Anda di halaman 1dari 18

EPIDEMIOLOGI KEKURANGAN

VTA DI PROV SUMBAR


2004-2008

EPIEMIOLOGI GIZI

NAMA : AGUNG INDRI M


NPM : 135130001
PEMINATAN : EPIDEMIOLOGI
PRODI : KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUSI : STIKES MITRA LAMPUNG
LATAR BELAKANG
● Kurang Vitamin A (KVA) merupakan salah satu
masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh
negara-negara berkembang termasuk Indonesia
termasuk Indonesia
Saat ini Di prov sumbar pada tahun 2008-2014
masalah kekurangan vitamin sudah semakin
berkembang, sementara masalah pengetahuan
masyarakat tentang vitamin belum sepenuhnya
teratasi.
Untuk itulah, mengingat bahwa masalah
kekurangan vitamin bukan hanya tanggung jawab
orang perorangan tetapi merupakan tanggung jawab
kita semua yamh ingin menjaga kesehatan
tubuhnya dari kekurangan vitamin.
KEURANGAN VIT A...
● Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit
yang disebabkan oleh kurangnya asupan
vitamin A yang memadai. Hal ini dapat
menyebabkan rabun senja, xeroftalmia dan
jika kekurangan berlangsung parah dan
berkepanjangan akan mengakibatkan
keratomalasia (Tadesse, Lisanu,
2005).Kekurangan vitamin A (KVA) terutama
terjadi pada anak-anak balita.
UKURAN & PREVALENSI
EPIDEMIOLOGI
● DARI WHO
Setiap tahun 3-10 juta anak menderita
xeroftalmia dan 250.000 – 500.000
anak menjadi buta menyebabkan
dediferensiasi;
keratinisasi sel epitel, perubahan nafsu
makan; xerofthalmia
Hasil penelitian : Prevalensi xerophtalmia Dari
tahun ketahun (X1B) sebesar 0.13% dan (X2/X3)
22,7%. Dan (XS)18% Rata-rata indeks serum
retinol sebanyak 12% dan kondisi ini tidak
merupakan masalah kesehatan masyarakat
menurut kriteria WHO. Cakupan distribusi kapsul
vitamin A 84.8% telah dapat memenuhi target
program gizi sebesar 80%. Kasus Xerophtalmia
yang dijumpai umumnya diderita anak dengan usia
6-12 bulan, 12-59 bulan ( 1-5 th) yang sebagian
besar tidak mendapat kapsul vitamin A dengan
status gizi kurang dan indeks serum retinol dan zinc
di bawah normal. Prevalensi VTA umumnya di
bawah 40% AKG.
● Sejak Tahun 2008
● Sumbar bebas xeropthalmia
60 Anak Balita di sertai gejala bercak
bitot
(x-1b: Prevalensi 0,33 %)
(suvita 2012)
Tidak merupakan Masalah kesmas
➢ Namun Masih di jumpai
20 Anak Balita menderita KVA Sub Klinis
(50% balita = Serum retinal <20 ug/ 100ml>)
➢ Tingginya proporsi balita dengan serum retinol
<20 mcg/100 ml
berisiko tinggi u/ terjadinya xeropthalmia
tingkat xeropthalmia tingkat kekebalan tubuh
mudah terserang penyakit infeksikapsul vitamin
A dosis tinggi
KLOMPOK UMUR YG MUDAH
TERKENA XEROEPTHALMIA
● Kelompok umur yang terutama
mudah mengalami kekurangan
vitamin A adalah kelompok bayi usia
6-11 bulan
dan kelompok anak balita usia 12-59
bulan (1-5 tahun)
SIAPA YG LEBIH BERISIKO
MENDERITA XEROFTALMIA?
1. Bayi Berat Lahir rendah (BBLR)
( Berat Lahir < 2,5 kg)
2. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif &
tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun
3. Anak dari Keluarga miskin
4. Anak yang tidak pernah mendapat kapsul
vit A dan imunisasi di posyandu maupun
Pukesmas
5. Anak yg kurang/ jarang Makan sumber vit A
PENCEGAHAN DAN PENAGGULANGNYA

● Untuk mencegah anak menderita


kekurangan vitami A, maka setiap bulan
Febuari dan agustus harus di bawa ke
posyandu atau pukesmas
● Seluruh bayi usia 6-11 bulan harus
mendapatkan satu kapsul vitamin A
berwarna biru
● Seluruh anak usia 12-59 bulan harus
mendapatkan satu kapsul vit A berwarna
merah
● Penaggulanganya
● Konsumsi sayur dan buah
berwarna seperti : wortel, tomat
susu, ikan, dll. Karna sangat penting,
agar tidak tergantung pada kapsul
vitamin A
PENGOBATAN
● Anak dengan gejala Buta senja (XN) hingga
xerosis kornea (X2) masih dapat di
sembuhkan dengan pemberian ;
● Hari Pertama (saat ditemukan)
Berikan 1 Kapsul vitamin A sesuai umur;
● Bayi Kurang Dari 5 bulan : ½ kapsul biru
(50.000 SI)
●Bayi 6-11 bulan : 1 kapsul biru (100.000 SI)
●Anak 12-59 bulan : 1 kapsul merah
(200.000 SI)
● Hari Kedua (saat ditemukan)
●Berikan 1 kapsul vitamin A (sesuai umur
)
● Hari Ketiga (keesokan harinya)
●Berikan 1 kapsul vitamin A (sesuai umur
)
● Dua minngu kemudian
● Berikan 1 kapsul vitamin A ( sesuai
umur)
TERIMAKASIH ☺

Anda mungkin juga menyukai