Anda di halaman 1dari 27

RANGKUMAN MATERI KISI-KISI SKB NUTRIONIST 2021 :

A. KEMAMPUAN UMUM

1. PEMBERIAN VITAMIN A DAN SUPLEMENTASI GIZI

Suplematasi gizi adalah penambahan suatu zat gizi atau makanan pada suatu produk makanan.
Tujuan dari suplementasi gizi adalah untuk memenuhi kecukupam gizi bayi, balita, anak usia sekolah,
wus, bumil, dan ibu nifas. Ada 4 bentuk suplementasi gizi : vitamin A, TTD, makanan tambahan dan
bubuk tabur gizi.

a) Pemberian Vitamin A

Masalah kurang vitamin A subklinis (kadar vitamin A dalam serum 20 ug/dl) di beberapa
propinsi masih cukup memprihatinkan, karena 50% Balita masih mempunyai status vitamin A
rendah. Kurang vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang
berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. Penanggulangan masalah kurang vitamin A saat ini
bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya memacu pertumbuhan
dan kesehatan anak guna menunjang penurunan angka kematian bayi dan berpotensi terhadap
peningkatan produktifitas kerja orang dewasa. Masalah KVA dapat diibaratkan sebagai fenomena
“gunung es” yaitu masalah Xerophthalmia yang hanya sedikit tampak dipermukaan. KVA adalah
kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-
paru, usus, mata, dan organ lain. Akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada
mata.

- Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID UNICEF
/HKI/IVACG, 1996 sebagai berikut:
o XN : Buta senja
o XIA : Xerosis konjungtiva (kekeringan pada selaput lendir mata)
o XIB : Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
o X2 : Xerosis kornea (kekeringan pada selaput bening mata)
o X3A : Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea) kurang dari 1/3 permukaan kornea
o XS : Jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
o XF : Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.

- Pemberian Kapsul Vitamin A


o Pemberian vitamin A pada bayi untuk Kapsul vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua
anak bayi (umur 6-11 bulan) baik sehat maupun sakit.
o Ibu baru melahirkan sampai hari ke-42 yang mendapat 2 kapsul vitamin A yang mengandung
vitamin A dosis 200.000 Satuan Internasional (SI), satu kapsul diberikan segera setelah
melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal 24 jam setelah pemberian pertama.
o Bayi umur 6 sampai 11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna biru dengan
kandungan vitamin A sebesar 100.000 Satuan Internasional (SI).
o Anak umur 12 sampai 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna merah dengan
kandungan vitamin A sebesar 200.000 SI
o Pemberian Vitamin A pada Balita Gizi Buruk :
a. Jika tidak pernah menderita campak dalam 3 bulan terakhir dan tidak ada gejala kelainan
pada mata, diberikan 1 kapsul vitamin A dengan dosisi sesuai usia pada hari pertama
ditemukan.
b. Jika pernah menderita campak dalam 3 bulan terakhir dan ada salah satu gejala kelainan pada
mata (rabun senja, bercak bitot, kornea keruh, ulkus kornea, dan xeropthalmio), maka kapsul
vitamin A diberikan dengan dosisi sesuai usia pada hari pertama, kedua dan kelima belas.

- Jadwal dan Dosis Pemberian Vitamin :

- Data yang harus dikumpulkan dalam membuat cakupan balita yang mendapatkan Vitamin A :
 Jumlah bayi usia 6 – 11 bulan
 Jumlah bayi usia 12 – 59 bulan
 Jumlah bayi usia 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru
 Jumlah bayi usia 12 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah
- Rumus Perhitungan :
- Frekuensi Laporan pemberian Vitamin A pada balita
 Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus
 Rekapitulasi laporan juga dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus
 Laporan tahunan untuk cakupan bayi umur 6 – 11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A
diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan Agustus sedangkan data cakupan
balita umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A menggunakan data bulan Agustus

- Distribusi kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan dapat dikumpulkan setiap bulan Februari dan
Agustus
- Sumber data ibu nifas mendapat Vitamin A dalam kegiatan survailens dapat diperoleh melalui
Kohort Ibu
- Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi vitamin A rendah maka respons yang harus
diberikan adalah:
 Jika persediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim
kapsul vitamin A ke puskesmas
 Jika kapsul vitamin A masih cukup maka perlu mengimbau puskesmas untuk melakukan
sweeping
 Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan vitamin A rendah.
- Sumber data balita 6 -59 bulan mendapat Vitamin A dalam kegiatan survailens dapat diperoleh
melalui LB3 dan FIII Gizi
- Mekanisme pelaporan cakupan balita 6-59 tahun mendapat vitamin A :
 Mencatat balita mendapat kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus
 Rekapitulasi laporan balita mendapat kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus
 Menghitung persentase balita yang mendapat vitamin A terhadap jumlah balita 6 – 11 bulan
 Menghitung persentase balita yang mendapat vitamin A terhadap jumlah balita 12 – 59 bulan
 Menghitung persentase balita yang mendapat vitamin A terhadap jumlah balita 6 – 59 bulan

b) Pemberian Tablet Tambah Darah

- Tablet tambah darah adalah suplemen gizi yang mengandung senyawa zat besi yang setara
dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat. Kesetaraan besi elemental dan tingkat
bioavailablitasnya berbeda berdasarkan senyawa besi yang digunakan (tabel 1). Oleh karenanya,
TTD program dan TTD mandiri harus mengacu pada ketentuan tersebut
- Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan dan perdarahan.
- Khusus untuk ibu hamil, kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilannya adalah lebih kurang
1000 mg, yang diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta dan perdarahan saat persalinan yang
mengeluarkan rata-rata 250 mg besi.
- Kebutuhan zat besi pada wanita hamil meningkat 25% dibandingkan wanita yang tidak hamil.
Kebutuhan tersebut sangat sulit dipenuhi hanya dari makanan saja. Oleh karena itu, diperlukan
Tablet Tambah darah (TTD) untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi.
- Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi TTD (Fe) rendah maka respons yang
harus dilakukan adalah meminta puskesmas agar lebih aktif mendistribusikan tablet tambah
darah pada ibu hamil dengan beberapa alternatif sebagai berikut:
o Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan di bidan di desa tidak mencukupi maka perlu
mengirim TTD ke puskesmas,
o Bila TTD masih tersedia maka perlu mengimbau puskesmas untuk melakukan
peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Antenatal Care (ANC),
o Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

- Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe adalah tablet yang mengandung Fe dan
asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri
- TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg elemental besi dan 0,4 mg asam
folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara gratis pada ibu hamil
- TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral, minimal mengandung
elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran.
- Ibu hamil mendapat 90 TTD atau tablet Fe adalah ibu yang selama masa kehamilannya
minimal mendapat 90 TTD program maupun TTD mandiri.
- Persentase ibu hamil mendapat 90 TTD atau tablet Fe adalah jumlah ibu hamil yang mendapat 90
TTD atau tablet Fe dibagi jumlah seluruh ibu hamil yang ada di satu wilayah tertentu dikali
100%.
- Pengobatan pada penderita anemia, diberikan 2 tablet setiap hari sampai kadar Hb mencapai
normal.
- Pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil dengan anemia dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
o Jika ibu hamil terdeteksi anemia pada trimester pertama maka pemeriksaan kadar Hb
dilakukan setiap bulan hingga Hb mencapai normal.
o Jika ibu hamil terdeteksi anemia pada trimester ke dua maka pemeriksaan kadar Hb dilakukan
setiap dua minggu hingga Hb mencapai normal.
o Jika pada pemeriksaan selanjutnya kadar Hb tidak berubah, maka langsung dirujuk ke
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
- Bila anemia disebabkan karena defisiensi besi, maka konsumsi TTD secara teratur akan
meningkatkan kadar Hb dalam satu bulan setelah konsumsi TTD. Bila Hb tidak berubah setelah
konsumsi TTD yang teratur, kemungkinan anemia tidak disebabkan oleh defisiensi besi.

c) Pemberian Makanan Tambahan


d) Pemberian Taburia
- Taburia ( Taburan Ceria ) adalah bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita.
- Taburia diberikan kepada semua anak balita usia 6 - 24 bulan dengan BB kurang (BB/U < -2 SD).
Anak usia dibawah 6 bulan bukan sasaran Taburia kerena bayi yang usia 0 – 6 bulan hanya
mendapat ASI saja.
- Taburia Mengandung 12 macam vitamin dan 4 cam mineral yg sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembang balita dan mencegah terjadinya anemia.
- Balita memerlukan Taburia dikarenakan :
o Salah satu cara mengatasi masalah anemia gizi besi pada balita.
o Makanan yang disantap balita cenderung kurang mengandung zat besi dan zat gizi lainnya.
o Membantu balita mendapatkan zat gizi mikro yang penting ( vitamin dan mineral ).
- Manfaat Taburia :
o Membantu balita tumbuh dan berkembang secara optimal yang meliputi otak, mata, tulang
dan gigi.
o Memperbaiki penglihatan, pencernaan, daya ingat, fungsi syaraf dan kesehatan kulit.
o Meningkatnya daya tahan tubuh balita.
o Meningkatnya nafsu makan balita.
o Merangsang pembentukan sel darah merah, mencegah kurang darah dan 5L ( letih, lemah,
lesu, lelah, lalai/kurang kosentrasi ).
o Meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah infeksi, sariawan, gangguan mnetal, gangguan
bicara serta berbagai penyakit yang sering diderita anak.
o Mencegah kekurangan zat gizi.
- Cara pemberian Taburia :
o Cuci tangan terlebih dahulu sebelum mengambil makanan anak.
o Taburkan satu bungkus taburia pada makanan utama yang biasa dimakan anak.
o Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair karena akan menggumpal dan
tidak larut.
o Tidak boleh dicampur dengan makanan panas karena lemak yang melapizi zat besi akan
rusak dan akan berinteraksi dengan makanan sehingga menimbulkan rasa yang kurang enak.
o Upayakan makanan yang sudah diberi Taburia segera dimakan dan dihabiskan anak.
- Peranan orang tua dan keluarga dalam pemberian Taburia? Peran keluarga/ibu dan keluarga
sebagai berikut :
o Mengambil Taburia di posyandu pada saat hari buka posyandu, jika berhalangan dapat
mengambil Taburia di rumah kader.
o Memeriksa masa kadaluarsa dan kondisi kemasan Taburia.
o Menaburkan / mencampurkan satu bungkus Taburia pada makanan pokok dan diberikan saat
sarapan) 2 hari sekali.
o Memastikan makananyang telah ditaburi Taburia dimakan habis oleh balita.
o Mencatat beberapa bungkus Taburia yang tidak diberikan kepada balita dan melaporkan pada
kader saat penimbangan di posyandu.

2. PEMBIAYAAN ASSESSMENT GIZI


Rangkuman dari group diskusi :
Asesmen gizi (Asuhan gizi rawat inap, rawat jalan) Ada 3 kompenen biaya :
o Biaya bahan baku atau bahan dasar adalah biaya yang di keluarkan secara langsung dan
digunakan dalam rangka menghasilkan produk dan jasa.
Contohnya : leaflet, brosur, formulir pagt, hasil print out asupan gizi.
o Biaya tenaga kerja : biaya yang di keluarkan untuk tenaga kerja yang terlibat dalam proses
kegiatan baik yang langsung atau tidak. Contoh nya : gaji, insentif, uang lembur, honor
o Biaya overhead : biaya tambahan untuk menunjang operasional produk dan jasa Biaya
overhead ada dua : biaya barang dan biaya pemeliharaan Biaya barang: alat masak,alat
kantor, Biaya pemeliharaan: listrik, pemakaian air,gas, gedung Contoh nya : food model, alat
antropometri, ruang konseling, food sampel
o Biaya overhead : biaya tambahan untuk menunjang operasional produk dan jasa. Biaya
overhead ada dua yaitu :
a. biaya barang alat masak,alat kantor,
b. Baiaya pemeliharaan: listrik, pemakaian air,gas, gedung
Contoh nya : food model, alat antropometri, ruang konseling, food sampel

3. PELAKSANAAN MONEV SUPLEMENTASI GIZI

- Jika hasil analisis menunjukkan masih tingginya rumah tangga yang belum mengonsumsi garam
beriodium, respons yang diberikan adalah:
1. Melakukan kordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten/Kota untuk
melakukan operasi pasar garam beriodium, dan
2. Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam beriodium.

- Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi vitamin A rendah maka respons yang harus
diberikan adalah:
1. Jika persediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim kapsul
vitamin A ke puskesmas,
2. Jika kapsul vitamin A masih cukup maka perlu mengimbau puskesmas untuk melakukan
sweeping, dan
3. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan vitamin A rendah.

- Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi TTD (Fe) rensah maka respons yang harus
dilakukan adalah meminta puskesmas agar lebih aktif mendistribusikan tablet tambah darah pada
ibu hamil dengan beberapa alternatif sebagai berikut:
1. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan di bidan di desa tidak mencukupi maka perlu
mengirim TTD ke puskesmas,
2. Bila TTD masih tersedia maka perlu mengimbau puskesmas untuk melakukan peningkatan
integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Antenatal Care (ANC), dan
3. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

- Monev ttd : Logistik dan pendistribusian, Jumlah bumil yg dapat ttd program / mandiri
dan tingkat kepatuhan bumil konsumsi ttd

- Jika hasil analisis menunjukkan capaian partisipasi masyarakat (D/S) rendah dan/atau cenderung
menurun maka respons yang perlu dilakukan adalah pembinaan kepada puskesmas untuk:
1. Melakukan kordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan untuk menggerakkan
masyarakat hadir dan menimbang baita ke posyandu,
2. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa untuk menggerakkan masyarakat
datang ke posyandu, dan
3. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu
4. PELAKSANAAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

Untuk memantau pertumbuhan anak, maka hasil data antropometri di plot kedalam
Grafik Pertumbuhan Anak atau GPA yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Grafik Pertumbuhan
Anak terdiri atas 4 indek yaitu :
a. Panjang/Tinggi menurut Umur (PB-TB/U),
b. Berat Badan menurut Umur (BB/U),
c. Berat Badan menurut Panjang-Tinggi Badan (BB/PB-TB)
d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Seperti terlihat di bawah ini :

- Untuk memantau pertumbuhan anak, maka hasil data antropometri di plot kedalam Grafik
Pertumbuhan Anak atau GPA yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Grafik Pertumbuhan Anak
terdiri atas 4 indek yaitu :
o Grafik Berat Badan menurut Panjang-Tinggi Badan (BB/PB-TB) menunjukkan pencapaian
panjang badan relatif terhadap umur dibandingkan dengan median (Garis 0). Grafik Berat Badan
menurut Panjang-Tinggi Badan (BB/PB-TB) menunjukkan pencapaian panjang badan relatif
terhadap umur dibandingkan dengan median (Garis 0). Status Gizi Anak umur 0-2 tahun dan 2-5
tahun dengan indeks BB/PB-TB: di atas 3 SD disebut sangat gemuk/obese, di atas 2 SD disebut
overweight, di bawah 2 SD disebut kurus, di bawah -3 SD disebut sangat kurus, dirujuk untuk
pelayanan tingkat lanjut.

o Grafik Berat Badan menurut Umur (BB/U) menunjukkan berat badan relatif terhadap umur
dibandingkan dengan median (Garis 0). Grafik Berat Badan menurut Umur (BB/U) menunjukkan
berat badan relatif terhadap umur dibandingkan dengan median (Garis 0). Status Gizi Anak umur
0-2 tahun dan 2-5 tahun dengan indeks BB/U: dibawah -2 SD disebut berat badan kurang, di
bawah -3 SD disebut berat badan sangat kurang/severly underweight periksa tanda klinis
marasmus atau kwashiorkor.

o Grafik Panjang-Tinggi Badan menurut Umur (PB-TB/U) menunjukkan pencapaian panjang badan
relatif terhadap umur dibandingkan dengan median (Garis 0). Grafik Panjang-Tinggi Badan
menurut Umur (PB-TB/U) menunjukkan pencapaian
panjang badan relatif terhadap umur dibandingkan dengan median (Garis 0). Status Gizi Anak
umur 0-2 tahun dan 2-5 tahun dengan indeks PB-TB/U: di bawah -2 SD disebut Pendek, dibawah -
3 SD disebut Sangat Pendek.

o Grafik indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) menunjukkan indeks maasa tubuh (IMT rasio
berat badan terhadap panjang/tinggi badan) untuk anak perempuan umur anak 0- 2 tahun dan 2-5
tahun dibandingkan dengan median (garis 0). Grafik indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
menunjukkan indeks maasa tubuh (IMT rasio berat badan terhadap panjang/tinggi badan) untuk
anak umur anak 0-2 tahun dan 2-5 tahun dibandingkan dengan median (garis 0). IMT/U
khususnya sangat berguna untuk penapisan kelebihan berat badan. IMT/U di atas 3 SD disebut
sangat gemuk/obese, 2 SD disebut gemuk/overweight, 1 SD disebut risiko gemuk (overweight).
5. PELAKSANAAN MONEV PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi atau yang sering dikenal dengan istilah monev mencakup
mulai dari proses pengumpulan data realisasi program/kegiatan, pelaporan kegiatan, hingga penilaian
dan evaluasi capaian kinerja.
- Untuk menilai status gizi dengan metoda antropometri memerlukan 4 variabel
yaitu :Jenis kalamin, Umur, Berat Badan, Panjang/Tinggi Badan.
- Empat (4) macam indeks yaitu :
o Panjang/Tinggi menurut Umur (PB-TB/U),
o Berat Badan menurut Umur (BB/U),
o Berat Badan menurut Panjang-Tinggi Badan (BB/PB-TB) dan
o Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
- Dalam menginterpretasikan grafik pertumbuhan, berikut yang harus diperhatikan untuk
mengindikasikan adanya masalah pertumbuhan, yaitu:
o Garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis z-score.
o Terdapat satu penurunan atau kenaikan yang tajam pada garis pertumbuhan, dan
o Garis pertumbuhan mendatar, misalnya: tidak ada kenaikan berat badan atau panjang/tinggi.
- Untuk mengetahui masalah gizi di suatu masyarakat memerlukan informasi berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperlukan untuk menilai apakah masalah gizi yang ada di
masyarakat memiliki karaktersitik:
o Kronis-Akut,
o Kronis-Tidak Akut (Kronis),
o Tidak Kronis-Akut (Akut) dan
o Tidak Krois-Tidak Akut (atau normal).
- Kegunaan KMS :
o Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan anak, dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal,
atau mengalami gangguan pertumbuhan.
o Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan
kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI
pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
o Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti
pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.
- Kegunaan KMS Bagi Kader :
o KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta
menilai hasil penimbangan.
o Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah maka kader perlu
merujuk ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan pemerikasaan lebih lanjut.
o KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya
naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan
berikutnya.
- Bagi orang tua balita :
o Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya.
o Bila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, maka
orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih
banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.
o Mengetahui perolehan imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A
secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
o Sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat
imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif
dan pengasuhan anak
- Bagi Petugas Kesehatan :
o Mengetahui Jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul
vitamin A.
o Menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.
o Menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya
- Tindak lanjut yang biasa dilakukan dari pemantauan pertumbuhan diantaranya,
o Konseling
o Pemberian Makanan Tambahan
o Pemberian Suplementasi Gizi
o Rujukan

5. PELAKSANAAN KEGIATAN PROMOSI GIZI

- Promosi Kesehatan (Gizi) merupakan proses perubahan perilaku/proses belajar secara terencana pada
diri individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (pengetahuan-sikap dan
ketrampilan) untuk mencapai pengetahuan gizi yang baik.
- Tujuan Promosi Kesehatan (Gizi) secara umum adalah merubah perilaku di bidang Gizi dan secara
khusus membuat klien/masyarakat menyadari nilai Gizi, mandiri mencapai hidup sehat dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan secara tepat guna. Secara operasional ditujukan untuk membuat
masyarakat dapat mengerti, bertanggung jawab, melakukan langkah-langkah positip untuk keadaan
gizinya sendiri, sesuai tujuan intervensi perilaku dalam promosi gizi.
- Tujuan dari penerapan promosi Gizi yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang:
o Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
o Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
o Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
o Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
o Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu
ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat
dinamis tidak statis.
- RUANG LINGKUP PROMOSI GIzi, yaitu: Lingkungan, Perilaku, Pelayanan kesehatan, dan Faktor
genetik (atau diperluas menjadi faktor kependudukan).
- Ada beberapa tujuan metode yang berkaitan dengan penggunaannya dalam promosi kesehatan, yaitu
meningkatkan kesadaran, menambah pengetahuan, meningkatkan kemampuan diri, mengubah
kebiasaan dan mengubah lingkungan. Jenis metode yang digunakan harus disesuaikan dengan
sasarannya, baik individu, kelompok atau massa.
6. PELAKSANAAN MONEV PROMOSI GIZI

- Ukuran hasil dari upaya promosi Gizi dapat mencakup beberapa indikator antara lain :
o Ukuran tentang pemahaman yang berkaitan dengan kesehatan (Gizi) yang meliputi tingkat
pengetahuan, sikap, motivasi, tendensi perilaku, keterampilan personal dan kepercayaan diri.
o Ukuran pengaruh dan gerakan masyarakat yang meliputi unsur partisipasi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, norma sosial dan opini publik.
o Ukuran yang mencakup kebijakan publik yang berwawasan kesehatan yang meliputi pernyataan
politik, alokasi sumber daya, unsur budaya dan perilaku.
o Ukuran kondisi kesehatan gizi dan gaya hidup sehat, salah satunya meliputi kesempatan untuk
memperoleh makanan sehat
o Ukuran efektifitas pelayanan kesehatan, yang meliputi penyediaan pelayanan pencegahan, akses
ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, serta faktor-faktor sosial budaya yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan.
o Ukuran Lingkungan sehat, yang meliputi membatasi akses dalam penggunaan tembakau,
alkohol, obat-obat terlarang, penyediaan lingkungan positif bagi anak-anak dan kelompok usila,
kebebasan dari kekerasan dan berbagai penyalahgunaan.
o Ukuran dampak sosial yang meliputi kualitas hidup, kemandirian, jaringan dukungan sosial,
pemerataan atau keadilan.
o Ukuran dampak kesehatan yang meliputi penurunan tingkat kesakitan, kematian dan
ketidakmampuan, kompetensi psikososial dan keterampilan diri.
o Ukuran pengembangan kapasitas.

- Langkah-langkah Evaluasi dalam Program Promosi Kesehatan :


o Menentukan Tujuan evaluasi Pada tahap ini harus ditetapkan aspek apa saja yang akan
dievaluasi. Misalnya: pelaksanaan program promosi kesehatan, pengetahuan, sikap, praktek dan
status kesehatan sasaran program.
o Menetapkan Indikator evaluasi Berdasarkan tujuan evaluasi tetapkan standar evaluasi / indikator
dari aspek tersebut dengan mengacu pada tujuan (tujuan program, tujuan pendidikan dan tujuan
perillaku) yang telah ditetapkan sebelum program promosi kesehatan dilaksanakan.
o Menentukan Cara / Desain evaluasi Pemilihan desain evaluasi harus berdasarkan pada aspek dan
indikator evaluasi. Jika akan melakukan monitoring pelaksanaan program (evaluasi proses) maka
pendekatan penelitian kualitatif akan lebih tepat dan bermanfaat, sedangkan jika ingin menilai
perubahan pengetahuan, sikap, praktek, maupun status kesehatan sasaran program, maka
pendekatan penelitian kuantitatif yang harus dipilih.
o Rencana pengumpulan data evaluasi Pada tahap ini ditetapkan siapa yang akan melakukan
evaluasi, dimana dan kapan evaluasi akan dilakukan. Evaluasi sebaiknya dilakukan oleh pihak
ketiga atau bukan pelaksana program sehingga hasilnya akan lebih obyektif.
o Evaluasi sebaiknya dilakukan di semua tempat program dilaksanakan, tetapi kadang-kadang
dana yang tersedia tidak mencukupi. Oleh sebab itu, harus ditetapkan dimana evaluasi akan
dilakukan. Berdasarkan aspek dan indikator yang telah ditetapkan kita juga dapat menetapkan
kapan evaluasi akan dilakukan. Jika ingin menilai pelaksanaan program maka evaluasi harus
dilakukan selama program sedang berlangsung. Apakah hanya akan dilakukan sekali penilaian
atau penilaian akan dilakukan secara berkala, misalnya setiap 6 bulan atau setiap tahun. Jika
akan menilai perubahan pengetahuan, sikap dan praktek, kapan sebaiknya evaluasi dilakukan,
karena perubahan perilaku tidak secepat pada perubahan pengetahuan dan sikap. Demikian pula
halnya dengan perubahan status kesehatan yang memerlukan waktu yang cukup lama. 6.
Melakukan pengukuran evaluasi dengan Instrumen pengumpulan data. Pada tahap ini
dikembangkan instrumen yang akan digunakan untuk menilai aspek yang telah ditetapkan pada
tujuan dan indikator evaluasi.
o Melakukan analisis dan interpretasi data. Setelah data yang akan dievaluasi terkumpul, dilakukan
analisis. Pada tahap ini yang dilakukan oleh evaluator adalah membandingkan antara hasil
dengan standar evaluasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Buat interpretasi dan selanjutnya
ditarik kesimpulan bagaimana pelaksanaan program promosi kesehatan dan dampaknya terhadap
pengetahuan, sikap, praktek maupun status kesehatan sasaran program. Agar data yang
dikumpulkan valid dan reliabel maka pengumpulan data harus dilakukan oleh pengumpul data
yang telah dilatih dulu sebelumnya dan disupervisi oleh supervisor yang terlatih. Berdasarkan
hasil evaluasi tersebut, selanjutnya dilakukan advokasi untuk keberlanjutan atau modifikasi
program jika program memberikan hasil yang positif. Sedangkan jika hasil program tidak sesuai
dengan yang diharapkan, maka program perlu dihentikan.

KEMAMPUAN KHUSUS
1. PELAKSANAAN ASESMEN GIZI

- Asesmen gizi merupakan pendekatan sistematik dalam mengumpulkan, memverifikasi


dan menginterpretasikan data pasien/anggota keluarga/pengasuh atau kelompok yang
brelevan untuk mengidentifikasi masalah gizi, penyebab, serta tanda/gejala.
- Tujuan Asesmen Gizi :
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan
interpretasi data secara sistematis.
- Langkah Asesmen Gizi
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan
kesehatan
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi:
a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History)
b) Antropometri dengan kode AD (Anthropometry Data)
c) Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data)
d) Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data)
e) Riwayat klien dengan kode CH (Client History)
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan. Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/
wawancara; catatan medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang
merujuk,
- Terminologi/Bahasa Baku Asesmen Gizi
Menurut International Dietetics Nutrition Terminology, data-data yang dikumpulkan
dalam asesmen gizi dikelompokkan menjadi 5 domain/kelompok (lihat tabel di bawah ini)

Anda mungkin juga menyukai