Tatalaksana
- Balita weight faltering
- Balita berat badan kurang
- Balita gizi kurang
dengan Pemberian Makanan Tambahan
(MT) Berbasis Pangan Lokal
Tatalaksana
Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
dengan Pemberian Makanan Tambahan
(MT) Berbasis Pangan Lokal
2022
Penyusun
Pelindung:
Menteri Kesehatan
Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Ketua:
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kontributor:
Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG; Dr. dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K); Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K);
Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K); Dr. Puspo Edi Giriwono; Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH. Dr.PH;
Dr. Umi Fahmida; Dr. Helda Khusun; Prof. Dr. Muhayatun, MT; Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc.
Tim Penyusun:
Esti Katherini Adhi, SST, MKM; Kartika Wahyu Dwi Putra, SKM, M.Kes; Muhammad Adil, SP, MPH; Ir. Mursalim, MPH;
Nyimas Septiani Wulandari, S.Gz; dr. Ni Made Diah PLD, MKM; dr.Yunita Rina Sari, MKM; Zahrotus Sholuhiyah, S.Gz;
Tim Editor:
Dr.Hera Nurlita, Mkes; Mahmud Fauzi, SKM, MKes
Diterbitkan oleh :
Kementerian Kesehatan RI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan stimulasi perkembangan dan pemantauan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat pertumbuhan sesuai usia anak.
menyelesaikan Protokol bagi Tenaga Kesehatan
Tatalaksana Balita Weight Faltering, Berat Badan Pendekatan tersebut diharapkan bisa membentuk
Kurang serta Gizi Kurang dengan Pemberian Makanan kemandirian keluarga dalam pemberian makanan yang
Tambahan (MT) Berbasis Pangan Lokal, Tatalaksana berkualitas bagi balita dan ibu hamil.
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dengan
Pemberian Makanan Tambahan (MT) Berbasis Pangan Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak
Lokal. Protokol ini merupakan bagian dari upaya memper- yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini, saran
cepat pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka dan kritik kami nantikan guna penyempurnaan buku saku
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 khususnya ini.
penurunan prevalensi balita stunting, wasting dan ibu
hamil KEK.
Jakarta, September 2022
Intervensi yang dilakukan pada Balita Weight Faltering, Direktur Jenderal Kesehatan
Berat Badan Kurang serta Gizi Kurang dan Ibu Hamil Masyarakat
Kurang Energi Kronis (KEK) berupa:
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama dengan proporsi mulai konsumsi MPASI <6 bulan sebesar
1000 Hari Pertama Kehidupan sangat pesat, demikian pula 55,3%, balita menderita diare sebesar 9,8% dan ISPA sebesar
perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan Balita merupakan 24,1% (SSGI, 2021). Faktor lain yang turut berkontribusi pada
kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus masalah gizi kurang pada balita adalah pola asuh yang kurang
dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila baik, kurangnya pengetahuan, penyakit infeksi berulang,
mereka menderita kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondi-
kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang si sosial ekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh
janin, kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), selanjutnya terhadap akses makan makanan bergizi seimbang.
berisiko balita mengalami masalah gizi kurang atau stunting.
Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk
Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018 : menangani masalah gizi baik pada ibu hamil maupun balita.
prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care
Studi Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh ibu hamil terpadu, terutama pada kunjungan di trimester pertama yang
memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka kecukupan dilakukan oleh dokter, akan mendeteksi sedini mungkin faktor
energi) dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan risiko kehamilan. Bilamana ditemukan ibu hamil dengan kurang
asupan protein (<80% angka kecukupan protein) (Kementerian energi kronis (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka harus
Kesehatan RI, 2014). Faktor risiko ibu hamil kurang energi diidentifikasi penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi
kronis dapat disebabkan asupan pangan yang tidak adekuat, ibu hamil. Selain itu juga diberikan makanan tambahan disertai
penyakit yang diderita, tidak memadainya akses ke fasilitas edukasi bahwa ibu hamil harus mengonsumsi makanan bergizi
pelayanan kesehatan, aktivitas fisik yang berlebih, air bersih sesuai kebutuhannya selama kehamilan dan saat menyusui.
dan higiene sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.
Rekomendasi WHO untuk memastikan pemenuhan gizi selama
Besaran masalah gizi pada balita berdasarkan Survey Status kehamilan, yaitu dengan mendorong ibu hamil mendapatkan
Gizi Indonesia (SSGI) 2021 : prevalensi balita gizi kurang 7,1% makanan bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan protein,
dan prevalensi balita stunting 24,4%. Berdasarkan sumber yang bersama itu dilakukan pemberian tablet tambah darah dan
sama, proporsi makan beragam pada baduta sebesar 52,5% penguatan melalui pendidikan gizi serta konseling (WHO, 2013
v
LATAR BELAKANG (2/2)
Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan
berat badan tidak adekuat/weight faltering, berat badan kurang dengan gizi seimbang dan berlangsung secara berkelanjutan.
dan gizi kurang baik di Posyandu ataupun di fasilitas kesehatan, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam
maka perlu dilakukan tatalaksana dengan pendekatan keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbo-
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mengidentifi- hidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228
kasi dan mengatasi penyebab yang mendasarinya serta jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-bumbuan
kondisi yang memperberat. (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Terdapat juga 7 kelompok
pangan hewani yaitu ikan laut, udang, ikan air tawar, ikan asin,
Weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang dapat daging, telur, dan susu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
disebabkan rendahnya protein energy ratio (PER) pada potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas untuk
makanan yang dikonsumsi. Studi Kekalih A, dkk (2015) yang penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi
menganalisis data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, PMT berbasis kearifan
konsumsi pangan hewani pada anak usia 6-24 bulan hanya lokal lebih efektif (Amalia, 2021), dengan konseling gizi dan
38,2%. Data Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa angka balita pendampingan.
dengan berat badan kurang adalah 17,9% dan gizi kurang
7,3%. Hal ini merupakan landasan perlunya asupan protein
hewani yang cukup untuk balita. Oleh karena itu, pencegahan
weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang harus
menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan protein hewani
pada balita sesuai dengan ketersediaan sumber protein hewani
lokal. Sebagai contoh, telur, ikan, ayam, dan sebagainya.
3 Gizi kurang
Tujuan dan sasaran
Tujuan Sasaran
Meningkatnya status gizi balita Sasaran penerima makanan
melalui pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal
tambahan berbasis pangan lokal Balita weight faltering
sesuai dengan standar yang telah Balita berat badan kurang
ditetapkan Balita gizi kurang
2
DEFINISI OPERASIONAL
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) – perbandingan antara berat PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) berbasis pangan
badan (kg) dengan tinggi badan (meter), rumus perhitungan lokal adalah makanan tambahan pangan lokal yang diberikan
kg/m2. untuk meningkatkan status gizi pada sasaran.
BALITA SASARAN – anak usia 6-59 bulan PDK – Pangan Diet Khusus (PDK) dapat berupa PDK untuk
kelompok bayi dan anak serta PDK untuk kelompok dewasa.
WEIGHT FALTERING – balita dengan kenaikan BB tidak PDK untuk kelompok bayi dan anak terdiri atas formula bayi,
adekuat berdasarkan usia. formula lanjutan, formula pertumbuhan, makanan pendamping
BALITA BERAT BADAN KURANG – balita dengan status gizi air susu ibu dan makanan selingan untuk anak (merujuk pada
yang berdasarkan indikator BB/U di bawah -2 SD. PERBPOM No. 24 Tahun 2020).
BALITA GIZI KURANG – balita dengan status gizi yang HARI MAKAN ANAK (HMA) – jumlah hari makan balita usia
berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB pada -3 SD sampai 6-59 bulan yang mendapat makanan tambahan.
dengan < -2 SD. RED FLAG – Tanda dan gejala kondisi medis yang menunjuk-
PANGAN LOKAL – makanan yang dikonsumsi oleh kan adanya gangguan pertumbuhan dan atau perkembangan
masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumberdaya dan yang membutuhkan intervensi atau tatalaksana segera. Contoh
kearifan lokal dan menjadi alternatif sumber karbohidrat, red flag pertumbuhan: infeksi (saluran napas, saluran kemih,
protein, lemak, vitamin dan mineral. kulit), limfadenopati, gambaran dismorfik (bentuk wajah aneh),
kelainan jantung dll. Contoh red flag perkembangan adanya
MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL ketidakmampuan melakukan tahapan perkembangan sesuai
– makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama umurnya.
bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi dan
diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makanan FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN – tempat penyeleng-
lengkap siap santap berbasis pangan lokal. garaan upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif) yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
3
Weight faltering
Kenaikan BB tidak adekuat berdasarkan usia
4
Balita berat badan kurang
Balita dengan tanda:
BB/U1 di bawah -2 SD
Kriteria Kasus
5
Balita gizi kurang
Balita dengan tanda:
BB/PB1 atau BB/TB2 pada -3 SD sampai dengan < -2 SD
dan/atau
LiLA** di antara 11,5 cm dan < 12,5 cm pada balita 6 - 59 bulan
Kriteria Kasus
6
Tatalaksana
Balita dengan weight faltering dan BB kurang Penjelasan algoritme
1 Balita ditimbang dan diukur di Posyandu
Algoritme 2 Jika ditemukan indikasi weight faltering,
POSYANDU dan BB kurang(lihat definisi operasional
Timbang dan ukur kondisi ini), maka dirujuk ke Puskesmas
1
3 Di Puskesmas, balita akan diperiksa,
termasuk dicari red flag
2 2
Weight faltering BB kurang
4 Bila ada red flag dan tidak dapat
ditangani di puskesmas: rujuk ke RS
5 Bila tidak ada red flag:
3
dirawat jalan di Puskesmas
Puskesmas
diberi konseling gizi (ASI dan MP-
ASI)
Rujuk balik
5
diberi PMT lokal selama 14 hari
Deteksi dini & tata laksana 4
(lihat panduan pemberian
Rawat jalan Puskesmas segera red flag sesuai
Makanan Tambahan di buku ini),
kompetensi*)
Dipantau berat setiap 1 minggu
Diberi PMT lokal 14 hari, 5
6 Bila kemudian BB naik adekuat (lihat
konseling gizi (ASI dan MP-
ASI), dan konseling PMBA,
definisi operasional untuk standar naik
dipantau tiap minggu adekuat: BB/U di atas -2 SD dan BB/TB di
atas -2 SD), pemberian PMT dapat
dilanjutkan dan bisa rujuk balik ke
6 7 7 Posyandu
BB naik adekuat BB tidak naik adekuat Bila tidak dapat ditangani
*lihat kriteria *lihat kriteria puskesmas 7 Bila BB naik tidak adekuat setelah 14 hari
atau red flag tidak bisa ditangani di
Puskesmas, maka rujuk ke RS
7
- Weight faltering:
*) Dapat mengacu Pedoman SDIDTK/ MTBS/ PPK
kenaikan adekuat Rujuk RSUD
Fasyankes Primer
- BB kurang: BB/U > -2
7
Tatalaksana Penjelasan algoritme
BB Kurang:
Indeks BB/U di atas -2 SD
Gizi Kurang:
Indeks BB/TB di atas -2 SD
9
10
BAGIAN 1: BALITA
PANDUAN PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Prinsip utama pemberian makanan tambahan
Berupa makanan lengkap siap santap atau kudapan—diutamakan sumber protein
hewani dengan memperhatikan gizi seimbang; lauk hewani diharapkan dapat bersumber
dari 2 macam sumber protein yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam,
telur dan daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein yang tinggi
dan asam amino esensial yang lengkap
Diberikan dengan komposisi sedikitnya 1 kali makanan lengkap dalam seminggu dan
sisanya kudapan
Bagi baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi
dan anak dan harus terus diiringi dengan pemberian ASI (diberikan secara on-demand
sesuai kebutuhan anak)
12
Standar makanan tambahan pangan lokal untuk balita setelah kembali ke
Posyandu sesuai prinsip Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
Komposisi kandungan Makanan Tambahan sejumlah energi Usia Energi Konsistensi Frekuensi Jumlah setiap kali
MP-ASI /tekstur makan
MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam satu hari dan kebutuhan
6–8 200 kkal Mulai dengan 2-3
sehari 24 – 59 bulan bulan sendok
# Pedoman PMBA dan Permenkes 28 tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Masyarakat Indonesia Mulai dengan 2-3 kali setiap hari.1- makan setiap kali
bubur kental, 2 kali makan,
makanan selingan dapat tingkatkan bertahap
Usia Balita lumat diberikan hingga ½ mangkok
berukuran
Zat Gizi 6 – 8 bulan 9– 11 bulan 12-23 bulan 24-59 bulan 250 ml (125 ml)
9 – 11 Makanan yang
Kalori (kkal) 200 300 550 1400 bulan dicincang 3-4 kali setiap hari 1-
½ - ¾ mangkok
halus dan 2 kali selingan
300 kkal ukuran 250 ml
makanan yang dapat
(125 – 200ml)
dapat diberikan
Protein (gr) 5* 7,5 * 13,75* 35* dipegang bayi
3-4 kali setiap hari 1-
12-23 Makanan 2 kali selingan ¾ - 1 mangkok
550 kkal
Lemak (gr) 7 10 18 47 bulan keluarga dapat ukuran 250 ml
diberikan
Frekuensi sesuai Jumlah setiap kali
Jumlah dengan kelompok makan
Protein Energy Ratio (PER) Jika Tdk
kalori Tekstur/ usia dan sesuai dengan kelompok
Lemak 30% dari energi Dapat
sebesar 10% - 16% sesuai konsistensi Tambahkan umur, dengan
ASI
dengan sesuai dengan 1-2 kali makan penambahan 1-2 gelas
(6-23
kelompok kelompok usia ekstra, 1-2 kali susu per hari @250 ml
bulan)
usia selingan dapat dan 2-3 kali cairan
Menu makan bersama untuk satu kali makan yang disiapkan sebanyak diberikan.
30-50% MT sehari, dan ketika pulang dibawakan bahan makanan
sumber protein hewani untuk dikonsumsi di rumah
Sumber sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari makanan pokok tinggi protein
Sumber: WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of (dengan mengutamakan protein sumber hewani)
moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age.
Sumber: (WHO, 2009; WHO, 2010; WHO/PAHO, 2003; UNICEF, 2013) , pada buku Pedoman Pemberian
Makan Bayi dan Anak, 2019
13
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk balita di Indonesia
berdasar Permenkes 28/2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Usia Balita Usia Balita
Zat Gizi 0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun Zat Gizi 0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun
Energi (kkal) 550 800 1350 1400 Biotin (µg) 5 6 8 12
Protein (g) 9 15 20 25 Kolin (mg) 125 150 200 250
Lemak (g) 31 35 45 50 Vitamin C (mg) 40 50 40 45
Karbohidrat (g) 59 105 215 220 Kalsium (mg) 200 270 650 1000
Serat (g) 0 11 19 20 Fosfor (mg) 100 275 460 500
Air (mL) 700 900 1150 1450 Magnesium (mg) 30 55 65 95
Vitamin A (RE) 375 400 400 450 Besi (mg) 0.3 11 7 10
Vitamin D (µg) 10 10 15 15 Yodium (µg) 90 120 90 120
Vitamin E (mg) 4 5 6 7 Seng (mg) 1.1 3 3 5
Vitamin K (µg) 5 10 15 20 Selenium (µg) 7 10 18 21
Vitamin B1 (mg) 0.2 0.3 0.5 0.6 Mangan (mg) 0.003 0.7 1.2 1.5
Vitamin B2 (mg) 0.3 0.4 0.5 0.6 Fluor (mg) 0.01 0.5 0.7 1
Vitamin B3 (mg) 2 4 6 8 Kromium (µg) 0.2 6 14 16
Vitamin B5 (mg) 1.7 1.8 2 3 Kalium (mg) 400 700 2600 2700
Vitamin B6 (mg) 0.1 0.3 0.5 0.6 Natrium (mg) 120 370 800 900
Asam Folat (µg) 80 80 160 200 Klor (mg) 180 570 1200 1300
Vitamin B12 (µg) 0.4 1.5 1.5 1.5 Tembaga (µg) 200 220 340 440
14
BAGIAN 1: BALITA
EDUKASI ASI DAN PMBA
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara
Minggu
Pemantauan Tumbuh Kembang
Pertama Inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif (manfaat dari
menyusui) dan posisi menyusui yang baik
Tanda-tanda kecukupan ASI (lihat buku KIA 2020)
Pemberian MPASI usia 6 bulan-2 tahun sesuai rekomendasi
Minggu (PMBA)
Kedua Perawatan Anak dan pemberian makas secara responsiv
Minggu
Gizi anak (bahan makanan sumber protein hewani)
Ketiga Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro)
Demonstrasi masak
Minggu
Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman
Keempat Gizi seimbang (mis. cara membaca label)
Stimulasi perkembangan
17
Pesan-pesan kunci edukasi bagi balita
ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan seimbang bagi bayi di bawah usia 6
bulan; kandungan proteinnya setara dengan protein hewani
Berikan protein hewani dalam jumlah yang cukup sedini mungkin saat mulai pemberian
MPASI (usia anak 6 bulan)
Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi berdasar usia secara jumlah, frekuensi makan,
konsistensi dan variasi makanan; pada baduta, pemberian makan harus sesuai PMBA
(Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak)
Konsumsi makanan dengan zat gizi lengkap bagi balita: karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, lemak, vitamin, dan mineral
Utamakan protein hewani (anak balita perlu protein dan lemak lebih banyak dan serat
lebih sedikit dibanding orang dewasa)
18
Pesan pendidikan gizi: ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai dengan usia 6 bulan
Usia 6 bulan ditambah dengan MP ASI
pentingnya menyusui ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih dengan
memperhatikan pertumbuhan, perkembangan serta pemberian
makanan yang adekuat dan memenuhi gizi seimbang anak
19
Pesan pendidikan gizi: pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Pemberian Makanan Pendamping adalah proses pemberian makanan dan cairan lainnya yang diberikan kepada bayi
mulai usia 6 bulan ketika ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi.
Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diolah dari bahan lokal yang tersedia di rumah yang tepat digunakan sebagai
makanan untuk bayi mulai usia 6 bulan
MPASI dibuat dari menu makanan keluarga
Pada masa pemberian MPASI, ASI tetap terus diberikan
20
Pesan pendidikan gizi: pemantauan pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program perbaikan gizi yang
menitik beratkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan keadaan gizi balita,
meliputi:
Penimbangan dan pengukuran Tindak lanjut setiap kasus Tindak lanjut berupa kebijakan
PB/TB secara teratur, pengisian gangguan pertumbuhan dan program di tingkat
Kurva Pertumbuhan Buku KIA, (berupa konseling dan rujukan) masyarakat serta meningkatkan
penentuan status pertumbuhan motivasi untuk
berdasarkan kenaikan berat memberdayakan keluarga
badan.
21
22
BAGIAN 1: BALITA
MONEV PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Monev dilakukan berkesinambungan selama proses penerimaan MT
Bulan 1
MINGGU 3
MINGGU 1
MINGGU 4
MINGGU 2
Bulan 3
MINGGU 3 MINGGU 1
MINGGU 4 MINGGU 2
MINGGU 3
MINGGU 4
25
Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ)
pola makan balita Formulir ini diisi pada awal dan akhir pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal dengan memperhatikan
memperhatikan porsi dan ukuran (merujuk pada Buku Foto Makanan) serta frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir.
Paling sering
dimasak
Frekuensi Porsi tiap kali konsumsi
dengan
No Jenis Makanan cara...
Hari Minggu Bulan Tidak
Porsi
Ukuran Formulir ini diisi
(... kali) (.... kali) (.... kali) pernah (gram)
26
20 Air Susu Ibu (ditanyakan bila masih menyusu)
21 Multivitamin tambahan
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: penukar bahan makanan
sumber protein hewani
LAMPIRAN
Kandungan zat gizi satu porsi terdiri dari satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram
adalah 50 kalori, 7 gram protein dan 2 gram lemak
Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar: penukar 1 porsi Ikan segar:
Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
(URT) gram (URT) gram
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20
28
LAMPIRAN
29
30
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: penyiapan makanan
yang aman
Penyiapan makanan
yang aman
32
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: Panduan
pengukuran antroprometri
Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (1/2)
Langkah-langkah
1
1 Letakkan timbangan di tempat yang rata,
datar, dan keras. Bersih dan tidak ada beban
lain di atas timbangan
2 Baterai dipasang pada tempatnya dengan
memperhatikan posisi baterai jangan sampai
terbalik.
3 3
34
Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (2/2)
Langkah-langkah
35
Teknik menimbang BB bayi ≥ 2 tahun menggunakan timbangan dengan
ketelitian 5-10 gram (1/2) Langkah langkah
-
Persiapan: 1 Sepatu dan pakaian luar anak harus dilepaskan dan
Sumber energi timbangan
anak menggunakan pakaian seminimal mungkin
digital dapat berasal dari
baterai atau cahaya. Untuk
timbangan yang 2 Nyalakan dengan menekan tombol ON TARE/TARA
menggunakan cahaya,
timbangan harus diletakkan 3 Pilih unit pengukuran (pound atau kg) dengan
pada tempat dengan menekan tombol UNIT HOLD sampai display sudah
pencahayaan yang cukup
menunjukkan 0,00 (kg)
pada saat digunakan.
Cara pemasangan: 4 Saat (display) layar baca menunjukkan 0,00 posisikan
anak (berdiri) tepat di tengah sesuai pijakan serta
1 Memastikan kelengkapan dan
kebersihan. timbangan tetap berada di atas timbangan sampai angka
berat badan muncul pada layar baca dan sudah
2 Memasang baterai pada timbangan
tidak berubah
yang menggunakan baterai.
3 Meletakkan timbangan di tempat yang
datar, keras,dan cukup cahaya.
4 Menyalakan timbangan “ ON” dan Salah karena balita
memastikan bahwa angka yang memakai baju
muncul pada layar baca adalah 00,0. lengkap
Cara penggunaan
1 Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, tutup kepala, dan
1.
aksesoris lainnya pada balita harus dilepaskan.
2 Menyiapkan alas tipis (bukan bantal) untuk bagian kepala balita.
2.
3.
3 Balita dibaringkan telentang pada papan dengan puncak kepala
menempel pada panel bagian kepala (yang tetap).
38
Teknik mengukur panjang badan menggunakan infantometer
Length board (2/2)
4 Pengukuran dilakukan oleh dua orang
1.
5 Pengukur pertama memegang dan menekan lutut atau tulang
2.
kering balita agar kaki lurus dengan permukaan alat ukur.
6 Pengukur kedua meletakkan tangan pada telinga balita (lengan
3.
pengukur pertama harus lurus dan tidak tegang).
7 Pengukur kedua memastikan kepala balita datar di papan dan
4.
garis imajiner (dari titik cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus
dengan lantai tempat balita dibaringkan.
Posisi bayi 8 Pengukur pertama menggerakkan alat geser ke arah telapak kaki
5.
sudah lurus dan balita hingga posisi telapak kaki tegak lurus menempel pada alat
telapak geser. Pengukur pertama dapat mengusap telapak kaki balita
menyentuh agar balita dapat menegakkan telapak kakinya ke atas dan
papan telapak kaki segera ditempatkan menempel pada alat geser.
pembatas kaki 6.
9 Pengukur pertama membaca hasil pengukuran dimulai dari
angka kecil ke besar
10
7. Pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan dengan cepat
Hasil pengukuran: 68 cm dan seksama karena anak akan banyak bergerak.
11
8. Hasil pembacaan disampaikan kepada pembantu pengukur
untuk segera dicatat.
Bila pengukuran panjang badan anak usia dibawah 2 tahun dilakukan secara berdiri, maka hasil
pengukuran harus ditambahkan 0,7 cm
39
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (1/4)
Cara Pemasangan:
1 Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua
1.
orang.
2 Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar
2.
dan menempel pada dinding yang rata.
3 Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak
3.
lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan agar
pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat.
4 Untuk memastikan microtoise terpasang dengan tegak
4.
lurus, dapat digunakan bandul yang ditempatkan di
dekat microtoise.
5 Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan
5.
memakai paku atau dengan lakban/selotip yang
menempel dengan kuat dantidak mungkin akan Perhatikan adanya sandaran
bergeser. tumit untuk ketepatan
6 Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas. pengukuran tinggi badan
6.
Jika pengukuran tinggi badan anak usia ≥ 2 tahun diukur secara berbaring, maka hasil
pengukuran yang diperoleh dikurangi 0,7 cm
40
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (2/4)
Cara penggunaan
1.
1 Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, dan
tutup kepala pada anak dilepaskan.
2.
2 Pengukur utama memposisikan anak berdiri
tegak lurus di bawah microtoise membelakangi
dinding. Tangan kiri pengukur pertama
memegang dagu anak dan melihat skala ukur.
Pastikan pandangan anak lurus ke depan.
Kepala harus dalam posisi tegak lurus dengan
dinding.
3.
3 Pengukur kedua memposisikan tangan kiri pada
lutut anak, menekan kaki anak ke papan
dengan lembut agar anak berdiri tegak.
Tangan kanan pada tulang kering anak,
tungkai anak menempel ke papan dan tempat
berpijak.
41
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (3/4)
1.
4 Pengukur pertama memastikan bahu anak datar,
tangan anak di samping dan lurus.
2.
5 Pengukur pertama memastikan 5 bagian tubuh
anak menempel di dinding yaitu: bagian belakang
kepala, punggung, bokong, betis dan tumit.
Pada anak dengan obesitas, minimal 2 bagian tubuh
menempel di dinding yaitu punggung dan bokong.
1.
6 Pengukur kedua memposisikan kedua lutut dan
tumit anak rapat sambil menekan perut anak
agar anak berdiri dengan tegak.
2.
7 Pengukur pertama menarik alat geser atau
kepala microtoise sampai menyentuh puncak
kepala anak dalam posisi tegak lurus ke dinding.
3.
8 Pengukur membaca angka pada jendela baca
tepat pada garis merah dengan arah baca dari
atas ke bawah.
42
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (4/4)
Tujuan Sasaran
Meningkatnya status gizi ibu Sasaran penerima makanan
hamil melalui pemberian tambahan berbasis pangan lokal:
makanan tambahan sesuai Ibu hamil berisiko Kurang Energi
dengan standar yang telah Kronis (KEK)
ditetapkan
46
DEFINISI OPERASIONAL
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) – perbandingan antara berat PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) berbasis pangan
badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat lokal adalah makanan tambahan pangan lokal yang diberikan untuk
(kg/m2) meningkatkan status gizi pada sasaran
IBU HAMIL BERISIKO KEK – ibu hamil yang mempunyai ukuran FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN – tempat penyelenggaraan
Lingkar Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif) yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
PANGAN LOKAL – makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat dan/atau masyarakat
setempat sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal
dan menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral
47
Ibu hamil yang berisiko Kurang
Kriteria Kasus Energi Kronis (KEK)
Ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm
48
Alur deteksi dan penanganan ibu hamil Kurang
Energi Kronis (KEK)
1. MT = makanan tambahan
49
Dampak dari intervensi dipantau melalui kenaikan
berat badan disesuaikan dengan status gizi ibu
Tabel pertambahan BB selama kehamilan direkomendasikan
sesuai IMT1 sebelum hamil—grafik tersedia di buku KIA
Pertambahan BB
Pertambahan BB Pertambahan
IMT 1 sebelum Pertambahan BB Total pada
per minggu pada BB Total
hamil pada Trimester 1 Trimester 2 dan 3
Trimester 2 dan 3 (Kehamilan Tunggal)
(Kehamilan Ganda)
Kurus
1-3 kg 0.5 kg 12.5 – 18 kg
(<18.5 kg/m²)
Normal
1-3 kg 0.4 kg 11.5 – 16 kg 17-24 kg
(18.5 – 24.9 kg/m²)
Gemuk
1-3 kg 0.3 kg 7 – 11.5 kg 14-23 kg
(25.0 – 29.9 kg/m²)
Obesitas 11-19 kg
0.2-2 kg 0.2 kg 5 – 9 kg
(>30.0 kg/m²)
50 Sumber: Modifikasi buku KIA tahun 2021 edisi 3 dan Institute of Medicine (ION) tahun 2022
BAGIAN 2: IBU HAMIL
PANDUAN PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Prinsip utama pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
52
Standar
Kecukupan Gizi
ibu hamil
Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan untuk
Wanita Usia Subur, Ibu
Hamil dan Menyusui usia
19-49 Tahun di Indonesia
(Permenkes RI No. 28
tahun 2019)
53
Standar makanan tambahan Standar bahan Makanan Tambahan bagi ibu
pangan lokal untuk ibu hamil hamil KEK untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan
Makanan
Makanan Kudapan Lengkap
Komposisi kandungan Makanan Tambahan bagi
Bahan Berat Ukuran Rumah Berat Ukuran Rumah
ibu hamil KEK
Makanan (gram) Tangga (URT) (gram) Tangga (URT)
Makanan 40 ½ gelas 75 ½ gelas
Zat Gizi Makanan Lengkap Makanan Kudapan
Pokok (beras)
Energi 500 – 700kkal 510-530 kkal Lauk hewani 1 60 1 butir besar
Ikan 75g/ 1 ekor/
(telur)
ayam 60 g/ 1 potong besar/
Lauk hewani 2 30-50 ½ potong telur 60 g/ 1 butir besar/
Protein (gr) 18-23% 29 – 34 gram 18-23% 23 – 27 gram (ayam/ikan/ sedang
daging 60 g 1 potong besar
daging)
54
BAGIAN 2: IBU HAMIL
EDUKASI TERKAIT PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara
Minggu
Sumber bahan Makanan Tinggi zat Besi
Ketiga
Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro, cara
membaca label)
Demonstrasi masak
Minggu
Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman
Keempat Pentingnya memenuhi kebutuhan gizi Ibu Menyusui
Persiapan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
57
Pesan Pendidikan gizi: pemenuhan gizi ibu hamil
Konsultasikan kebutuhan gizi pada tenaga kesehatan berdasarkan status indeks massa tubuh (IMT)
Selain melakukan ANC, selama kehamilannya ibu perlu memperhatikan Contoh: Pemenuhan gizi ibu hamil dalam sehari
beberapa hal untuk menjaga kesehatannya dan janin yang ada di
dalam kandungannya sehingga terhindar dari anemia dan kurang gizi
kronik (KEK) yang dapat berakibat lahirnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
atau prematur serta terhindar dari berbagai penyakit lainnya. Beberapa
hal tersebut adalah:
+2 Gelas air putih +2 Gelas air putih +2 Gelas air putih
1 Porsi nasi 1 Porsi nasi 2 Porsi nasi
1 porsi sayur (bening 1 1/2 porsi sayur I 1/2 porsi sayur
bayam dan wortel) capcay sop(wortel dan kol)
1 Porsi hewani (1 1 Porsi hewani (1 1 Porsi hewani
Tambahkan 1 porsi Makan beragam Jenis Minum Tablet Tambah
potong sedang ikan potong (daging sapi)
makanan utama atau bahan makanan Darah (TTD) minimal 90
makanan selingan dari (makanan pokok, tablet selama kehamilan kernbung goreng) ayam goreng) 1 Porsi nabati
sebelumnya protein hewani, kacang- I Parsi nabati (2 potong 1 Porsi nabati (1 potong (kacang merah)
sayur
kacangan buah dan sedang goreng) I Buah pepaya
besar tahu goreng)
1 Buah ieruk
1 Buah mangga
Protein hewani seperti: ikan, 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang ikan
telur, ayam, dan lainnya
1 porsi = 55 g atau 1 butir telur ayam
Protein nabati seperti: tahu, 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang tempe
tempe, dan lainnya
1 porsi = 100 g atau 2 potong sedang tahu
Sayur - sayuran 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 100 g atau 1 mangkuk sayur
matang tanpa kuah
Buah - buahan 5 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 100 g atau 1 potong sedang
pisang
1 porsi = 100 – 190g atau 1 potong besar
pepaya
62
LAMPIRAN
63
Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ)
Pola makan ibu hamil Formulir ini diisi pada awal dan akhir pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal dengan memperhatikan
memperhatikan porsi dan ukuran (merujuk pada Buku Foto Makanan) serta frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir.
Paling sering
dimasak
Frekuensi Porsi tiap kali konsumsi
dengan
No Jenis Makanan cara...
Hari Minggu Bulan Tidak Ukuran
Porsi
(... kali) (.... kali) (.... kali) pernah (gram)
Sumber Karbohidrat
….
1 Nasi/Bubur/Umbi-umbi centong/potong/
Formulir ini diisi pada awal /buah
…. Buah/sendok
2 Roti/Mie
dan akhir pemberian 3 Bihun/Soun
makan
…. Sendok
makan
Makanan Tambahan berbasis 4 Biskuit/kue …..keping
64 20
21
Tablet Tambah Darah (TTD)
Multivitamin tambahan lainnya
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: penukar bahan makanan
sumber protein hewani
LAMPIRAN
Kandungan zat gizi satu porsi terdiri dari satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram adalah 50
kalori, 7 gram protein dan 2 gram lemak
Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar: penukar 1 porsi Ikan segar:
Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
(URT) gram (URT) gram
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20
66
LAMPIRAN
67
68
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: penyiapan makanan
yang aman
Penyiapan makanan
yang aman
70
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: Panduan
pengukuran antroprometri
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Persiapan:
Pastikan pita ukur tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
1
72
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Saat akan mengukur:
1 2
Menentukan titik tengah lengan Selanjutnya responden diminta meluruskan lengannya dan
biarkan menggantung bebas.
Lipat siku membentuk garis 90o kemudian ukur panjang
lengan antara pangkal bahu dengan ujung siku kemudian Lingkarkan pita ukur/meteran pada tanda pulpen
hasil pengukuran tersebut dibagi 2 (dua). Beri tanda dengan mengelilingi lengan responden (di pertengahan antara
pulpen/spidol pangkal bahu dan siku). Pengukuran tidak boleh terlalu
ketat atau longgar.
Angka
“0”
Batas angka
“0” adalah
pada lekukan
besi bagian
dalam Angka
yang
dibaca
LiLa = 26,0 cm
73
Penimbangan berat badan
Persiapan dan cara pemasangan:
74
Penimbangan Berat Badan
1 3
Petugas membaca dan segera mencatat hasil
Responden naik ke alat timbangan penimbangan yang ditunjukkan pada layar baca
Petugas
Tulis membacadengan
hasil penimbangan dan segera mencatat
pembulatan yang tepat
Posisi kaki tepat di tengah alat timbang,
tetapi tidak menutupi jendela baca. hasil
• Jika ≥ 00,05 dibulatkan ke atas
Responden bersikap tenang (jangan penimbangan
contoh : (72,05yang ditunjukkan
72,1 kg), (72,35 pada layar
bergerak-gerak) dan kepala tidak 72,4 kg)
baca
menunduk (memandang lurus kedepan) • Jika < 00,05 dibulatkan ke bawah
contoh : (72,04 72,0 kg), (72,34
72,3 kg)
2 4
Angka akan muncul di kaca jendela alat timbang Minta responden turun
Tunggu sampai angka tidak berubah (STATIS) atau muncul Selanjutnya alat timbang akan off secara otomatis.
huruf “O” maka bacakan dengan keras angka hasil Untuk menimbang responden selanjutnya, ulangi proses 1-4.
penimbangan oleh petugas penimbang. Angka hasil
penimbangan disebutkan ulang oleh petugas pencatat Untuk mematikan timbangan, tekan tombol OFF, pastikan
timbangan dimatikan setelah dipakai dan dismpan kembali
Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata
pada tempatnya
75
Teknik mengukur tinggi badan Ibu
Cara Pemasangan:
76
Pengukuran Tinggi Badan
Persiapan :
1 Kepala
4 Betis
1 Tumit
77
Pengukuran Tinggi Badan (berdiri)
Saat akan memasang alat pengukur tinggi badan:
1 2 3
Responden bersiap untuk naik ke alas Responden berdiri tegak, pandangan
Pasang alat ukur sesuai petunjuk alat ukur lurus ke depan.
Cari dinding rumah yang rata, lantai yang Lepas alas kaki, penutup kepala/topi/peci, Titik cuping telinga dengan ujung mata
keras dan datar. kuncir rambut/sanggul dari responden harus membentuk garis imajiner yang
Letakkan alat ukur dengan posisi tombol yang akan diukur. tegak lurus terhadap dinding belakang
pengunci alas dan bagian “d” menempel Responden diminta naik ke alas alat ukur alat ukur (membentuk sudut 90o)
dinding. dengan posisi membelakangi alat ukur. Batang alat ukur harus berada di tengah
tubuh bagian belakang responden,
jangan melenceng ke kiri atau ke kanan.
4 5 6
Gerakan alat untuk mengukur sampai Baca hasil pengukuran pada garis
Lima bagian badan menempel di alat ukur menyentuh kepala jendela baca
Bila ini tidak mungkin dilakukan, minimal 3 Responden berambut keriting tebal Jika responden lebih tinggi dari pada
bagian menempel pada alat ukur gerakkan sampai menyentuh puncak pengukur, pengukur dapat mencabut
(PUNGGUNG, PANTAT, DAN BETIS). kepala. bagian atas batang skala ukur agar tinggi
Posisi pengukur berada di depan atau kiri Kencangkan panel geser, responden badan dapat dibaca dengan mudah.
responden yang diukur. dapat diminta untuk turun dari alat ukur. Bacakan dengan keras angka hasil
pengukuran oleh petugas pengukur.
Angka hasil pengukuran disebutkan ulang
oleh petugas pencatat
Jika sudah sesuai dengan angka yang dibacakan oleh petugas pengukur maka Angka hasil pengukuran dicatat.
Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata
78
MONEV
67
Pelaksanaan monev pemberian makanan tambahan
di tingkat provinsi
80
Pelaksanaan monev pemberian makanan tambahan
di tingkat kabupaten/kota
1. Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
81
Pelaksanaan monev pemberian makanan tambahan
di tingkat poltekkes
Tenaga Pendamping : 2 orang dosen
82
Data yang dikumpulkan: ibu hamil KEK
No Variabel Frekuensi Petugas Metode
1 Usia ibu hamil 3 kali Enumerator Wawancara
2 Usia kehamilan 3 kali Enumerator Wawancara
3 Tingkat Pendidikan 1 kali Enumerator Wawancara
4 Pekerjaan 1 kali Enumerator Wawancara
5 Berat badan 12 kali Enumerator Penimbangan
6 Tinggi badan 1 kali Enumerator Pengukuran TB
7 LiLA 3 kali Enumerator Pengukuran LiLA
8 Frekuensi ANC 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
9 Petugas ANC 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
10 Tempat ANC 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
11 Layanan ANC yang diterima (10T) 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
12 Faktor risiko kehamilan (paritas, hipertensi, anemia,dll) 2 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
13 Status Kesehatan 3 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
14 Jumlah asupan zat gizi 3 kali Enumerator Semi FFQ + Food record
15 Jumlah makanan tambahan yg dikonsumsi 90 hari Enumerator Food weighing/food record
16 Asupan vitamin dan mineral 90 hari Enumerator Wawancara & Cek dokumen
17 Kepemilikan dan kelengkapan Buku KIA 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
18 Pengetahuan dan Praktik Kesehatan & Gizi 2 kali Enumerator Wawancara
83
Data yang dikumpulkan: balita
No Variabel Frekuensi Petugas Metode
1 Usia 3 kali Enumerator Wawancara
2 Jenis Kelamin 1 kali Enumerator Wawancara
3 Berat badan 12 kali Enumerator Wawancara
4 Panjang/Tinggi badan 3 kali Enumerator Pengukuran
5 Berat lahir 1 kali Enumerator Wawancara
6 Panjang lahir 1 kali Enumerator Wawancara
7 Pemberian ASI 2 kali Enumerator Wawancara
8 IMD 1 kali Enumerator Wawancara
9 Pemberian MP-ASI 2 kali Enumerator Wawancara
10 Keragaman Pangan 2 kali Enumerator Wawancara
11 Jumlah asupan zat gizi 5 kali Enumerator Semi FFQ + Food record
12 Jumlah makanan tambahan yg dikonsumsi 90 hari Enumerator Observasi
13 Status Kesehatan 3 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
14 Status Imunisasi 3 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
15 Asupan vitamin dan mineral 90kali
2 hari Enumerator Wawancara & cek dokumen
16 Kepemilikan dan kelengkapan Buku KIA 2 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
17 Pengetahuan dan Praktik Kesehatan & Gizi 2 kali Enumerator Wawancara
84
Lampiran
Jenis pelaporan Ibu Hamil KEK
Jenis Laporan
85
Lampiran
Jenis pelaporan Balita
Jenis Laporan
Panjang/Tinggi
2 Kondisi Kesehatan Asupan gizi Nakes Semi FFQ
Badan
Jumlah porsi makan
3 yg diterima ... Pola konsumsi Nakes Semi FFQ
86
3 Monev akan memanfaatkan instrumen dan proses yang sudah ada,
namun diperkuat oleh agen Poltekkes yang menjaga kualitas data
XXX Aktor pelaku monev
XXX Instrumen, alat pendukung monev
87
Kab/Kota Sampel MT Lokal
88
Kab/Kota Sampel MT Lokal
89
Kab/Kota Sampel MT Lokal
90
KAB/KOTA SAMPEL PDK
91
KAB/KOTA SAMPEL PDK
92