Anda di halaman 1dari 33

DEFISIENSI VITAMIN A

KEKURANGAN VITAMIN A (KVA)


(XEROFTALMIA)

dr. Muhammad Ali Faisal,MSc,SpM


Bagian Ilmu Penyakit Mata
FK UNLAM/RSUD Ulin Banjarmasin

Definisi Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah
sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki
fungsi vital dalammetabolisme setiap organisme, yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh.
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya
"hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada
suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada
awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak
vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N.
Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin
adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi olehenzim.
Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal.

Vitamin A
Vitamin A yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan
vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra
penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai
salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina.
Vitamin A juga berperan penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh.
Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya
matahari, dan udara.
Vitamin A banyak ditemukan pada susu, ikan, sayur-sayuran
(terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buahbuahan (terutama yang berwarna merah dan kuning,
seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya.

Vitamin A Deficiency (VAD)


Vitamin A deficiency (VAD) is a public health problem
in many low-income countries.

Worldwide, the prevalence of VAD is estimated to be


190 million in preschool-age children causing 12
million deaths annually.
VAD is defined to be of public health importance if
the national prevalence reaches 15% using a serum
or plasma retinol concentration < 0.7 mol/L as cutoff for VAD.

Defisiensi Vitamin A (WHO 2009)

Defisiensi Vitamin A (WHO 2009)

Di negara berkembang:
250-500 ribu anak malnutrisi menjadi buta akibat defisiensi vitamin A tiap
tahun, WHO memperkirakan 13,8 juta anak buta
Ibu hamil dan menyusui juga rentan

Defisiensi Vitamin A
Dapat terjadi pada semua usia.
Penyebab:
Primer : kekurangan dalam diet
Sekunder: absorbsi usus terganggu (bisa dewasa),
pada gangguan gastrointestinal &
sirosis hepatis.

Kadar normal vitamin A darah: 28 - 86 g/dL (0,72,8 mol/L).


Defisiensi bila kadar vitamin A darah (serum
Retinol) < 20 mcg/100 ml atau < 0,70 mol/l.

Masalah Defisiensi Vitamin A di Indonesia


Survei nasional prevalensi xeropthalmia (klinis) telah
menurun: 1,3% (1978) menjadi 0,34% (1992).
Angka ini lebih rendah dari yang ditetapkan WHO
yaitu 0,5% sehingga kekurangan vitamin A bukan
lagi sebagai masalah kesehatan masyarakat pada saat
itu.
Namun di beberapa propinsi masih menunjukkan
prevalensi yang cukup tinggi seperti di Sulawesi
Selatan 2,9% maluku 0,8% dan Sulawesi Tenggara
0,6%. (Depkes. RI., 2000).

Masalah Defisiensi Vitamin A di Indonesia


Walaupun prevalensi kurang vitamin A secara klinis hanya
0,34% namun status vitamin A masih marginal, karena masih
ditemukan 50% balita dengan serum retinol di bawah 20 g/dl
yang berarti kekurangan vitamin A secara sub klinis masih
tinggi.
Maka program suplementasi vitamin A dosis tinggi yang
diberikan dua kali setahun pada anak balita usia 659 bulan
yang dimulai sejak 1978 tetap dilanjutkan.
Meskipun program suplementasi vitamin A dosis tinggi
tersebut sudah dilakukan dan cakupannya cukup tinggi namun
proporsi anak balita yang tidak terjangkau program tersebut
relatif cukup besar sehingga kemungkinan masih terjadi risiko
kekurangan vitamin A.

Masalah Defisiensi Vitamin A di Indonesia


Data cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi adalah
71,5% pada tahun 2007 dan sedikit menurun
menjadi 69,8% pada tahun 2010 (Badan Litbangkes
2008, 2010).

Riskesdas 2013

Defisiensi Vitamin A
Defisiensi disertai kelainan mata: usia 6 bulan- 4 tahun, disertai
malnutrisi kalori protein.
Keluhan: mata kering, seperti kelilipan, sakit, buta senja,
penglihatan turun perlahan.
Gejala :
* Umum kulit kering, gangguan pertumbuhan
* Mata rabun senja.
2 kelainan: niktalopia & ketarinisasi jaringan epitel-mukosa.
Akibat kerusakan sel Goblet: ketidakmampuan air mata
membasahi mata.

Pemeriksaan Oftalmologis :
- Kekeringan konjungtiva
- Bercak Bitot
- Kekeringan kornea
- Luka kornea

Klasifikasi WHO :
X N
X 1-A
X 1-B
X 2
X 3-A
X 3-B
XS
XF

:
:
:
:
:
:
:
:

Night Blindness/ buta senja


Xerosis konjungtiva
Bitots Spot dengan Xerosis konjungtiva
Xerosis Kornea
Keratomalasi 1/3 Kornea
Keratomalasi 1/3 Kornea
Corneal Scars/ parut kornea
Fundus Xeroftalmia

Klasifikasi Ten Doeschate :


X0
: hemeralopia/Night Blindness/ buta senja
X1
: hemeralopia dengan Xerosis konjungtiva
dan Bitots spot
X2
: Xerosis Kornea
X3
: Keratomalasi
X4
: Stafiloma, ptisis bulbi

X0 sampai X2 masih reversibel


X3 sampai X4 irreversibel

Kelainan mata akibat defisiensi vitamin A


Bitots spot
X1-B

Keratomalasia (X3)

Xerosis Kornea (X2)

Scar
(XS)

Xerosis Konjungtiva (X1-A)

Terapi Xeroftalmia Anak Umur


1 - 6 tahun
Segera
:
200.000 IU Vit. A (Oral)
Hari berikut
:
200.000 IU Vit. A (Oral)
4 minggu : 200.000 IU
Vit. A (Oral)

Preventif:
Anak 1 6 tahun, berat badan 8 kg
= 200.000 IU Vit. A Oral tiap 3 4 bulan.
Anak 1 - 6 tahun, berat badan 8 kg
= 100.000 IU Vit A Oral tiap 3 4 bulan.
Bayi
= 100.000 IU Vit. A Oral
(pada setiap imunisasi 25.000 IU).
Ibu Laktasi = 200.000 IU Vit. A
saat bersalin, atau 2 bulan setelah
persalinan.

Dalam upaya penyediaan vitamin A yang cukup untuk


tubuh ditempuh kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami
2. Fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
3. Distribusi vitamin A dosis tinggi secara berkala.

Dimulai tahun 1982 melakukan distribusi kapsul


Vitamin A pada balita yang dilakukan secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus,
Dapat meningkatkan cakupan dan menurunkan
prevalensi X1b menjadi 0,33 % (<0,5%), sehingga
Indonesia mendapat HKI Award pada tahun 1993.

Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 SI (merah) 2 kali


/tahun kepada kelompok sasaran Balita (Agustus dan
Pebruari) dan ibu nifas (segera <30 hari setelah
melahirkan).
Kelompok sasaran bayi dengan Vitamin A 100.000 SI
(biru) 1 kali pada Februari dan Agustus.

Untuk pengobatan, pemberian kapsul vitamin A dosis


tinggi diberikan kepada bayi dan balita penderita
xeropthalmia, campak pneunomia, diare, gizi buruk
dan infeksi lain sebanyak 1 kapsul dengan dosis sesuai
umur.
Bayi dan balita penderita xeropthalmia seperti bercak
bitot (X1B), mata keruh atau kering, diberikan Vitamin
A dengan dosis sesuai umur sebagai berikut;
hari 1 : 1 kapsul,
hari 2 : 1 kapsul dan
4 minggu berikutnya 1 kapsul. Bila disuatu desa terdapat
KLB campak, seluruh bayi dan balita di desa tersebut diberi
1 kapsul Vitamin A dengan dosis sesuai umur.

Pemberian Kapsul vitamin A Dosis Tinggi pada


Kasus Xerosis Kornea(X2) ke bawah
1. Hari pertama (SAAT DITEMUKAN), Berikan 1 kapsul vitamin
A sesuai umur :
- Bayi < dari 1 Bulan : kapsul biru (50.000 SI),
- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul biru (100.000 SI),
- Anak 12-59 bulan : 1 kapsul merah (200.000 SI),
2. Hari kedua :
- Berikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur,
3. Dua minggu kemudian :
- Berikan 1 kapsul vitamin A (sesuai umur)

Anda mungkin juga menyukai