Anda di halaman 1dari 3

Jelaskan deteksi dini anemia pada ibu hamil di komunitas.

Termasuk programnya
seperti apa

Upaya deteksi dini anemia pada ibu hamil dapat dilakukan saat kunjungan pelayanan
Antenatal Care. Pemeriksaan Antenatal Care merupakan pemeriksaan kehamilan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,
yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua,
dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.

Termasuk dalam hal yang wajib diperiksa saat kunjungan ANC adalah kadar
hemoglobin ibu hamil. Pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua
dilakukan atas indikasi.

Pada keadaan khusus seperti ibu hamil, kebutuhan zat besi yang diperlukan tubuhnya
akan meningkat. Sepanjang kehamilannya, ibu membutuhkan tambahan zat besi sekitar 1000
mg. Bila tambahan kebutuhan ini tidak terpenuhi dari simpanan, maka perlu didapat dari
suplementasi. Upaya pencegahan anemia gizi besi pada ibu hamil dilakukan dengan
memberikan 1 TTD (tablet tambah darah) setiap hari selama kehamilan minimal ibu hamil
mengonsumsi 90 tablet, dimulai sedini mungkin dan dilanjutkan sampai masa nifas.
Pemberian TTD setiap hari selama kehamilan dapat menurunkan risiko anemia maternal 70%
dan defisiensi besi 57% (WHO 2012)

Ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia akan diberikan 2 TTD setiap hari
sampai kadar Hb mencapai normal. Untuk ibu hamil dengan anemia pemeriksaan kadar Hb
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika ibu hamil terdeteksi anemia pada trimester pertama maka pemeriksaan kadar Hb
dilakukan setiap bulan hingga Hb mencapai normal.
 Jika ibu hamil terdeteksi anemia pada trimester ke dua maka pemeriksaan kadar Hb
dilakukan setiap dua minggu hingga Hb mencapai normal.
 Jika pada pemeriksaan selanjutnya kadar Hb tidak berubah, maka langsung dirujuk ke
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Bila anemia disebabkan karena defisiensi besi,
maka konsumsi TTD secara teratur akan meningkatkan kadar Hb dalam satu bulan
setelah konsumsi TTD. Bila Hb tidak berubah setelah konsumsi TTD yang teratur,
kemungkinan anemia tidak disebabkan oleh defisiensi besi.

Dalam upaya mengurangi angka kejadian anemia pada ibu hamil, deteksi dini anemia
sebaiknya dilakukan juga pada kelompok usia remaja putri (rematri) dan wania usia subur
(WUS). Rematri yang menderita anemia ketika menjadi ibu hamil berisiko melahirkan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting. Anemia gizi besi menjadi salah satu penyebab
utama anemia, diantaranya karena asupan makanan sumber zat besi yang kurang.
Penting bagi rematri, WUS dan ibu hamil untuk mengenali gejala anemia itu sendiri.
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah,
Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala muter”), mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai
dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.
Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-65 yang menyepakati
rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan komitmen mengurangi
separuh (50%) prevalensi anemia pada WUS pada tahun 2025. Menindaklanjuti rekomendasi
tersebut maka pemerintah Indonesia melakukan intensifikasi pencegahan dan
penanggulangan anemia pada rematri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian TTD
melalui institusi sekolah.
Intervensi pada rematri dan WUS sangat penting dilakukan karena akan menentukan
kualitas sumber daya manusia generasi berikutnya. Rematri yang sehat dan tidak anemia akan
tumbuh dan berkembang menjadi calon ibu yang sehat dan melahirkan bayi sehat. Upaya ini
mendukung Gerakan 1000 HPK.
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan
asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin.
Upaya yang dapat dilakukan adalah :
 Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan
unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan.
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi
buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu.
 Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Makanan yang sudah difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu, beras,
minyak goreng, mentega, dan beberapa snack.
 Suplementasi besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap zat
besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Suplementasi Tablet Tambah Darah
(TTD) pada rematri dan WUS merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia
untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat
mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh.

Referensi
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual
2. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur (WUS). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang
Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil.

Anda mungkin juga menyukai