Pembimbing :
Disusun oleh :
1102015054
Penyusun
1
ABSTRAK
Metode: Penelitian ini dilakukan secara komparatif. Data didapatkan dari negara
dengan penyakit atresia billier yang terdaftar : Grup rejimen dengan dosis 25 μg
diambil dari negara belanda dari bulan Januari 1991 sampai dengan Februari
2011, Grup rejimen dengan dosis 150 μg diambil dari negara Belanda dari Maret
2011 sampai dengan januari 2015, dan Grup IM 2 mg diambil dari negara
Denmark dari bulan Juli 2000 sampai dengan November 2014. Data dibandingkan
dengan perbandingan insidens kasus VKDB pada masing-masing grup.
2
Kata Kunci: profilaksis, vitamin k, dosis, bayi
PENDAHULUAN
3
oral tunggal 1 mg vitamin K saat lahir, diikuti dengan suplemen oral harian yang
direkomendasikan dari 25 μg vitamin K sejak minggu ke- 2 sampai ke- 13 pada
bayi yang diberi ASI. Rejimen ini secara signifikan mengurangi kejadian VKDB
tipe lambat.
Sejak Maret 2011, rejimen profilaksis diubah di Belanda; dosis oral harian
yang disarankan dari 25 μg vitamin K ditingkatkan menjadi 150 μg setiap hari
untuk semua bayi yang disusui dari minggu 2 hingga 13 kehidupan. Dosis oral
tunggal 1 mg vitamin K saat lahir dipertahankan.
METODE
Populasi Penelitian
4
Perdarahan Karna Defisiensi Vitamin K
Vitamin K Profilaksis
Dalam penelitian ini, kami mengevaluasi kejadian VKDB pada bayi yang
diberi ASI dengan BA yang telah menerima 1 dari 3 rejimen profilaksis: (1)
kelompok 25 μg:1 mg oral saat lahir, diikuti dengan dosis oral harian 25 μg
vitamin K (Belanda, Januari 1991 hingga Februari 2011); (2) 150 μg kelompok: 1
mg oral saat lahir, diikuti oleh dosis oral harian 150 μg vitamin K (Belanda, Maret
5
2011 hingga Januari 2015); dan (3) grup IM 2 mg: dosis IM tunggal 2 mg vitamin
K saat lahir (Denmark, Juli 2000 hingga November 2014).
Dalam penelitian ini, kami menggunakan data ini, diperkaya dengan hasil
yang diperbarui pada rejimen baru, untuk membandingkan kemanjuran adaptasi
berkenaan dengan perlindungan terhadap VKDB
Analisis Statistik
HASIL
Dari Januari 1991 hingga Januari 2015, 238 pasien dengan BA terdaftar di
NeSBAR. Enam puluh dua pasien dikeluarkan karena berbagai alasan (Gambar
1). Dari bayi yang tersisa, 110 (62%) menerima susu formula atau kombinasi
pemberian susu formula dan menyusui. Lima puluh lima pasien yang disusui
secara eksklusif dimasukkan ke dalam kelompok 25 μg dan 11 pasien dalam
kelompok 150 μg. Antara Juli 2000 dan November 2014, 52 pasien terdaftar di
Danish Biliary Atresia Registry. Lima belas bayi dikeluarkan karena berbagai
alasan. Dua puluh lima (68%) dari 37 sisanya secara eksklusif disusui dan
termasuk dalam kelompok IM 2 mg.
6
Perdarahan Karena Defisiensi Vitamin K
Pada kelompok rejimen dosis 25 μg, VKDB terjadi pada 45 dari 55 (82%)
pasien. Dua puluh satu (38% dari total) didiagnosis dengan perdarahan multipel.
Dua puluh dua (40%) mengalami perdarahan intrakranial, didiagnosis dengan
computed tomography atau MRI scan. VKDB terjadi pada 9 dari 11 (82%) dari
kelompok rejimen dosis 150 μg. Enam (55%) dari pasien ini mengalami
perdarahan multipel, dan tiga (27%) mengalami perdarahan intrakranial. Pada
kelompok single dose IM 2 mg, VKDB terjadi hanya pada 1 dari 24 (4%) bayi
yang disusui. Tidak ada bayi yang mengalami perdarahan intrakranial.
7
DISKUSI
Kami mempelajari kejadian VKDB sebagai gejala yang muncul pada bayi
yang diberi ASI dengan BA dalam 3 rejimen profilaksis yang berbeda. Karena
kami menggunakan basis data nasional di Belanda dan Denmark, di mana semua
pasien dengan atresia bilier terdaftar, kami meminimalkan risiko bias seleksi.
Hanya pasien atresia bilier yang tidak dibawa ke rumah sakit akademik yang bisa
terlewatkan.
8
lebih besar lebih tinggi daripada beberapa dosis kecil, tetapi data tentang
penyerapan vitamin K fraksional pada bayi kurang. Juga, kepatuhan terhadap
administrasi harian dapat memainkan peran. Namun, pada pasien yang diteliti,
kami menemukan bahwa, untuk sebagian besar pasien, dicatat bahwa orang tua
telah mematuhi administrasi sehari-hari. Karena itu kami merasa bahwa
kepatuhan yang buruk bukanlah penjelasan utama untuk temuan kami saat ini.
Demikian pula, masih belum dijelaskan mengapa bayi yang diberi susu
formula terlindungi terhadap VKDB, meskipun asupan vitamin K yang relatif
rendah dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI dengan profilaksis vitamin K
(25 hingga 50 μg setiap hari, berdasarkan formula 150 mL per kg berat badan, dan
150 μg setiap hari, masing-masing).Bersama-sama, pengamatan ini menggaris
bawahi kebutuhan untuk memahami secara lebih rinci, penyerapan vitamin K dari
usus bayi, untuk mencegah VKDB berdasarkan argumen rasional.
KESIMPULAN