Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PEMANTAUAN STATUS GIZI

BAGIAN PERTAMA

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta 2

3 KATA PENGANTAR

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan , status gizi
ditetapkan sebagai salah satu sasaran dan target yaitu menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan
prevalensi baduta pendek. Dalam pencapaiannya telah dijabarkan lebih operasional termuat dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan , melalui 6 indikator kinerja kegiatan gizi. Status gizi adalah
keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi
tubuh. Status gizi, khususnya status gizi anak balita merupakan salah satu indikator yang akan
menentukan kualitas sumber daya manusia. Upaya monitoring dan evaluasi pencapaian indikator kinerja
utama dan indikator kinerja kegiatan gizi, telah dilakukan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilaksanakan setiap 3-5 tahun. Namun untuk memenuhi kebutuhan informasi terkait situasi status gizi
dan indikator kegiatan pembinaan gizi yang spesifik wilayah terutama di kabupaten dan kota secara
cepat, akurat, tepat waktu dan berkelanjutan, dipandang perlu melaksanakan Pemantauan Status Gizi
(PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) secara periodik dan berkesinambungan. Pedoman Teknis
PSG ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, khususnya pengelola
kegiatan surveilans gizi sebagai acuan dalam melaksanakan PSG di kabupaten dan kota. Pada tahun 2017
ini, selain untuk memperoleh informasi status gizi dan data kinerja gizi, juga bertujuan memperoleh
informasi tentang konsumsi gizi balita. Kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan
untuk penyempurnaan pedoman ini lebih lanjut. Terima kasih. Direktur Gizi Masyarakat, Ir. Doddy
Izwardy, MA NIP

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 4 B.
Tujuan Pedoman 5 C. Pengertian dan Manfaat 5 BAB II : KONSEP DAN TUJUAN PEMANTAUAN STATUS
GIZI DALAM KAITANYA DENGAN SURVEILANS GIZI A. Pengertian PSG 6 B. Tujuan 6 C. PSG sebagai bagian
dari kegiatan surveilans gizi 7 BAB III : METODE PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Desain, Lokasi dan Waktu
8 B. Populasi dan Sampel 8 C. Penentuan Sampe (sampling) 8 D. Instrumen dan Peralatan 15 E. Merekrut
dan Melatih Petugas 16 F. Pelaksana G. Monitoring Pelaksanaan Pengumpulan Data H. Menetapkan
Rencana Kerja dan Biaya BAB IV : TAHAP PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Persiapan 19 B.
Orientasi PSG 19 C. Pengumpulan Data D. Manajemen Data E. Pembuatan Laporan F. Diseminasi BAB V :
PENGORGANISASIAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Organisasi, Penanggung Jawab dan Tugas 21 B. Alur
Pengorganisasian Pelaksanaan PSG 23 BAB VII : P E N U T U P 24 L A M P I R A N Lampiran 1 Tabel Acak
Lampiran 2 Kuesioner Rumah Tangga Lampiran 3 Kuesioner Individu Lampiran 4 Kuesioner Konsumsi
Makan Ibu Hamil Lampiran 5 Panduan Kerja Menimbang dan Mengukur Lampiran 6 Teknis Wawancara
Pemantauan Status Gizi

5 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sasaran dan target upaya peningkatan status gizi masyarakat Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , adalah: (1) prevalensi gizi kurang/ kekurangan gizi (underweight)
pada anak balita menurun dari 19,6% menjadi 17,0%; (2) prevalensi stunting (pendek dan sangat
pendek) pada anak baduta (di bawah 2 tahun) menurun dari 32,9% menjadi 28,0%; (3) prevalensi
wasting (kurus) anak Balita menurun dari 12% menjadi 9,5%; (4) prevalensi anemia pada ibu hamil
menurun dari 37,1% menjadi 28,0%; dan (5) persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
menurun dari 10,2% menjadi 8,0%. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan ,
kegiatan pembinaan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya pelayanan gizi masyarakat dengan
sasaran program pada tahun 2019: (1) persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat
Pemberian MakananTambahan (PMT) mencapai 95,0%; (2) persentase bayi kurang dari 6 bulan yang
mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50,0%; (3) persentase ibu hamil yang mendapat Tablet
Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan mencapai 98,0%; (4) persentase Balita kurus yang
mendapat makanan tambahan mencapai 90,0%; (5) persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) sebesar 50%; dan (6) persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD) mencapai 30,0%. Konsumsi gizi pada balita dan penduduk berdasarkan hasil Studi Diet Total (SDT)
tahun 2014 menunjukkan bahwa; lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi kurang
bila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Proporsi dengan asupan
energi sangat kurang (< 70% AKE) sebesar 6,8 persen dan asupan energi kurang (70 - <100% AKE)
sebanyak 48,9 persen. Sebaliknya ditemukan balita yang mengonsumsi energi lebih besar dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan (>130% AKE) sebesar 17,1 persen. Secara nasional, penduduk
dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) sebesar 45,7 persen, tingkat kecukupan
energi kurang (70 - <100% AKE) sebesar 33,9 persen, tingkat kecukupan energi sesuai AKG (100 - <130%
AKE) sebesar 14,5 persen dan lebih dari AKG (>130% AKE) sebesar 5,9 persen. Artinya bahwa sekitar
79,6% penduduk Indonesia memiliki risiko rawan konsumsi gizi. Kondisi ini harus menjadi perhatian
khusus, mengingat bahwa status gizi dan konsumsi gizi merupakan salah satu indikator peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Kementerian kesehatan dalam upaya merubah pola piker stakeholder
dan masyarakat dengan peningkatan upaya promotive preventif, pemberdayaan masyarakat dilakukan
melalui pendekatan keluarga, peningkatan keterlibatan lintas sector dan Gerakan Msayarakat Hidup
Sehat (GERMAS). Program kesehatan melalui pendekatan keluarga dilakukan untuk mewujudkan
keluarga sehat yang ditandai dengan 12 indikator atau perilaku dalam keluarga yang berhubungan
dengan program Gizi, Kesehatan Ibu dan Ank, Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular serta
Kesehatan Lingkungan. Diantara 12 Indikator tersebut, terdapat 2 indikator terkait gizi yang dapat
diartikan bahwa suatu keluarga disebut sebagai keluarga Sehat antara lain jika bayinya mendapat ASI
Eksklusif selama 6 bulan dan sampai usia 5 tahun selalu dipantau pertumbuhannya dengan
menggunakan buku KIA. Pemantauan pertumbuhan balita merupakan bagian dari standar pelayanan
minimal yang harus dilakukan di daerah. Status gizi masyarakat pada umumnya, menjadi kebutuhan
data didaerah untuk mengetahui seberapa besar masalah gizi yang ada 5

6 diwilayahnya sebagai dasar perencanaan kegiatan dan evaluasi kinerja serta intervensi apa yang akan
dilakukan para pemangku kepentingan. Untuk ketersediaan informasi perkembangan status gizi dan
capaian kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten dan kota secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan diantara pelaksanaan Riskesdas, dipandang perlu melakukan
monitoring dan evaluasi setiap tahun. Pelaksanaan PSG secara periodik dan berkesinambungan setiap
tahun merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi. Data dan
informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan
penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten dan kota. Hasil
PSG tahun 2014, 2015 dan 2016 menunjukan trend atau kecenderungan perbaikan status gizi pada
balita. Pada tahun 2014 prevalensi gizi kurang 19,3% menjadi 18,8% tahun 2015 dan 17,8% tahun
Demikian pula dengan prevalensi balita pendek, hasil PSG tahun 2014 sebesar 28,9% mengalami
kenaikan di tahun 2015 menjadi 29% namun turun menjadi 27,5% di tahun Pada tahun 2016, PSG
dilaksanakan di 514 kabupaten dan kota dengan informasi konsumsi gizi pada ibu hamil. Seperti halnya
tahun 2016, PSG tahun 2017 juga akan dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota, namun informasi
konsumsi gizi ditujukan kepada balita. Untuk itu, Kementerian Kesehatan mempublikasikan Pedoman
Teknis Pemantauan Status Gizi sebagai acuan pelaksanaan bagi petugas dinas kesehatan provinsi,
kabupaten dan kota.

B. Tujuan Pedoman Memberikan pemahaman yang sama tentang Pemantauan Status Gizi serta
pelaksanaannya bagi petugas maupun koordinator di lapangan.

C. Pengertian dan Manfaat Pemantauan Status Gizi (PSG) Pemantauan Status Gizi adalah kegiatan
penilaian status gizi untuk memperoleh informasi besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun
kronis, khususnya pada anak balita dan faktor-faktor terkait. Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)
Pemantauan Konsumsi Gizi adalah kegiatan penilaian konsumsi gizi masyarakat untuk memperoleh
informasi besar dan luasnya masalah konsumsi terutama masalah energi, karbohidrat, protein dan
lemak. Pengertian keragaman konsumsi adalah merupakan jumlah jenis makanan yang berbeda yang
dikonsumsi selama periode tertentu yang ditetapkan (Swindale & Bilinsky 2006). Keragaman konsumsi
pangan adalah jumlah pangan atau kelompok pangan yang berbeda yang dikonsumsi selama periode
tertentu yang ditetapkan (FAO, 2007). Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi
upaya perbaikan gizi, untuk mendukung penentuan kebijakan, pengambilan keputusan dan tindakan,
serta perencanaan di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. 6

7 BAB II KONSEP DAN TUJUAN PEMANTAUAN STATUS GIZI DALAM KAITANYA DENGAN SURVEILANS GIZI
A. Pengertian PSG Pemantauan Status Gizi adalah kegiatan survey status gizi yang berkelanjutan untuk
mengumpulkan data indikator status gizi dan determinannya. Dalam hal ini data status gizi yang
dikumpulkan meliputi; antropometri dan konsumsi gizi balita.

B. Tujuan Menyediakan informasi tentang status gizi, konsumsi, dan faktor determinannya bagi para
perumus kebijakan, pengambil keputusan untuk perencanaan dan penentuan kebijakan
penanggulangan masalah gizi secara teratur Tujuan Khusus a. Untuk memperoleh informasi status gizi
balita: 1) Prevalensi balita gizi kurang (underweight) berdasarkan indeks BB/U; 2) Prevalensi balita
pendek (stunting) berdasarkan indeks PB/U atau TB/U; 3) Prevalensi balita kurus (wasting) berdasarkan
indeks BB/PB atau BB/TB; 4) Prevalensi balita kurus berdasarkan indeks IMT/U 5) Persentase ibu hamil
Kurang Energi Kronis (KEK). b. Untuk memperoleh informasi konsumsi gizi balita : 1) Memperoleh
gambaran tingkat (rata-rata) konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak. 2) Memperoleh
gambaran besaran defisit energi, karbohidrat, protein dan lemak pada kelompok umur. 3) Memperoleh
gambaran pola konsumsi makan menurut kelompok umur. 4) Menilai gambaran keanekaragaman
konsumsi pangan. c. Untuk memperoleh informasi capaian kinerja upaya perbaikan gizi: 1) Persentase
pendek pada anak sekolah dan remaja dengan indeks TB/U 2) Persentase kurus pada anak sekolah dan
remaja dengan indeks IMT/U 3) Persentase kurus dan gemuk pada dewasa dengan IMT; 4) Persentase
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil dan ibu menyusui dengan indeks
Lingkar Lengan Atas (LiLA); 5) Persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD); 6)
Persentase ibu hamil KEK yang mendapat Pemberian Makanan Tambahan (PMT); 7) Persentase ibu
hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama masa kehamilan; 8) Persentase ibu nifas mendapat kapsul
vitamin A; 9) Persentase bayi yang diberi kesempatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD); 10) Persentase
bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif; 11) Persentase Balita mempunyai
KMS; 12) Persentase Balita yang ditimbang di Posyandu; 13) Persentase Balita gizi buruk mendapat
perawatan; 14) Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; 15) Persentase Balita kurus
memperoleh makanan tambahan; 16) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium. 7

8 C. PSG sebagai bagian dari kegiatan surveilans gizi Pelaksanaan kegiatan PSG secara teratur akan
menghasilkan informasi tentang status gizi. Berdasarkan informasi yang diperoleh, para penentu
kebijakan dan pengelola program gizi segera melakukan upaya/tindakan; apakah tindakan itu berupa
respon (feedback) maupun tindakan yang bersifat intervensi. a. Luaran PSG 1. Diperolehnya informasi
perkembangan situasi gizi 2. Diperolehnya peta situasi gizi 3. Tersedianya data status gizi untuk analisis
situasi pangan dan gizi setempat. b. Feedback dan diseminasi hasil PSG secara khusus dan surveilans gizi
secara umum. 8

9 BAB III METODE PEMANTAUAN STATUS GIZI

A. Disain, Lokasi dan Waktu a. Disain Pemantauan Status Gizi adalah potong lintang (cross sectional)
dengan sampel cluster. b. Lokasi di seluruh kabupaten/kota c. Waktu pelaksanaan serempak pada bulan
Maret sampai dengan Oktober 1) Bulan Maret s.d Juni a. persiapan anggaran, tenaga, alat dan bahan b.
orientasi enumartor tentang teknis pelaksanaan PSG 2) Bulan Juli s.d Agustus a. Pengumpulan data b.
Entry data c. Cleaning Data di daerah 3) Bulan September s.d Oktober a. Analisis data tingkat Pusat

B. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam Pemantauan Status Gizi 2017 adalah semua rumah
tangga yang mempunyai balita usia 0-59 bulan. Sampel 1. Sampel balita: a. Di setiap kabupaten/kota
akan dipilih 300 rumah tangga yang memiliki balita b. Sampel balita adalah seluruh balita yang ada di
rumah tangga terpilih dalam setiap klaster c. Responden adalah ibu Balita atau seseorang anggota
rumah tangga lainnya yang bisa mewakili rumah tangga sampel 2. Sampel Anggota Rumah Tangga (ART)
lain : a. Sampel Ibu hamil adalah 10 (sepuluh) Ibu hamil yang ada dalam klaster terpilih. b. Sampel
Anggota rumah tangga selain ibu hamil adalah seluruh ART yang ada di rumah tangga balita terpilih
dalam setiap klaster.

C. Penentuan Sampel (Sampling)

a. Metode Penentuan Sampel Seluruh kabupaten/kota dipilih sebagai sampel PSG. Di setiap
kabupaten/kota dipilih sampel melalui 2 (dua) tahap, yaitu: 1. Tahap I: Pemilihan Sampel Klaster di
kabupaten/ kota Pada setiap kabupaten/ kota dipilih 30 desa sebagai klaster. Untuk kota yang memiliki
kurang dari 30 desa diambil seluruh desa/ kelurahan. Pemilihan klaster di kabupaten/kota dilakukan
dengan acak sistematik berdasarkan Probability Proportional to Size (PPS), sebagai berikut: 1) Buat
daftar desa/ kelurahan, termasuk jumlah penduduk. 9

10 2) Urutkan daftar desa berdasarkan kode wilayah 3) Tentukan interval dengan cara membagi jumlah
penduduk dengan jumlah klaster. 4) Tentukan klaster pertama dengan menggunakan tabel acak,
misalnya dengan menjatuhkan pensil di atas tabel acak. Contoh Tabel Acak untuk pemilihan sampel
terdapat pada Lampiran 1. Klaster kedua dan seterusnya sampai klaster ke-30 dipilih berdasarkan
perhitungan jumlah kumulatif penduduk dan interval. Contoh pemilihan sampel klaster di kabupaten
dan kota terpilih, adalah sebagai berikut: 1) Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara,
dengan jumlah penduduk orang dan ditentukan 30 klaster, maka interval klaster adalah / 30 = ) Disusun
daftar Desa dengan mengurutkan kode kecamatan dan kode desa/kelurahan, kemudian hitung jumlah
kumulatif penduduknya (kolom 5). 3) Penentuan titik pertama; jika dengan menggunakan Tabel Acak 1
misalnya berdasarkan tusukan pencil jatuh diangka 4 pada kelompok bilangan maka dipilih angka
pertama adalah 4722, maka klaster I (pertama) yang terpilih adalah desa atau kelurahan dengan
penduduk kumulatif Lihat Contoh potongan Tabel Acak berikut ini: Tabel 1. Contoh Potongan Tabel Acak
Jika besar interval angkanya 5 digit maka Tabel Acak dibaca 5 digit terakhir, jika besar interval angkanya
4 digit maka Tabel Acak dibaca 4 digit terakhir, demikian seterusnya 10

11 4) Pada Tabel 1 dapat dilihat angka 4722, berada di angka range penduduk antara Desa Tukka Dolok
(1.298) dan Desa Pakkat Hauagong (5.867) Kecamatan Pakkat, sehingga klaster pertama berada di Desa
Pakkat Hauagong Kecamatan Pakkat. 5) Klaster ke-2 dihitung dari = yang berada di Desa Manalu
Kecamatan Pakkat, selanjutnya klaster ke-3 dihitung dari = yang berada di Desa Rura Tanjung Kecamatan
Pakkat, demikian penghitungan selanjutnya sampai diperoleh 30 klaster, yang selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Daftar Sampel Klaster di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi
Sumatera Utara 2 No Kode Nama Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan Kode Desa/Kelurahan Nama
Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Orang) Jumlah Penduduk Kumulatif (Orang) Angka Klaster Terpilih
Provinsi Sumatera Utara 1215 Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Pakkat Tukka Dolok
Kecamatan Pakkat Pakkat Hauagong Kecamatan Pakkat Purba Bersatu Kecamatan Pakkat Purba Baringin
Kecamatan Pakkat Karya Kecamatan Pakkat Manalu Kecamatan Pakkat Pulo Godang Kecamatan Pakkat
Sipagabu Kecamatan Pakkat Banuarea Kecamatan Pakkat Sijarango Kecamatan Pakkat Lumban Tonga
Tonga Kecamatan Pakkat Rura Tanjung Kecamatan Pakkat Rura Aek Sopang Kecamatan Pakkat
Siambaton Kecamatan Pakkat Parmonangan Kecamatan Pakkat Ambobi Paranginan Kecamatan Pakkat
Purba Sianjur Kecamatan Pakkat Peadungdung Kecamatan Pakkat Sijarango I Kecamatan Onan Ganjang
Aek Godang Kecamatan Onan Ganjang Sanggaran II Kecamatan Onan Janji Nagodang No Klaster 2
Jumlah penduduk merupakan hasil Sensus Penduduk

12 Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan
Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang
Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama
Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama
Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama
Polang Huta Julu Sihikkit Onan Ganjang Parbotihan Batu Nagodang Siatas Sampetua Parnapa Sibuluan
Sigalogo Sanggaran I Sitapongan Sibuntuon Sigulok Batunajagar Bonan Dolok II Bonan Dolok I
Hutaginjang Siborboron Nagurguran Sosor Tambok Sihite II Purba Dolok Lumban Purba Simarigung
Saitnihuta Aek Lung Purba Manalu Pakkat Pasaribu Lumban Tobing Pasar Dolok Janji

13 Sihite I Huta Bagasan Matiti II Matiti I Huta Gurgur Sampean Silaga Laga Sirisirisi Bonani Onan Sileang
Sosor Gonting Hutaraja Parik Sinomba Simangaronsang Kecamatan Lintong Nihuta Hutasoit I Kecamatan
Lintong Nihuta Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta Pargaulan Kecamatan Lintong Nihuta Naga Saribu I
Kecamatan Lintong Nihuta Naga Saribu II Kecamatan Lintong Nihuta Siharjulu Kecamatan Lintong Nihuta
Sibuntuon Parpea Kecamatan Lintong Nihuta Sibuntuon Partur Kecamatan Lintong Nihuta Sitolu Bahal
Kecamatan Lintong Nihuta Tapian Nauli Kecamatan Lintong Nihuta Siponjot Kecamatan Lintong Nihuta
Dolok Margu Kecamatan Lintong Nihuta Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Hutasoit II Kecamatan Lintong
Nihuta Bonan Dolok Kecamatan Lintong Nihuta Sigompul Kecamatan Lintong Nihuta Nagasaribu IV
Kecamatan Lintong Nihuta Nagasaribu V Kecamatan Lintong Nagasaribu III

14 Nihuta Kecamatan Lintong Nihuta Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta Parulohan Kecamatan Lintong
Nihuta Habeahan Kecamatan Paranginan Lumban Sialaman Kecamatan Paranginan Paranginan Selatan
Kecamatan Paranginan Lumban Barat Kecamatan Paranginan Lobu Tolong Kecamatan Paranginan
Sihonongan Kecamatan Paranginan Paranginan Utara Kecamatan Paranginan Pearung Kecamatan
Paranginan Siborutorup Kecamatan Paranginan Lumban Sianturi Kecamatan Paranginan Lobutolong
Habinsaran Kecamatan Paranginan Pearung Silali Kecamatan Bakti Raja Tipang Kecamatan Bakti Raja
Marbun Toruan Kecamatan Bakti Raja Siunong Unong Julu Kecamatan Bakti Raja Simamora Kecamatan
Bakti Raja Sinambela Kecamatan Bakti Raja Simangulampe Kecamatan Bakti Raja Marbun Tonga Marbun
Dolok Kecamatan Pollung Aek Nauli II Kecamatan Pollung Aek Nauli I Kecamatan Pollung Pandumaan
Kecamatan Pollung Sipitu Huta Kecamatan Pollung Parsingguran II Kecamatan Pollung Pollung
Kecamatan Pollung Parsingguran I Kecamatan Pollung Ria Ria Kecamatan Pollung Huta Paung Kecamatan
Pollung Pansur Batu Kecamatan Pollung Huta Julu Kecamatan Pollung Pardomuan Kecamatan Pollung
Hutapaung Utara Kecamatan Parlilitan Pusuk II Simaninggir Kecamatan Parlilitan Pusuk I Kecamatan
Parlilitan Baringin Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Tonga Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon
Selatan Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Dolok I Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon

15 Timur I Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Utara Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Julu
Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Tonga Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Toruan Kecamatan
Parlilitan Sionom Hudon VII Kecamatan Parlilitan Simataniari Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian
Habinsaran Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Dolok II Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Timur II
Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Sibulbulon Kecamatan Tara Bintang Sitanduk Kecamatan Tara
Bintang Tara Bintang Kecamatan Tara Bintang Sibongkare Kecamatan Tara Bintang Sihombu Kecamatan
Tara Bintang Sihotang Hasugian Toruan Kecamatan Tara Bintang Simbara Tahap II: Memilih Sampel
Rumah Tangga dalam Klaster a. Memilih sampel rumah tangga dalam klaster Setelah klaster terpilih,
selanjutnya adalah memilih sampel rumah tangga 3 sebagai responden sebanyak rumah tangga yang
diperlukan untuk setiap klaster, dengan model lingkaran obat nyamuk, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1) Di klaster terpilih, buat daftar pusat klaster atau titik klaster 4 yang biasanya merupakan
sarana umum, seperti: kantor kelurahan/ dusun/ RW, pasar, sekolah/ madrasah, tempat peribadatan
(mesjid, gereja, pura), Posyandu, balai pengobatan, Puskesmas. 2) Di setiap klaster dipilih secara
acak/melotre satu pusat klaster. Untuk desa/kelurahan yang mempunyai 2 titik kluster, pilih titik kluster
yang jaraknya berjauhan 3) Di pusat klaster terpilih tersebut, pengumpul data berjalan dengan memilih
arah yang dapat dipilih secara acak, bisa dipilih salah satu ke kiri, kanan, depan atau belakang. Cara yang
paling mudah adalah dengan melempar koin untuk memilih arah jalan secara acak. Kemudian
pengumpul data berjalan sesuai arah pola obat nyamuk dengan pusat klaster sebagai titik tengah
lingkaran. Pola obat nyamuk memiliki lingkaran dalam (terdekat dengan pusat klaster), lingkaran kedua,
ketiga dan seterusnya. Mulailah bergerak mengikuti lingkaran dalam, kemudian ke lingkaran berikutnya.
Hal ini penting agar rumah tangga sampel menyebar di sekitar pusat klaster. 3 Sampel rumah tangga
adalah rumah tangga yang mempunyai anak balita, sebanyak 10 (sepuluh) rumah tangga untuk tiap
klaster. 4 Titik klaster didesa/kelurahan (kabupaten) adalah kantor desa/kelurahan, dan titik klaster di
kelurahan (kota) adalah kantor atau rumah ketua RW 15

16 4) Sambil berjalan, pengumpul data dapat membuat peta rumah-rumah yang dilalui dan mengunjungi
rumah pertama untuk memeriksa apakah rumah tangga tersebut memiliki Balita. Bila rumah tangga
tersebut memiliki Balita maka dipilih sebagai sampel dan diberi nomor 1. Selanjutnya periksa rumah
tangga berikutnya dan seterusnya sampai diperoleh sejumlah n rumah tangga sampel yang memiliki
Balita yang diperlukan disetiap klaster, dan beri nomor urut 2, 3, 4,..., n. 5) Setelah selesai melakukan
pemetaan, rumah-rumah yang telah diberi nomor 1 sampai n didatangi untuk dilakukan wawancara,
serta pengukuran/ penimbangan terhadap seluruh anggota rumah tangga. Lihat contoh gambar
pemetaan berikut: Gambar 1 Pengambilan Sampel Rumah Tangga dengan Lingkaran Obat Nyamuk D.
Instrumen dan Peralatan 1. Instrumen Pemantauan Status Gizi (PSG) terdiri dari kuesioner yang akan
diisi oleh petugas pengumpul data di lapangan (enumerator). Variabel yang dikumpulkan adalah: 1)
Tanggal lahir, umur, dan jenis kelamin responden 2) Variabel antropometri; BB, TB, PB, LILA. 3) Konsumsi
tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja putri 4) PMT anak usia 6-59 bulan 5) PMT ibu hamil KEK
dan Balita kurus 6) Frekuensi penimbangan Balita 7) Riwayat balita dirawat 8) Konsumsi kapsul vitamin A
bagi bayi, anak Balita, dan ibu nifas 9) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 10) Pemberian ASI eksklusif 11)
Konsumsi garam beriodium di rumah tangga 12) Konsumsi gizi balita; 2. Instrumen Pemantauan
Konsumsi Gizi 1) Kuesioner rumah tangga, individu dan konsumsi balita. 2) Timbangan bahan makanan
3) Buku foto makanan 3. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk PSG antara lain: 1) Timbangan
berat badan digital dengan ketelitian 0,1 kg 2) Alat ukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm 16

17 3) Alat ukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm 4) Pita LiLA 5) Entry data dan analisis menggunakan
Software Sisfogizi Terpadu 6) Daftar jumlah penduduk menurut desa/ kelurahan 7) Kuesioner 8) Alat Tes
Cepat Garam Beriodium (larutan uji garam beriodium) 9) Komputer (tidak disediakan) E. Merekrut dan
Melatih Petugas 1. Perekrutan petugas pengumpul data dilakukan oleh Tim PSG Provinsi, yang terdiri
dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Poltekkes/Perguruan Tinggi. 2. Banyaknya tim yang direkrut sesuai
kebutuhan dengan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain: letak geografis, luas wilayah dan
faktor-faktor lainnya. Setiap tim sebaiknya beranggotakan minimal 3 orang (2 enumerator dan 1
supervisor) dan setiap tim diharapkan dapat mengumpulkan data pada 10 klaster. 3. Pengumpulan data
dilakukan oleh Tim Pengumpul Data, diutamakan dari lulusan pendidikan gizi atau mahasiswa yang telah
mendapatkan kuliah Penilaian Status Gizi dan Survei Konsumsi Pangan dari Poltekkes/ Perguruan Tinggi
jurusan gizi. 4. Petugas pengumpul data (enumerator) yang direkrut akan dilatih untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengumpulan data. Materi pelatihan yang perlu diberikan
tentang teknik sampling, pengukuran antropometri, teknik wawancara, metode recall konsumsi dan
entry data menggunakan aplikasi (software) Sisfogizi Terpadu khusus PSG yang dikembangkan
Direktorat Gizi Masyarakat. Tabel 3. Materi Pelatihan dan Petugas yang Dilatih No Materi Pelatihan
Penanggungjawab 1 Cara menentukan klaster sampling di Koordinator PSG Provinsi tingkat kabupaten
untuk menentukan desa terpilih 2 Cara menentukan rumah tangga terpilih Koordinator PSG Provinsi dari
setiap desa terpilih 3 Pengukuran Antropometri Koordinator PSG Provinsi 4 Manajemen data:
Mengoperasikan Koordinator PSG Provinsi aplikasi entry data, editing, coding, cleaning PSG 5 Teknik
Wawancara Koordinator PSG Provinsi 6 Metode recall konsumsi 1x24 jam Koordinator PSG Provinsi 7
Entry data dengan aplikasi Koordinator PSG Provinsi Keterangan: Untuk TOT yang akan dilatih adalah
koordinator/penanggungjawab PSG Provinsi dengan pelatih tim Teknis Pusat. Training Center yang akan
dilatih adalah petugas pengumpul data kabupaten/ kota dengan pelatih koordinator/penanggungjawab
PSG Provinsi. Koordinator/penanggungjawab PSG kabupaten/kota adalah penangungjawab program gizi
kabupaten/ kota. Bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di wilayahnya. F. Pelaksana 17

18 Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Provinsi yang dikoordinasikan Dinas Kesehatan Provinsi;
dengan pelaksana pengumpulan, pengolahan dan analisis data dari Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi
Indonesia (AIPGI) yang terdiri dari perguruan tinggi jurusan gizi dan Poltekkes jurusan gizi, dibantu
petugas kabupaten dan kota serta pelaksana gizi di Puskesmas atau dengan bantuan tenaga bidan atau
kader setempat. G. Monitoring Pelaksanaan Pengumpulan Data Pada waktu pelaksanaan pengumpulan
data dilakukan monitoring yang meliputi: 1. Pengecekan sampel klaster, titik pusat klaster dan pemilihan
sampel rumah tangga. 2. Kelengkapan pengisian kuesioner. 3. Mengamati dan mengarahkan cara
melakukan wawancara, pengukuran berat badan, panjang badan/ tinggi badan dan pengujian garam
konsumsi dengan iodium test. 4. Melakukan reliabilitas hasil pengukuran. Pelaksanaannya dengan
mengukur ulang secara acak Balita sampel di berbagai klaster yang berbeda. Pelaksana monitoring
pengumpulan data adalah Tim Pusat (Direktorat Gizi Masyarakat, Badan Litbangkes), Tim Provinsi (Dinas
Kesehatan Provinsi, Poltekkes/ AIPGI), Tim Kabupaten/ Kota (Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan
Puskesmas). H. Menetapkan Rencana Kerja dan Biaya Penetapan rencana kerja dan biaya dilakukan
untuk mendapatkan gambaran jumlah tenaga, biaya dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
pemantauan status gizi dan pemantauan konsumsi gizi. Biaya kegiatan pemantauan status gizi dan
pemantauan konsumsi gizi dibebankan utamanya dari dana dekonsentrasi, tetapi tidak menutup
kemungkinan ada tambahan dana dari APBD. Komponen biaya yang diperlukan antara lain: a. Tahap
persiapan Pengadaan logistik (instrument, alat PSG, Juknis dan Pedoman) Dana kegiatan untuk rapat
Biaya Rekruitmen Biaya pelatihan tenaga pengumpul data ATK b. Pelaksanaan Transport, honorarium
dan akomodasi pengumpul data dan supervisor Bahan Kontak c. Manajemen data Biaya pengiriman data
dari kabupaten ke Provinsi Honorarium manajemen data d. Penyusunan Laporan Biaya Pertemuan
Finalisasi Laporan Penggandaan laporan ATK e. Diseminasi hasil 18

19 Biaya penyelenggaraan workshop ATK penggandaan laporan f. Komponen pembiayaan dalam


kegiatan PSG ATK Honor entry data Perjalanan Dinas (transport dan lumpsum) 19

20 BAB IV TAHAP PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI

A. Persiapan Dalam pelaksanaan PSG 2017, dilakukan persiapan sebagai berikut : 1. Pembuatan
Kuesioner, 2. Penyusunan Pedoman 3. Aplikasi PSG 4. Rekrutmen Petugas

B. Orientasi PSG 1. Orientasi tingkat pusat 2. Orientasi Tingkat Provinsi

C. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data antropometri dan informasi terkait indicator
kegiatan pembinaan gizi sebagai berikut : 1. Status Gizi (Data Antropometri) 2. Konsumsi Gizi 3. Indikator
Kinerja
D. Manajemen Data 1. Editing kuesioner 2. Entry Data Kuesioner atau formulir pengumpulan data yang
telah dicek dan divalidasi pengisian dan kelengkapan data yang diperlukan, selanjutnya entry data
dilakukan oleh Tim Provinsi dan wajib menggunakan aplikasi sisfogizi terpadu yang dipersiapkan untuk
pelaksanaan PSG dan software NutriClin untuk data PKG. 3. Cleaning Data di Daerah Tahap ini
merupakan cleaning tahap awal yang dilakukan terhadap data entry untuk mengidentifikasi adanya data
ekstrim. Data ekstrim divalidasi ulang dengan melihat kembali kuesioner atau formulir pengumpulan
data yang telah dicek dan divalidasi oleh Supervisor. 4. Cleaning Data di Pusat Sebelum pengolahan dan
analisis data lebih lanjut, dilakukan cleaning data di pusat untuk melihat konsistensi data, missing data
dan distribusi data serta membuat query hasil PSG pada aplikasi. 20

21 5. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi (software)
PSG yang telah disiapkan. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau
software lainnya, misalnya SPSS dan MS Excel. Hasil pengolahan dan analisis data disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi, tabel silang, grafik, gambar dan narasi. E. Pembuatan Laporan Laporan
hasil pelaksanaan PSG disusun oleh Tim Pusat dan masing masing Provinsi. F. Diseminasi Diseminasi hasil
PSG dilaksanakan setelah selesai cleaning data di pusat. Hasil PSG perlu di-diseminasikan kepada kepala
daerah (Gubernur, Bupati/ Walikota) dan kepada pemangku kepentingan terkait baik di kabupaten/
kota, provinsi dan pusat. Diharapkan hasil PSG dapat dimanfaatkan untuk penentuan tindakan cepat
(quick response), pengambilan keputusan, penentuan kebijakan dan perencanaan. 21

22 BAB V PENGORGANISASIAN PEMANTAUAN STATUS GIZI

A. Organisasi, Penanggung jawab dan Tugas Pelaksana dan penanggungjawab PSG secara berjenjang
adalah: 1. Tim Pusat: a. Penanggungjawab : Direktur Gizi Masyarakat b. Ketua Pelaksana : Kasubdit
Kewaspadaan Gizi c. Sekretaris : Kepala Sub Bagian Tata Usaha d. Pelaksana lapangan : 1. Kepala Seksi
Surveilans 2. Kepala Seksi Ketahanan Gizi e. Tim Teknis Pemantauan Status Gizi: 1) Koordinator :
Kasubdit Peningkatan Mutu dan Kecukupan Gizi 2) Anggota : Kepala Seksi Mutu Gizi (1) Kasi Masalah Gizi
Makro (2) Kasi Konsumsi Gizi Umum (3) Staf Kewasadaan Gizi (4) Staf Bagian Tata Usaha f. Tim Teknis
Pemantauan Konsumsi Gizi : 1) Koordinator : Kasubdit Pengelolaan Konsumsi Gizi 2) Anggota : Kasubdit
Penanggulangan Masalah Gizi (1) Kasi Kecukupan Gizi (2) Kasi Masalah Gizi Mikro (3) Kasi Konsumsi Gizi
Khusus (4) Staf Penanggulangan Masalah Gizi g. Tim Manajemen dan Analisis Data: 1) Badan Litbangkes
2) Seluruh Poltekes Jurusan Gizi 3) Direktorat Gizi Masyarakat h. Tim Supervisor Lapangan: 1) Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan RI 3) Direktorat Gizi
Masyarakat Tugas Tim Pusat: 1) Menyiapkan Petunjuk Teknis (Juknis) PSG, aplikasi entry data PSG dan
pedoman pengoperasiannya, instrumen dan peralatan pendukung lainnya. 2) Sosialisasi Juknis PSG
kepada Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi dan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI/ Perguruan Tinggi
Jurusan Gizi). 3) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinas Kesehatan Provinsi (Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes RI/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi). 4) Membuat rencana kerja dan biaya. 22
23 5) Meningkatkan kapasitas pelaksana PSG di Provinsi melalui Bimbingan Teknis dan Pendampingan.
6) Mengelola data dan informasi (data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis, penyusunan
laporan dan diseminasi hasil) di seluruh Indonesia. 2. Tim Provinsi/ Kabupaten/
Kota/Poltekkes/Puskesmas a. Penanggungjawab Provinsi: Pengelola program gizi provinsi Tugas: 1)
Sosialisasi Juknis PSG kepada Pengelola Gizi Kabupaten/ Kota. 2) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan
Dinkes Kabupaten/ Kota. 3) Membuat rencana kerja dan biaya. 4) Menyediakan instrumen dan
peralatan pendukung. 5) Rekruitmen dan peningkatan kapasitas pelaksana PSG. 6) Melaksanakan
pengumpulan data. 7) Melakukan supervise pengumpulan data. b. Penanggungjawab Kabupaten/ Kota:
Pengelola program gizi kabupaten/ kota Tugas: 1) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Puskesmas. 2)
Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG terutama dalam menetapkan klaster di kabupaten dan
kota serta pengumpulan data pada klaster terpilih. c. Supervisor Syarat : 1) Pendidikan Minimal S1
Kesehatan 2) Berpengalaman sebagai enumerator atau supervisor 3) Bersedia dilapangan selama
pengumpulan data Tugas: 1) Menyusun rencana supervisi. 2) Mendampingi Enumerator selama
pengumpulan data di lapangan 3) Editing Kuesioner (entry koding kuesioner) 4) Cleaning Data di daerah
5) Melakukan bimbingan terhadap tim pengumpul data. 6) Menyelesaikan masalah secara teknis terkait
pengambilan dan entry data. d. Puskesmas Tugas: 1) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Pustu/
Polindes/ Poskesdes terutama dalam menentukan pusat klaster di desa/ kelurahan/ RW. 2) Membantu
Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG mulai dari menetapkan rumah tangga pada klaster terpilih dan
pengumpulan data di rumah tangga. e. Tim pengumpul data (Enumerator): Syarat : 1) Pendidikan
minimal D3 Kesehatan (Gizi) Tugas : 2) Mengumpulkan data 3) Entry data 23

24 B. Alur Pengorganisasian Pelaksanaan PSG Pusat Direktorat Bina Gizi Poltekkes Kemenkes/Perguruan
Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes Koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan
analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (nasional) Provinsi Dinkes Provinsi Poltekkes
Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi Koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan
pengumpulan data, entry data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan
laporan dan diseminasi (kabupaten/kota) Kabupaten/kota Dinkes Kabupaten/Kota Kecamatan
Puskesmas Koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, monitoring, dan
umpan balik Desa/Kelurahan (RW) Pustu/Polindes/Poskesdes Pelaporan Umpan Balik Gambar 2
Pelaporan Pemantauan Status Gizi dan Pemantauan Konsumsi Gizi Keterangan: 1. Tim Pusat (Direktorat
Gizi Masyarakat, Poltekkes Kemenkes/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes) melaksanakan
kegiatan koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan
laporan dan diseminasi (nasional). 2. Tim Provinsi (Poltekkes Kemenkes/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi)
melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, entry
data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi
(kabupaten/ kota). 3. Tim Kabupaten/ Kota (Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota) melaksanakan kegiatan
koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, monitoring dan umpan balik. 4.
Petugas Gizi Puskesmas (dibantu petugas kesehatan di Pustu/ Polindes/ Poskesdes) membantu Tim
Provinsi dan Dinas KesehatanKabupaten/ Kota menentukan sampel rumah tangga dan pelaksanaan
pengumpulan data. 24
25 BAB VII P E N U T U P

Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi petugas pengelola kegiatan gizi masyarakat khususnya pengelola kegiatan surveilans
gizi. Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi untuk
memperoleh informasi gambaran status gizi dan informasi pencapaian sasaran dan target kegiatan gizi
masyarakat. Tersedianya informasi tersebut akan mendukung manajemen kegiatan gizi masyarakat
untuk pengambilan keputusan dan tindakan, penentuan kebijakan dan penyusunan rencana kegiatan
gizi masyarakat di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. Dengan adanya
Pedoman Teknis ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petugas dalam menyelenggarakan PSG, sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak akan
tersedianya informasi status gizi dan pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat
di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. 25

26 Lampiran 1 Tabel Acak

27

28 Lampiran 2 Kuesioner Rumah Tangga 28

29 29

30 30

31 31

32 32

33 Lampiran 3 Kuesioner Rumah Individu 33


34 34

35 35

36 36

37 37

38 38

39 39

40 40

41 Lampiran 4 Kuesioner Konsumsi Gizi Balita 41

42 42

43 Lampiran

5. Panduan Kerja Menimbang dan Mengukur

A. Menimbang Menggunakan Timbangan Digital Untuk Anak Dan Dewasa Alat timbang diletakkan di
tempat yang keras dan rata Nyalakan timbangan sampai tampilan jendela baca tampak angka 0.0.
Timbangan sudah siap digunakan. Lepaskan alas kaki lalu berdiri diatas alat timbangan. Pastikan kaki
atau pakaian tidak menutupi jendela baca Angka penimbangan akan berubah-ubah sampai pada hasil
yang tetap. Kemudian catat dalam Kilogram (kg) dengan tingkat ketelitian 0.1 Kg. Menimbang Anak dan
Ibunya Nyalakan timbangan sampai tampilan jendela baca tampak angka 0.0. Timbangan sudah siap
digunakan. Timbang ibu terlebih dahulu. Anak digendong orang lain. Catat hasil penimbangan berat
badan ibu. Kemudian ibu turun dari alat penimbangan. Berikan anak kepada ibunya. Untuk Bayi harus
ditimbang dalam keadaan telanjang dan anak-anak yang lebih tua harus ditimbang dengan pakaian
seminimal mungkin. Jika menanggalkan pakaian bayi tidak dapat diterima oleh masyarakat, lepaskan
pakaian yang dipakai sebanyak mungkin. Timbang ibu kembali sambil menggendong anak. Pada jendela
baca akan terlihat hasil penimbangan berat badan anak dan ibunya. Catat hasil penimbangan. Berat
badan anak adalah hasil pengurangan berat badan ibu dan anak dengan berat badan ibu.

B. Menimbang Berat Badan Bayi dengan Timbangan Bayi Digital (Baby Scale) Letakkan timbangan di
tempat yang rata dan datar Nyalakan timbangan sampai jendela baca menunjukkan angka nol. 43

44 Letakkan bayi diatas timbangan Baca angka pada jendela baca. Hasil penimbangan dalam satuan
Gram (gr). catat berat badan bayi dalam gr kemudian konversi kedalam Kg saat entry data Digunakan
untuk Berat: Min: 5 g Mak: 20 kg Perhatikan hal-hal berikut: - Lakukan penimbangan anak setelah
wawancara. - Timbang anak satu per satu, untuk menghindari kesalahan dalam mencatat hasil
pengukuran - Pada saat menimbang, jagalah anak tersebut agar tetap tenang. - Catatlah hasil
pengukuran dengan menggunakan pensil sehingga jika terjadi kesalahan dapat segera dikoreksi.
[Disarikan dari Buku Panduan Pemulihan Yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi. Jakarta: Core-
USAID, 2004)

C. Mengukur Panjang Badan Anak Mengukur panjang/tinggi badan anak tergantung pada umur dan
kemampuan anak untuk berdiri. Jika anak usia kurang dari 2 tahun, ukur panjang badan anak dengan
berbaring telentang menggunakan papan ukur panjang badan yang harus ditempatkan di atas
permukaan yang rata, misalnya di meja. Jika anak tidak mau diukur terlentang maka dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur berdiri (mikrotois) Jika anak berusia 2 tahun atau lebih, ukur dalam
keadaan berdiri kecuali jika anak tidak mampu untuk berdiri ukur dengan cara telentang. Untuk
pengukuran tinggi badan, gunakan papan dalam posisi pada sudut 90 derajat tegak lurus terhadap lantai
dan sejajar dengan dinding atau tiang. Untuk mengukur panjang badan/tinggi badan anak harus
lepaskan sepatu, kaos kaki pita, dan asesoris rambut jika akan mengganggu pengukuran panjang/tinggi
badan. Catat hasil dan cara pengukuran pada kuesioner Alat ukur panjang badan Panjang maksimal 150
cm. Baringkan anak secara telentang sampai punggung 44-45 menempel pada alas dan kepala anak
paling atas menempel pada bagian papan kepala. Posisikan kepala sehingga satu garis vertikal antara
cuping telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan papan (Mata anak harus melihat
lurus/langsung ke atas.) Punggung harus menempel papan, dan tulang belakang tidak melengkung.
Tekan lutut anak dengan satu tangan dan geser papan kaki dengan tangan yang satunya. Jika anak
benar-benar sulit diukur dengan kedua kakinya, ukur dengan satu kaki pada posisi yang sama dengan
menggunakan dua kaki. Sementara memegang/menahan lutut, tarik papan geser ke arah kaki anak.
Telapak kaki harus rata menyentuh papan geser, jari-jari kaki mengarah ke atas. Baca hasil pengukuran
dan catat panjangnya dalam cm sampai 0,1 cm.

D. Mengukur Tinggi Badan Anak dan Dewasa Mengukur tinggi badan dalam posisi berdiri menggunakan
mikrotois. Panjang mikrotois sampai 2 meter. Pasang pada dinding datar dan lurus. Tarik mikrotois
sampai garis merah menunjukkan posisi nol, kemudian bagian atas direkatkan di dinding dengan
isolatif/perekat/paku pada dua tempat agar tidak lepas/stabil. Garis merah mikrotois menunjukkan
posisi NOL Sebelum pengukuran pastikan kembali garis merah tepat pada posisi nol Pastikan bahwa
lantai tempat berdiri datar dan keras. Lepaskan sepatu, kaos kaki dan asesoris rambut sebelum
melakukan 45 46 pengukuran. Untuk anak bantu posisi untuk berdiri tepat membelakangi alat ukur.
Bagian belakang kepala, punggung, pantat, betis, dan tumit harus semua menempel pada dinding.
Untuk anak yang gemuk atau orang dewasa minimal ada tiga titik yang menempel pada dinding yaitu
punggung, pantat, dan betis. Posisikan kepala sehingga menjadi satu garis horizontal antara cuping
telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan dinding. Untuk menjaga kepala tetap pada posisi
ini, pegang dagu. Pertahankan posisi, gunakan tangan yang lain untuk menarik kebawah papan siku
sampai menyentuh puncak kepala. Sejajarkan mata pengukur dengan pita pengukur. Baca hasil
pengukuran dan catat tinggi badan dalam cm sampai ketelitian 0,1 cm. Saat mengukur anak, dapat
meminta ibunya untuk memberikan perhatian pada anak, menenangkan anak jika dibutuhkan, dan
membantu pengukur jika anak pindah dari posisi yang benar.

E. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) Sasaran pengukuran LiLA adalah Wanita Usia Subur (WUS) umur
tahun dan ibu hamil. Alat: pita LiLA sepanjang 36 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Contoh Pita LiLa Berdiri
dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta otot lengan tidak tegang. Singsingkan lengan
baju keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup. Jika seorang lebih
banyak beraktivitas dengan tangan kanan maka yang diukur lengan kiri, dan sebaliknya. Namun jika
lengan kiri lumpuh maka yang diukur adalah lengan kanan dan beri keterangan pada kolom catatan
pengumpul data. Tentukan posisi pangkal bahu. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat
dengan telapak tangan ke arah perut. 46 47 Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan menggunakan pita LiLA (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya
dengan sopan minta izin kepada responden). Perhatikan titik nolnya. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda
pulpen di sekeliling lengan responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat
atau longgar. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (ke arah angka yang lebih
besar). Catat hasil pengukuran. Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek.
Catatan: - Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran semua alat di kalibrasi terlebih dahulu. -
Siapkan baterai cadangan untuk timbangan digital 47

45 menempel pada alas dan kepala anak paling atas menempel pada bagian papan kepala. Posisikan
kepala sehingga satu garis vertikal antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan
papan (Mata anak harus melihat lurus/langsung ke atas.) Punggung harus menempel papan, dan tulang
belakang tidak melengkung. Tekan lutut anak dengan satu tangan dan geser papan kaki dengan tangan
yang satunya. Jika anak benar-benar sulit diukur dengan kedua kakinya, ukur dengan satu kaki pada
posisi yang sama dengan menggunakan dua kaki. Sementara memegang/menahan lutut, tarik papan
geser ke arah kaki anak. Telapak kaki harus rata menyentuh papan geser, jari-jari kaki mengarah ke atas.
Baca hasil pengukuran dan catat panjangnya dalam cm sampai 0,1 cm.
D. Mengukur Tinggi Badan Anak dan Dewasa Mengukur tinggi badan dalam posisi berdiri menggunakan
mikrotois. Panjang mikrotois sampai 2 meter. Pasang pada dinding datar dan lurus. Tarik mikrotois
sampai garis merah menunjukkan posisi nol, kemudian bagian atas direkatkan di dinding dengan
isolatif/perekat/paku pada dua tempat agar tidak lepas/stabil. Garis merah mikrotois menunjukkan
posisi NOL Sebelum pengukuran pastikan kembali garis merah tepat pada posisi nol Pastikan bahwa
lantai tempat berdiri datar dan keras. Lepaskan sepatu, kaos kaki dan asesoris rambut sebelum
melakukan 45 - 46 pengukuran. Untuk anak bantu posisi untuk berdiri tepat membelakangi alat ukur.
Bagian belakang kepala, punggung, pantat, betis, dan tumit harus semua menempel pada dinding.
Untuk anak yang gemuk atau orang dewasa minimal ada tiga titik yang menempel pada dinding yaitu
punggung, pantat, dan betis. Posisikan kepala sehingga menjadi satu garis horizontal antara cuping
telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan dinding. Untuk menjaga kepala tetap pada posisi
ini, pegang dagu. Pertahankan posisi, gunakan tangan yang lain untuk menarik kebawah papan siku
sampai menyentuh puncak kepala. Sejajarkan mata pengukur dengan pita pengukur. Baca hasil
pengukuran dan catat tinggi badan dalam cm sampai ketelitian 0,1 cm. Saat mengukur anak, dapat
meminta ibunya untuk memberikan perhatian pada anak, menenangkan anak jika dibutuhkan, dan
membantu pengukur jika anak pindah dari posisi yang benar. E. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Sasaran pengukuran LiLA adalah Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-45 tahun dan ibu hamil. Alat: pita
LiLA sepanjang 36 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Contoh Pita LiLa Berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak
memegang apapun serta otot lengan tidak tegang. Singsingkan lengan baju keatas sampai pangkal bahu
terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup. Jika seorang lebih banyak beraktivitas dengan tangan
kanan maka yang diukur lengan kiri, dan sebaliknya. Namun jika lengan kiri lumpuh maka yang diukur
adalah lengan kanan dan beri keterangan pada kolom catatan pengumpul data. Tentukan posisi pangkal
bahu. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut. 46

47 Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LiLA (Lihat
Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada
responden). Perhatikan titik nolnya. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan
responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku). Masukkan ujung pita di lubang
yang ada pada pita LiLA. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar. Baca angka yang
ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (ke arah angka yang lebih besar). Catat hasil pengukuran.
Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek. Catatan: - Sebelum melakukan
penimbangan dan pengukuran semua alat di kalibrasi terlebih dahulu. - Siapkan baterai cadangan untuk
timbangan digital 47

48 Lampiran 6. Teknis Wawancara Pemantauan Status Gizi A. Pengertian Wawancara (interview) adalah
salah satu bentuk untuk mendapatkan informasi/data yang dibutuhkan dari responden, yang dilakukan
oleh pewawancara dengan tatap muka. B. Petugas wawancara Pewawancara (interviewer): Orang yang
mewawancarai, yang menentukan arah pertanyaan yang diajukan. Terwawancara (interviewee):orang
yang diwawancarai. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan wawancara 1. Faktor
Pewawancara a. Ketrampilan wawancara Menjelaskan dulu maksud dan tujuan Memahami teknik
interview yang baik Menguasai kuesioner, mengacu BukuPedoman Probing untuk menggali informasi
yang benar, bersikap netral Mencatat jawaban dengan teliti, lengkap, jelas Memposisikan diri (yang
memerlukan data kita) Penampilan sederhana, rapi Sikap sopan, santun, rendah hati Mampu sebagai
pendengar, sebagai komunikator yang baik b. Rasa aman Telah melapor pada yang berwenang (Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Pamong, dll) Mempunyai surat ijin dan tugas yanglengkap Terjamin keamanan
selama bertugas Ijin melakukan wawancara (informed consent) 2. Faktor Responden a. Karakteristik
sosial Umur, jenis kelamin Karakteristik demografi lain (kawin, dll) Ekonomi, pekerjaan Pendidikan
Adanya jarak sosial b. Kemampuan menangkap pertanyaan Kesulitan umum dalam komunikasi Kesulitan
bahasa teknis kesehatan Kemampuan fisik dan mental (sakit, cacat indera, dll) Penggunaan Penerjemah
c. Kemampuan menjawab pertanyaan Kemampuan mengolah pertanyaan Kemauan untuk menjawab
pertanyaan Keamanan untuk menjawab yang benar Kerahasiaan responden 3. Situasi Wawancara 48

49 a. Waktu Waktu yang tepat untuk wawancara Lama wawancara Wawancara diulang karena tidak
selesai b. Tempat Tempat yg tepat untuk wawancara Dari pintu ke pintu c. Kehadiran orang ketiga Tanpa
kehadiran orang ketiga Diupayakan jawaban dari responden,bukan dari lainnya Sikap masyarakat
Menghormati norma sosial setempat Menjaga harapan dan kepercayaan masyarakat Pemecahan
masalah yang timbul di lapangan secepatnya 4. Faktor Isi Kuesioner a. Pertanyaan peka Pertanyaan
dibuat sesuai dengan teknik pembuatan kuesioner yang baik Hati-hati dengan pertanyaan peka (rahasia
pribadi, kesehatan, sakit, kematian, SARA, dll) b. Sukar ditanyakan Gunakan padanan kata/istilah
setempat Kesulitan karena referensi waktu, dsb D. Langkah-langkah Wawancara 1. Persiapan sebelum
wawancara: a. Persiapkan bahan untuk wawancara b. Baca dengan seksama lokasi klaster c. Perhatikan
baik-baik rumah tangga pada klaster yang akan diwawancarai 2. Persiapan kunjungan lapangan a.
Melapor ke Kepala Dinas Kesehatan setempat b. Menghubungi Puskesmas terdekat c. Menghubungi
Puskesmas, Mantri Statistik atau untuk mendapat petunjuk tentang pusat klaster terpilih, bila diperlukan
d. Melapor ke pamong setempat 3. Prosedur wawancara: a. Opening Interview Membangun rapport
(senyum, rasa humor yangtinggi) Mengucapkan pujian tentang rumah/halaman atau anak) dengan
responden Memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan wawancara Meminta izin penggunaan alat
rekam Memberikan kisi-kisi pertanyaan b. Real Interview: melaksanakan wawancara dengan
berpedoman padainterview guide c. Closing Interview Setelah wawancara selesai, jangan lupa
sampaikan Terima Kasih pada responden d. Cara melakukan Probing Pak/Bu saya ulangi pertanyaannya
ya Mohon diulangi jawaban Bapak/Ibu? Dapatkah Bapak/Ibu mengulang jawaban sekali lagi Mohon
jelaskan maksud Bapak/ ibu 49

50 Apa yang Bapak/ibu maksud? e. Pengendalian mutu hasilwawancara: Kekompakan Tim Cek-ricek
kelengkapan dan konsistensi jawaban Pemecahan masalah yang timbul di lapangan secepatnya Data
harus sahih karena: - Pencapaian indikator MDGs - Dukungan pada Sistem Informasi Kesehatan tingkat
Nasional, Provinsi - Bukti untuk memantau pencapaian tujuan Sistem Kesehatan Nasional - Bahan untuk
perencanaan, monitoring, evaluasi program gizi dalam rangka kebijakan dan strategi pembinaan gizi
kedepan f. Menghindari pendapat orang lain saat wawancara Hindari adanya orang ketiga di dalam
ruangan Ruangan lebih tenang, lebih tersendiri dan lebih menyenangkan Jika ada orang ketiga ingin
memberikan pendapat, tolak dengan sopan tapi tegas Sarankan mereka mengemukakan pendapat
belakangan Pusatkan perhatian pada responden anda Usahakan untuk duduk berhadapan dengan
responden Ciptakan suasana santai (tidak tegang) Jika responden menjawab tidak tahu: Responden
tidak begitu mengerti pertanyaan Responden sedang berfikir, tetapi merasa kurang enak kalau
membiarkan pewawancara menunggu lama Responden ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya 50

Pedoman lebih luas

Juknis

Juklak

Anda mungkin juga menyukai