Anda di halaman 1dari 99

PROTOKOL

bagi Tenaga Kesehatan

Tatalaksana
- Balita weight faltering
- Balita berat badan kurang
- Balita gizi kurang
dengan Pemberian Makanan Tambahan
(MT) Berbasis Pangan Lokal

Tatalaksana
Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
dengan Pemberian Makanan Tambahan
(MT) Berbasis Pangan Lokal

2022
Penyusun
Pelindung:
Menteri Kesehatan
Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Ketua:
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Kontributor:
Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG; Dr. dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K); Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K);
Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K); Dr. Puspo Edi Giriwono; Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH. Dr.PH;
Dr. Umi Fahmida; Dr. Helda Khusun; Prof. Dr. Muhayatun, MT; Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc.

Tim Penyusun:
Esti Katherini Adhi, SST, MKM; Kartika Wahyu Dwi Putra, SKM, M.Kes; Muhammad Adil, SP, MPH; Ir. Mursalim, MPH;
Nyimas Septiani Wulandari, S.Gz; dr. Ni Made Diah PLD, MKM; dr.Yunita Rina Sari, MKM; Zahrotus Sholuhiyah, S.Gz;

Tim Editor:
Dr.Hera Nurlita, Mkes; Mahmud Fauzi, SKM, MKes

Diterbitkan oleh :
Kementerian Kesehatan RI
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan stimulasi perkembangan dan pemantauan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat pertumbuhan sesuai usia anak.
menyelesaikan Protokol bagi Tenaga Kesehatan
Tatalaksana Balita Weight Faltering, Berat Badan Pendekatan tersebut diharapkan bisa membentuk
Kurang serta Gizi Kurang dengan Pemberian Makanan kemandirian keluarga dalam pemberian makanan yang
Tambahan (MT) Berbasis Pangan Lokal, Tatalaksana berkualitas bagi balita dan ibu hamil.
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dengan
Pemberian Makanan Tambahan (MT) Berbasis Pangan Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak
Lokal. Protokol ini merupakan bagian dari upaya memper- yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini, saran
cepat pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka dan kritik kami nantikan guna penyempurnaan buku saku
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 khususnya ini.
penurunan prevalensi balita stunting, wasting dan ibu
hamil KEK.
Jakarta, September 2022
Intervensi yang dilakukan pada Balita Weight Faltering, Direktur Jenderal Kesehatan
Berat Badan Kurang serta Gizi Kurang dan Ibu Hamil Masyarakat
Kurang Energi Kronis (KEK) berupa:

tatalaksana penyebab masalah gizi


pemberian terapi gizi dan/atau makanan tambahan
edukasi dan konseling gizi pada keluarga, ibu hamil dan dr. Maria Endang Sumiwi, MPH
orang tua balita dalam praktik penyiapan makanan
bergizi bagi balita dan ibu hamil serta memastikan
mereka mengkonsumsi sesuai dengan kebutuhan.
iii
iv
LATAR BELAKANG (1/2)

Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama dengan proporsi mulai konsumsi MPASI <6 bulan sebesar
1000 Hari Pertama Kehidupan sangat pesat, demikian pula 55,3%, balita menderita diare sebesar 9,8% dan ISPA sebesar
perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan Balita merupakan 24,1% (SSGI, 2021). Faktor lain yang turut berkontribusi pada
kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus masalah gizi kurang pada balita adalah pola asuh yang kurang
dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila baik, kurangnya pengetahuan, penyakit infeksi berulang,
mereka menderita kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondi-
kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang si sosial ekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh
janin, kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), selanjutnya terhadap akses makan makanan bergizi seimbang.
berisiko balita mengalami masalah gizi kurang atau stunting.
Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk
Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018 : menangani masalah gizi baik pada ibu hamil maupun balita.
prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care
Studi Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh ibu hamil terpadu, terutama pada kunjungan di trimester pertama yang
memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka kecukupan dilakukan oleh dokter, akan mendeteksi sedini mungkin faktor
energi) dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan risiko kehamilan. Bilamana ditemukan ibu hamil dengan kurang
asupan protein (<80% angka kecukupan protein) (Kementerian energi kronis (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka harus
Kesehatan RI, 2014). Faktor risiko ibu hamil kurang energi diidentifikasi penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi
kronis dapat disebabkan asupan pangan yang tidak adekuat, ibu hamil. Selain itu juga diberikan makanan tambahan disertai
penyakit yang diderita, tidak memadainya akses ke fasilitas edukasi bahwa ibu hamil harus mengonsumsi makanan bergizi
pelayanan kesehatan, aktivitas fisik yang berlebih, air bersih sesuai kebutuhannya selama kehamilan dan saat menyusui.
dan higiene sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.
Rekomendasi WHO untuk memastikan pemenuhan gizi selama
Besaran masalah gizi pada balita berdasarkan Survey Status kehamilan, yaitu dengan mendorong ibu hamil mendapatkan
Gizi Indonesia (SSGI) 2021 : prevalensi balita gizi kurang 7,1% makanan bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan protein,
dan prevalensi balita stunting 24,4%. Berdasarkan sumber yang bersama itu dilakukan pemberian tablet tambah darah dan
sama, proporsi makan beragam pada baduta sebesar 52,5% penguatan melalui pendidikan gizi serta konseling (WHO, 2013
v
LATAR BELAKANG (2/2)

Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan
berat badan tidak adekuat/weight faltering, berat badan kurang dengan gizi seimbang dan berlangsung secara berkelanjutan.
dan gizi kurang baik di Posyandu ataupun di fasilitas kesehatan, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam
maka perlu dilakukan tatalaksana dengan pendekatan keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbo-
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mengidentifi- hidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228
kasi dan mengatasi penyebab yang mendasarinya serta jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-bumbuan
kondisi yang memperberat. (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Terdapat juga 7 kelompok
pangan hewani yaitu ikan laut, udang, ikan air tawar, ikan asin,
Weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang dapat daging, telur, dan susu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
disebabkan rendahnya protein energy ratio (PER) pada potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas untuk
makanan yang dikonsumsi. Studi Kekalih A, dkk (2015) yang penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi
menganalisis data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, PMT berbasis kearifan
konsumsi pangan hewani pada anak usia 6-24 bulan hanya lokal lebih efektif (Amalia, 2021), dengan konseling gizi dan
38,2%. Data Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa angka balita pendampingan.
dengan berat badan kurang adalah 17,9% dan gizi kurang
7,3%. Hal ini merupakan landasan perlunya asupan protein
hewani yang cukup untuk balita. Oleh karena itu, pencegahan
weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang harus
menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan protein hewani
pada balita sesuai dengan ketersediaan sumber protein hewani
lokal. Sebagai contoh, telur, ikan, ayam, dan sebagainya.

Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi


dengan memanfaatkan potensi pangan lokal dan edukasi pola
konsumsi makanan bergizi diharapkan akan mendorong
vi
BAGIAN 1: TATALAKSANA UNTUK BALITA

Balita 1 Weight faltering

2 Berat badan kurang

3 Gizi kurang
Tujuan dan sasaran

Tujuan Sasaran
Meningkatnya status gizi balita Sasaran penerima makanan
melalui pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal
tambahan berbasis pangan lokal  Balita weight faltering
sesuai dengan standar yang telah  Balita berat badan kurang
ditetapkan  Balita gizi kurang

2
DEFINISI OPERASIONAL

INDEKS MASSA TUBUH (IMT) – perbandingan antara berat PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) berbasis pangan
badan (kg) dengan tinggi badan (meter), rumus perhitungan lokal adalah makanan tambahan pangan lokal yang diberikan
kg/m2. untuk meningkatkan status gizi pada sasaran.
BALITA SASARAN – anak usia 6-59 bulan PDK – Pangan Diet Khusus (PDK) dapat berupa PDK untuk
kelompok bayi dan anak serta PDK untuk kelompok dewasa.
WEIGHT FALTERING – balita dengan kenaikan BB tidak PDK untuk kelompok bayi dan anak terdiri atas formula bayi,
adekuat berdasarkan usia. formula lanjutan, formula pertumbuhan, makanan pendamping
BALITA BERAT BADAN KURANG – balita dengan status gizi air susu ibu dan makanan selingan untuk anak (merujuk pada
yang berdasarkan indikator BB/U di bawah -2 SD. PERBPOM No. 24 Tahun 2020).

BALITA GIZI KURANG – balita dengan status gizi yang HARI MAKAN ANAK (HMA) – jumlah hari makan balita usia
berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB pada -3 SD sampai 6-59 bulan yang mendapat makanan tambahan.
dengan < -2 SD. RED FLAG – Tanda dan gejala kondisi medis yang menunjuk-
PANGAN LOKAL – makanan yang dikonsumsi oleh kan adanya gangguan pertumbuhan dan atau perkembangan
masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumberdaya dan yang membutuhkan intervensi atau tatalaksana segera. Contoh
kearifan lokal dan menjadi alternatif sumber karbohidrat, red flag pertumbuhan: infeksi (saluran napas, saluran kemih,
protein, lemak, vitamin dan mineral. kulit), limfadenopati, gambaran dismorfik (bentuk wajah aneh),
kelainan jantung dll. Contoh red flag perkembangan adanya
MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL ketidakmampuan melakukan tahapan perkembangan sesuai
– makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama umurnya.
bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi dan
diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makanan FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN – tempat penyeleng-
lengkap siap santap berbasis pangan lokal. garaan upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif) yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
3
Weight faltering
Kenaikan BB tidak adekuat berdasarkan usia

Peningkatan BB yang adekuat sesuai usia adalah:

Kriteria Kasus Usia Peningkatan BB Peningkatan Minimal


per hari (gram) per bulan (gram)
0 – 3 bulan 25 – 30 750
4 – 6 bulan 20 600
7 – 9 bulan 15 450
10 – 12 bulan 12 360
1 – 3 tahun 8 240
4 – 6 tahun 6 180

4
Balita berat badan kurang
Balita dengan tanda:
BB/U1 di bawah -2 SD

Kriteria Kasus

Berat badan menurut umur


Dinilai dengan memplot hasil
timbangan pada kurva WHO
yang terdapat dalam Buku KIA

Berat badan menurut umur

5
Balita gizi kurang
Balita dengan tanda:
BB/PB1 atau BB/TB2 pada -3 SD sampai dengan < -2 SD
dan/atau
LiLA** di antara 11,5 cm dan < 12,5 cm pada balita 6 - 59 bulan

Kriteria Kasus

• * Berat badan menurut panjang badan


atau tinggi badan
• Dinilai dengan memplot hasil timbangan
dan pengukuran panjang/tinggi badan
pada kurva WHO yang terdapat dalam
Buku KIA

• ** Lingkar lengan atas


• Dinilai dengan hasil pengukuran

6
Tatalaksana
Balita dengan weight faltering dan BB kurang Penjelasan algoritme
1 Balita ditimbang dan diukur di Posyandu
Algoritme 2 Jika ditemukan indikasi weight faltering,
POSYANDU dan BB kurang(lihat definisi operasional
Timbang dan ukur kondisi ini), maka dirujuk ke Puskesmas
1
3 Di Puskesmas, balita akan diperiksa,
termasuk dicari red flag
2 2
Weight faltering BB kurang 
4 Bila ada red flag dan tidak dapat
ditangani di puskesmas: rujuk ke RS
5 Bila tidak ada red flag:
3
 dirawat jalan di Puskesmas
Puskesmas
 diberi konseling gizi (ASI dan MP-
ASI)
Rujuk balik

5
 diberi PMT lokal selama 14 hari
Deteksi dini & tata laksana 4
(lihat panduan pemberian
Rawat jalan Puskesmas segera red flag sesuai
Makanan Tambahan di buku ini),
kompetensi*)
 Dipantau berat setiap 1 minggu
Diberi PMT lokal 14 hari, 5
6 Bila kemudian BB naik adekuat (lihat
konseling gizi (ASI dan MP-
ASI), dan konseling PMBA,
definisi operasional untuk standar naik
dipantau tiap minggu adekuat: BB/U di atas -2 SD dan BB/TB di
atas -2 SD), pemberian PMT dapat
dilanjutkan dan bisa rujuk balik ke
6 7 7 Posyandu
BB naik adekuat BB tidak naik adekuat Bila tidak dapat ditangani
*lihat kriteria *lihat kriteria puskesmas 7 Bila BB naik tidak adekuat setelah 14 hari
atau red flag tidak bisa ditangani di
Puskesmas, maka rujuk ke RS
7
- Weight faltering:
*) Dapat mengacu Pedoman SDIDTK/ MTBS/ PPK
kenaikan adekuat Rujuk RSUD
Fasyankes Primer
- BB kurang: BB/U > -2
7
Tatalaksana Penjelasan algoritme

Balita dengan gizi kurang 1 Balita ditimbang dan diukur di Posyandu


Jika ditemukan indikasi gizi kurang(lihat
2
definisi operasional kondisi ini), maka
Algoritme dirujuk ke Puskesmas
POSYANDU
Timbang dan ukur 3 1 Di Puskesmas, balita akan diperiksa,
1 termasuk dicari red flag
2 4 Bila ada red flag: dan tidak dapat
2 ditangani di puskesmas: rujuk ke RS
Gizi kurang
5 Bila tidak ada red flag:
 dirawat jalan di Puskesmas
3  diberi konseling gizi (ASI dan MP-
Puskesmas ASI)
4  diberi PMT lokal selama 90 hari
Rujuk balik

(lihat panduan pemberian


5 Deteksi dini & tata laksana 4 Makanan Tambahan di buku ini),
Rawat jalan Puskesmas segera red flag sesuai  Dipantau berat setiap minggu
kompetensi*
6 Bila kemudian BB naik adekuat (lihat
Diberi PMT lokal 90 hari, 5 definisi operasional untuk standar naik
konseling gizi (ASI dan MP- adekuat: BB/U di atas -2 SD dan BB/TB di
ASI), dan konseling PMBA, 6 atas -2 SD), pemberian PMT dapat
dipantau tiap minggu dilanjutkan dan bisa rujuk balik ke
Posyandu
6 7 7 7 Bila BB naik tidak adekuat setelah 14 hari
BB naik adekuat BB tidak naik adekuat Bila tidak dapat ditangani
*lihat kriteria *lihat kriteria puskesmas atau red flag tidak bisa ditangani di
Puskesmas, maka rujuk ke RS
8 Jika BB naik adekuat tapi masih gizi
7
kurang, evaluasi ulang dan bila
- Kenaikan BB adekuat ditemukan red flag maka harus dirujuk.
Rujuk RSUD
- BB/TB di atas -2 SD
8 * Dapat mengacu Pedoman SDIDTK/ MTBS/ PPK
Fasyankes Primer
Dampak dari intervensi dipantau melalui
kenaikan berat badan
Kriteria keberhasilan Penjelasan
 Kriteria sukses yaitu jika balita sudah keluar dari
Weight Terjadi peningkatan BB sesuai usia:
definisi operasi weight faltering, BB kurang, dan
gizi kurang (lihat kriteria di samping):
faltering:
 0 – 3 bulan : 25 – 30 gram per hari  Jika balita masih belum memenuhi kriteria
sukses (lihat kriteria di samping), maka wajib
 4 – 6 bulan : 20 gram per hari rujuk ke RS
 7 – 9 bulan : 15 gram per hari
 10 – 12 bulan: 12 gram per hari
 1 – 3 tahun : 8 gram per hari
 4 – 6 tahun : 6 gram per hari

BB Kurang:
Indeks BB/U di atas -2 SD

Gizi Kurang:
Indeks BB/TB di atas -2 SD

9
10
BAGIAN 1: BALITA
PANDUAN PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Prinsip utama pemberian makanan tambahan
Berupa makanan lengkap siap santap atau kudapan—diutamakan sumber protein
hewani dengan memperhatikan gizi seimbang; lauk hewani diharapkan dapat bersumber
dari 2 macam sumber protein yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam,
telur dan daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein yang tinggi
dan asam amino esensial yang lengkap

Hanya berupa tambahan dan bukan pengganti makanan utama

 MT balita gizi kurang diberikan selama 90 hari,


 MT balita BB kurang, kenaikan BB tidak adekuat/weight faltering selama 14 hari
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penggunaan bahan lokal

Diberikan dengan komposisi sedikitnya 1 kali makanan lengkap dalam seminggu dan
sisanya kudapan

Bagi baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi
dan anak dan harus terus diiringi dengan pemberian ASI (diberikan secara on-demand
sesuai kebutuhan anak)
12
Standar makanan tambahan pangan lokal untuk balita setelah kembali ke
Posyandu sesuai prinsip Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
Komposisi kandungan Makanan Tambahan sejumlah energi Usia Energi Konsistensi Frekuensi Jumlah setiap kali
MP-ASI /tekstur makan
MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam satu hari dan kebutuhan
6–8 200 kkal Mulai dengan 2-3
sehari 24 – 59 bulan bulan sendok
# Pedoman PMBA dan Permenkes 28 tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Masyarakat Indonesia Mulai dengan 2-3 kali setiap hari.1- makan setiap kali
bubur kental, 2 kali makan,
makanan selingan dapat tingkatkan bertahap
Usia Balita lumat diberikan hingga ½ mangkok
berukuran
Zat Gizi 6 – 8 bulan 9– 11 bulan 12-23 bulan 24-59 bulan 250 ml (125 ml)
9 – 11 Makanan yang
Kalori (kkal) 200 300 550 1400 bulan dicincang 3-4 kali setiap hari 1-
½ - ¾ mangkok
halus dan 2 kali selingan
300 kkal ukuran 250 ml
makanan yang dapat
(125 – 200ml)
dapat diberikan
Protein (gr) 5* 7,5 * 13,75* 35* dipegang bayi
3-4 kali setiap hari 1-
12-23 Makanan 2 kali selingan ¾ - 1 mangkok
550 kkal
Lemak (gr) 7 10 18 47 bulan keluarga dapat ukuran 250 ml
diberikan
Frekuensi sesuai Jumlah setiap kali
Jumlah dengan kelompok makan
Protein Energy Ratio (PER) Jika Tdk
kalori Tekstur/ usia dan sesuai dengan kelompok
Lemak 30% dari energi Dapat
sebesar 10% - 16% sesuai konsistensi Tambahkan umur, dengan
ASI
dengan sesuai dengan 1-2 kali makan penambahan 1-2 gelas
(6-23
kelompok kelompok usia ekstra, 1-2 kali susu per hari @250 ml
bulan)
usia selingan dapat dan 2-3 kali cairan
Menu makan bersama untuk satu kali makan yang disiapkan sebanyak diberikan.
30-50% MT sehari, dan ketika pulang dibawakan bahan makanan
sumber protein hewani untuk dikonsumsi di rumah
Sumber sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari makanan pokok tinggi protein
Sumber: WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of (dengan mengutamakan protein sumber hewani)
moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age.
Sumber: (WHO, 2009; WHO, 2010; WHO/PAHO, 2003; UNICEF, 2013) , pada buku Pedoman Pemberian
Makan Bayi dan Anak, 2019
13
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk balita di Indonesia
berdasar Permenkes 28/2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Usia Balita Usia Balita
Zat Gizi 0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun Zat Gizi 0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun
Energi (kkal) 550 800 1350 1400 Biotin (µg) 5 6 8 12
Protein (g) 9 15 20 25 Kolin (mg) 125 150 200 250
Lemak (g) 31 35 45 50 Vitamin C (mg) 40 50 40 45
Karbohidrat (g) 59 105 215 220 Kalsium (mg) 200 270 650 1000
Serat (g) 0 11 19 20 Fosfor (mg) 100 275 460 500
Air (mL) 700 900 1150 1450 Magnesium (mg) 30 55 65 95
Vitamin A (RE) 375 400 400 450 Besi (mg) 0.3 11 7 10
Vitamin D (µg) 10 10 15 15 Yodium (µg) 90 120 90 120
Vitamin E (mg) 4 5 6 7 Seng (mg) 1.1 3 3 5
Vitamin K (µg) 5 10 15 20 Selenium (µg) 7 10 18 21
Vitamin B1 (mg) 0.2 0.3 0.5 0.6 Mangan (mg) 0.003 0.7 1.2 1.5
Vitamin B2 (mg) 0.3 0.4 0.5 0.6 Fluor (mg) 0.01 0.5 0.7 1
Vitamin B3 (mg) 2 4 6 8 Kromium (µg) 0.2 6 14 16
Vitamin B5 (mg) 1.7 1.8 2 3 Kalium (mg) 400 700 2600 2700
Vitamin B6 (mg) 0.1 0.3 0.5 0.6 Natrium (mg) 120 370 800 900
Asam Folat (µg) 80 80 160 200 Klor (mg) 180 570 1200 1300
Vitamin B12 (µg) 0.4 1.5 1.5 1.5 Tembaga (µg) 200 220 340 440

14
BAGIAN 1: BALITA
EDUKASI ASI DAN PMBA
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara

Konseling gizi Penyuluhan gizi Demonstrasi masak


Dilakukan di kelompok kecil, bersamaan
Memastikan peningkatan dengan pelaksanaan pemberian makanan Bertujuan agar ibu hamil dan orang
pengetahuan, sikap dan perilaku tambahan dan dapat dilakukan bersamaan tua/pengasuh balita sasaran
pada ibu hamil dan ibu balita serta dengan jadwal posyandu atau kegiatan memperoleh keterampilan dalam
pengasuh agar dapat menerapkan masyarakat lainnya memilihan, menyiapkan, dan
pola makan sesuai prinsip gizi mengolah makanan
seimbang sesuai kondisi dan Penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit di
kebutuhannya Posyandu atau tempat lain yang disepakati Demo masak dapat dilaksanakan
agar sasaran memperoleh
Konseling gizi dilakukan secara Penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit di pengetahuan tentang aspek gizi dan
individual melalui komunikasi Posyandu atau tempat lain yang disepakati. kesehatan pada anak balita dan ibu
interpersonal Penyuluhan dapat di integrasikan dengan hamil
forum yang tersedia seperti kelas kelas ibu
balita, dll) Peralatan memasak dan bahan
makanan berbasis pangan lokal
Materi penyuluhan terkait dengan kebutuhan disiapkan oleh tim pelaksana tingkat
gizi, pemilihan pangan, pertumbuhan,stimulasi desa
16 perkembangan dan kesehatan balita
Contoh topik dan jadwal pendidikan gizi ASI dan
PMBA
Penjadwalan topik di lapangan bersifat situasional (sesuai kebutuhan),
bersamaan dengan pemantauan mingguan
Materi dapat diberikan pada kelas Ibu Balita

Minggu
 Pemantauan Tumbuh Kembang
Pertama  Inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif (manfaat dari
menyusui) dan posisi menyusui yang baik
 Tanda-tanda kecukupan ASI (lihat buku KIA 2020)
 Pemberian MPASI usia 6 bulan-2 tahun sesuai rekomendasi
Minggu (PMBA)
Kedua  Perawatan Anak dan pemberian makas secara responsiv

Minggu
 Gizi anak (bahan makanan sumber protein hewani)
Ketiga  Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro)
 Demonstrasi masak

Minggu
 Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman
Keempat  Gizi seimbang (mis. cara membaca label)
 Stimulasi perkembangan
17
Pesan-pesan kunci edukasi bagi balita

ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan seimbang bagi bayi di bawah usia 6
bulan; kandungan proteinnya setara dengan protein hewani

Berikan protein hewani dalam jumlah yang cukup sedini mungkin saat mulai pemberian
MPASI (usia anak 6 bulan)

Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi berdasar usia secara jumlah, frekuensi makan,
konsistensi dan variasi makanan; pada baduta, pemberian makan harus sesuai PMBA
(Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak)

Konsumsi makanan dengan zat gizi lengkap bagi balita: karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, lemak, vitamin, dan mineral

Utamakan protein hewani (anak balita perlu protein dan lemak lebih banyak dan serat
lebih sedikit dibanding orang dewasa)

Disiplin dalam menjalankan prinsip keamanan pangan, kebersihan, dan


sanitasi lingkungan, serta stimulasi perkembangan

18
Pesan pendidikan gizi:  ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai dengan usia 6 bulan
 Usia 6 bulan ditambah dengan MP ASI
pentingnya menyusui  ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih dengan
memperhatikan pertumbuhan, perkembangan serta pemberian
makanan yang adekuat dan memenuhi gizi seimbang anak

19
Pesan pendidikan gizi: pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Pemberian Makanan Pendamping adalah proses pemberian makanan dan cairan lainnya yang diberikan kepada bayi
mulai usia 6 bulan ketika ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi.

 Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diolah dari bahan lokal yang tersedia di rumah yang tepat digunakan sebagai
makanan untuk bayi mulai usia 6 bulan
 MPASI dibuat dari menu makanan keluarga
 Pada masa pemberian MPASI, ASI tetap terus diberikan

20
Pesan pendidikan gizi: pemantauan pertumbuhan

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program perbaikan gizi yang
menitik beratkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan keadaan gizi balita,
meliputi:

Penimbangan dan pengukuran Tindak lanjut setiap kasus Tindak lanjut berupa kebijakan
PB/TB secara teratur, pengisian gangguan pertumbuhan dan program di tingkat
Kurva Pertumbuhan Buku KIA, (berupa konseling dan rujukan) masyarakat serta meningkatkan
penentuan status pertumbuhan motivasi untuk
berdasarkan kenaikan berat memberdayakan keluarga
badan.

21
22
BAGIAN 1: BALITA
MONEV PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Monev dilakukan berkesinambungan selama proses penerimaan MT

Garis besar alur monev


1 2 3 4 Balita dipantau
pertumbuhannya
melalui
Sasaran diidentifikasi
melalui pengukuran
Nakes/kader mengukur
sasaran setiap 1 minggu
Agen POLTEKKES
mengunjungi
Tim KEMENKES
menganalisa data untuk pengukuran
rutin, dikonfirmasi masuk Posyandu/Puskesmas mengevaluasi
kriteria dan ditangani
sesuai protokol
Data kohort dari semua
sasaran direkam di
untuk memastikan
pencatatan sesuai
keberhasilan program
dan memberikan umpan
Antropometri
ePPBGM/GForm
Nakes/kader dibekali
panduan pengumpulan Data identifikasi lain
panduan; bila perlu,
agen mengarahkan
balik untuk keperluan
pengambilan kebijakan dan Pola
dicatat melalui GForm proses pengukuran dan
data
(misal: histori rujukan) membantu entri data Konsumsi
Data Pola Konsumsi dipantau menggunakan formulir SFFQ diawal, tiap bulan
dan akhir pemberian makanan tambahan
Data Berat Badan dipantau setiap minggu saat menerima makanan tambahan
24
24
LAMPIRAN

Kartu kontrol konsumsi Makanan Tambahan untuk balita


Kartu Kontrol Konsumsi Makanan tambahan untuk Balita
Formulir ini diisi dengan memberikan tanda centang (V) pada tiap kolom yang
tersedia setiap kali anak menerima dan mengkonsumsi makanan tambahan
Bulan 2
Nama Anak : MINGGU 1
Nama Ibu/Orang tua :
Usia Anak MINGGU 2
Jangka waktuPenerimaan MT :………hari

Bulan 1
MINGGU 3
MINGGU 1
MINGGU 4
MINGGU 2

Bulan 3
MINGGU 3 MINGGU 1

MINGGU 4 MINGGU 2

MINGGU 3

MINGGU 4

25
Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ)
pola makan balita Formulir ini diisi pada awal dan akhir pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal dengan memperhatikan
memperhatikan porsi dan ukuran (merujuk pada Buku Foto Makanan) serta frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir.
Paling sering
dimasak
Frekuensi Porsi tiap kali konsumsi
dengan
No Jenis Makanan cara...
Hari Minggu Bulan Tidak
Porsi
Ukuran Formulir ini diisi
(... kali) (.... kali) (.... kali) pernah (gram)

Sumber Karbohidrat pada awal dan


1 Nasi/Bubur/Umbi-umbi
….
centong/potong/ akhir pemberian
/buah
2 Roti/Mie
…. Buah/sendok Makanan
makan
3 Bihun/Soun
…. Sendok
makan
Tambahan
4 Biskuit/kue …..keping berbasis Pangan
5 Lainnya, sebutkan........
Sumber Lauk Hewani Lokal dengan
6
Lauk hewani (daging sapi, kambing, kerbau,
babi, ayam, bebek, kalkun, entog, ikan/produk memperhatikan
olahan, telur, susu/produk olahannya)
7
Lauk nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan, porsi dan ukuran
oncom)
Minuman (merujuk pada
8 Susu Buku Foto
9 Minuman kemasan berpemanis
10 Lainnya, sebutkan…. Makanan) serta
Lemak dan Minyak
11 Mentega / margarin frekuensi
12 Minyak goreng (kelapa, kelapa sawit)
Makanan Cepat Saji (Fast Food)
konsumsi selama
13
Ayam goreng tepung, hamburger, pizza, nugget,
sosis atau makanan beku
1 bulan terakhir
Makanan Olahan
14 Gorengan (bakwan, cireng, dll)
Makanan kalengan (ikan/daging kaleng, buah/
15
sayur kalengan)
16 Snack kemasan/Jajanan berbumbu instan
17 Permen/snack manis lainnya
Sayuran
18 Sayuran
Buah-buahan
19 Buah-buahan

26
20 Air Susu Ibu (ditanyakan bila masih menyusu)
21 Multivitamin tambahan
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: penukar bahan makanan
sumber protein hewani
LAMPIRAN

Bahan makanan sumber protein hewani (1/2)

Kandungan zat gizi satu porsi terdiri dari satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram
adalah 50 kalori, 7 gram protein dan 2 gram lemak
Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar: penukar 1 porsi Ikan segar:

Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
(URT) gram (URT) gram

Daging sapi 1 potong sedang 35 Susu sapi 1 gelas 200

Daging ayam 1 potong sedang 40 Susu kerbau ½ gelas 100

Hati Sapi 1 potong sedang 50 Susu kambing ¾ gelas 185

Ikan Asin 1 potong kecil 15 Tepung susu whole 4 sendok makan 20

Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20

Telur Ayam 1 butir 55

Udang Basah 5 ekor sedang 35

28
LAMPIRAN

Bahan makanan sumber protein hewani (2/2)


Menurut kandungan lemak, kelompok lauk pauk dibagi menjadi 3 golongan
Golongan A: rendah lemak Golongan B: lemak sedang Golongan C: tinggi lemak
Sumber protein hewani dengan 1 satuan penukar (mengandung 7 gr Sumber protein hewani dengan 1 satuan penukar (mengandung 7 gr Sumber protein hewani dengan 1 satuan penukar (mengandung 7 gr
protein, 2 gr lemak dan 50 kalori protein, 5 gr lemak dan 75 kalori protein, 13 gr lemak dan 150 kalori

Ukuran Rumah Tangga Berat dalam UkuranRumahTangga Beratdalam


Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (gram) Bahan Makanan (URT) BahanMakanan
gram (URT) gram
AyamTanpaKulit 1 potong sedang 40
Babat 1 potong sedang 40 Bakso 10 biji sedang 170 Bebek 1 potong sedang 45
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20 Daging kambing 1 potong sedang 40
Daging ayam 1 potong sedang 40 Belut 3 ekor 45
Dagingkerbau 1 potong sedang 35
Dendengsapi 1 potong sedang 15 Daging sapi 1 potong sedang 35
Gabuskering 1 ekor kecil 10 Kornet daging sapi 3 sendok makan 45
Hatisapi 1 potong sedang 50 Ginjal sapi 1 potong besar 45
Ikan asin kering 1 potong sedang 15
Ikankakap 1/3 ekor besar 35
Hati ayam 1 buah sedang 30 Ayam dengan kulit 1 potong sedang 35
Ikankembung 1/3 ekor sedang 30
Ikanlele 1/3 ekor sedang 40
Ikan mas 1/3 ekor sedang 45 Hati sapi 1 potong sedang 35
Ikanmujair 1/3 ekor sedang 30 Daging babi 1 potong sedang 50
Ikanpeda 1 ekor kecil 35 Otak 1 potong besar 60
Ikan pindang ½ ekor sedang 25
Ikan segar 1 potong sedang 40 Telur ayam 1 butir 55 Ham 1 ½ potong kecil 40
Ikanteri kering 1 sendok makan 20
Ikan cakalang asin 1 potong sedang 20
Kerang ½ gelas 90 Telur bebek asin 1 butir 50 Sardencis ½ potong sedang 35
Ikanlemuru 1 potong sedang 35
Putihtelurayam 2 ½ butir 65
Rebon kering 2 sendok makan 10 Telur puyuh 5 butir 55
Rebon basah 2 sendok makan 45 Sosis 1 potong kecil 50
Selar kering 1 ekor 20 Usus sapi 1 potong besar 50
Sepat kering 1 potong sedang 20
Teri nasi 1/3 gelas 20 Telurbebek 1 butir 50 Kuning telur ayam 4 butir 45
Udang segar 5 ekor sedang 35

29
30
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: penyiapan makanan
yang aman
Penyiapan makanan
yang aman

Tips Mengolah Kudapan:


1. Masak dalam jumlah kecil, sesuaikan dengan alat masak
2. Masak makanan atau kudapan 1-2 jam sebelum disajikan
3. Setelah dimasak harus dikonsumsi dalam waktu 1 jam
4. Ganti minyak goreng setelah 3 kali penggunaan

32
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: Panduan
pengukuran antroprometri
Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (1/2)

Langkah-langkah
1
1 Letakkan timbangan di tempat yang rata,
datar, dan keras. Bersih dan tidak ada beban
lain di atas timbangan
2 Baterai dipasang pada tempatnya dengan
memperhatikan posisi baterai jangan sampai
terbalik.

3 Tekan tombol power/On dinyalakan dan 2


memastikan angka pada jendela baca
menunjukan angka nol. Posisi awal harus selalu Display kg
Display
berada diangka nol (jendela baca 0,00 kg)
pound
4 Bila memiliki unit alat pengukuran dengan
dua jenis satuan pengukuran ( pound atau kg),
tekan tombol UNIT HOLD sampai display sudah
menunjukkan 0,00 (kg)

3 3
34
Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (2/2)

Langkah-langkah

4 Letakkan bayi diatas piring timbangan dengan


memakai pakaian seminimal mungkin/
keadaan telanjang dan tidak memegang
sesuatu 4

5 Tekan tombol UNIT HOLD, tunggu hingga tulisan


“HOLD” pada display berhenti berkedip untuk
mendapatkan berat bayi. Bila ragu-ragu, ulangi
pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata.

6 Catat dan plot BB pada grafik pertumbuhan


sesuai jenis kelamin
7

7 Untuk mematikan timbangan, tekan tombol OFF


5

35
Teknik menimbang BB bayi ≥ 2 tahun menggunakan timbangan dengan
ketelitian 5-10 gram (1/2) Langkah langkah
-
Persiapan: 1 Sepatu dan pakaian luar anak harus dilepaskan dan
Sumber energi timbangan
anak menggunakan pakaian seminimal mungkin
digital dapat berasal dari
baterai atau cahaya. Untuk
timbangan yang 2 Nyalakan dengan menekan tombol ON TARE/TARA
menggunakan cahaya,
timbangan harus diletakkan 3 Pilih unit pengukuran (pound atau kg) dengan
pada tempat dengan menekan tombol UNIT HOLD sampai display sudah
pencahayaan yang cukup
menunjukkan 0,00 (kg)
pada saat digunakan.
Cara pemasangan: 4 Saat (display) layar baca menunjukkan 0,00 posisikan
anak (berdiri) tepat di tengah sesuai pijakan serta
1 Memastikan kelengkapan dan
kebersihan. timbangan tetap berada di atas timbangan sampai angka
berat badan muncul pada layar baca dan sudah
2 Memasang baterai pada timbangan
tidak berubah
yang menggunakan baterai.
3 Meletakkan timbangan di tempat yang
datar, keras,dan cukup cahaya.
4 Menyalakan timbangan “ ON” dan Salah karena balita
memastikan bahwa angka yang memakai baju
muncul pada layar baca adalah 00,0. lengkap

5 Timbangan siap digunakan.


3 4
36
Teknik menimbang BB bayi ≥ 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (2/2)
Langkah-langkah

6 Tekan tombol UNIT HOLD, tunggu hingga tulisan


“HOLD” pada display berhenti berkedip untuk
mendapatkan berat anak. Bila ragu-ragu,
ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata.

7 Petugas membaca dan segera mencatat hasil


penimbangan yang ditunjukkan pada layar baca

8 Catat dan plot BB pada grafik pertumbuhan


sesuai jenis kelamin

9 Untuk mematikan timbangan, tekan tombol


OFF, pastikan timbangan dimatikan setelah
dipakai dan dismpan kembali pada tempatnya
8
6
37
Teknik mengukur panjang badan menggunakan Infantometer
Length Board (1/2)
Cara pemasangan:
1 Alat harus dipastikan dalam kondisi baik dan lengkap, alat penunjuk
1.
ukuran (meteran) dapat terbaca jelas dan tidak terkelupas atau
tertutup.
2 Alat ditempatkan pada tempat yang datar, rata dan keras.
2.
3 Alat ukur panjang badan dipasang sesuai petunjuk.
3.
Harus dipastikan bahwa alat geser dapat digerakkan dengan baik.
4.
4 Panel bagian kepala diposisikan pada sebelah kiri pengukur. Posisi
pembantu pengukur berada di belakang panel bagian kepala.

Cara penggunaan
1 Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, tutup kepala, dan
1.
aksesoris lainnya pada balita harus dilepaskan.
2 Menyiapkan alas tipis (bukan bantal) untuk bagian kepala balita.
2.
3.
3 Balita dibaringkan telentang pada papan dengan puncak kepala
menempel pada panel bagian kepala (yang tetap).

38
Teknik mengukur panjang badan menggunakan infantometer
Length board (2/2)
4 Pengukuran dilakukan oleh dua orang
1.
5 Pengukur pertama memegang dan menekan lutut atau tulang
2.
kering balita agar kaki lurus dengan permukaan alat ukur.
6 Pengukur kedua meletakkan tangan pada telinga balita (lengan
3.
pengukur pertama harus lurus dan tidak tegang).
7 Pengukur kedua memastikan kepala balita datar di papan dan
4.
garis imajiner (dari titik cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus
dengan lantai tempat balita dibaringkan.
Posisi bayi 8 Pengukur pertama menggerakkan alat geser ke arah telapak kaki
5.
sudah lurus dan balita hingga posisi telapak kaki tegak lurus menempel pada alat
telapak geser. Pengukur pertama dapat mengusap telapak kaki balita
menyentuh agar balita dapat menegakkan telapak kakinya ke atas dan
papan telapak kaki segera ditempatkan menempel pada alat geser.
pembatas kaki 6.
9 Pengukur pertama membaca hasil pengukuran dimulai dari
angka kecil ke besar
10
7. Pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan dengan cepat
Hasil pengukuran: 68 cm dan seksama karena anak akan banyak bergerak.
11
8. Hasil pembacaan disampaikan kepada pembantu pengukur
untuk segera dicatat.

Bila pengukuran panjang badan anak usia dibawah 2 tahun dilakukan secara berdiri, maka hasil
pengukuran harus ditambahkan 0,7 cm
39
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (1/4)
Cara Pemasangan:
1 Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua
1.
orang.
2 Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar
2.
dan menempel pada dinding yang rata.
3 Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak
3.
lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan agar
pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat.
4 Untuk memastikan microtoise terpasang dengan tegak
4.
lurus, dapat digunakan bandul yang ditempatkan di
dekat microtoise.
5 Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan
5.
memakai paku atau dengan lakban/selotip yang
menempel dengan kuat dantidak mungkin akan Perhatikan adanya sandaran
bergeser. tumit untuk ketepatan
6 Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas. pengukuran tinggi badan
6.

Jika pengukuran tinggi badan anak usia ≥ 2 tahun diukur secara berbaring, maka hasil
pengukuran yang diperoleh dikurangi 0,7 cm

40
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (2/4)

Cara penggunaan
1.
1 Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, dan
tutup kepala pada anak dilepaskan.
2.
2 Pengukur utama memposisikan anak berdiri
tegak lurus di bawah microtoise membelakangi
dinding. Tangan kiri pengukur pertama
memegang dagu anak dan melihat skala ukur.
Pastikan pandangan anak lurus ke depan.
Kepala harus dalam posisi tegak lurus dengan
dinding.
3.
3 Pengukur kedua memposisikan tangan kiri pada
lutut anak, menekan kaki anak ke papan
dengan lembut agar anak berdiri tegak.
Tangan kanan pada tulang kering anak,
tungkai anak menempel ke papan dan tempat
berpijak.

41
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (3/4)
1.
4 Pengukur pertama memastikan bahu anak datar,
tangan anak di samping dan lurus.
2.
5 Pengukur pertama memastikan 5 bagian tubuh
anak menempel di dinding yaitu: bagian belakang
kepala, punggung, bokong, betis dan tumit.
Pada anak dengan obesitas, minimal 2 bagian tubuh
menempel di dinding yaitu punggung dan bokong.
1.
6 Pengukur kedua memposisikan kedua lutut dan
tumit anak rapat sambil menekan perut anak
agar anak berdiri dengan tegak.
2.
7 Pengukur pertama menarik alat geser atau
kepala microtoise sampai menyentuh puncak
kepala anak dalam posisi tegak lurus ke dinding.
3.
8 Pengukur membaca angka pada jendela baca
tepat pada garis merah dengan arah baca dari
atas ke bawah.

42
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (4/4)

Alat ukur panjang dan tinggi badan

• Saat ini telah dikembangkan alat yang


dapat digunakan sebagai alat ukur
panjang maupun tinggi badan yang lebih
praktis digunakan
• Cara pemasangan alat ini disesuaikan
dengan tujuan penggunaan.
• Jika akan digunakan untuk mengukur
panjang badan, alat diletakkan
berbaring di atas meja atau di lantai
• Jika akan digunakan untuk mengukur
tinggi badan, alat ini diletakkan berdiri
• Prinsip penggunaan alat sama dengan
infantometer dan microtoise.

Catatan hasil pengukuran panjang/tinggi badan anak


harus disertai dengan keterangan posisi pengukuran,
telentang atau berdiri.
43
Email: ditgizi.kia@gmail.com
44
BAGIAN 2: TATALAKSANA UNTUK IBU HAMIL
Ibu Hamil 1 Kurang energi kronis (KEK)
Tujuan dan sasaran

Tujuan Sasaran
Meningkatnya status gizi ibu Sasaran penerima makanan
hamil melalui pemberian tambahan berbasis pangan lokal:
makanan tambahan sesuai  Ibu hamil berisiko Kurang Energi
dengan standar yang telah Kronis (KEK)
ditetapkan

46
DEFINISI OPERASIONAL

INDEKS MASSA TUBUH (IMT) – perbandingan antara berat PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) berbasis pangan
badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat lokal adalah makanan tambahan pangan lokal yang diberikan untuk
(kg/m2) meningkatkan status gizi pada sasaran

IBU HAMIL BERISIKO KEK – ibu hamil yang mempunyai ukuran FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN – tempat penyelenggaraan
Lingkar Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif) yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
PANGAN LOKAL – makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat dan/atau masyarakat
setempat sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal
dan menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral

MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL –


makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi
kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan
dalam bentuk makanan kudapan atau makanan lengkap siap
santap berbasis pangan lokal

47
Ibu hamil yang berisiko Kurang
Kriteria Kasus Energi Kronis (KEK)
Ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm

48
Alur deteksi dan penanganan ibu hamil Kurang
Energi Kronis (KEK)

Algoritme Penjelasan algoritme


Ibu hamil

Deteksi ibu hamil KEK melalui ANC:

ANC terpadu 1 Jika KEK saja: diberi MT1 disertai


konseling gizi

2 Jika KEK + Anemia: diberi MT1


Normal Anemia KEK KEK + Anemia KEK + Penyakit sesuai usia kehamilan, konseling
1 2 3 gizi dan tatalaksana anemia (MT1
tidak menggantikan kebutuhan
dasar makanan bergizi seimbang
 ANC Rutin  ANC rutin  ANC rutin
sesuai kebutuhan ibu hamil)
 ANC rutin  Tatalaksana  ANC rutin  Tatalaksana  Tatalaksana
 Konseling gizi anemia  Konseling gizi anemia penyakit 3 Jika KEK + penyakit: diberi MT1
 Konseling gizi  Konseling gizi  Konseling gizi sesuai usia hamil, konseling gizi,
tatalaksana penyakit penyerta

Jika ditemukan kadar Hb <10 gr/dl


Pemberian Makanan Tambahan sekurangkurangnya 90 hari atau kenaikan BB di bawah 1
(Lihat panduan makanan tambahan di buku ini) kg/bulan (T1) atau di bawah 2
kg/bulan (T2, T3), maka harus dirujuk

Dirujuk ke RS bila: Pemberian MT terus dilakukan


 Hb di bawah 10 gr/dl hingga 90 hari terlepas dari indikator
 Bila tidak sesuai dengan tabel target penambahan BB selama kehamilan penentu rujukan

1. MT = makanan tambahan

49
Dampak dari intervensi dipantau melalui kenaikan
berat badan disesuaikan dengan status gizi ibu
Tabel pertambahan BB selama kehamilan direkomendasikan
sesuai IMT1 sebelum hamil—grafik tersedia di buku KIA
Pertambahan BB
Pertambahan BB Pertambahan
IMT 1 sebelum Pertambahan BB Total pada
per minggu pada BB Total
hamil pada Trimester 1 Trimester 2 dan 3
Trimester 2 dan 3 (Kehamilan Tunggal)
(Kehamilan Ganda)

Kurus
1-3 kg 0.5 kg 12.5 – 18 kg
(<18.5 kg/m²)

Normal
1-3 kg 0.4 kg 11.5 – 16 kg 17-24 kg
(18.5 – 24.9 kg/m²)

Gemuk
1-3 kg 0.3 kg 7 – 11.5 kg 14-23 kg
(25.0 – 29.9 kg/m²)

Obesitas 11-19 kg
0.2-2 kg 0.2 kg 5 – 9 kg
(>30.0 kg/m²)

1. IMT = Indeks Massa Tubuh

50 Sumber: Modifikasi buku KIA tahun 2021 edisi 3 dan Institute of Medicine (ION) tahun 2022
BAGIAN 2: IBU HAMIL
PANDUAN PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Prinsip utama pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK

Pemberian MT bagi ibu hamil KEK terus dilakukan hingga 90 hari


terlepas dari indikator penentu rujukan

Hanya berupa tambahan dan bukan pengganti makanan utama


yang harus tetap dikonsumsi sesuai prinsip gizi seimbang

Berupa makanan lengkap siap santap atau kudapan—diutamakan


sumber protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang

52
Standar
Kecukupan Gizi
ibu hamil
Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan untuk
Wanita Usia Subur, Ibu
Hamil dan Menyusui usia
19-49 Tahun di Indonesia
(Permenkes RI No. 28
tahun 2019)

53
Standar makanan tambahan Standar bahan Makanan Tambahan bagi ibu
pangan lokal untuk ibu hamil hamil KEK untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan
Makanan
Makanan Kudapan Lengkap
Komposisi kandungan Makanan Tambahan bagi
Bahan Berat Ukuran Rumah Berat Ukuran Rumah
ibu hamil KEK
Makanan (gram) Tangga (URT) (gram) Tangga (URT)
Makanan 40 ½ gelas 75 ½ gelas
Zat Gizi Makanan Lengkap Makanan Kudapan
Pokok (beras)
Energi 500 – 700kkal 510-530 kkal Lauk hewani 1 60 1 butir besar
Ikan 75g/ 1 ekor/
(telur)
ayam 60 g/ 1 potong besar/
Lauk hewani 2 30-50 ½ potong telur 60 g/ 1 butir besar/
Protein (gr) 18-23% 29 – 34 gram 18-23% 23 – 27 gram (ayam/ikan/ sedang
daging 60 g 1 potong besar
daging)

Lauk Nabati 25 3 sdm/ 50 2 potong sedang


Lemak (gr) 20-30% 14 – 24 gram 30-40% 19 – 23 gram (kacang2an/
½ potong
tempe/tahu)
sedang

Sayur 50 ½ gelas ukuran 100 1 gelas


Sumber sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari 250 ml
makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan Buah 60 1 buah ukuran 100 1 buah ukuran
nabati serta sayur dan buah sedang besar/
2 potong sedang

Minyak/lemak 5 1 sdt 5 1 sdt

54
BAGIAN 2: IBU HAMIL
EDUKASI TERKAIT PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara

Konseling gizi Penyuluhan gizi Demonstrasi masak


Memastikan peningkatan Dilakukan di kelompok kecil, bersamaan Bertujuan agar ibu hamil dan orang
pengetahuan, sikap dan perilaku dengan pelaksanaan pemberian tua/pengasuh balita sasaran
pada ibu hamil agar dapat makanan tambahan dan dapat dilakukan memperoleh keterampilan dalam
menerapkan pola makan sesuai bersamaan dengan jadwal posyandu memilihan, menyiapkan, dan
prinsip gizi seimbang sesuai status atau kegiatan masyarakat lainnya. mengolah makanan.
gizi ibu hamil, mengacu kurva
pemantauan IMT dan porsi Penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit Demo masak dapat dilaksanakan
makan dalam Buku KIA. di Posyandu atau tempat lain yang agar sasaran memperoleh
disepakati. Penyuluhan dapat di pengetahuan tentang aspek gizi dan
Konseling gizi dilakukan secara integrasikan dengan forum yang tersedia kesehatan pada anak balita dan ibu
individual melalui komunikasi seperti kelas kelas ibu hamil, dll). hamil.
interpersonal.
Materi penyuluhan terkait dengan Peralatan memasak dan bahan
kebutuhan gizi, pemilihan pangan dan makanan berbasis pangan lokal
aspek kesehatan ibu hamil. disiapkan oleh tim pelaksana tingkat
desa.
56
Contoh topik dan jadwal pendidikan gizi
Penjadwalan topik di lapangan bersifat situasional (sesuai kebutuhan),
bersamaan dengan pemantauan mingguan
Materi diberikan Pada kelas Ibu Hamil

 Pentingnya memenuhi kebutuhan gizi Ibu Hamil


Minggu
Pertama
 Ragam makanan gizi seimbang dan porsi makan ibu hamil
 Pentingnya minum tablet tambah darah
 Pemantauan peningkatan Berat Badan Ibu Hamil
 Dampak ibu hamil mengalami Anemia, KEK, Gizi lebih
Minggu  Mencegah dan mengatasi ibu hamil mengalami Anemia,
Kedua KEK, Gizi lebih

Minggu
 Sumber bahan Makanan Tinggi zat Besi
Ketiga
 Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro, cara
membaca label)
 Demonstrasi masak

Minggu
 Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman
Keempat  Pentingnya memenuhi kebutuhan gizi Ibu Menyusui
 Persiapan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
57
Pesan Pendidikan gizi: pemenuhan gizi ibu hamil
Konsultasikan kebutuhan gizi pada tenaga kesehatan berdasarkan status indeks massa tubuh (IMT)

Selain melakukan ANC, selama kehamilannya ibu perlu memperhatikan Contoh: Pemenuhan gizi ibu hamil dalam sehari
beberapa hal untuk menjaga kesehatannya dan janin yang ada di
dalam kandungannya sehingga terhindar dari anemia dan kurang gizi
kronik (KEK) yang dapat berakibat lahirnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
atau prematur serta terhindar dari berbagai penyakit lainnya. Beberapa
hal tersebut adalah:
+2 Gelas air putih +2 Gelas air putih +2 Gelas air putih
 1 Porsi nasi  1 Porsi nasi  2 Porsi nasi
 1 porsi sayur (bening  1 1/2 porsi sayur  I 1/2 porsi sayur
bayam dan wortel) capcay sop(wortel dan kol)
 1 Porsi hewani (1  1 Porsi hewani (1  1 Porsi hewani
Tambahkan 1 porsi Makan beragam Jenis Minum Tablet Tambah
potong sedang ikan potong (daging sapi)
makanan utama atau bahan makanan Darah (TTD) minimal 90
makanan selingan dari (makanan pokok, tablet selama kehamilan kernbung goreng)  ayam goreng)  1 Porsi nabati
sebelumnya protein hewani, kacang-  I Parsi nabati (2 potong  1 Porsi nabati (1 potong (kacang merah)
sayur
kacangan buah dan sedang goreng)  I Buah pepaya
 besar tahu goreng)
 1 Buah ieruk
 1 Buah mangga

Minum cukup air putih 8- Menjaga Kebersihan Menjaga aktifitas sehari-


12 gelas/hari (2-3 dirinya (mandi dan hari, cukup istirahat dan
liter)/hari gosok gigi minimal 2 kali olah raga ringan
sehari)
+2 Gelas air putih Makanan selingan/kudapan
padat gizi
1 Porsi makan utama
58
LAMPIRAN

Anjuran porsi makan dan minum menurut kecukupan energi untuk


ibu hamil dibandingkan WUS untuk konsumsi satu hari
Ibu Tidak Hamil dan Ibu Hamil Ibu Hamil
Bahan Makanan Tidak Menyusui (WUS) Trimester 1 Trimester 2 dan 3 Contoh
Nasi atau Makanan Pokok 5 porsi 5 porsi 6 porsi 1 porsi = 100 g
atau ¾ gelas nasi

Protein hewani seperti: ikan, 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang ikan
telur, ayam, dan lainnya
1 porsi = 55 g atau 1 butir telur ayam

Protein nabati seperti: tahu, 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang tempe
tempe, dan lainnya
1 porsi = 100 g atau 2 potong sedang tahu

Sayur - sayuran 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 100 g atau 1 mangkuk sayur
matang tanpa kuah

Buah - buahan 5 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 100 g atau 1 potong sedang
pisang
1 porsi = 100 – 190g atau 1 potong besar
pepaya

Minyak / lemak 5 porsi 5 porsi 5 porsi 1 porsi = 5g atau 1 sendok makan


Minyak atau lemak termasuk santan yang Minyak atau lemak termasuk santan yang Minyak atau lemak termasuk santan yang bersumber dari pengolahan makanan
digunakan dalam pengolahan, makanan digunakan dalam pengolahan, makanan digunakan dalam pengolahan, makanan seperti menggoreng menumis, santan,
digoreng, ditumis, atau dimasak dengan digoreng, ditumis, atau dimasak dengan digoreng, ditumis, atau dimasak dengan kemiri, mentega dan sumber lemak lainnya
santan santan santan

Gula 2 porsi 2 porsi 2 porsi 1 porsi = 10g atau 1 sendok makan


bersumber dari kue manis, teh manis dan
lain-lainnya
Gula dapat digunakan untuk pengolahan
makanan/minuman

Sumber: Buku KIA (2020), PMBA (2020)


59
60
BAGIAN 2: IBU HAMIL
MONEV PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
Monev dilakukan berkesinambungan selama proses penerimaan MT

Garis besar alur monev


1 2 3 4 Ibu hamil KEK
dipantau status
gizi melalui
Sasaran diidentifikasi Nakes/kader mengukur Agen POLTEKKES Tim KEMENKES
melalui antenatal care
rutin, dikonfirmasi masuk
sasaran setiap 1 minggu mengunjungi
Posyandu/Puskesmas
menganalisa data untuk
mengevaluasi
pengukuran
Data kohort dari semua
kriteria dan ditangani
sesuai protokol sasaran direkam di
ePPBGM/GForm
untuk memastikan
pencatatan sesuai
keberhasilan program
dan memberikan umpan Antropometri
panduan; bila perlu, balik untuk keperluan
Nakes/kader dibekali
panduan pengumpulan Data identifikasi lain
dicatat melalui GForm
agen mengarahkan
proses pengukuran dan
pengambilan kebijakan dan Pola
data
(misal: histori rujukan) membantu entri data
Konsumsi
Data Pola Konsumsi dipantau menggunakan formulir SFFQ diawal, tiap bulan
dan akhir pemberian makanan tambahan
Data Berat Badan dipantau setiap minggu saat menerima makanan tambahan

62
LAMPIRAN

Kartu kontrol konsumsi MT berbasis pangan lokal di ibu hamil KEK

63
Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ)
Pola makan ibu hamil Formulir ini diisi pada awal dan akhir pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal dengan memperhatikan
memperhatikan porsi dan ukuran (merujuk pada Buku Foto Makanan) serta frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir.
Paling sering
dimasak
Frekuensi Porsi tiap kali konsumsi
dengan
No Jenis Makanan cara...
Hari Minggu Bulan Tidak Ukuran
Porsi
(... kali) (.... kali) (.... kali) pernah (gram)

Sumber Karbohidrat
….
1 Nasi/Bubur/Umbi-umbi centong/potong/
Formulir ini diisi pada awal /buah
…. Buah/sendok
2 Roti/Mie
dan akhir pemberian 3 Bihun/Soun
makan
…. Sendok
makan
Makanan Tambahan berbasis 4 Biskuit/kue …..keping

Pangan Lokal dengan 5 Lainnya, sebutkan........


Sumber Lauk Hewani

memperhatikan porsi dan 6


Lauk hewani (daging sapi, kambing, kerbau,
babi, ayam, bebek, kalkun, entog, ikan/produk
olahan, telur, susu/produk olahannya)
ukuran (merujuk pada Buku 7
Lauk nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan,
oncom)
Foto Makanan) serta frekuensi Minuman

konsumsi semala 1 bulan 8


9
Susu
Minuman kemasan berpemanis
terakhir 10 Lainnya, sebutkan….
Lemak dan Minyak
11 Mentega / margarin
12 Minyak goreng (kelapa, kelapa sawit)
Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Ayam goreng tepung, hamburger, pizza, nugget,
13
sosis atau makanan beku
Makanan Olahan
14 Gorengan (bakwan, cireng, dll)
Makanan kalengan (ikan/daging kaleng, buah/
15
sayur kalengan)
16 Snack kemasan/Jajanan berbumbu instan
17 Permen/snack manis lainnya
Sayuran
18 Sayuran
Buah-buahan
19 Buah-buahan

64 20
21
Tablet Tambah Darah (TTD)
Multivitamin tambahan lainnya
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: penukar bahan makanan
sumber protein hewani
LAMPIRAN

Bahan makanan sumber protein hewani (1/2)

Kandungan zat gizi satu porsi terdiri dari satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram adalah 50
kalori, 7 gram protein dan 2 gram lemak
Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar: penukar 1 porsi Ikan segar:

Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
(URT) gram (URT) gram

Daging sapi 1 potong sedang 35 Susu sapi 1 gelas 200

Daging ayam 1 potong sedang 40 Susu kerbau ½ gelas 100

Hati Sapi 1 potong sedang 50 Susu kambing ¾ gelas 185

Ikan Asin 1 potong kecil 15 Tepung susu whole 4 sendok makan 20

Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20

Telur Ayam 1 butir 55

Udang Basah 5 ekor sedang 35

66
LAMPIRAN

Bahan makanan sumber protein hewani (2/2)


Menurut kandungan lemak, kelompok lauk pauk dibagi menjadi 3 golongan
Golongan A: rendah lemak Golongan B: lemak sedang Golongan C: tinggi lemak
Sumber protein hewani dengan 1 satuan penukar (mengandung 7 gr Sumber protein hewani dengan 1 satuan penukar (mengandung 7 gr Sumber protein hewani dengan 1 satuan penukar (mengandung 7 gr
protein, 2 gr lemak dan 50 kalori protein, 5 gr lemak dan 75 kalori protein, 13 gr lemak dan 150 kalori

Ukuran Rumah Tangga Berat dalam


Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (gram) Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga (URT) Berat dalam gram Bahan Makanan
(URT) gram

Ayam Tanpa Kulit 1 potong sedang 40


Babat 1 potong sedang 40 Bakso 10 biji sedang 170
Bebek 1 potong sedang 45
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20 Daging kambing 1 potong sedang 40
Daging ayam 1 potong sedang 40 Belut 3 ekor 45
Daging kerbau 1 potong sedang 35
Dendeng sapi 1 potong sedang 15 Daging sapi 1 potong sedang 35
Gabus kering 1 ekor kecil 10
Kornet daging sapi 3 sendok makan 45
Hati sapi 1 potong sedang 50 Ginjal sapi 1 potong besar 45
Ikan asin kering 1 potong sedang 15
Ikan kakap 1/3 ekor besar 35
Hati ayam 1 buah sedang 30 Ayam dengan kulit 1 potong sedang 35
Ikan kembung 1/3 ekor sedang 30
Ikan lele 1/3 ekor sedang 40
Ikan mas 1/3 ekor sedang 45 Hati sapi 1 potong sedang 35
Ikan mujair 1/3 ekor sedang 30 Daging babi 1 potong sedang 50
Ikan peda 1 ekor kecil 35 Otak 1 potong besar 60
Ikan pindang ½ ekor sedang 25
Ikan segar 1 potong sedang 40 Ham 1 ½ potong kecil 40
Telur ayam 1 butir 55
Ikan teri kering 1 sendok makan 20
Ikan cakalang asin 1 potong sedang 20
Kerang ½ gelas 90 Telur bebek asin 1 butir 50 Sardencis ½ potong sedang 35
Ikan lemuru 1 potong sedang 35
Putih telur ayam 2 ½ butir 65
Rebon kering 2 sendok makan 10 Telur puyuh 5 butir 55
Sosis 1 potong kecil 50
Rebon basah 2 sendok makan 45
Selar kering 1 ekor 20 Usus sapi 1 potong besar 50
Sepat kering 1 potong sedang 20
Teri nasi 1/3 gelas 20 Kuning telur ayam 4 butir 45
Telur bebek 1 butir 50
Udang segar 5 ekor sedang 35

67
68
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: penyiapan makanan
yang aman
Penyiapan makanan
yang aman

Tips Mengolah Kudapan:


1. Masak dalam jumlah kecil, sesuaikan dengan alat masak
2. Masak makanan atau kudapan 1-2 jam sebelum disajikan
3. Setelah dimasak harus dikonsumsi dalam waktu 1 jam
4. Ganti minyak goreng setelah 3 kali penggunaan

70
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: Panduan
pengukuran antroprometri
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Persiapan:

Pastikan pita ukur tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
1

Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang


2 apapun serta otot lengan tidak tegang

Pastikan apakah responden kidal atau bukan? Dengan cara menanyakan


3 pada responden

Alat: pita ukur/meteran


4 Jika responden tidak kidal maka yang diukur adalah lengan bagian kiri dengan ketelitian 0,1 cm
sedangkan jika responden kidal maka yang diukur adalah lengan bagian kanan

72
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Saat akan mengukur:

1 2

Menentukan titik tengah lengan Selanjutnya responden diminta meluruskan lengannya dan
biarkan menggantung bebas.
Lipat siku membentuk garis 90o kemudian ukur panjang
lengan antara pangkal bahu dengan ujung siku kemudian Lingkarkan pita ukur/meteran pada tanda pulpen
hasil pengukuran tersebut dibagi 2 (dua). Beri tanda dengan mengelilingi lengan responden (di pertengahan antara
pulpen/spidol pangkal bahu dan siku). Pengukuran tidak boleh terlalu
ketat atau longgar.
Angka
“0”

Batas angka
“0” adalah
pada lekukan
besi bagian
dalam Angka
yang
dibaca

LiLa = 26,0 cm

73
Penimbangan berat badan
Persiapan dan cara pemasangan:

Sumber energi timbangan digital dapat berasal dari baterai


1 atau cahaya. Untuk timbangan yang menggunakan cahaya,
timbangan harus diletakkan pada tempat dengan
Tombol
pencahayaan yang cukup pada saat digunakan. on/off

2 Memastikan kelengkapan dan kebersihan timbangan.


Memasang baterai pada timbangan yang menggunakan
baterai
Kaki-kaki
3 Meletakkan timbangan di tempat yang datar,keras,dan cukup
cahaya.
Baterai

Menyalakan timbangan “ ON” dan memastikan bahwa angka


4
yang muncul pada layar baca adalah 00,0. Timbangan siap
digunakan

74
Penimbangan Berat Badan
1 3
Petugas membaca dan segera mencatat hasil
Responden naik ke alat timbangan penimbangan yang ditunjukkan pada layar baca
Petugas
Tulis membacadengan
hasil penimbangan dan segera mencatat
pembulatan yang tepat
Posisi kaki tepat di tengah alat timbang,
tetapi tidak menutupi jendela baca. hasil
• Jika ≥ 00,05 dibulatkan ke atas 
Responden bersikap tenang (jangan penimbangan
contoh : (72,05yang ditunjukkan
72,1 kg), (72,35 pada layar
bergerak-gerak) dan kepala tidak 72,4 kg)
baca
menunduk (memandang lurus kedepan) • Jika < 00,05 dibulatkan ke bawah 
contoh : (72,04 72,0 kg), (72,34
72,3 kg)

2 4
Angka akan muncul di kaca jendela alat timbang Minta responden turun

Tunggu sampai angka tidak berubah (STATIS) atau muncul Selanjutnya alat timbang akan off secara otomatis.
huruf “O” maka bacakan dengan keras angka hasil Untuk menimbang responden selanjutnya, ulangi proses 1-4.
penimbangan oleh petugas penimbang. Angka hasil
penimbangan disebutkan ulang oleh petugas pencatat Untuk mematikan timbangan, tekan tombol OFF, pastikan
timbangan dimatikan setelah dipakai dan dismpan kembali
Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata
pada tempatnya

75
Teknik mengukur tinggi badan Ibu
Cara Pemasangan:

1 Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua


1.
orang.
2 Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar
2.
dan menempel pada dinding yang rata.
3.
3 Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak
lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan agar
pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat.
4 Untuk memastikan microtoise terpasang dengan tegak
4.
lurus, dapat digunakan bandul yang ditempatkan di
dekat microtoise.
5 Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan
5.
memakai paku atau dengan lakban/selotip yang
menempel dengan kuat dan tidak mungkin akan Perhatikan adanya sandaran
tumit untuk ketepatan
bergeser. pengukuran tinggi badan
6 Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas
6.

76
Pengukuran Tinggi Badan
Persiapan :

1 Kepala

Semua bagian tubuh


ini harus menempel
pada batang alat
2 Punggung
ukur, atau setidaknya
Perhatikan tumit
tiga bagian tubuh
kaki – jangan
(punggung, pantat,
sampai diatas
dan betis.
dasar batang.
3 Pantat
Pandangan
responden harus lurus
ke depan.

4 Betis

1 Tumit

77
Pengukuran Tinggi Badan (berdiri)
Saat akan memasang alat pengukur tinggi badan:

1 2 3
Responden bersiap untuk naik ke alas Responden berdiri tegak, pandangan
Pasang alat ukur sesuai petunjuk alat ukur lurus ke depan.
 Cari dinding rumah yang rata, lantai yang  Lepas alas kaki, penutup kepala/topi/peci,  Titik cuping telinga dengan ujung mata
keras dan datar. kuncir rambut/sanggul dari responden harus membentuk garis imajiner yang
 Letakkan alat ukur dengan posisi tombol yang akan diukur. tegak lurus terhadap dinding belakang
pengunci alas dan bagian “d” menempel  Responden diminta naik ke alas alat ukur alat ukur (membentuk sudut 90o)
dinding. dengan posisi membelakangi alat ukur.  Batang alat ukur harus berada di tengah
tubuh bagian belakang responden,
jangan melenceng ke kiri atau ke kanan.

4 5 6
Gerakan alat untuk mengukur sampai Baca hasil pengukuran pada garis
Lima bagian badan menempel di alat ukur menyentuh kepala jendela baca
 Bila ini tidak mungkin dilakukan, minimal 3  Responden berambut keriting tebal  Jika responden lebih tinggi dari pada
bagian menempel pada alat ukur gerakkan sampai menyentuh puncak pengukur, pengukur dapat mencabut
(PUNGGUNG, PANTAT, DAN BETIS). kepala. bagian atas batang skala ukur agar tinggi
 Posisi pengukur berada di depan atau kiri  Kencangkan panel geser, responden badan dapat dibaca dengan mudah.
responden yang diukur. dapat diminta untuk turun dari alat ukur.  Bacakan dengan keras angka hasil
pengukuran oleh petugas pengukur.
Angka hasil pengukuran disebutkan ulang
oleh petugas pencatat

Jika sudah sesuai dengan angka yang dibacakan oleh petugas pengukur maka Angka hasil pengukuran dicatat.
Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata
78
MONEV

67
Pelaksanaan monev pemberian makanan tambahan
di tingkat provinsi

Dinas Kesehatan Provinsi

1. Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

2. Penanggung jawab Program: Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi

3. Pelaksana Program: Kasie Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi

Tugas dan Peran


 Melakukan sosialisasi ke kabupaten/kota
 Melakukan pendampingan dan pembinaan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan
mengacu kepada Juknis
 Melakukan Monitoring dan evaluasi

80
Pelaksanaan monev pemberian makanan tambahan
di tingkat kabupaten/kota
1. Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2. Penanggung jawab Program: Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3. Pelaksana Program: Kasie Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Tugas dan Peran
1. Menyusun proposal
2. Membentuk tim pelaksana di tingkat kabupaten/kota, puskesmas, dan desa
3. Menyiapkan data sasaran
4. Melakukan kontrak atau perjanjian Kerjasama dengan PPK
5. Melakukan pengelolaan keuangan dan pertanggung jawaban administrasi dan keuangan
6. Sosialisasi dan orientasi di tingkat kabupaten/kota
7. Pendampingan pelaksanaan pemberian makanan tambahan (penyusunan menu berdasarkan Juknis
8. Monitoring dan Evaluasi

81
Pelaksanaan monev pemberian makanan tambahan
di tingkat poltekkes
Tenaga Pendamping : 2 orang dosen

Tenaga Pengumpul Data: mahasiswa atau alumni sebanyak 10 orang


(2 orang pendamping dan 8 orang enum)

Tugas dan Peran:


 Mengikuti pelatihan secara luring selama 2 hari
 Melakukan pengumpulan data dan entri data baseline selama 5 hari di desa sampel
 Melakukan pengumpulan data dan entri endline selama 5 hari di desa sampel
 Data yang dikumpulkan (terlampir)

82
Data yang dikumpulkan: ibu hamil KEK
No Variabel Frekuensi Petugas Metode
1 Usia ibu hamil 3 kali Enumerator Wawancara
2 Usia kehamilan 3 kali Enumerator Wawancara
3 Tingkat Pendidikan 1 kali Enumerator Wawancara
4 Pekerjaan 1 kali Enumerator Wawancara
5 Berat badan 12 kali Enumerator Penimbangan
6 Tinggi badan 1 kali Enumerator Pengukuran TB
7 LiLA 3 kali Enumerator Pengukuran LiLA
8 Frekuensi ANC 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
9 Petugas ANC 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
10 Tempat ANC 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
11 Layanan ANC yang diterima (10T) 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
12 Faktor risiko kehamilan (paritas, hipertensi, anemia,dll) 2 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
13 Status Kesehatan 3 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
14 Jumlah asupan zat gizi 3 kali Enumerator Semi FFQ + Food record
15 Jumlah makanan tambahan yg dikonsumsi 90 hari Enumerator Food weighing/food record
16 Asupan vitamin dan mineral 90 hari Enumerator Wawancara & Cek dokumen
17 Kepemilikan dan kelengkapan Buku KIA 3 kali Enumerator Wawancara & Cek dokumen
18 Pengetahuan dan Praktik Kesehatan & Gizi 2 kali Enumerator Wawancara

83
Data yang dikumpulkan: balita
No Variabel Frekuensi Petugas Metode
1 Usia 3 kali Enumerator Wawancara
2 Jenis Kelamin 1 kali Enumerator Wawancara
3 Berat badan 12 kali Enumerator Wawancara
4 Panjang/Tinggi badan 3 kali Enumerator Pengukuran
5 Berat lahir 1 kali Enumerator Wawancara
6 Panjang lahir 1 kali Enumerator Wawancara
7 Pemberian ASI 2 kali Enumerator Wawancara
8 IMD 1 kali Enumerator Wawancara
9 Pemberian MP-ASI 2 kali Enumerator Wawancara
10 Keragaman Pangan 2 kali Enumerator Wawancara
11 Jumlah asupan zat gizi 5 kali Enumerator Semi FFQ + Food record
12 Jumlah makanan tambahan yg dikonsumsi 90 hari Enumerator Observasi
13 Status Kesehatan 3 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
14 Status Imunisasi 3 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
15 Asupan vitamin dan mineral 90kali
2 hari Enumerator Wawancara & cek dokumen
16 Kepemilikan dan kelengkapan Buku KIA 2 kali Enumerator Wawancara & cek dokumen
17 Pengetahuan dan Praktik Kesehatan & Gizi 2 kali Enumerator Wawancara

84
Lampiran
Jenis pelaporan Ibu Hamil KEK
Jenis Laporan

No Harian Mingguan Bulanan Petugas Form

1 Kehadiran Berat Badan LiLA Nakes dan Kader ...

2 Kondisi Kesehatan Jumlah Asupan gizi Jumlah


... Asupan gizi Nakes ...

Jumlah porsi makan


3 yg diterima ... ... Kader ...

Jumlah porsi yang


4 dimakan ... ... Kader ...

5 Tingkat kesukaan ... ... Kader ...

6 Alasan tidak ...


dihabiskan ... ... Kader

85
Lampiran
Jenis pelaporan Balita

Jenis Laporan

No Harian Mingguan Bulanan Petugas Form

1 Kehadiran Berat Badan Berat badan Nakes .

Panjang/Tinggi
2 Kondisi Kesehatan Asupan gizi Nakes Semi FFQ
Badan
Jumlah porsi makan
3 yg diterima ... Pola konsumsi Nakes Semi FFQ

Jumlah porsi yang


4 dimakan ... ... Kader

5 Tingkat kesukaan ... ... Kader

6 Alasan tidak ...


dihabiskan ... Kader

86
3 Monev akan memanfaatkan instrumen dan proses yang sudah ada,
namun diperkuat oleh agen Poltekkes yang menjaga kualitas data
XXX Aktor pelaku monev
XXX Instrumen, alat pendukung monev

Selesai Dalam proses Belum dimulai

Garis besar alur monev


Dalam berapa
1 2 3 4
hari balita, ibu
Bila perlu akibat
kualitas data buruk hamil sasaran1
Sasaran1 diidentifikasi Nakes/kader mengukur Agen POLTEKKES Tim KEMENKES kembali normal
melalui pengukuran sasaran setiap 1 minggu mengunjungi menganalisa data untuk
rutin, dikonfirmasi masuk
kriteria dan ditangani Data kohort dari semua
Posyandu/Puskesmas
untuk memastikan
menjawab pertanyaan
riset dan memberikan
untuk setiap
sasaran direkam di
sesuai protokol
Nakes/kader dibekali
ePPBGM/GForm
pencatatan sesuai
panduan; bila perlu,
umpan balik untuk
keperluan pengambilan protokol?
Data identifikasi lain agen mengarahkan kebijakan
panduan pengumpulan
data dicatat melalui GForm
(misal: histori rujukan)
proses pengukuran dan
membantu entri data
Pendekatan
mana yang
lebih baik?
RESEARCH QUESTION

1. Balita gizi kurang, balita


weight faltering, ibu hamil KEK

87
Kab/Kota Sampel MT Lokal

88
Kab/Kota Sampel MT Lokal

89
Kab/Kota Sampel MT Lokal

90
KAB/KOTA SAMPEL PDK

91
KAB/KOTA SAMPEL PDK

92

Anda mungkin juga menyukai