitu pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru

dilakukan secara langsung sesegera mungkin saat persalinan di puskesmas

ataupun pada bidan desa dan mandiri akan tetapi belum merata karena ada ibu

bayi yang mana bayinya tidak mendapatkan Vitamin K saat baru lahir karena

ketersediaan logistik yang tidak ada di gudang farmasi Puskesmas Rao sehingga

pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru terlambat dan tertunda

Program injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau petugas pelayanan

kesehatan ibu dan anak di semua unit pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011)

yaitu bidan. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan

yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perndang-undangan

(Kemenkes RI, 2017). Pelayanan pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan segera setelah lahir atau pada saat

Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) apabila persalinan ditolong oleh dukun.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


92

Hasil penelitian Khumaidi (2017) tentang Gambaran Pelaksanaan Pelayanan

Neonatus Di Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2016 yang

diketahui bahwa dari indikator proses yaitu kurangnya sosialisasi dan dalam

kunjungan neonates masih ada bidan yang melaksanakan pelayanan tidak sesuai

ketentuan, peralatan dan pelaporan yang tidak lengkap. Sedangkan dari hasil

penelitian Lestari (2019) tentang Analisis Tentang Pencapaian Pemberian

Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota

Bukittinggi Tahun 2018 bahwa dari proses bahwa perencanaan,

pengorganisasian sudah sesuai tetapi pelaksanaan masih kurang merata.

Menurut analisis peneliti, perencanaan program injeksi Vitamin K Pada

Bayi Baru Lahir di wilayah kerja Puskesmas Rao sudah sesuai dengan

perencanaan. Dalam pengelolaan program pemberian injeksi Vitamin K Pada

Bayi Baru Lahir di Puskesmas Rao secara struktural tidak ada. Selain itu

keterbatasan logistik membuat pelaksanaan injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru

tidak berjalan mulus sehingga masih ada bayi baru lahir yang tidak mendapatkan

pelayanan. Inilah yang menjadi faktor penentu hasil pelaksanaan program

pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir di wilayah puskesmas Rao tidak

berjalan secara optimal.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


93

Tabel 6.2
Analisis Manajemen Proses PelaksanaanPemberian Injeksi Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020
No. Proses Masalah Penyebab Saran
1. Perencanaan Tidak ada Tidak Ada Perencanaan program
pemberian injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru sudah sesuai
dengan pelayana KIA
2. Pengelolaan Pengelolaan Structural
masuk program perencanaan
KIA program puskesmas
tidak ada
3. Pelaksanaan Pemberian karena terkendala Agar Dinas Kesehatan
Vitamin K pada pada ketersedian Kabupaten Pasaman
bayi baru lahir Vitamin K Timur meningkatkan
tidak merata persediaan stock Vitamin
K

D. Output

Dari hasil wawancara tentang mengevaluasi kualitas pelayanan dalam

pelaksanaan program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Di Wilayah

Kerja Rao tahun 2020 sudah baik dilihat dari pencatatan dan pelaporan hasil

kegiatan pemberian injeksi Vitamin K Pada bayi baru lahir yang sesuai dengan

standar pemberiaannya, akan tetapi masih kurang lengkap karena ketersediaan

Vitamin K yang tidak selalu ada di puskesmas. Agar hal hasil ini dapat

ditanggulangi, diadakan upaya-upaya seperti meningkatkan permintaan vitamin

K (stok) di gudang farmasi Puskesmas Rao agar selalu ada dan tidak tertunda

dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

Untuk memantau kegiatan pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis pada bayi

baru lahir digunakan pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak

(PWS-KIA), melalui indikator cakupan kunjungan neonatal I (KN1). Untuk

mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila dibandingkan dengan target atau

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


94

yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan akhir program pemberian injeksi

vitamin K1 profilaksis yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian karena

PDVK harus disertai mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu

program, pembinaan dari atas (supervisi) sangat diperlukan (Kemenkes RI, 2011).

Hasil penelitian Khumaidi (2017) tentang Gambaran Pelaksanaan Pelayanan

Neonatus Di Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2016 yang

diketahui bahwa dari indikator output diketahui bahwa capaian kunjungan

neonatal yang masih belum tercapai karena target dari dinas kesehatan kabupaten

yang terlalu tinggi. Sedangkan dari hasil penelitian Lestari (2019) tentang

Analisis Tentang Pencapaian Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2018 bahwa dari

indikator output bahwa program pemberian Vitamin A pada ibu nifas masih

rendah dari target.

Menurut analisis peneliti, secara keseluruhan semua tahapan dalam injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru Di Wilayah Kerja Rao tahun 2020 telah berjalan

dengan baik sesuai standar. Akan tetapi pelaksanaan masih kurang yang

disebabkan oleh ketersedian vitamin K (logistik) itu sendiri dimana Vitamin K

tidak selalu ada stok nya di gudang farmasi puskesmas. Untuk itu penting sekali

diadakan upaya-upaya seperti meningkatkan permintaan vitamin K (stok) di

gudang farmasi Puskesmas Rao agar selalu tersedia dan tidak tertunda dalam

pemberian vitamin K pada bayi baru lahir. Hingga tujuan umum dari injeksi

Vitamin K Pada Bayi Baru yaitu menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan

kematian bayi akibat PDVK dapat tercapai. Selain itu perlu ditingkatkan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


95

koordinasi dengan dinas kesehatan agar ketersediaan logistik berjalan lancar

tanpa harus menunggu permintaan akan Vitamin K di Drop dari Dinas

Kesehatan Kabupaten.

Tabel 6.3
Analisis ManajemenOutput PelaksanaanPemberian Injeksi Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Kecamatan Tahun 2020

No. Output Masalah Penyebab Saran


1. Pencatatan Tidak ada Tidak ada Pencatatan dan pelaporan hasil
dan kegiatan Pemberian injeksi Vitamin
Pelaporan K Pada bayi baru lahir Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rao sudah sesuai
dengan SOP

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


96

BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan terkait dengan

analisis tentang pencapaian pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di

Wilayah Kerja Puskesmas Rao Tahun 2020, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil dari komponen input

a. Kebijakan terkait pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir, sudah

ada dengan mengacu kepada program pemerintah dalam menurunkan angka

kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PDVK.

b. Jumlah SDM / tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

khususnya untuk program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru

Lahir sudah mencukupi.

c. Logistik dalam pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir berasal

dari dan di Drop dari Dinas Kesehatan dan dikelola oleh puskesmas dan

masih kurang tersedia sesuai kebutuhan puskesmas.

d. Sarana prasarana yang disediakan puskesmas berupa berupa alat-alat dan

format pelaporan.

2. Hasil dari komponen proses yaitu

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


97

a. Perencanaan program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di

Puskesmas Rao dipegang oleh pemegang program KIA yang diketahui oleh

kepala puskesmas.
95
b. Pengelolaan program pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru, di

Puskesmas Rao sudah sesuai dengan perencanaan program puskesmas akan

tetapi secara structural tidak ada, akan tetapi disesuaikan dengan rencana

program KIA.

c. Pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah

Kerja Puskesmas Rao sudah sesuai dengan perencanaan yaitu pelaksanaan

pemberian injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru dilakukan secara langsung saat

persalinan di puskesmas ataupun pada bidan desa dan mandiri akan tetapi

masih kurang merata.

3. Hasil dari komponen output bahwa pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan

pemberian injeksi Vitamin K Pada bayi baru lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas

Rao sudah sesuai dengan SOP akan tetapi masih kurang lengkap karena

ketersediaan Vitamin K yang tidak selalu ada di puskesmas. Agar hal hasil ini

dapat ditanggulangi, akan diadakan upaya-upaya seperti meningkatkan

permintaan vitamin K (stok) di gudang farmasi Puskesmas Rao agar selalu

tersedia dan tidak tertunda dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Rao

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


98

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pelayanan terhadap BBL dalam kunjungan neonatal terutama

ketersediaan Vitamin K dalam pemberian injeksi vitamin k pada BBL.

2. Bagi Institut Kesehatan Prima Nusantara

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan

dan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut

serta bahan bacaan di perpustakaan khususnya dalam pelayanan antenatal

yaitu pemberian Vitamin K pada BBL karena manfaat Vitamin K pada BBL

adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi

akibat PDVK.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam mengembangkan pengetahuan

dan praktek dalam proses penelitian tentang pelaksanaan program KIA

khususnya tentang pemberian injeksi Vitamin K pada BBL dan juga dapat

mengangkat judul penelitian lain dengan menggunakan metode penelitian

yang berbeda agar terpapar pelaksanaan pemberian injeksi Vitamin K pada

BBL di tempat yang akan diteliti.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


99

DAFTAR PUSTAKA

Abram, O. O., Posumah, J. H., & Palar, N. (2017). Sistem Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Akelamo Di Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat.
Jurnal Administrasi Publik UNSRAT, 3(046).

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.

Anastasia. (2016). Perdarahan subdural terkait defisiensi kompleks protrombin


didapat. Cermin Dunia Kedokteran, 43(6), 440–443.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/73/70

Hanifa, R., Syarif, I., & Jurnalis, Y. D. (2017). Gambaran perdarahan intrakranial
pada perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) di RSUP Dr. M. Djamil.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), 379–385.

Ismy, J. (2017). Dua Kasus Acquired Prothrombin Complex Deficiency Dengan


Perdarahan Intrakranial : Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,
17(3), 174–178. https://doi.org/10.24815/jks.v17i3.9068

Kasmawati. (2012). Terhadap Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di


Wilayah Kerja Puskesmas Isak Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2012 Relation Between Knowledge and Provision of Vitamin C
Supplementation on New Baby Born in Working Area Health District Isak.
Prodi D-III Kebidanan STIKES Ubudiyah Intisari.
http://ejournal.uui.ac.id/Jurnal/Kasmawati-Ed7-Jurnal_Kasmawati.Pdf

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K 1.

__________. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53


Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.

__________. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. www.ibi.or.id

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


100

› media › PMK No. 28 ttg Izin dan Penyelenggaraan Pr...%0A%0A

Khumaidi, M. (2017). Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus Di Puskesmas


Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2016. Universitas Jember.

Kriah, C. (2016). Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Pemberian Vitamin K


Dosis Tunggal Intramuskular Pada Bayi Prematur Dan Aterm Di Piskesmas
Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan [universitas teuku
umar meulaboh.]. http://repository.utu.ac.id/1358/

Lamere L, Nurhayani, Hamzah A. (2013). Analisis Kinerja Bidan Pada Pelayanan


Antenatal Care Di Puskesmas Sekabupaten Gowa. Hasanudidin University,
1–11.

Lestari, Suci Ika. (2019). Analisis Tentang Pencapaian Pemberian Vitamin A Pada
Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
Tahun 2018. Universitas Fort De Kock.

Mary E Back. (2011). Ilmu Gizi Dan Diet.

Munthe, J. (2015). Faktor-faktor yang memengaruhi bidan dalam Pemberian Vitamin


K1 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun
Medan Tahun 2013. WAHANA INOVASI, 4(2), 719–727.

Rhyerhiathy. (2012). Input, Proses, Output Menurut Donabedian (pp. 1–3).

Ruslie, & Habriel, R. (2013). Peranan Vitamin sebagai Nutrisi pada Bayi Prematur
The Role of Vitamin in the Nutrition of Premature Infants. Jurnal Sains
Medika, 4(1), 97–111. http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=81486

Suoth, S., Vanus, G., & Vivekenanda, P. (2015). Persalinan Di Puskesmas Kota
Manado Terhadap Profilaksis Vitamin K. Jurnal E-Clinic (ECl),3, 2–5.

Surjono, E., Wijaya, E., & Clarissa, E. (2011). Pentingnya Profilaksis Vitamin K1
pada Bayi Baru Lahir. Damianus Journal of Medicine, 10(1), 51–55.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


101

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai