Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PKK 2

PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Pada Bayi Ny “R” Usia 1 Jam Injeksi Vitamin K
Di PMB Muhartik Kandangan

Oleh :
Devi Diansari Setiawan (201902006)

PRODI D3 KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt atas berkah dan rahmatNya sehingga dapat
terselesaikannya tugas Laporan Praktik Klinik 1 (Laporan PKK 2) yang berjudul
“Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia pada Bayi Ny. “R” umur 1 jam dilakukan
suntik vitamin K” dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Kebidanan yang dibimbing oleh dosen Anis Setyowati, SST.,M.Keb.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai dunia kesehatan
kebidanan.
Penyusun menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kandangan, 17 Februari 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Strategi pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010


mengisyaratkan bahwa seluruh pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya
menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilannya antara lain ditentukan oleh
angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah berhasil

diturunkan secara tajam, namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35


per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi, dan saat ini mengalami
penurunan cukup lambat. Jika dilihat dari umur saat bayi meninggal
berdasarkan SKRT 2001 sekitar 57% kematian terjadi di masa neonatal
dengan penyebab utama kematian adalah asfiksia bayi baru lahir 27%,
prematuritas dan BBLR 29%, masalah pemberian makan 10%, tetanus
neonatorum 10%, masalah hematologi 6%, infeksi 5%, dan lainnya 13%.
Kematian neonatus yang disebabkan karena masalah hematologi adalah ikterus
dan defisiensi vitamin K karena pembentuknya yang belum sempurna
pada bayi baru lahir. Oleh karena itu jika terjadi perdarahan intrakranial
dalam proses persalinan bisa berakibat kematian atau kecacatan. Keadaan
ini termasuk dalam Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK),
dimana walaupun angka kejadian yang terekam masih kecil, tetapi jika
dilihat dampaknya terhadap kelangsungan hidup dan kualitas anak maka
perlu dilakukan intervensi secara dini.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


salah satu sasarannya adalah menurunkan AKB dari 35 per 1000 KH
menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2009. Oleh karena itu perlu
dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk
mendukung upaya percepatan penurunan AKB di Indonesia, antara lain dengan
pemberian profilaksis vitamin K1 injeksi pada bayi baru lahir.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam hal ini
adalah “ Bagaimana Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia Pada Bayi Ny. R
usia 1 jam dilakukan suntik vitamin K “

C. Tujuan

1. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai injeksi vitamin K pada bayi


baru lahir

2. Untuk mengetahui dampak dari bahaya tidak suntik vitamin K pada bayi
baru lahir yaitu akan mengalami PDVK

3. Penulis mampu melakukan pengkajian data serta mermuskan diagnosa


kebidanan, masalah, kebutuhan pada Bayi Ny. R dengan dilakukan suntik
vitamin K
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

a. Vitamin K

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu


naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa
protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor
II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein
lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya
dalam pembekuan darah.

Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:

 Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.


Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed
micelles (KMM).

 Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti


Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.

 Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan


vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena
dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.

Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K

dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai
titik terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini
akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada
dibawah kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi
vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan
vitamin K karena berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin K
yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui
plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna.
b. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) / Deficiency Bleeding
(VKDB)

Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena


cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer
vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan
saluran pencernaan bayi baru lahir yang masih steril. Kekurangan vitamin
K berisiko tinggi bagi bayi sehingga mengakibatkan Vitamin K
Deficiency Bleeding (VKDB).

Faktor risiko terjadinya VKDB antara lain ibu mengkonsumsi obat


yang mengganggu metabolisme vitamin K selama kehamilan, rendahnya
sintesis vitamin K oleh bakteri usus, gangguan fungsi hati (kolestasis),
sindrom malabsorpsi, diare kronik, serta kurangnya asupan vitamin K
pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.

VKDB dibagi menjadi VKDB dini, klasik, dan lambat berdasarkan


pada usia saat kelainan tersebut bermanifestasi. VKDB dini timbul pada
hari pertama kehidupan, sangat jarang dan biasanya terjadi pada bayi dari
ibu yang mengkonsumsi obat yang mengganggu metabolisme vitamin
K.3,5,16 VKDB klasik timbul pada hari ke 2 sampai 7 setelah lahir dan
lebih sering terjadi pada bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu
lahir atau yang terlambat mendapatkan suplementasi makanan. VKDB
lambat terjadi pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir, dengan angka
kejadian tertinggi pada usia 1 sampai 2 bulan. Manifestasi tersering pada
VKDB lambat adalah perdarahan intrakranial dengan perdarahan subdural
merupakan tipe yang paling sering, ekimosis, perdarahan traktus
gastrointestinal atau membran mukosa, suntikan pada kulit, dan insisi
operasi.

Kriteria diagnosis VKDB ditegakkan jika perdarahan pada bayi


disertai dengan PT dan aPTT yang memanjang, kadar fibrinogen dan
jumlah trombosit yang normal, aktivitas faktor II, VII, IX, dan X
menurun.2,3,5,13,15 Kadar PT yang normal dengan cepat (30-120 menit)
setelah pemberian vitamin K merupakan diagnosis pasti VKDB.3,17
Tidak adanya riwayat perdarahan dalam keluarga menyokong diagnosis
VKDB.

Pada kasus ini pasien mengalami kejang berulang, dan riwayat


perdarahan dari tempat suntikan yang terjadi setelah usia 8 hari. Pasien
tidak pernah men-dapatkan profilaksis vitamin K saat lahir dan mendapat
ASI eksklusif sejak lahir. Saat datang terdapat penu-runan kesadaran,
mata terlihat anemis, dan ditemukan hematom pada extremitas. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan pasien anemia normositik
normokrom, jumlah trombosit normal, PT serta aPTT memanjang, dan
CT scan kepala tanpa kontras terdapat tanda perdarahan. Hal ini
memenuhi kriteria diagnosis VKDB lambat.

c. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan,


pucat dan hepatomegali ringan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau
akibat trauma, terutama trauma lahir. Pada kebanyakan kasus
perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna (muntah
atau berak darah). Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau
perdarahan melalui bekas tusukan jarum suntik.

Tempat perdarahan yang utama adalah umbilikus, membran


mukosa, saluran cerna, sirkumsisi dan pungsi vena. Selain itu perdarahan
dapat berupa hematoma yang ditemukan pada tempat trauma, seperti sefal
hematoma. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya perdarahan
intrakranial yang merupakan penyebab mortalitas atau morbiditas
yang menetap.

Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%)


di mana 80-100% berupa perdarahan subdural dan subaraknoid. Pada
perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala
ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus (60%) didapatkan sakit
kepala, muntah, anak menjadi iritabel, ubun-ubun besar menonjol,
pucat dan kejang. Kejang yang terjadi dapat bersifat fokal atau
umum. Gejala yang mudah dikenali adalah tangisan bayi yang
melengking dengan nada tinggi (high pitch cry) yang tidak bisa
dihentikan walaupun bayi tersebut sudah ditenangkan dengan cara
meletakkan dipundak sambil dielus-elus punggungnya. Gejala lain
yang dapat ditemukan adalah fotofobia, edema papil, penurunan
kesadaran, perubahan tekanan nadi, pupil anisokor serta kelainan
neurologis fokal.

B. Pelaksanaan pemberian injeksi vitamin k1 profilaksis

a. Cara Pemberian

1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1


profilaksis.

2. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1


(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg
Vitamin K1 per 1 ml.

3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :

 Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml,


kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian
anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling
lambat 2 jam setelah lahir.

 Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis


B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.

4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis
dan cara yang sama

5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1


dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis
dan cara yang sama.

6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi. Pemberian


Vitamiin K1 (paha kiri anterolateral

Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular

1. Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah

2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan


suntikan intramuskular (IM)

 Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih


dipilih karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai
tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus)

 Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau


jaringan subkutan sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini
digunakan hanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk
pemberian obat lain.

Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular

1. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan


identifikasi suntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan
imunisasi HB0 di paha kanan.

2. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas


yang telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan
mengering.

3. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.

4. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan


pasang jarumnya.

5. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik


dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

6. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus


melalui kulit.

7. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung


jarum tidak menusuk dalam vena
a. Bila dijumpai darah:

i. Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat

ii. Pasang jarum steril yang baru ke semprit

iii. Pilih tempat penyuntikkan yang lain

iv. Ulangi prosedur diatas

b. Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan


kuat dalam waktu 3-6 detik.

8. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus


dan tekan dengan bola kasa steril kering

9. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi

b. Logistik

1. Sediaan Vitamin K1 : Ampul 10 mg/1ml

2. Semprit steril sekali pakai 1 ml dengan jarum 26 G (semprit tuberculin)

3. Menghitung kebutuhan berdasarkan :

4. Sensus desa ( jumlah penduduk )

5. Proyeksi angka kelahiran ( CBR x Jumlah Penduduk ) menjadi Kebutuhan


vitamin K1 sesuai jumlah bayi baru lahir

6. Penyimpanan sediaan

Sediaan disimpan di tempat yang kering, sejuk dan terhindar dari cahaya.
FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Nama Mahasiswa : Devi Diansari Setiawan

NIM : 201902006

Tanggal Pengkajian : Rabu, 17 Februari 2021

Waktu Pengkajian : 07.00 WIB

No.Rekam Medis :-

DATA SUBYEKTIF

Anamnesa

1. Biodata Pasien
Nama : Bayi Ny. A
Umur / Tanggal Lahir : : 1 jam/ 17 Februari 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Damarwulan , Kandangan

2. Keluhan Utama
Tidak ada

3. Pola Nutrisi
Pemberian ASI selama 2 jam sekali

6. Pola Eliminasi
a. BAK : 1 kali
b. BAB : belum BAB
DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. HR : 140 x / menit

d. Suhu : 36,7 C

e. RR : 54 x / menit

f. Berat Badan : 3200 gram

g. Tinggi Badan : 49 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : rambut hitam, bersih ,


tidak da chepal , tidak

ada caput , tidak ada anenchepal , tidak ada

mikrocephal , tidak ada


hidrocephal, tidak ada

craniosytosis
b. Muka : bersih, simetris , tidak ada
oedema
c. Mata : simetris , bersih , tidak ada
oedema dikelopak
mata, sklera putih , konjungtiva merah muda
d. Hidung : bersih, simetris, tidak ada
pernapasan
dicuping hidung

e. Mulut : bersih, tidak sumbing ,


warna bibir merah
f. Telinga : simetris , bersih , bentuk
tulang rawan matang
g. Leher : tidak ada pembengkakan /
pembesaran di
kelenjar limfa, kelenjar tiroid maupun di
vena jugularis
h. Dada : simetris, tidak ada bunyi
ronchi, tidak ada
bunyi whezing maupun
mengi, dan tidak ada
benjolan

i. Abdomen : simetris , bersih, tidak ada


benjolan , tidak ada

tanda infeksi disekitar


plasenta
j. Genetalia : vagina berlubang , uretra
berlubang, labia
mayora sudah menutupi
labia minora , area
genetalia bersih
k. Anus : bersih, berlubang , tidak
ada benjolan
l. Ekstremitas Atas : tidak ada kelainan , tidak
ada oedema
m. Ekstermitas Bawah : tidak ada kelainan , tidak
ada oedema
n.

DIAGNOSA MEDIS:

Bayi baru lahir usia 1 jam dengan kondisi baik, dan membutuhkan injeksi vitamin
K untuk mencegah Deficiency Bleeding (VKDB).
KEBUTUHAN DASAR:

(Pilih salah satu tindakan yang sesuai dengan target kompetensi saudara, yang
sudah dilakukan terhadap pasien tersebut)

Tindakan:

Injeksi IM dan pemberian salep mata

Obat yang diberikan:

- Injeksi IM : Vitamin K (Neo K)

Dosis :

- Vitamin K : 1 ml

Langkah-langkah Injeksi IM:

1. Membawa obat ke dekat pasien

2. Mencuci tangan 7 langkah

3. Membaca kembali daftar obat pasien, mengenai obat yang diberikan dan cara
pemberiannya

4. Memposisikan pasien sesuai kebutuhan , dan mematikan lingkungan aman dan


nyaman

5. Mempersiapkan peralatan

6. Memakai celemek

7. Membuka spuit kemudian dimasukkan ke dalam bak instrumen

8. Menyiapkan obat yang dibutuhkan

9. Memakai handscoon steril sebelah kanan, memasukkan obat yang dibutuhkan


dispuit

10. Memasukkan spuit ke dalam bak instrumen , memakai handscoon steril


sebelah kiri

11. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian

12. Menentukan tempat yang akan disuntik. Posisi : 1/3 paha tengah luar
13. Mendesinfeksi kulit dan merenggangkan dengan tangan kiri

14. Memasukkan jarm tegak lurus dengan permukaan kulit

15. Penghisap ditarik sedikit (aspirasi) bila ada darah obat jangan dimasukkan

16. Obat disemprotkan secara perlahan

17. Menarik jarum dengan cepat , daerah suntikan dihapus dengan kapas alkohol
dan tidak dilakukan massage

18. Setelah obat masuk seluruhnya , jarum ditarik dengan cepat

19. Kulit ditahan dengan kapas alkohol sambil dilakukan massage

20. Merapikan pasien

21. Merapikan alat, membuang sampah ke tempat sampah medis dan non medis ,
merendam alat yang telah digunakan ke dalam larutan klorin , dekontaminasi
celemek plastik

22. Mencuci dan melepas handscoon dalam larutan klorin

23. Melepas celemek plastik , mencuci tangan 6 langkah

24. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan

Mengetahui,

Dosen Pembimbing CI Ruangan Mahasiswa

NIP NIM

25. Dokumentasi tindakan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan


suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa
protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X
dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti
protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan
darah.

B. Saran

Tindakan preventif dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada


bayi baru lahir adalah hal penting yang harus diingat oleh penolong
persalinan. Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K
memiliki risiko tinggi terjadinya perdarahan akibat VKDB. Petugas kesehatan
perlu mewaspadai terjadinya manifestasi VKDB lambat pada bayi yang
mengalami perdarahan intramuskular setelah injeksi vaksin.
DAFTAR PUSTAKA

http://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/duludamianus/article/view/286/239

http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/index.php/JKPN/article/download/
347/402

http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/jitek/article/download/35/31

Anda mungkin juga menyukai