Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status


gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun
(Rahmaniar et al, 2011).
Kehamilan merupakan suatu investasi yang perlu di persiapkan, dalam proses ini
gizi memiliki peran penting untuk menunjang petumbuhan dan perkembangan janin.
Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami (KEK) atau Kurang Energi
Kronis. Kenaikan berat badan pada saat hamil merupakan komponen yang
mengalami perkembangan selama masa kehamilan.
Kurang Energi Kronis (KEK) yang di tandai dengan lingkar lengan atas LILA ≤ 23,5
cm. Kurang Energi Kronis (KEK) dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu
hamil (Irianto,2014).
Dari data pelaporan gizi pelacakan ibu hamil KEK di 15 desa pada tahun
2023 diwilayah kerja Puskesmas nanjungan dari jumlah ibu hamil 75 terdapat 17 ibu
hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) diantaranya terdiri dari desa
nanjungan,talang padang,bandar agung,lawang agung, keban jati,padang
gelai,padang bindu, air mayan, muara sindang.
Berdasarkan data di atas maka puskesmas nanjungan melakukan usaha
peningkatan pelayanan di dalam ataupun luar Gedung yang bertujuan untuk
menanggulangi ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK).
Permasalahan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan
permasalahan mendasar yang perlu mendapatkan penanganan yang lebih baik.
Kurang Energi Kronis dapat di sebabkan oleh pengetahuan ibu tentang gizi
kurang dan pendapatan keluarga yang tidak memadai juga berpengaruh dalam
pemenuhan kebutuhan gizi ibu (Arisman,2010).
Dimana Kurang Energi Kronis pada ibu dapat meningkatkan resiko
terjadinya anemia, perdarahan, dan terkena penyakit infeksi (Irianto,214).
Terhadap proses persalinan dapat berdampak berresiko terjadinya persalinan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pertumbuhan janin
terhambat keguguran atau abortus dan persalinan dengan operasi cenderung
meningkat (Agria,2012). Dan dampak dari Kurang Energi Kronis (KEK)
terhadap janin diantaranya yaitu beresiko terjadinya proses pertumbuhan janin
terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan) lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Waryana,2010).
Untuk itu perlu dilakukan penanggulangan ibu hamil KEK yang di mulai
sejak sebelum hamil. Upaya pemerintah untuk menangani hal tersebut maka
dilakukan pemeriksaan ANC tefokus yaitu minimal 4 kali dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan hal ini dilakukan agar petugas kesehatanmampu
mendeteksi lebil awal jika ibu tersebut mengalami KEK, dan memantau ibu
mulai dari hamil hingga melahirkan dan memutuskan untuk menggunakan alat
kontrasepsi yang sesuai dengan penerapan asuhan berkelanjutan atau
Continuity of Care (CoC). Sebagai seorang bidan upaya yang dapat dilakukan
yaitu melakukan pemeriksaan 10 T, memberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil yang mengalami KEK dan dapat memberikan penyuluhan kepada
ibu hamil mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan gizi pada saat hamil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah yaitu
“Bagaimakah Asuhan Kebidanan Komprehensif pada wanita usia subur dan ibu
hamil dengan memberikan Pelayanan, Edukasi agar tidak terjadi KEK ?” .
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

 Dapat memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif dan edukasi pada


Wanita usia subur dan ibu hamil agar tidak KEK di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanjungan tahun 2023.
1.3.2 Tujuan Khusus

 Dapat mengidentifikasi ibu hamil KEK


 Rujukan internal ibu hamil KEK
 Konsling gizi ibu hamil KEK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kekurangan Energi Kronik (KEK)

1. Pengertian KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan salah satu keadaan
malnutrisi, dimana terjadi kekurangan asupan makanan dalam waktu
yang cukup lama, hitungan tahun yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan. Apabila ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang
dari 23,5 cm artinya Wanita tersebut beresiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan bayi berat lahir rendah (Supariasa, 2016).

2. Etiologi Terjadinya KEK


Kurang energi kronik terjadi akibat kekurangan asupan zat-zat gizi
sehingga simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi
akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. (Azizah & Adriani,
2018).

3. Tanda dan Gejala KEK


Tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik adalah berat badan
kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan kategori KEK bila LiLA kurang
dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LiLA saat dilakukan
pengukuran (Supariasa,2016).
Adapun tujuan pengukuran LiLA pada kelompok wanita usia subur
merupakan salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan pada
masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko KEK.
Tujuan pengukuran LiLA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu
hamil maupun calon ibu (remaja putri). tujuan lebih luas antara lain :

a. Mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir
rendah.
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
e. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.

Ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm, apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian
merah pita LiLA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diprediksi akan melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan pada anak (Supariasa, 2016).

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi KEK


Faktor-faktor yang memengaruhi KEK antara lain:
a. Jumlah Asupan Makanan
Buruknya jumlah asupan makan saat remaja akan menimbulkan berbagai
permasalahan gizi. Asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dalam
periode waktu yang lama akan berimbas pada KEK. Oleh karena itu,
pengukuran
konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui proporsi yang dimakan
oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan faktor
diet yang menyebabkan malnutrisi (Zaki, Sari, dan Farida, 2017).

b. Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang akan berpengaruh terhadap
kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak
karena masih digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan
untuk umur tua juga tetap membutuhkan energi yang besar karena fungsi
organ
yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal (Mulyani, 2016).

c. Beban Kerja/Aktivitas
Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan aktivitas
fisik
yang lebih berat otomatis memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan
yang
kurang aktif (Mulyani, 2016).

d. Penyakit /Infeksi
Malnutrisi dapat menjadikan tubuh rentan terkena penyakit infeksi dan
sebaliknya penyakit infeksi akan menyebabkan penurunan status gizi dan
mempercepat terjadinya malnutrisi.
Mekanismenya yaitu:
1) Penurunan asupan gizi mengakibat terjadi penurunan nafsu
makan, menurunnya absorbsi serta kebiasaan mengurangi makanan pada
waktu sakit.
2) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah
3) dan perdarahan yang terus menerus.
4) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
atau parasit yang terdapat pada tubuh (Fauziah, Thaha, dan Abdul, 2005).

e. Pengetahuan Tentang Gizi


Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap terhadap makanan. Pendidikan formal sering kali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam
keluarga.Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan
meningkat, maka pengetahuan terkait gizi juga akan bartambah baik
(Fauziah, Thaha, dan Abdul,2005).

f. Pendapatan Keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60% hingga
80%
dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Pendapatan
yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk
besarnya pengeluaran untuk pangan (Mulyani, 2016),

studi membuktikan bahwa ibu dengan status gizi kurang menyebabkan 3 masalah
Kesehatan utama di wilayah kerja UPTD Puskesmas nanjungan yaitu :
1. Gangguan pertumbuhan janin
2. Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Berdampak pada malnutrisi antar generasi
Maka dari itu saya Bidan Nova Lestari,Am.Keb bekerjasama dengan pemegang
Program Gizi di Puskesmas nanjungan membuat karya inovasi yang berjudul

“ ADUK BUBUR MILK “

(Edukasi wanita atau ibu usia subur ,ibu hamil agar tidak KEK).

Adalah sebuah inovasi dengan melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan


KEK pada Wanita usia subur (remaja,caten,bumil) dengan melibatkan lintas program
di puskesmas nanjungan,lintas sector dan peran aktif masyarakat.

Kegiatan “ADUK BUBUR MILK” ini menyasar kepada Wanita usia subur dan ibu
hamil diberikan informasi,edukasi ,pemeriksaan status gizi dengan pengukuran
indeks masa tubuh (IMT). Dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan serta
pengukuran lingkar lengan atas (LILA),dan bagi ibu hamil dengan kondisi KEK
diwilayah kerja Puskesmas nanjungan yang lila ≤ 23,5 cm diberikan makanan
pendamping tambahan selama 3 bulan atau 90 hari dengan pendanaan dari
kerjasama Puskesmas nanjungan dan unit pelaksana kegiatan (UPK).

Hasil karya inovasi

Kegiatan ini memang baru berjalan beberapa minggu sehingga belum bisa
memberikan hasil,namun dari keseluruhan kegiatan yang ada berat badan para
bumil KEK sudah mengalami kenaikan timbangannya.meskipun harus di akui masih
ada juga yang berat badannya belum ada perubahan,tetapi tidak ada bumil KEK
yang berat badannya mengalami penurunan. Dan para Wanita usia subur ,ibu hamil
sudah mulai melakukan pola hidup sehat serta gizi seimbang.

Maka dari itu diharapkan para kader Kesehatan serta masyarakat bisa membantu
serta mendukung program inovasi ini.

Oleh : Nova Lestari,Am.Keb ( Bidan Puskesmas Nanjungan)


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil inovasi “ADUK BUBUR MILK” Edukasi Wanita,ibu Usia subur ,ibu hamil
agar tidak KEK dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Wanita usia subur dan ibu hamil Sebagian besar memiliki status gizi
beresiko,berdasarkan tingkat Pendidikan kurangnya pengetahuan tentang
gizi,factor ekonomi dan pekerjaan.

SARAN

Meningkatkan kegiatan program gizi terutama untuk mengurangi

kejadian ibu hamil KEK dan Anemi agar tidak bertambah banyak jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai