Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Anemia pada ibu hamil
a. Definisi anemia pada ibu hamil
Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam
darah dibawah normal. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan
oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah
Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya member sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana,
2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan Sahli
dapat digolongkan sebagai berikut:
Tabel.1 penggolongan status anemia ibu hamil
Kadar Hemoglobin Status Anemia
11 gr% Tidak anemia
9-10 gr% Anemia ringan
7-8 gr% Anemia sedang
<7 gr% Anemia berat
Sumber: WHO, 2002
b. Penyebab anemia
Penyebab langsung, banyak berpantang makanan tertentu saat
hamil. Hal ini dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi, biasanya
ibu hamil yang tidak suka makan daging, ikan, hati atau sumber
pangan hewani lainnya dengan alasan yang tidak rasional. Selain

5
6

karena pantangan terhadap makanan hewani faktor ekonomi


merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik, tidak
semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam setiap kali
makan, yang seharusnya pangan hewani ini dapat berfungsi sebagai
sumber zat besi yang tinggi absorbsinya (Waryana, 2010).
Kekurangan besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena
kekurangan konsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari
hewani. Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih
banyak dibandingkan saat tidak hamil karena untuk memenuhi
kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel-sel darah merah yang
semakin banyak untuk janin dan plasentanya. Penambahan massa sel
darah merah mencapai 35% dipuncak trimester II dan III
membutuhkan zat besi sebanyak 450 mg. keadaan ini diimbangi
dengan menurunnya kadar Hb yaitu sebanyak 1 gr/100ml.
c. Akibat anemia
Kekurangan zat besi pada masa kehamilan dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), anemia pada bayi yang dilahirkan. Hal
ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu serta kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita
anemia berat dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas ibu
dan bayi, sehingga bisa melahirkan bayi BBLR dan premature juga
lebih besar (Waryana, 2010).
d. Besar masalah
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang masih
tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada
janin. Di dunia 34% ibu hamil dengan anemia dimana 75% berada di
Negara berkembang (WHO, 2005). Ibu hamil dengan anemia sebagian
besar 62,3% mengalami anemia defisiensi besi (ADB) karena pada
7

masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam


rangka persediaan segera setelah lahir (Wiknjosastro, 2005). Pada ibu
hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat
makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang selanjutnya akan
berpengaruh apada fungsi plasenta sehingga dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin (Sin-Sin. 2008).

2. Program penanggulangan
Dalam rangka menaggulangi masalah anemia pada ibu hamil telah
dilakukan upaya Program Penanggulangan Anemia yang telah
dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan sejak tahun 1995 yaitu:
a. Peningkatan suplementasi tablet zat besi pada ibu hamil dengan
memperbaiki sistem distribusi dan monitoringnya secara
terintegrasi dengan program lainnya.
b. Suplementasi tablet zat besi kepada anak sekolah remaja putri
dan wanita pekerja yang tinggal di daerah miskin sedangkan di
daerah lain suplementasi berlandaskan kepada kemandirian yang
didukung dengan kegiatan kampanye peningkatan konsumsi
tablet zat besi.
c. Peningkatan KIE untuk mengetahui konsumsi tablet zat besi dan
bahan makanan alamiah sumber zat besi.
d. Membagikan tablet zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet yang diminum 1 tablet
setiap hari selama masa kehamilan.
Oleh karena itu upaya program penanggulangan anemia yang telah
dilakukan pemerintah selanjutnya dievaluasi, dikaji, dan dianalisis
sehingga Pemda, khususnya TIM PANGAN dan GIZI dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk perencanaan program perbaikan gizi di
masa yang akan datang (Waryana, 2010).
8

3. Kepatuhan
a. Definisi kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007)
kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya suka menurut perintah,
taat pada perintah. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku yang sesuai
aturan dan berdisiplin.
Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi adalah
ketaatan ibu hamil dalam melaksanakan anjuran petugas kesehatan
untuk mengkonsumsi tablet zat besi sesuai dosis dan jadwal.
Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai sejauh mana perilaku
individu dalam ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan
(Afnita, 2004).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Menurut (Niven, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
2. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri
kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan
antenatal care adalah jarak dan waktu, biasanya ibu cenderung
malas melakukan antenatal care pada tempat yang jauh.
9

3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial


Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga
dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat
dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program
pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok
dan menurunkan konsumsi alkohol. Lingkungan berpengaruh
besar pada antenatal care, lingkungan yang harmonis dan positif
akan membawa dampak yang positif pula pada ibu dan bayinya,
kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk
pada proses antenatal care.
4. Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan
klien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan
(terapi). Keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care
dipengaruhi oleh kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita
ibu akan membuat ibu semakin aktif dalam kunjungan antenatal
care.
5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada
klien setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis. Suatu
penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat
meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang
diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu melakukan
kunjungan antenatal care.
6. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu,
dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
10

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,


2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar
untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk
mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman
yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh
individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian
rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan antenatal
care (Azwar, 2007).
7. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang
lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa
seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur
melakukan antenatal care (Notoatmodjo, 2007).
8. Dukungan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2
orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian
darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama
lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006).
Ibu yang sedang hamil sangat membutuhkan dukungan dari
orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat
ditujukan melalui sikap yaitu dengan:
a. Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan
meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta
kecukupan gizi.
11

b. Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum


obat, kapan istirahat serta kapan saatnya kontrol.
c. Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.
d. Memberikan motivasi pada ibu hamil untuk datang
melakukan antenatal care

4. Zat besi
a. Definisi zat besi
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan dalam proses biologi
didalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis
hemoglobin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim
tertentu yang digunakan untuk poses produksi adenosine trifosfat yang
terlibat dalam respirasi sel. Zat besi atau Ferum (Fe) disimpan dalam
hepar, lien dan sumsum tulang belakang. Sekitar 70% zat besi yang
ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobin dan sisanya berfungsi
sebagai simpanan oksigen intramuskuler (Jordan, 2004).
b. Manfaat tablet zat besi
Zat besi atau Ferum (Fe) merupakan mineral mikro yang banyak
ditemui dalam tubuh, yaitu didalam tubuh manusia dewasa terdapat 3-
5 gram. Zat besi sangat berpengaruh saat aktivitas kerjanya. Zat besi
juga berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan,
alat angkut electron pada metabolism energi serta bagian dari enzim
pembentuk kekebalan tubuh dan pelarut pada obat-obatan. Makanan
yang mengandung zat besi biasanya dapat memenuhi kecukupan
vitamin A (Waryana, 2010).
c. Sumber zat besi
Dalam memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh melalui
konsumsi makanan. Berikut ini makanan yang baik sumber zat besi
antara lain daging, ayam, ikan, telur, serealia tumbuk, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan pisang ambon. Zat besi yang berasal dari
12

makanan hewani lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat besi
yang berasal dari makanan nabati (Waryana, 2010).
d. Kebutuhan zat besi
Menurut Jordan (2004), kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan
janin tunggal :
1. 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah
merah.
2. 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya.
3. 150-200 mg untuk kehilangan eksternal.
4. 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta.
5. 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat
melahirkan.
Menurut Wasnidar (2007), kebutuhan zat besi pada ibu hamil
menurut usia kehamilan :
1. Trimester I (umur kehamilan 0-12 minggu) : kebutuhan zat besi
relative ± 50 mg/hari
2. Trimester II (umur kehamilan 13-24 minggu) : kebutuhan zat
besi ± 50 mg/hari
3. Trimester III (umur kehamilan 25-40 minggu) : kebutuhan zat
besi ± 60 mg/hari
Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan
berkisar antara 540-1340 mg dan 440-1050 mg diantaranya akan
hilang pada saat ibu melahirkan. Secara umum anemia untuk wanita
tidak hamil mempunyai kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100
mililiter (12 gram/ desiliter) dan untuk wanita hamil mempunyai
kadar Hb kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/ desiliter)
(Varney, 2007).
e. Peranan zat besi
Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam
tubuh, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa. Fe
sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas
13

kerjanya. Didalam tubuh peran tablet Fe sebagai alat angkut oksigen


dari paru-paru kejaringan, sebagai alat angkut elektron pada
metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan
tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan (Waryana, 2010).

5. Hemoglobin
Hemoglobin dalam eritrosit berfungsi sebagai pengangkut oksigen.
Hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai globin dengan berat 64500
molekul. Sekitar 96% dari berat hemoglobin merupakan globin dan
sisanya berupa heme. Heme merupakan suatu kompleks persenyawaan
protoporfirin yang mengandung Fe ditengahnya. Protoporfirin adalah
suatu tetrapirol dimana ke 4 cincin pirol ini diikat oleh 4 gugusan
metan hingga terbentuk suatu rantai protoporfirin (Misaroh dan Atika,
2010). Menurut Depkes RI peranan hemoglobin antara lain:
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam
jaringan-jaringan tubuh
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar
c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai
hasil metabolism ke paru-paru untuk dibuang.

6. Hubungan anemia dengan kehamilan


Anemia defisiensi besi pada wanita ibu hamil merupakan masalah
kesehatan yang dialami oleh seluruh wanita di dunia berkembang.
Menurut WHO bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
sebesar 35-75% dan akan semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia kehamilan.
Anemia defiensi besi pada ibu hamil mempunyai dampak buruk,
baik pada ibunya maupun pada janin yang dikandungnya. Ibu hamil
dengan anemia berat lebih memungkinkan terjadinya partus premature
dan memiliki bayi berat badan lahir rendah (BBLR) serta
14

meningkatkan kematian perinatal. Menurut WHO 40% kematian ibu


dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan
sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut,
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Hasil persalinan
pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-
28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal, dan 7-10% angka
kematian neonatal. Mengingat besarnya efek dari defisiensi zat besi
pada ibu hamil dan janin, maka perlu perhatian yang cukup dan
dengan diagnose yang cepat serta penatalaksanaan yang tepat
komplikasi dapat diatasi serta akan mendapatkan hasil yang lebih baik
(Misaroh dan Atikah, 2010).

B. Kerangka teori
Gambar 1. Kerangka Teori

Anemia

Asupan Protein dan As.


Folat Kadar Hb dalam darah

Perdarahan Konsentrasi Hb Kurang zat besi


menurun

Kepatuhan konsumsi tablet zat besi.


Faktor-faktor yang mempengaruhi:

- Pendidikan
- Akomodasi
- Dukungan keluarga
- Karakteristik tablet
- Pengetahuan
- Budaya
- Usia
- Dukungan keluarga
15

C. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep

Tingkat kepatuhan Peningkatan kadar


minum tablet zat besi
Hb

D. Hipotesis
1. Ada hubungan tingkat kepatuhan minum tablet zat besi dengan
peningkatan kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Semarang.
16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian gizi masyarakat menggunakan
desain penelitian analitik. Penelitian ini mengguanakan pendekatan cross
sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Purwoyoso Semarang
2. Waktu penelitian
Penelitian dimulai pada Mei – Juli 2014

C. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso. Pengambilan sampel yang sesuai
dengan kriteria inklusi berjumlah 21 orang. Jumlah sampel tersebut
termasuk sedikit sehingga perlu diperluas wilayah pengambilan sampel
guna untuk mempermudah saat pengolahan data. Total sampel tersebut
disebut populasi terjangkau. Sampel diperoleh melalui data dari
Puskesmas Purwoyoso.
Untuk memperoleh sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
yang ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap populasi sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi
adalah ciri-ciri setiap populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
Dalam pengambilan sampel ini peneliti menetapkan beberapa kriteria,
antara lain:
a. Kriteria Inklusi
1. Bertempat tinggal di wilayah Purwoyoso
2. Usia kehamilan ≥ 8 bulan
17

3. Ibu hamil yang mendapat tablet zat besi 90


4. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eklusi
1. Bukan ibu hamil
2. Tidak periksa di puskesmas Purwoyoso

D. Jenis dan cara pengumpulan data


1. Jenis data
a. Data primer meliputi : data yang diperoleh dengan cara
wawancara langsung dengan sampel. Metode penelitian dilakukan
dengan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner dan data
tersebut merupakan suatu kepatuhan diit yang berpegang pada
kuesioner.
b. Data sekunder meliputi : Riwayat pasien berdasarkan data
puskesmas, identitas pasien dan data objektif.

2. Wawancara dan pengumpulan data


a. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung dengan sampel dirumah atau
dipuskesmas. Metode penelitian dilakukan dengan mendatangi
puskesmas dan rumah sampel. Alat bantu yang digunakan adalah
kuesioner untuk mendapat kesediaan menjadi responden dan
kepatuhan diit.
b. Pencatatan
Pencatatan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari
catatan medik. Setiap pasien dicatat identitas dan data obyektif
terutama pemeriksaan laboratorium.
18

E. Definisi operasional

No Variabel Definisi Instrument Skala


1 Kepatuhan Prosentase zat besi yang Kuesioner Interval
minum diminum responden dan Catatan
tablet zat dihitung dengan rumus Puskesmas
besi jumlah tablet Fe yang Purwoyoso
dikonsumsi dibagi dengan
jumlah tablet Fe yang
diterima dikalikan 100%.
Hasil yang diperoleh satuan
presentase. Hitungan
didasarkan jawaban
pengakuan responden.
2 Peningkatan Selisih kadar hb setelah Laboratorium Interval
kadar Hb diberikan tablet zat besi dan Reagen
dengan sebelum menerima dalam
tablet zat besi. Dihitung metode Sahli
dengan rumus jumlah Kadar
Hb setelah minum tablet Fe
dikurangi jumlah Kadar Hb
sebelum minum Fe.
Kemudian disajikan dalam
bentuk porsentase yaitu
hasil selisih dibagi kadar Hb
sebelum minum Fe
dikalikan 100%.
Kadar Hb diukur
menggunakan metode Sahli
dengan satuan gr%.
Gambar 3. Definisi Operasional
19

F. Metode pengolahan dan analisis data


1. Pengolahan data
Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data.
Langkah-langkah pengolahan data menurut Hidayat (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori.
c. Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi.
d. Melakukan teknik analisis
Melakukan analisis menggunakan ilmu statistik terapan yang
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.
2. Analisis data
a. Kepatuhan
1. Diukur dengan metode wawancara sehingga dasarnya
adalah jawaban pengakuan responden.
2. Dihitung dengan rumus jumlah tablet Fe yang dikonsumsi
dibagi dengan jumlah tablet Fe yang diterima dikalikan
100%. Hasil yang diperoleh dalam satuan presentase.
b. Kadar Hb
1. Kadar Hb setelah diberikan tablet zat besi 90 dan sebelum
diberikan tablet zat besi 90. Diukur menggunakan metode
Sahli dengan satuan gr%.
2. Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan menghitung selisih
kadar Hb.
20

3. Peningkatan kadar Hb diuji dengan hasil prosentase dengan


rumus selisaih kadar Hb dibagi kadar Hb sebelum minum
Fe dikalikan 100%.
c. Analisis hubungan
Untuk menganalisis data hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil
minum tablet zat besi dengan peningkatan kadar Hb pada iIbu hamil
di Puskesmas Purwoyoso Semarang menggunakan korelasi spearman
yang bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel.

G. Bahan dan alat


1. Alat Tulis Kantor (ATK)
2. Kuesioner (Terlampir)
3. Pengukuran Hb:
a. Gelas berwarna sebagai standart
b. Tabung hemometer, pengaduk dari gelas
c. Pipet sahli, pipet Pasteur
d. Kertas saring
e. Reagen : HCl 0,1 N dan aquadest

H. Prosedur penelitian

Ibu yang usia kehamilan ±8 bulan serta yang menerima tablet zat besi 90 yang
periksa di Puskesmas Purwoyoso. Peneliti mencatat berdasarkan data dari
puskesmas meliputi nama, alamat, usia ibu, usia kehamilan, kadar Hb saat
periksa.

Melakukan wawancara kepada sampel untuk mendapatkan data jumlah kepatuhan


ibu hamil minum tablet zat besi serta mengukur kadar Hb ibu denga
menggunakan metode Sahli.

Data yang diperoleh kemudian ditabulasi menggunakan perangkat lunak


komputer untuk mencapai tujuan peneliti.

Data dikumpulkan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian peneliti menganalisis
apakah ada hubungan tingkat kepatuhan minum tablet zat besi dengan
peningkatan kadar hb pada ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai