TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil.
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan
yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan
protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik
dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup,
atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
2.2 Etiologi
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang
dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:
a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1) Terus menerus merasa letih
2) Kesemutan
3) Muka tampak pucat
4) Kesulitan sewaktu melahirkan
5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi akan kekurangan air
susu ibu pada waktu menyusui.
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR)
3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya
kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4) Kematian bayi (Helena, 2013).
2.3 Lingkar Lengkar Atas
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis pada wanita usia subur (WUS) /
ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun
yang terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR).
Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan menggunakan pengukuran LILA
adalah :
1. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur
termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek.
2. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5
cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita
sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai resiko KEK. Bila remaja putri menderita
resiko KEK segera dirujuk ke Puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri
tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan
konsumsi makanan yang beraneka ragam
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya
mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok,
lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan
apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor
diet yang menyebabkan dan menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap
kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.
Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan
kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
3) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis memerlukan energi
yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka
apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun
pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk
aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil
tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari,
yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi
makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus
menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada
tubuh.
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan
praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu
rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat
maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang
bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga
berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk
membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan
penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein. 7)
Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan ketenaga kesehatan.
Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil
terlalu gemuk untuk menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat
membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya
2.5 Gizi pada ibu hamil
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi menurunkan
resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal
maupun beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut
hingga 3 bulan pertama kehamilan.
b. Energy
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang
energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal.
Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada
tubuh ibu.
c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan protein sebesa 910 gram dalam 6
bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d. Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun cadangan
besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan
meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat
meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.
f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual dan di negara
dengan musim dingin yang panjang
(Kusmiyati, 2008)
2.6 Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
a. Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa Tubuh = IMT)
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat
bada lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam
kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
b. Ukuran Lingkar Lengann Atas (LILA)
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm maka interprestasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK).
c. Kadar Hemoglobin (Hb)
Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia. (Kusmiyati, 2008).
2.7 Gizi Untuk Tumbuh Kembang Janin
Pada kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai trimester dua dan seterusnya,
pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat. Sejak menginjak bulan keempat, umumnya ibu hamil
sudah bebas dari gangguan morning sicknes, sehingga ibu merasakan nafsu makan kembali. Sekalipun
demikian pada trimester ini anda harus mulai memperhatikan komposisi maka yang dikonsumsi
(Musbikin, 2008).
Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester kedua. Sebab pada
saat itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu
makan meningkat, tetaplah berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang.
Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester pertama kenaikan kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada
trimester kedua kurang lebih 3 kg dan pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Sebaiknya ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi . makanan dengan gizi seimbang dapat
diperoleh dari karbohidrat, dan lemak sebagai sumber tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun,
serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur (Maulana, 2008).
3.1 Anemia
Anemia adalah jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari 12gr/100 ml (Prawiroharjo, 2006). Anemia
adalah penyakit yang terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari
kebutuhan tubuh (Notoatmodjo, 1997).
2.
Anemia dalam kehamilan
a.Definisi Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester 1 dan
3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita
tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester (Saifuddin, 2006). Anemia dalam
kehamilan adalah anemia kekurangan besi, jenis anemia yang pengobatannya mudah bahkan murah
(Manuaba, 1998). Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang tidak diimbangi dengan jumlah
plasma menyebabkan pengenceran darah. Plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat
bagi wanita. Pertama – tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat (Saifuddin, 2006).
Kejadian anemia pada ibu hamil
1)
Fisiologis
Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain hipervolemia yang terjadi saat kehamilan.
Pada wanita hamil saat volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi
peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit
dalam sirkulasi yaitu 450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma
sehingga terjadi hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi 6 minggu,
kemudian laju peningkatan melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan
lajunya memuncak pada trimester ketiga.
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting antara lain : mengisi
ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga
mengurangi efek pengeluaran hemogloblin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil
resistensi terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk
mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari penyebab defisiensi Fe adalah meningkatnya
kebutuhan Fe ibu hamil. Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester dua
(puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu
hamil sehingga hemoglobin akan mengalami penurunan, mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis
(Budiarti, 2009).
2)
Patologis
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin
meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai
pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada trimester III dan meningkat sekitar 1000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.
b. Tanda dan gejala
Menurut (Solihah, 2008 ; Saifuddin, 2006) Cepat lelah, lesu, mata berkunang, pusing, gampang pingsan,
sesak nafas saat beraktivitas atau berolahraga berat, permukaan kulit dan wajah pucat, mual muntah lebih
hebat dari hamil muda, jantung berdebar – debar.
c. Klasifikasi anemia pada kehamilan
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan
untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan darah minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan
III
Klasifikasi dalam kehamilan menurut (Prawiroharjo, 2010)
1)Anemia defiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi.Kekurangan ini
dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi,
gangguan pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan, misal pada
perdarahan.
2)Anemia megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi B12.
Hal itu erat kaitanya dengan defisiensi makanan.
3)Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru.
4) Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pada
pembuatannya.
Klasifikasi menurut WHO dan Dep.Kes RI
1) Normal : Kadar Hb dalam darah ≥ 11 gr%
2) Anemia Ringan : Kadar Hb dalam darah 8 - 10 gr%
3) Anema berat : Kadar Hb dalam darah < 8 gr%
Klasifikasi menurut Manuaba
1) Tidak Anemia : Hb 11 g r%
2) Anemia ringan : Hb 9 – 10 gr %
3)Anemia sedang : Hb 7 – 8 gr %
4)Anemia berat : Hb < 7 gr %
d. Diagnosis
1) Anamnesa
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, dan
keluhan sering mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
2) Pemeriksaan fisik
a) Penderita terlihat lemah.
b) Kurang bergairah.
3) Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar kuku kelihatan pucat.
4) Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan takhirkardi.
5) Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.
6)Pemeriksaan Laboratorium (Kadar Hb)
e.Pengaruh anemia pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
mengemukakan pengaruh anemia pada hamil, bersalin dan nifas adalah :
1)Keguguran.
2)Partus prematurus.
3)Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan.
5) Syok.
6) Afibrinogen dan hipofibrinogen.
7) Infeksi intrapartum dan dalam nifas.
8)Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan
kehamilan dan persalinan tapi juga bisa fatal.
Menurut Manuaba pengaruh anemia di bagi menjadi 2 yaitu
1) Bagi ibu
a) Bahaya selama kehamilan
(1) Dapat terjadi abortus
(2) Persalinan prematuritas
(3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
(4) Mudah terjadi infeksi
(5) Ancaman dekompensasi kordis ( Hb < 6 gr% )
(6)Mola hidatidosa
(7)Hiperemesis gravidarum
(8)Perdarahan antepartum
(9)Ketuban pecah dini (KPD)
b) Bahaya saat persalinan
(1) Gangguan his-kekuatan mengejan.
(2) Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar.
(3) Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan dan seringmemerlukan tindakan operasi
kebidanan.
(4) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri.
(5) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
c) Bahaya pada saat nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
b)Memudahkan infeksi puerperium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e)Anemia kala nifas
f)Mudah terjadi infeksi mamae
d) Bagi janin
Abortus, Terjadi kematian intra uteri, Persalinan prematuritas tinggi, Berat badan lahir rendah, Kelahiran
dengan anemia, Dapat terjadi cacat bawaan, Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal,
Inteligensia rendah
IDENTITAS PASIEN
Menanyakan identitas yang meliputi:
1) Nama istri/ Suami
Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk memperlancar komunikasi dalam
asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab. (Walyani, Elisabeth, 2015: 118)
2) Umur
Umur perlu dikaji guna mengetahui apakah klien dalamkehamilan yang beresiko atau
tidak. Usia dibawah 16 tahun dan di atas 35 tahun merupakan umur-umur yang beresiko
tinggi untuk hamil. Umur yang baik untuk kehamilan maupun persalinan adalah 19-25
tahun. (Walyani, Elisabeth, 2015: 118)
3) Agama
Menanyakan agama klien dan berbagai praktik agama yang dijalani. Informasi ini dapat
menuntun ke suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi
keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga
kesehatan, dan pada beberapa kasus, penggunaan produk darah. (Walyani, Elisabeth,
2015: 118)
4) Pendidikan
Menanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi ini membantu klinis
memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulisnya.
(Walyani, Elisabeth, 2015: 118)
5) Suku/bangsa
Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan
yang peka budaya kepada klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga yang
memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden yang tinggi pada populasi tertentu. Jika
kondisi yang demikian diidentifikasi, wanita tersebut diwajibkan menjalani skrining
genetik. (Walyani, Elisabeth, 2015: 118)
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui apakah klien berada dalam
keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelahiran, prematur, dan pajanan terhadap
bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak janin. (Walyani, Elisabeth, 2015: 119)
7) Alamat
Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih memudahkan saat pertolongan
persalinan dan untuk mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan. (Walyani,
Elisabeth, 2015: 119)
A. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan Kunjungan
Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/ klinik, yang diungkapkan
dengan kata-katanya sendiri (Hani,Ummi, dkk, 2010:87).
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya kehamilan,
mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia kehamilan dan perkiraaan persalinan,
menentukan status kesehatan ibu dan janin, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan
lainnya. (Walyani, Elisabeth, 2015: 117)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan sesuai dengan
yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien.
Mendengarkan keluhan klien sangat penting untuk pemeriksaan. (Walyani, Elisabeth, 2015:
119)
3. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning akan adanya
penyulit masa hamil). Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang melibatkan
seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
Riwayat kesehatan meliputi :
a. Penyakit menular
a) TBC
Pada kehamilan dengan infeksi TBC risiko prematuritas, IUGR dan berat badan lahir rendah
meningkat, serta resiko kematian perinatal meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi akibat
diagnosa yang terlambat, pengobatan yang tidak teratur dan derajat keparahan lesi di paru
maupun infeksi ekstrapulmoner. Infeksi TBC dapat menginfeksi janin yang dapat
menyebabkan tuberculosis congenital. (Saifuddin, 2010:807 )
b) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang
dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan
abortus dan terjadi perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati. (Saifuddin, 2010 : 906)
c) HIV / AIDS
Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi intrauterin (5-10 %), saat persalinan (10-20 %)
dan pasca persalinan (5-20 %). Kelainan yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan
lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan. (Saifuddin, 2010: 933)
b. Penyakit menurun
a. Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan.
Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati,
kemudian disusul oleh abortus. Apabila konseptus lahir terus, anak dapat lahir premature
atau lahir cukup bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). (Wiknjosastro,
2005 : 431)
b. Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang menderita hipertensi kronik berisisko
terjadi sousio plasenta, dan risisko terjadinya solusio plasenta 2 – 3 kali dan superimposed
preeklamsi. Sedangkan dampak pada janin ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal
growth restriction, intra uterine growth restriction (IUGR). (Saifuddin, 2010:557)
c. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat menyebabkan resiko terjadinya preeklampsia,seksio
sesarea sedangkan pada janin meningkatkan terjadinya makrosomia, hiperbilirubinemia,
hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal, sindrom distress respirasi
(RDS)serta mortalitas atau kematian janin. (Saifuddin, 2010 : 851)
d. Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya pada kehamilan. Pada
asma ringan 13 % mengalami serangan pada kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan
asma berat 50 %. Sebanyak 20 % daari ibu dengan asma ringan dan asma moderat
mengalai serangan inpartu, serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah
persalinan dengan seksio sesarea jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Terdapat komplikasi preeklamsi 11 % IUGR 12 %, dan prematuritas 12 % pada kehamilan
dengan asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada ibu
terjadi. (Saifuddin, 2010 : 811 )
c. Alergi obat (respons hipersensitivitas)
Respons hipersensitivitas dapat terjadi pada hampir seluruh jenis obat kendati kelompok
antimikroba merupakan penyebab alergi yang utama. Respons hipersensitivitas yang serius
seperti dapat terjadi syok anafilatik. Riwayat reaksi obat yang sebelumnya harus
ditanyakan, karena reaksi yang paling berat terjadi pada pemberian yang kedua kalinya atau
berikutnya. (Jordan , Sue, 2004:28-29)
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Data ini diperoleh untuk mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya.Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat haid anatara lain
sebagai berikut :
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita haid pertama
kali umumnya sekitar 12-16 tahun. (Sulistyawati, 2009: 181). Hal ini dipengaruhi
oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan keadaan umum.
(Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
2) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid berikutnya, dalam
hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati, 2009: 181). Siklus
normal haid biasanya 28 hari. (Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
3) Lamanya
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti
sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi. (Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
4) Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan. Sebagai acuan
biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Biasanya untuk
menggali lebih dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam
sehari. (Sulistyawati, 2009: 181 ).
5) Dismenorea
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderitanya atau tidak
ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu
hebat seingga menimbulkan nyeri haid. (Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
6) Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara
berlebihan. Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi
melalui rangsangan seksual.. (Manuaba, 2009:61)
g. Berat bayi
Dikaji untuk mengidentifikasi berat bayi yang dilahirkan pada kehamilan sebelumnya,
apakah berat bayi kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi besar untuk masa
kehamilan (BBMK), karena kondisi ini biasanya berulang. Apabila persalinan
pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa bayi dengan ukuran tertentu berhasil
memotong pelvis maternal. (Walyani, Elisabeth, 2015: 126)
h. Masalah lain
Untuk mengetahui apakah sebelumnya kehamilannya mengalami komplikasi sehingga
dapat diketahui antisipasi terhadap komplilasi berulang. (Walyani, Elisabeth, 2015: 126)
5. Riwayat Pernikahan
Ditanyakan :
a. Menikah, ditanya status klien, apakah sudah menikah atau belum, pernikahan yang
keberapa dan istri keberapa dengan suami sekarang. Penting dikaji untuk mengetahui
status kehamilan tersebut apakah dari hasil pernikahan resmi atau tidak atau hasil dari
kehamilan yang tidak diinginkan. Status pernikahan berpengaruh pada psikologis ibu saat
hamil.
b. Usia saat menikah
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menikah di usia muda atau tidak. Jika klien
menikah usia muda dan saat kunjungan ke bidan tidak lagi usia muda dan merupakan
kehamilan pertama, kemungkinan kehamilan ini sangat diharapkan. Hal ini akan
berpengaruh pada bagaimana asuhan kehamilannya.
c. Lama pernikahan
Ditanyakan sudah berapa lama menikah, jika klie mengatakan sudah lama menikah tapi
baru bisa mempunyai keturunan, kemungkinan kehamilan ini sangat diharapkan
(Walyani, Elisabeth, 2015: 128)
6. Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui metode KB yang selama ini digunakan, lama pemakaian
kontrasepsi tersebut, dan ada masalah saat menggunakan kontrasepsi tersebut atau tidak.
(Walyani, Elisabeth, 2015: 129)
7. Pola kebiasaan sehari- hari
a. Nutrisi
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan bagaimana pasien mencukupi
asupan gizinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan. (Sulistyawati,
2009 :171)
b. Eliminasi
1) BAB
Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika mengatakan terlalu sering dan
feses cair bisa dicurigai mengalami diare, dan jika terlalu jarang BAB serta feses
kering dan keras, dicurigai klien mengalami konstipasi), warnanya (normalnya warna
feses berwarna kuning kecoklatan)(Walyani, Elisabeth, 2015: 132)
2) BAK
Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam sehari. Meningkatnya
frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau juga
karena adanya tekanan dinding vesika urinaria. Apabila ternyata wanita hamil kesulitan
berkemih berarti bidan harus segera mengambil tindakan,misal memasang
kateter),warna urine (normalnya urine berwarna bening, jka urine berwarna keruh
dicurigai klien menderita DM karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan
glukosa), bau urine (bau urine normalnya seperti bau Amonia (NH3).
(Walyani, Elisabeth, 2015: 133)
c. Aktivitas
Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan
pasien di rumah.
Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi semakin kuat. Selama masakehamilan
olah raga dapat membantu tubuhnya siap untuk menghadapi kelahiran. Wanitadapat
berolah raga sambil mengangkat air, bekerja di ladang, menggiling padi, mengejar
anakanaknyadan naik turun bukit. Bagi wanita yang bekerja sambil duduk atau bekerja di
rumahbiasanya membutuhkan olah raga lagi. Mereka dapat berjalan kaki, melakukan
kegiatan-kegiatanfisik atau melakukan bentuk-bentuk olah raga. ( Tyastuti,2016:55)
d. Istirahat
Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari, walaupuntidak dapat
tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya dengan kaki yang
terangkat,mengurangi duduk atau berdiri terlalu lama. ( Tyastuti,2016:59)
e. Pola seksual
Dikaji pola hubungan seksual, frekuensi berhubungan, kelainan dan masalah seksual dan
lain-lain. (Hani, Ummi, dkk, 2010: 90)
Memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah
dapatmenerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat
menikmatiaktivitas dengan lebih leluasa daripada di trimester pertama.
( Tyastuti,2016:51)
f. Personal hygiene
1) Mandi.......kali/hari
2) Gosok gigi......kali/hari
3) Keramas......kali/minggu
4) Ganti celana dalam....../hari
5) Kebiasaan memakai alas kaki... (ya/tidak)
Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena konsumsi kalsium yang
kurang,dapat juga karena emesishiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat
menimbulkan timbunankalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil
diperlukan untuk mencari kerusakan gigiyang dapat menjadi sumber infeksi,
perawatan gigi juga perlu dalam kehamilan karena hanyagigi yang baik menjamin
pencernaan yang sempurna. Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian
yang longgar, nyaman dipakai,tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian perut atau
pergelangan tangan karena akanmengganggu sirkulasi darah. ( Tyastuti,2016:49)
B. DATA OBYEKTIF
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil
pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(Sulistyawati, 2009 : 175)
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons
yang baik terhadap lingkungan dan oang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi
untuk berjalan sendiri. (Sulistyawati, 2009 : 175 )
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan komposmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009 : 175)
c. Tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik diatas tensi
sebelum hamil, menandakan toxaemia gravidarum (keracunan kehamilan). (Hani,
Ummi,dkk 2009: 91)
2) Nadi
Denyut nadi meternal sedikit meningkat selama hamil sejak usia kehamilan 4
minggu sekitar 80-90x/menit, kondisi ini memuncak pada usia 28 minggu.
(Mandriawati, 2008:46)
3) Pernafasan
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah 16-24x/menit. Tujuan menghitung
pernafasan pada ibu hamil adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit
yang berhubungan dengan pernafasan yang kemungkinan sebagai penyulit
kehamilan dan diprediksi akan membahayakan keselamatan ibu dan janin selama
kehamilan dan menghambat jalannya persalinan. (Mandriawati, 2008:67)
4) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai dengan peningkatan metabolisme
tubuh ibu hamil, jumlah panas yang juga dihasilkan juga meningkat. Ibu hamil
mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5% meskipun pada tubuh ibu hamil
sudah ada upaya kompensasi seperti pengeluaran panas lewat pernafasan dan
keringat. Suhu tubuh ibu hamil normalnya 35,80C-370C, jika lebih dari 37,50C
dikatakan demam, hal ini mungkin ada infeksi dalam kehamilan. (Mandriawati,
2008:65)
5) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata : 9 – 13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
Kenaikan BB selama TM I : 9,5 kg
(Pantiawati, Ika, 2010: 90)
6) Tinggi Badan
Sang Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko bagi ibu
hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan sang ibu
memiliki panggul sempit. Tujuan pemeriksaan tinggi badan adalah untuk
mengetahui tinggi badan ibu sehingga bisa mendeteksi faktor resiko. (Mandriawati,
2008:39)
7) LILA
Tujuan pemeriksaan LILA adalah untuk mengetahui ukuran lingkar lengan atas
untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Normalnya 23,5-25 cm, bila kurang dari
23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu
beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
sedangkan bila LILA di atas 25 cm, indikasi adanya janin besar karena obesitas.
(Mandriawati, 2008:113)
8) IMT
IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya
direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi kelebihan berat badan dan
obesitas. Cara mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m 2). ( Varney, Helen,
2006:104 ).
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh ( IMT )
Berat Badan IMT
Baerat badan kurang < 18,5 kg/m2
Berat badan normal 18,5 – 24,9 kg/m2
Berat badan berlebih 25 – 29,9 kg/m2
Obesitas ( kelas 1 ) 30 – 34,9 kg/m2
Obesitas ( Kelas 2 ) 35 – 39,9 kg/m2
Obesitas eksterm ( kelas 3 ) ≥ 40 kg/m2
( Varney, 2006:106 ).
2. Status Present
a. Kepala
Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan wajah, lokasi struktur
wajah (Verney,Helen, 2006:35)
b. Rambut
Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak(Sulisyawati, 2009 : 175)
c. Telinga
Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran, letak telinga di kepala,
bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak, edema
atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada saluran
pendengaran eksterna atau tidak. (Verney, Helen 2006:36)
d. Mata
Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak, warna
konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta kesamaan pupil. (Verney, Helen,
2006:36)
e. Hidung
Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran, letak, rongga hidung
bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.
(Verney, Helen, 2006:36)
f. Mulut
Dikaji :
a) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering ),
b) lidah (warna, kebersihan)
c) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
(Sulisyawati, 2009: 175-176)
g. Leher
Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran kelenjar limfe, dan ada/tidaknya bendungan vena jugularis. (Verney, Helen,
2007:37)
h. Ketiak
Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe. (Mandriawati, 2008:75)
i. Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan payudara, bunyi/denyut
jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi). ( Sulisyawati, 2009:176)
j. Ekstremitas
a. Atas :
1) Gangguan / kelainan
2) Bentuk
b. Bawah :
d. Bentuk
e. Edema
f. Varises
(Hani,Ummi, dkk, 2010:93)
k. Refleks Patella
Refleks lutut akan negatif pada hypovitaminose BI dan penyakit syaraf. Refleks patella
normalnya positif satu atau dua, jika refleks patella positif tiga atau empat maka
kemungkinan terjadi hypervitaminosis dan penyakit syaraf. (Obsgin Unpad Bandung,
1983:158)
l. Genitala eksterna
a. Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah,bau)
b. Dengan mengurut uretra dan skene : adakah cairan atau nanah.
c. Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau kista, dan cairan.
(Hani,Ummi, dkk, 2010:93)
m. Anus
Dikaji ada /tidaknya hemoroid dan kebersihan. (Sulisyawati, 2009 : 177)
3. Pemeriksaan Obstetrik
a. Muka
Dilihat ada/tidaknya edema dan cloasma gravidarum.(Verney, Helen, 2006:35)
b. Mammae
Inspeksi : hiperpigmentasi areola dan puting susu, glandula montgomery
menonjol.
Palpasi : tidak teraba massa, kolostrum keluar setelah 32 minggu.
(Sulisyawati, 2009: 176)
c. Abdomen
a. Inspeksi
Dilihat pada perut tampak membesar, ada/tidaknya linea nigra, linea alba, striae
gravidarum. (Hani, Ummi, dkk, 2010: 92)
b. Palpasi leopold
a) Leopold I
Tujuannya untuk menentukan umur kehamilan (berdasarkan TFU) dan untuk
menentukanbagian apa yang terdapat di fundus.(Hana,Ummi, dkk, 2010:L-3)
Pengukuran TFU terutama > 20 minggu. Tinggi fundus yang normal sama
dengan usia kehamilan. ( Saifuddin, 2009 : 285)
b) Leopold II
Tujuan: untuk menentukan bagian apa yang ada di bagian kanan dan kiri perut
ibu.
Temuan:
(1) Jika teraba keras, memanjang seperti papan cembung, dan ada tahanan, maka
berarti sebagai punggung janin. Posisi punggung janin pada kanan atau kiri
abdomen menunjukan posisi janin membujur.
(2) Jika teraba bagian kecil-kecil, terputus-putus, bentuk tidak beraturan dan
bergerak jika ditekan, menendang atau memukul tangan pemeriksa, maka
berarti bagian kecil janin yaitu tangan, kaki, lutut, dan siku. Ini biasanya
berda pada sisi berlawanan dari punggung janin.
(3) Jika bagian-bagian kecil banyak pada seluruh abdomen, punggung sulit
dirasakan, berarti posisi poasterior (punggung posterior)
(Hana, Ummi, dkk, 2010:L-5)
c) Leopold III
Tujuan: Untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bawah dan apakah bagian
bawah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Temuan:
(1) Jika bagian di bawah adalah bulat dan keras, mudah digoyangkan, berarti
kepala janin dan posisi janin membujur. Normalnya akan teraba kepala
(2) Jika bagian bawah teraba tidak beraturan, agak bulat, lebih lunak, sulit
digoyangkan, berarti bokong janin dan letaknya membujur.
(3) Jika tidak teraba apapun di bagian bawah atau kosong, berarti posisi janin
melintang.
(4) Jika bagian presentasi adalah kepala dan mungkin agak sulit untuk
digoyangkan berarti kepala sudag engaged. Pada primigravida >36 minggu
bagian terendah janin sudah masuk PAP.
(Hana, Ummi, dkk, 210: 6 –7)
d) Leopold IV
Tujuan: Berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Temuan:
(1) Jika jari-jari tangan bertemu (konvergen) berarti kepalabelum masuk PAP
(2) Jika jari-jari tangan sejajar berarti kepala sudah masuk rongga kepala
(3) Jika jari-jari kedua tangan saling menjauh (divergen) berarti ukuran kepala
terbesar sudah melewati PAP.
(Hana, Ummi, dkk, 2010: 7 –8)
c. Auskultasi
Frekuensi DJJ rata – rata sekitar 140 denyut per menit (dpm) dengan variasi normal
20 dpm diatas atau dibawah nilai rata – rata. Nilai normal denyut jantung janin
antara 120 – 160 dpm.(Prawirohardjo, 2010:222)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium:
1. Pemeriksaan urine digunakan untuk mengetahui kadar urine protein dan kadar
glukosa
2. Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb, dan
penyakit rubella.
Tes-tes di atas adalah termasuk tes yang paling penting dalam kehamilan
b. Pemeriksaan Rontgen
Digunakan untuk mengetahui kepastian kehamilan, menentukan hamil kembar,
menentukan kelainan pada anak, menentukan bentuk dan ukuran panggul. Pemeriksaan
rontgen sebaiknya dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum
bulan ke-4 rangka janin belum tampak dan pada hamil muda pengaruh rontgen terhadap
janin lebih besar.
c. Pemeriksaan USG
Digunakan untuk mendiagnosis dan konfirmasi awal kehamilan, penentuan umur gestasi
dan penafsiran ukuran fetal, mengetahui adanya IUFD, mengevaluasi pergerakan janin
dan detak jantung janin, dll.
(Hani, Ummi, dkk, 2010:96-97)
C. ASSESMENT
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian dianalisa dan diinterpretasikan
untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah ibu.
1. Diagnosa kebidanan dan masalah
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan antara lain sebagai berikut :
a. Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan kehamilannya
(jumlah kehamilan, dibedakan menjadi primigravida (hamil pertama kali) dan
multigravida (hamil yang kedua atau lebih). (Sulistyawati, 2009 :177)
Contoh cara penulisan paritas dalam interpretasi data adalah sebagi berikut :
1) Primigravida, G1P0A0
a) G1 (gravida 1) berarti kehamilan yang pertama kali
b) P0 (Partus 0) berarti belum pernah partus atau melahirkan
c) A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami abortus
( Sulistyawati, 2009 :177)
2) Multigravida, G3P1A1
a) G3 (gravida 3) berarti ini adalah kehamilan yang ketiga
b) P1 (partus 1) berarti sudah pernah mengalami persalinan satu kali
c) A1 (abortus 1) atau sudah pernah mengalami abortus satu kali.
b. Usia kehamilan dalam minggu
c. Keadaan janin
d. Normal atau tidak normal
(Sulistyawati, 2009:178)
2. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan “diagnosa”.Kedua istilah tersebut
dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.Masalah sering
berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
(Sulistyawati, 2009:178)
3. Diagnosa potensial dan antisipasi tindakan
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan secepatnya melakukan
tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak benar – benar terjadi. (Sulistyawati,
2009 :181)
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan secepatnya melakukan
tindakan antisipasi agar diagnose diagnose potensial tidak benar – benar terjadi.
(Sulistyawati, 2009: 182)
D. PELAKSANAAN
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut, apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konsseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,
kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan kesehatan. (Hana,Ummi, dkk,
2010:102)
Mengetahui,
Hani, Ummi, dkkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Hani, Ummi, dkkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Karjatin, Atin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Manuaba, Ida Ayu Chandrarita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandrarita, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KBJakarta: EGC.
Norma, Nita dan Dwi, Mustika.2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika
Pantiawati, Ika, Saryono.2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Yogyakarta:Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Tyastuti,Siti. 2016. Asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Varney Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I. Jakarta: EGC
Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Bapupress
Rukiyah, Yeyeh. 2009. Auhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: CV Trans Info Media