Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN KEP, KEK, DAN KVA

Disusun oleh :
Kelompok 4
Anggota :

Eka Wahyuni P07131221008


Nanda Safira P07131221016
Salsabila P07131221028
Sarah Nadhifa P07131221029
Syarifah Mawar P07131221032
Zeni Asmawati P07131221040
Muhammad Riza Una P07131219018

JURUSAN SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLTEKKES KEMENKES ACEH
BANDA ACEH
2023
MATERI KEK
A. KEK ( Kekurangan Energi Kronik)

1. Pengertian KEK
Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan kesehatan
pada ibu hamil secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Depkes RI.2002).
Faktor penyebab KEK pada ibu hamil sangat kompleks diantaranya, ketidak
seimbangan asupan zat gizi, penyakit infeksi, dan perdarahan (FKM.UI, 2007). KEK pada
ibu hamil juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003).
Seseorang yang dikatakan KEK apabila LiLA <23,5 cm adalah keadaan dimana ibu hamil
mengalami kekurangan gizi (Kalori dan Protein) yang berlangsung lama dan menahun
disebabkan karena ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh
tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perubahan tubuh baik fisik ataupun mental tidak
sempurna seperti yang seharusnya (Kemenkes, 2019).
2. Penyebab Kurang Energi Kronik pada ibu hamil
Penyebab kurang energi kronik pada ibu hamil sebagai berikut : (Kemenkes, 2018)
a. Rendahnya asupan ibu hamil yang disebabkan oleh ketersediaan rumah tangga yang
kurang
b. Tingginya angka kesakitan pada ibu hamil dan ibu hamil yang mengalami penyakit
yang berulang dalam jangka waktu pendek
c. Rendahnya cakupan PMT pemulihan pada ibu hamil
d. Kurangnya pengetahuan ibu, suami dan keluarga tentang pemberian makan pada ibu
hamil

3. Faktor- faktor penyebab KEK


1. Paritas
Paritas adalah berapa kali seorang ibu telah melahirkan. Dalam hal ini ibu
dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Manfaat riwayat
obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu
sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh.

2. Pendidikan
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap
terhadap makanan dan praktek-praktek pengetahuan tentang nutrisi melandasi
pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam
keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu
meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik.

3. Jarak melahirkan
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung.

4. Usia Ibu
Ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usia yang paling baik
adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun. Dengan demikian diharapkan
status

4. Dampak Terjadinya KEK


Menurut Lubis (2003) bahwa dampak yang dapat ditimbulkan dari ibu dengan KEK,
antara lain :
1. Dampak pada Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu, antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan
meningkatkan angka kematian ibu
2. Dampak pada Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan premature atau sebelum
waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi
caesar cenderung meningkat.
3. Dampak pada Janin Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan dan lahir dengan BBLR

5. Resiko KEK pada Ibu Hamil


Kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu
selama hamil. KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai kemungkinan ibu melahirkan bayi
berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga
mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari dan kemungkinan premature (Depkes,
2001). Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm. Menurut Hanim et al (1999) menyatakan bahwa LILA ibu hamil
berkorelasai positif dengan IMT ibu hamil, sehingga pengukuran IMT ibu hamil sama
akuratnya dengan pengukuran LILA ibu hamil.
Menurut Moehji (2003) menyatakan bahwa gizi buruk karena kesalahan dalam
pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan hanya bagi
ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir. Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat berupa
hyperemesis, keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan saat kelahiran, perdarahan,
bahkan dapat membawa kematian. Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang
buruk dapat menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya
(premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.
Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah. Perilaku gizi
yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kecukupan gizi. Jika
seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan gizinya, maka orang itu akan
menderita gizi kurang (Khomsan dan Anwar, 2008).
Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :

A. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: anemia, perdarahan, berat badab ibu tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi.
B. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan pasca persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
C. Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan BBLR. Menurut
Soetjiningsih (1995) adanya kekuragan energi protein (KEP) akan mengakibatkan
ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR
mempunyai resiko kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi
pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih
buruk pada janin dari pada malnutrisi akut.

6. Penentuan KEK
Penilaian status gizi pada ibu hamil dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas.
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku. Lengan harus dalam
keadaan bebas artinya otot lengan tidak tegang, alat ukur tidak kusut (permukaannya
rata) yaitu (Kementerian Kesehatan, 2011).
1. Tetapkan letak bahu dan letak siku tangan.
2. Tetapkan titik tengah lengan atas caranya rentangkan pita dari bahu ke arah siku
dan tentukan tengah-tengah lengan atas.
3. Lingkarkan pita ukur tepat pada tengah lengan atas ibu
4. Dampak Kurang Energi Kronik terhadap ibu hamil dan bayi pada masa
kehamilan, bersalin dan nifas
Ibu yang mendapatkan asupan makanan dan minuman (makanan utama maupun
makanan ringan) yang cukup merupakan sumber glukosa. glukosa merupakan sumber
utama energi untuk sel-sel tubuh. Asupan makanan yang kurang akan mengakibatkan
kesulitan pada proses bersalin. Kekurangan energi mengakibatkan komplikasi persalinan
baik ibu maupun janin. Pada ibu hamil akan mempengaruhi kontraksi (his) sehingga
akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan
tindakan serta meningkatkan resiko pendarahan postpartum. Pada janin, akan
mempengaruhi pertumbuhan janin terhambat (IUGR), abortus, kelahiran Bayi mati
(IUFD), Cacat bawaan, Berat badan lahir rendah (BBLR), dan asfiksia (Darwin Nasution
dan Detty Siti Nurdianti, 2014).
7. Pencegahan Terjadinya KEK
Menurut Chinue (2009), ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya KEK, antara
lain :
A Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
1. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayur berwarna hijau
tua, kacang-kacangan, tempe).
2. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas)
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
3. Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet penambah
darah.
Guna mencegah terjadinya resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan (WUS)
sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23.5
cm. Beberapa kriteria ibu KEK adalah berat badan ibu sebelum hamil < 17,00 dan ibu
menderita anemia (Hb <11 gr %).

8. Penatalaksanaan Kurang Energi Kronis


Penanggulangan KEK pada ibu hamil dimulai sejak sebelum hamil bahkan sejak usia
remaja putri. Upaya penanggulangan tersebut membutuhkan koordinasi lintas program
dan perlu dukungan lintas sektor, organisasi profesi, tokoh masyarakat, LSM dan
institusi lainnya (Kemenkes, 2020).

a. Pemberian Makanan Tambahan (MT)


pada kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam
mengatasi masalah gizi. Makanan tambahan berfokus pada gizi makro maupun zat
gizi mikro bagi ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) dan balita pendek (stunting). Pemberian makanan tambahan
dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi ibu hamil KEK dan tetap mengkonsumsi
makanan keluarga sesuai gizi seimbang. Ketentuan pemberian Makanan Tambahan
yaitu (Kemenkes, 2018b) :
1) Makanan tambahan diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm.
2) Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care
(ANC).
3) Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram).
4) Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping biskuit lapis per hari.
5) Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping biskuit lapis perhari.
6) Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan ibu
hamil dan atau LiLA. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat
badan dan atau ibu hamil tidak lagi dalam kategori KEK sesuai pemeriksaan
LiLA, selanjutnya mengkonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.
b. PMT ibu hamil serta kandungan gizi
PMT ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat
dengan formulasi khusus dan diformulasikan dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada ibu hamil dengan kategori KEK untuk mencukupi kebutuhan gizi.
PMT ditujukan untuk ibu hamil yang berisiko KEK dengan hasil pengukuran LiLA <
23,5 cm (Kemenkes, 2017). Kandungan zat gizi biskuit PMT ibu hamil menurut
(Kemenkes, 2018b) sebagai berikut:
1) Makanan Tambahan (MT) Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis
yang dibuat dengan formulasi khusus dan diformulasikan dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori KEK untuk mencukupi
kebutuhan gizi.
2) Tiap kemasan primer (dua keping)
3) MT Ibu hamil diperkaya 11 macam vitamin (A, D, E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C,
Asam Folat) dan tujuh macam mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Ioudium,
Fosfor, Selenium).
4) Takaran saji 100 gram
5) Jumlah persajian 500 kkal, terdiri dari energi dan lemak 230 kkal
6) Presentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) lemak total 25 gram (42%), protein 15
gram (19%), karbohidrat total 53 gram (16%), natrium 390 mg (26%)
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2829/3/BAB%202.pdf
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/download/3609/3559

Anda mungkin juga menyukai