Anda di halaman 1dari 53

KONSELING GIZI IBU BALITA

GIZI SEIMBANG BALITA

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi dan latar belakang
sosial budaya yang berhubungan dengan pola makan dan nutrisi. Nutrisi yang
tidak adekuat dalam lima tahun pertama kehidupan berakibat pada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan otak yang bersifat
irreversible. Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi adalah status gizi.
Status gizi balita mencerminkan tingkat perkembangan dan kesejahteraan
masyarakat dalam suatu negara serta berhubungan dengan status kesehatan
anak di masa depan (Bhandari, et al., 2013).
Malnutrisi umumnya mengacu pada kondisi gizi kurang, gizi buruk dan gizi
lebih. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab mortalitas dan
morbiditas terbanyak pada balita di negara berkembang, yaitu sebanyak 54%
atau 10,8 juta anak meninggal akibat malnutrisi (Kabeta, et al., 2017). Malnutrisi
pada balita berdampak pada penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
mudah terserang penyakit infeksi. Penyakit infeksi seperti diare, pneumonia,
malaria, campak atau measless dan AIDS diketahui paling banyak
menyebabkan kematian pada anak balita dengan gizi buruk.
Menurut WHO (2012) jumlah penderita gizi kurang di dunia mencapai 104
juta anak dan keadaan gizi kurang masih menjadi penyebab sepertiga dari
seluruh penyebab kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan merupakan
wilayah dengan prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%
kemudian wilayah sub-Sahara Afrika 28%, Amerika Latin 7% dan yang paling
rendah terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent
States (CEE/CIS) sebesar 5% (Sigit, 2012). UNICEF melaporkan sebanyak 167
juta anak usia pra-sekolah di dunia yang menderita gizi kurang (underweight)
sebagian besar berada di Asia Selatan (Gupta, et al., 2016).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2013), di Indonesia
terdapat 5,7% balita dengan gizi buruk atau sebanyak 26.518 anak, 13,9% gizi
kurang, dan 4,5% balita gizi lebih. Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia
menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2014 yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, tahun 2014 sebanyak 4,7%, kemudian pada
tahun 2015 angka gizi buruk turun menjadi 3,8%, dan kembali turun pada tahun
2016 menjadi sebesar 3,4% (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi gizi buruk di Jawa
Tengah sebesar 4,1% dan sudah berhasil dibawah target nasional yang 5,7%
(Infodatin, 2015).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menunjukkan,
pada tahun 2014 prevalensi balita yang memiliki berat badan dibawah garis
merah KMS (Kartu Menuju Sehat) sebanyak 0,9% atau sebanyak 526 balita dan
1005 balita mengalami gizi kurang atau sekitar 5,45%. Berdasarkan pengukuran
berat badan menurut umur (BB/U) pada tahun 2013 ditemukan 17 anak balita
mengalami gizi buruk dan pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi 23
anak. Laporan terbanyak kasus balita gizi buruk dilaporkan oleh Puskesmas
Ampel II dan Nogosari yaitu sebanyak 3 kasus (Dinkes Kabupaten Boyolali,
2014).
Penyebab malnutrisi pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor dan bersifat
multidimensional, seperti faktor sosioekonomi dan latar belakang sosial budaya
sebagai faktor eksternal dan status kesehatan balita sebagai faktor internal.
Penelitian yang dilakukan oleh Kabeta, et al. (2017) tentang faktor-faktor
sosioekonomi yang berhubungan dengan status gizi balita di Ethiopia
menunjukkan bahwa faktor yang secara signifikan berpengaruh yaitu tingkat
pendidikan ayah dan status imunisasi anak. Faktor lain yang diteliti namun tidak
memberikan pengaruh secara signifikan antara lain status pekerjaan ayah,
status pekerjaan ibu, etnis, tingkat pendidikan ibu, tingkat penghasilan keluarga,
agama serta usia balita saat mulai diberi makanan pendamping ASI.

2. Tujuan
- Memberikan bimbingan yang ahli dengan metode pengarahan
- Memberikan edukasi untuk memahami perilaku diet yang sesuai yang
dianjurkan (Kemenkes 2004).
- Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah klien serta
memberikan alternatif pemecahan masalah.  (Penyuluhan dan Konsultasi,
Yetti Wira Citerawati SY)

3. Sasaran
Ibu balita
4. Tempat/waktu:
Perumahan candra Kirana Blok O-1
5. Materi
Gizi Seimbang pada Balita
6. Indikator keberhasilan
Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam
menyediakan pelayanan gizi
Definisi Operasional Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga
ahli gizi yang mempunyai kompetensi
sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang
bekerja di instalasi gizi
Denominator 1
Sumber data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah
sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Gizi


Judul Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan
Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan
rumahsakit untuk memberikan pelayanan
gizi
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan gizi
adalah ruang, mesin, dan peralatan yang
harus tersedia untuk pelayanan gizi
sesuai dengan persyaratan kelas rumah
sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan
pelayanan gizi
Denominator 1
Sumber data Inventaris Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet


Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam
Pemberian Diet
Dimensi mutu Keamanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Kesalahan dalam memberikan diet
adalah kesalahan dalam memberikan
jenis diet.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pemberian makanan yang
disurvey dikurangi jumlah pemberian
makanan yang salah diet
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam
satu bulan
Sumber data Survey
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n
minial 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi

7. Alat dan bahan


Food model, poster, leaflet, contoh menu
8. Rencana Anggaran Konseling
Persiapan
 Penjajagan Lokasi ke Desa : Rp. 50.000,-
 Pembuatan dan Penjilidan Proposal : Rp. 20.000,-
Pelaksanaan
 Penyuluhan :
- ATK: Rp. 10.000,-
- Poster: Rp. 5.000,-
- Leaflet: Rp. 2.000,-
- Transportasi ke lokasi : Rp. 50.000,-
- Konsumsi : Rp. 30.000,-
Pelaporan
 Penjilidan laporan : Rp. 10.000,-
Jumlah total : Rp. 177.000,-

9. Satpel:
Topik : Peningkatan Kesehatan pada Balita
Sub Topik : Gizi Seimbang pada Balita
Sasaran : Salah seorang ibu yang mempunyai anak balita
Tempat : Perumahan candra Kirana Blok O-1
Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Mei 2020
Waktu : 30 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, ibu dapat mengetahui dan memahami tentang gizi
seimbang pada balita.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan ibu dapat:
1. Memahami tentang pengertian gizi seimbang
2. Memahami manfaat gizi seimbang
3. Memahami sumber gizi seimbang
4. Memahami dampak dari asupan gizi tidak seimbang

III. SASARAN
Salah seorang ibu yang mempunyai anak balita

IV. MATERI
1. Pengertian gizi seimbang
2. Manfaat gizi seimbang
3. Sumber gizi seimbang
4. Dampak dari asupan gizi tidak seimbang
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

VI. MEDIA
1. Leaflet Gizi Seimbang
2. Daftar Bahan Penukar
3. Food Model

VII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
a. Klien hadir ditempat konseling
b. Penyelenggaraaan konseling dilaksanakan di rumah salah seorang ibu yang
mempunyai balita
c. Pengorganisasian penyelenggaraan konseling dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
a. Klien antusias terhadap materi konseling
b. Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil
a. Klien dapat memahami tentang materi konseling yang disampaikan

VIII. KEGIATAN KONSELING


NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN KLIEN
1 3 menit Pembukaan:
 Mengucapkan salam  Menjawab
 Perkenalan  Menjawab
 Menjalin hubungan harmonis dengan  Menjawab
klien

2 15 menit Pelaksanaan:
 Melakukan pengumpulan data awal  Menjawab
(data umum, data antropometri, data
klinis, data riwayat gizi, data riwayat
personal.
 Melakukan pengkajian data (data  Memperhatikan
antropometri, data riwayat gizi)
 Melakukan diagnosis gizi  Memperhatikan
 Melakukan intervensi gizi  Memperhatikan
 Melakukan Monitoring dan evaluasi  Memperhatikan
Pemaparan materi:
 Menjelaskan tentang pengertian gizi  Memperhatikan
seimbang
 Menjelaskan manfaat gizi seimbang  Memperhatikan
 Menjelaskan sumber gizi seimbang  Memperhatikan
 Menjelaskan dampak dari asupan gizi
tidak seimbang  Memperhatikan

3 10 menit Evaluasi:
 Menanyakan kepada klien tentang  Menjawab
pemaparan materi yang telah pertanyaan
disampaikan
4 2 menit Terminasi:
 Menyimpulkan materi yang  Mendengarkan
disampaikan
 Mengucapkan terima kasih kepada  Menjawab
klien  Menjawab
 Mengucapkan salam salam

Lampiran Satuan Konseling


Materi Pelatihan : Gizi Seimbang pada Balita

A. Pengertian Gizi Seimbang


Gizi merupakan terjemahan dari kata "nutrition" yang dapat diterjemahkan menjadi
"nutrisi". Gizi dapat diartikan sebagai sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan
semua jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh, yang dapat mempertahankan
kehidupan.
Zat gizi atau nutrient adalah elemen yang ada dalam makanan yang dapat
dimanfaatkan secara langsung dalam tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan
digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh. Zat gizi
dapat dibagi menjadi zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat gizi organik terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari mineral
dan air.
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang
beraneka ragam dan memenuhi lima kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM,2002).
Gizi seimbang pada balita adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan,
dan berat badan (BB) ideal balita.
B. Manfaat Gizi Seimbang
1. Menjaga daya tahan tubuh balita sehingga tidak mudah terserang penyakit
2. Mempercepat pertumbuhan fisik
3. Untuk perkembangan otak dan mental anak
4. Memenuhi kebutuhan gizi balita
5. Balita menjadi lebih aktif dan bersemangat
6. Tidak mudah lelah
C. Sumber Gizi Seimbang
Makanan bergizi seimbang setidak-tidaknya mengandung tiga fungsi utama yaitu :
1. Sebagai sumber tenaga
2. Sebagai sumber pengatur
3. Sebagai sumber pembangun yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pengganti sel
yang rusak
Sumber gizi seimbang yaitu:
1. Nasi, roti, sereal, dan gandum (oat) mengandung karbohidrat yang sangat tinggi,
selain itu juga terdapat serat larut, protein nabati, vitamin, dan mineral. Karbohidrat
bermanfaat sebagai sumber energi bagi anak-anak untuk beraktivitas. Sumber
karbohidrat lain yang juga bisa kita kenalkan adalah kentang dan umbi-umbian (ubi
jalar, misalnya).
2. Ikan, daging, ayam, telur, dan kacang-kacangan merupakan sumber protein yang
berperan sebagai zat pembangun. Biasanya anak yang kurang asupan protein hewani
akan terhambat proses pertumbuhan.
3. Sayuran dan buah-buahan mengandung serat yang sangat dibutuhkan dalam proses
pencernaan makanan. Fungsinya yaitu untuk membantu kerja usus, sehingga
memudahkan buang air besar pada anak.
4. Keju dan yoghurt merupakan produk turunan dari susu. Semua produk dari susu
mengandung banyak kalsium yang dibutuhkan tulang dan sebagai pembentuk sel
darah merah selain itu juga mengandung mineral dan protein.
5. Mentega, margarin, dan minyak merupakan sumber lemak, selain lemak bahan-bahan
ini juga mengandung vitamin dan mineral. Sumber lemak memberikan cita rasa enak
pada makanan. Contoh sumber lemak yang sangat dianjurkan untuk batita adalah
unsalted butter (mentega tawar) dan minyak zaitun olive oil karena kandungan minyak
tak jenuhnya paling tinggi. Namun perlu juga di catat, terlalu banyak mengonsumsi
makanan yang diproses dengan mentega, margarin maupun minyak goreng dapat
menyebabkan kegemukan pada anak. Untuk mengatasinya, kita dapat memilih
sumber lemak sehat atau kombinasikan gorengan dengan sayuran yang mengandung
serat karena serat dapat melunturkan lemak dalam usus.

D. Dampak dari Asupan Gizi tidak Seimbang


Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan asupan gizi. Utamanya keseimbangan ini berasal dari zat gizi
penghasil energy yaitu karbohidrat, lemak dan protein karena umumnya zat gizi lain
akan terikutkan dengan tidak langsung.
Ketidakseimbangan, baik kekurangan atau kelebihan energi dapat mengakibatkan
status kesehatan yang tidak sehat.
Kekurangan asupan energi dari karbohidrat dan lemak akan mengambil porsi
protein sehingga fungsi protein sebagai zat pembangun terganggu. Dengan asumsi
tersebut, biasanya kekurangan energi disertai dengan kekurangan protein yang
dikenal dengan Kekurangan Energi dan protein (KEP). Sebaliknya, kelebihan asupan
energi akan ditimbun sebagai lemak di jaringan adiposa di bawah kulit. Keadaan ini
menimbulkan gizi lebih atau kegemukan yang dikenal dengan obesitas.
Dampak dari asupan gizi tidak seimbang yaitu:
1. Kekurangan energi dan protein (KEP)
Kekurangan energi dan protein merupakan salah satu gangguan gizi akibat
kurangnya asupan energi dan protein.
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi.
b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
c. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan
dalam usus terganggu.
d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak
diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
balita terganggu. Derajat berat ringannya KEP tergantung dari akut atau
menahunnya gangguan.
Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan
tinggi badannya, jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik) artinya sedikit demi
sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka terjadi keadaan stunting.
Stunting yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya
walaupun secara sekilas anak tidak kurus. Baik wasting maupun stunting dibagi
dalam tiga derajat. Seorang anak dapat mengalami kedua hal tersebut berdasar
penampilan yang ditunjukkan KEP akut derajat berat dibedakan menjadi tiga bentuk
:
1) Marasmus
Pada kasus marasmus anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya Seperti
orang tua. Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang lebih dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat oedema yaitu penumpukan cairan di sela-
sela sel dalam jaringan. walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya
mengalami pengurusan (wasting).
Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut (mendadak)
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah
habis.
3) Marasmus kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian
ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat
terpenuhi dari asupannya.
Ketiga bentuk di atas mengakibatkan anak menjadi tidak peduli dengan
lingkungan sekelilingnya dan perkembangannya terhambat. Selain itu, cairan dan
enzim pencernaan menurun sehingga anak sering menderita diare. Untuk
mengatasinya, diperlukan kesabaran dan tidak dapat langsung memberi makanan
yang berenergi dan berprotein tinggi. Pemberian diet harus bertahap agar tubuh
anak dapat melakukan penyesuaian.
2. Obesitas
Obesitas yaitu gangguan status kesehatan berupa timbunan lemak akibat dari
kelebihan asupan energi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh.
Tidak semua anak yang berat badannya di atas normal digolongkan obesitas.
Penggolongan ini harus disokong dengan berbagai pemeriksaan misalnya berat
badan terhadap tinggi badan dan tebalnya lipatan lemak di bawah kulit yang jauh
melebihi normal.
Anak dapat over weight (berat badan di atas normal), tetapi tidak obesitas
karena mempunyai struktur kerangka dan otot yang besar. Namun, Aven-Hen
(1992) berpendapat bahwa seorang balita yang over weight pada usia-usia
selanjutnya akan over weight, bahkan saat remaja dan dewasa akan mengalami
obesitas, hal ini dikarenakan jumlah sel lemak yang terlanjur berlebih sulit
diturunkan.
Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai factor diantaranya faktor keturunan
dan Iingkungan, Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai
dengan penggunaan. Contoh obesitas sering ditemui pada anak yang biasa duduk
di depan televisi sambil makan atau disuapi.
Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagal
berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai
keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
Obesitas sering menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada anak,
misalnya sering menderita penyakit infeksi terutama saluran pernapasan. Hal ini
dikarenakan respon pertahanan tubuh yang menurun dan hambatan gerakan
pernapasan oleh saluran pernapasan dan paru-paru. Pada anak obes juga sering
ditemui lecet-lecet di kulit akibat gesekan pada lipatan kulit. Selain itu, obesitas
merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif (jantung koroner, diabetes
melitus, dan kanker).
Pada balita yang obes, risikonya semakin besar karena balita yang obes
cenderung seumur hidupnya obes. Penanggulangan obesitas lebih sulit dari
pencegahannya. Oleh karena itu, berilah makan secara teratur dengan jumlah
energi secukupnya, seimbang dengan aktivitas balita. Berbagai makanan yang
berlemak tinggi dan terlalu manis, misalnya kue manis pemberiannya dibatasi, yaitu
pada acara tertentu saja.

10. Media yang digunakan


Food model, poster, leaflet, contoh menu
11. Formulir pengkajian
B. Pelaksanaan Kegiatan:
1. Persiapan
- Pengkajian zat gizi klien
- Menetapkan tujuan
- Menetapkan sasaran
- Persiapan materi
- Persiapan metode yang digunakan
- Media yang digunakan

2. Pelaksanaan konseling
a. Pengumpulan data meliputi:
- data antropometri
- data biokimia
- data klinis
- data riwayat personal
- riwayat makan
KONSELING GIZI IBU HAMIL
NUTRISI KEHAMILAN

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Ibu hamil memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan ibu yang tidak hamil,
karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan nutrisi dilihat bukan hanya dalam
porsi tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat nutrisi yang terkandung dalam makanan
yang dikonsumsi (Derek, 2005). Pertumbuhan maupun aktivitas janin memerlukan makanan
yang disalurkan melalui plasenta. Ibu hamil harus mendapat nutrisi yang cukup untuk dirinya
sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi ibu hamil, kualitas maupun jumlah makanan yang
biasanya cukup untuk kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat nutrisi dan energi agar
pertumbuhan janin berjalan dengan baik. Selama hamil ibu mengalami banyak perubahan
dalam tubuhnya agar siap membesarkan janin yang dikandungnya, memudahkan kelahiran,
dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang dilahirkannya (Francin, 2005).

WHO (World Health Organization) menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal
sehari pada trimester I, dan 350 Kkal sehari pada trimester II dan III (Waryana, 2007).
Menurut badan kesehatan dunia WHO melaporkan bahwa ibu hamil yang mengalami
defisiensi besi sekitar 35-75% (Purwoko, 2011). Data Kesehatan Tahun 2011, dapat
ditemukan data dan fakta tentang ibu hamil, yaitu: jumlah ibu hamil di Indonesia sebanyak
5.060.637 (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan rekap data proyeksi penduduk tahun 2013
BPS Provinsi Jawa Timur jumlah ibu hamil 685,988 jiwa. Dari data Dinas Kesehatan
Kabupaten Ponorogo pada bulan Januari tahun 2015 jumlah ibu hamil sebanyak 100 jiwa
dan ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 84,7% (Dinkes, 2015).
Berdasarkan data dari Puskesmas Ngrandu Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014
sebanyak 141 ibu hamil, tahun 2015 sebanyak 61 ibu hamil dan pada bulan November-
Desember 2016 sebanyak 35 ibu hamil (Puskesmas Ngrandu, 2017).

Bila ibu mengalami kekurangan nutrisi selama hamil akan menimbulkan masalah,
baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya, antara lain: anemia, perdarahan dan berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, kurang nutrisi juga dapat mempengaruhi proses
persalinan dimana dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, prematur, perdarahan
setelah persalinan, kurang nutrisi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin bayi lahir rendah (Zulhaida,
2005).

Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan
nutrisinya berada pada kondisi yang baik. Ibu yang mengalami Kekurangan Energi Kronis
(KEK) selama hamil akan menimbulkan masalah baik ibu maupun janin. Masalah yang
terjadi pada ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi. Nutrisi seorang ibu selama hamil
mempunyai pengaruh yang sangat penting baik terhadap kesehatan maupun kemampuan
memproduksi ASI dan menyusui bayi, kebutuhan nutrisi akan meningkat selama masa hamil
untuk kebutuhan ibu dan janin (Denok, 2004). Apabila masukan nutrisi pada ibu hamil tidak
sesuai dengan kebutuhan maka akan terjadi gangguan dalam kehamilan baik kepada ibu
dan janin yang dikandungnya (Arisman, 2010).

Sebagian besar dari masalah nutrisi disebabkan oleh pengetahuan. Namun demikian
tidak dapat dipungkiri bahwa faktor-faktor sosial, budaya dan faktor ekonomi juga
mempengaruhi secara nyata gambaran menyeluruh mengenai masalah nutrisi. Kebiasaan
pemberian makanan yang telah terjadi karena kekurangtahuan, tahayul dan adanya
kepercayaan yang salah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nutrisi dewasa ini
yang berkembang sangat pesat masalah nutrisi yang timbul masih sangat memprihatinkan
dimana tingkat kemampuan maternal masih sangat tinggi pada umumnya ibu hamil di
lingkungan masyarakat kita masih banyak yang di garis kemiskinan sehingga dapat
memenuhi nutrisi yang baik ditunjang lagi oleh pendidikan rendah, umur, pekerjaan,
pengalaman, paritas, budaya, status ekonomi yang berdampak pada hamil terhadap
kebutuhan nutrisi kehamilan masih sangat rendah (Admin, 2009).

Untuk pemenuhan nutrisi ibu hamil perlu informasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan, diharapkan ibu dapat kooperatif dengan intervensi yang diberikan tentang nutrisi
ibu hamil. Melihat manfaat dari nutrisi ibu hamil, sebaiknya ibu hamil melakukan pemenuhan
nutrisi yang tepat. Pemberian nutrisi (PMT) itu terkait dengan jenis makanan yang dimakan,
frekuensi, dan jadwal pemberian makanan. Dalam hal ini diperlukan informasi yang lebih
mendalam kepada nutrisi ibu hamil. Pengetahuan nutrisi yang cukup dapat membantu
seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah serta menggunakan bahan makanan
yang berkualitas untuk dikonsumsi. (Boston, 2005).

2. Tujuan
- Memberikan bimbingan yang ahli dengan metode pengarahan
- Memberikan edukasi untuk memahami perilaku diet yang sesuai
yang dianjurkan (Kemenkes 2004).
- Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
klien serta memberikan alternatif pemecahan
masalah.  (Penyuluhan dan Konsultasi, Yetti Wira Citerawati SY)

3. Sasaran
Ibu hamil
4. Tempat/waktu:
Sabtu, 30 Mei 2020. Ruang Aisyah utama A, RSI Panjaitan, Ponorogo
5.
Materi
Nutrisi Ibu hamil
6. Indikator keberhasilan
Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam
menyediakan pelayanan gizi
Definisi Operasional Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga
ahli gizi yang mempunyai kompetensi
sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang
bekerja di instalasi gizi
Denominator 1
Sumber data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah
sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

2. Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Gizi


Judul Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan
Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan
rumahsakit untuk memberikan pelayanan
gizi
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan gizi
adalah ruang, mesin, dan peralatan yang
harus tersedia untuk pelayanan gizi
sesuai dengan persyaratan kelas rumah
sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan
pelayanan gizi
Denominator 1
Sumber data Inventaris Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi
3. Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
Judul Ketepatan Waktu Pemberian
Makanan Kepada Pasien
Dimensi mutu Efektifitas, akses, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan
instalasi gizi
Definisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan
kepada pasien adalah ketepatan
penyediaan makanan pada pasien
sesuai dengan jadual yang telah
ditentukan
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang
disurvei yang mendapat makanan
tepat waktu dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap
yang disurvei
Sumber data Survey
Standar ≥90 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

4. Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet


Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam
Pemberian Diet
Dimensi mutu Keamanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Kesalahan dalam memberikan diet
adalah kesalahan dalam memberikan
jenis diet.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pemberian makanan yang
disurvey dikurangi jumlah pemberian
makanan yang salah diet
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam
satu bulan
Sumber data Survey
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien


Judul Sisa Makanan Yang Tidak Termakan
Oleh Pasien
Dimensi mutu Efektifitas dan efisisen
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Sisa makanan adalah porsi makanan
yang tersisa yang tidak dimakan oleh
pasien (sesuai dengan pedoman asuhan
gizi rumahsakit)
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan
pasien yang disurvei dalam satu bulan
Denominator Jumlah porsi makanan pasien pasien
yang disurvei dalam satu bulan
Sumber data Survey
Standar ≤20 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap
Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n
minial 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi

7. Alat dan bahan


Food model, poster, leaflet, contoh menu

8. Rencana Anggaran Konseling


Persiapan
 Pembuatan dan Penjilidan Proposal : Rp. 20.000,-
Pelaksanaan
 Penyuluhan :
- ATK: Rp. 10.000,-
- Poster: Rp. 5.000,-
- Leaflet: Rp. 2.000,-
- Transportasi ke lokasi : Rp. 50.000,-
- Konsumsi : Rp. 30.000,-
Pelaporan
 Penjilidan laporan : Rp. 10.000,-
Jumlah total : Rp. 177.000,-

9. Satpel:
A. Pokok Bahasan : Nutrisi pada ibu hamil
B. Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian
2. Manfaat
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
4. Jenis nutrisi yang dibutuhkan
C. Sasaran : Ny. Ica (Ibu Hamil)
D. Waktu : ± 50 menit
E. Tempat : Ruang Aisyah utama A, RSI Panjaitan, Ponorogo
F. Hari / Tanggal : Sabtu, 30 Mei 2020
G. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, Ny. Ica diharapkan dapat mengetahui dan
memahami tentang pentingnya nutrisi bagi ibu hamil.

2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 50 menit, diharapkan Ny. Ica
yang mengikuti jalannya penyuluhan mampu :
a. Memahami pengertian nutrisi pada ibu hamil dengan baik
b. Menyebutkan manfaat nutrisi pada ibu hamil dengan benar
c. Menyebutkan nutrisi apa saja yang di butuhkan ibu hamil dengan benar
d. Menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada ibu
hamil dengan benar
H. Kegiatan :

Langkah- Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan
Langkah Sasaran

1. Pendahuluan 10 a. Memberi salam a. Menjawab


menit b. Memperkenalkan salam
diri b. Memperhatika
c. Kontrak waktu n
d. Menjelaskan c. Menyampaika
maksud dan tujuan n pendapat
e. Melakukan dan
apersepi dan mengajukan
integrasi pada pertanyaan
kehidupan sehari-
hari
f. Menjelaskan
proses jalannya
acara penyuluhan
2. Penyajian 20 Menjelaskan materi Memperhatikan
menit penyuluhan pada dan
sasaran yang meliputi: mendengarkan
a. Pengertian nutrisi dengan seksama
pada ibu hamil
b. Manfaat nutrisi
pada ibu hamil
c. Jenis nutrisi yang
dibutuhkan bagi
ibu hamil
d. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
nutrisi pada ibu
hamil
3. Evaluasi 15 a. Memberi Berpartisipasi aktif
menit kesempatan (bertanya,
sasaran untuk menjawab,
bertanya menyampaikan
b. Melakukan sesi pendapat)
tanya jawab
c. Menanyakan
kembali materi
yang telah
disampaikan
d. Menyampaikan
rencana tindak
lanjut :
1) Menganjurkan
sasaran agar
selama
kehamilannya
untuk
meningkatkan
dan
mempertahan
kan asupan
nutrisi yang
telah
disampaikan
di acara
penyuluhan
2) Menganjurkan
sasaran untuk
mengabaikan
pantangan
dan mitos
tentang
makanan pada
ibu hamil
4. Penutup 5 menit a. Meminta dan a. Memberi
memberi pesan pesan dan
serta kesan kesan
kepada sasaran mengenai
tentang acara acara
penyuluhan penyuluhan
b. Salam dan b. Menjawab
berpamitan salam

I. Metode : Ceramah dan tanya jawab


J. Media : Laptop, LCD proyektor, leaflet.
K. Materi : Terlampir
L. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa saja manfaat nutrisi pada ibu hamil?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nutrisi pada ibu hamil?
3. Nutrisi apa sajakah yang dibutuhkan bagi ibu hamil?

Lampiran Materi
Nutrisi pada Ibu Hamil

A. Pengertian
Gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat
gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan
jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan (Mitayani, 2010). Kondisi kesehatan ibu
sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil, sehingga demi
suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik,
dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral
(Kusmiyati, 2009).

B. Manfaat
Sophia (2009) menyatakan, kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada
kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri
3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi

C. Jenis Nutrisi yang Dibutuhkan


1. Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang
meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta,
pembuluh darah, dan jaringan yang baru (Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan
kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan
baru (Mitayani, 2010).
Ibu hamil memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada kehamilan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar
300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian dalam satu hari
asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari. Kebutuhan
energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak,
seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan
makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni
(Almatsier, 2009).

2. Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh
peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010).
Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr
yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan
Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada
trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan
protein dapat mencapai 67-100 gr. Bahan makanan hewani merupakan sumber
protein yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging,
unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati
seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009).

3. Vitamin dan Mineral


Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang
dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil
pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg,
riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat +200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium
+150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg.
a. Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan
janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi
merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin
(Aritonang, 2010). Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama
hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika
melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin
dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah
jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg
untuk kehamilan pada trimester ketiga. Dengan demikian, angka kecukupan gizi
yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari.
Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan,
yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme
yang terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti
hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya
terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada
juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan
sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih
sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi
kebutuhan besi sehari (Almatsier, 2009).
Menurut Aritonang (2010), makanan-makanan yang dapat meningkatkan
absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut :
1) Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging,
sayur, dan buah yang kaya vitamin C.
2) Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi.
Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak
usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh
karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil
status gizinya sudah baik.
b. Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolisme
beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting
dalam sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009)
menyebutkan bahwa asam folat juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk
pendewasaannya. Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun
yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat
di dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka disaat hamil.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi
kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan
dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010). Widyakarya Pangan dan Gizi
2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 µg untuk ibu hamil, yang dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen. Suplementasi sebaiknya diberikan
sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan. Besarnya
suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari, masing-masing pada
trimester I, II, dan III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang banyak mengandung
asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacangkacangan, ikan,
daging, jeruk, dan telur.
c. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan
tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan untuk
membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium
tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari
tulang ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis
(Sophia, 2009).
Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150
mg kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian kebutuhan
kalsium yang harus dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang
menjadi sumber kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan
berbagai produk olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium
selama hamil akan menyebabkan tekanan darah ibu menjadi meningkat.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan, karena
gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah
pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan
yang disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait
dengan tabu makanan (Baliwati dkk, 2004).
1. Tabu Makanan (Pantangan)
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis
makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang
melanggarnya (Sediaoetama, 1999). Beberapa alasan tabu diantaranya khawatir
terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi,
khawatir menimbulkan penyakit, larangan agama, pembatasan makanan hewani
karena disucikan oleh adat/budaya. Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar
pada tahun 2010, menyimpulkan bahwa kepercayaan berpantang makanan tertentu
memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan
zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya. Golongan
makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan
beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas,
durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan. Di beberapa negara berkembang
umumnya masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan
ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa
tidak semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu
yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari
pengaruhnya untuk jangka panjang (Sediaoetama, 1999).

2. Rendahnya Penghasilan dan Pendidikan


Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab
gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam
mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya
penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang
dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Supariasa,
dkk, 2002). Studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang dikutip
oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya
dengan serentetan karakteristik masyarakat daripada dengan pendapatan keluarga.
Analisis Jerome menyimpulkan bahwa pendapatan bukan sebagai faktor penentu
dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan
gaya hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok yang kebudayaannya
cenderung berubah (Suharjo, 2003).

10. Media yang digunakan


Food model, poster, leaflet

11. Formulir pengkajian


B. Pelaksanaan Kegiatan:
1. Persiapan
- Pengkajian zat gizi klien
- Menetapkan tujuan
- Menetapkan sasaran
- Persiapan materi
- Persiapan metode yang digunakan
- Media yang digunakan

2. Pelaksanaan konseling
a. Pengumpulan data meliputi:
- data antropometri
- data biokimia
- data klinis
- data riwayat personal
- riwayat makan
KONSELING GIZI IBU MENYUSUI

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu
dan bayinya. Pada masa menyusui ini hubungan emosional antara ibu dan anak
akan terjalin. Zat gizi menyusui sangat penting karena berhubungan dengan
kesehatan ibu dan anak. Agar seorang dapat menghasilkan 1 liter Air Susu Ibu (ASI)
memerlukan makanan tambahan, jika ibu yang sedang menyusui tidak mendapat
tambahan makanan tentu akan berakibat terjadinya kemunduran dalam pembuatan
dan produksi ASI (Nadimin, 2010).
Status gizi ibu menyusui disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya pola
makan atau zat gizi ibu. Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang ditemukan ibu
menyusui mengalami kekurangan asupan zat gizi akibat adanya pantangan
makanan tertentu yang berikatan dengan masalah budaya. Pantangan makanan
atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi suatu jenis makanan tertentu
karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap pelanggar. Tabu makanan
atau pantangan makan ini masih banyak dijumpai, terutama di pedesaan yang
pengetahuan tentang masalah gizi masih kurang (Khomsan, 2006).
Menurut penelitian Yuliani, 2011 dengan responden sebanyak 32 orang yang
merupakan ibu nifas, 19 orang diantaranya mengikuti pantangan makanan, dimana
17 orang terbukti produksi ASI-nya tidak lancar dan terdapat hubungan dengan
pantangan makanan yang dilakukan ibu nifas tersebut. Dari data tersebut
menunjukkan pantangan makanan pada ibu setelah melahirkan masih banyak
dilakukan oleh masyarakat.
Ibu menyusui yang berpantang makanan bisa menyebabkan kualitas ASI
berkurang, karena suplai asupan makanan saat menyusui tidak seimbang dengan
kebutuhannya, sehingga nutrisi ibu berkurang. ASI dengan kualitas berkurang bisa
menyebabkan kurangnya nutrisi untuk bayi, karena makanan utama yang bagus
untuk bayi hanya ASI. Jika ibu dalam masa menyusui mengikuti adat berpantangan
makanan tertentu bisa berdampak negatif terhadap bayinya (Khasanah, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu, fenomena pantangan
makanan pada ibu menyusui masih banyak dilakukan disekitar Lamongan.
Permasalahan status gizi pada balita tahun 2013 di Lamongan terbanyak terdapat di
kecamatan Paciran yaitu: gizi kurang 72 balita, gizi buruk 34 balita, gizi baik 4,535
balita, gizi lebih 72 balita.
2. Tujuan
- Memberikan bimbingan yang ahli dengan metode pengarahan
- Memberikan edukasi untuk memahami perilaku diet yang sesuai
yang dianjurkan (Kemenkes 2004).
- Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
klien serta memberikan alternatif pemecahan
masalah.  (Penyuluhan dan Konsultasi, Yetti Wira Citerawati SY)

3. Sasaran
Salah satu ibu hamil di kecamatan paciran
4. Tempat/waktu:
Sabtu, 30 Mei 2020. Jalan raya no 13 Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
5. Materi
Nutrisi ibu hamil

6. Indikator keberhasilan
Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam
menyediakan pelayanan gizi
Definisi Operasional Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga
ahli gizi yang mempunyai kompetensi
sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang
bekerja di instalasi gizi
Denominator 1
Sumber data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah
sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Gizi


Judul Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan
Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan
rumahsakit untuk memberikan pelayanan
gizi
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan gizi
adalah ruang, mesin, dan peralatan yang
harus tersedia untuk pelayanan gizi
sesuai dengan persyaratan kelas rumah
sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan
pelayanan gizi
Denominator 1
Sumber data Inventaris Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet


Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam
Pemberian Diet
Dimensi mutu Keamanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Kesalahan dalam memberikan diet
adalah kesalahan dalam memberikan
jenis diet.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pemberian makanan yang
disurvey dikurangi jumlah pemberian
makanan yang salah diet
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam
satu bulan
Sumber data Survey
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n
minial 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi

7. Alat dan bahan


8. Rencana Anggaran Konseling
9. Satpel:
Pokok Bahasan : Gizi Ibu Menyusui

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Mei 2020

Waktu : 15 Menit

Penyuluh : Acep Pria Apriyatna

Tempat : jalan raya no 13 Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu menyusui ,diharapkan klien mengetahui
pentingnya gizi ( makanan yang harus dikonsumsi ) untuk kecukupan gizi pada ASI.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para ibu menyusui mampu :

a. Menjelaskan pentingnya memperhatikan gizi ibu ketika menyusui


b. Menyebutkan macam – macam zat gizi yang di butuhkan oleh ibu yang
sedang menyusui
c. Menyebutkan sumber dan jenis makanan yang perlu dikonsumsi oleh ibu
yang sedang menyusui

3. Materi Penyuluhan
a. Pentingnya memperhatikan gizi ibu ketika menyusui
b. Kebutuhan zat gizi ibu menyusui
c. Sumber dan jenis makanan yang harus dikonsumsi oleh ibu menyusui
d. Hal – hal penting untuk ibu menyusui
4. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap / Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien

1 Pra interaksi ▪ Mengucapkan salam pembuka ▪


5 Menit ▪ Memperkenalkan diri ▪
▪ Menjelaskan maksud dan
tujuan
2 Interaksi ▪ Menjelaskan pentingnya ▪
meemperhatikan gizi ibu ketika ▪
15 menit
menyusui

▪ Menjelaskan kebutuhan zat gizi
mahasiswa
ibu menyusui
(penyuluh )
▪ Menyebutkan sumber dan jenis
makanan yang harus
dikonsumsi oleh ibu menyusui
▪ Menjelaskan hal – hal yang
harus diperhatikan oleh ibu
menyusui
▪ Diskusi seputar gizi ibu
menyusui
3 Post interaksi ▪ Menggali pengalaman peserta ▪
dalam mengkonsumsi makanan pengalaman
selama menyusui ▪
▪ Memberikan masukan ▪
▪ Menyimpulkan hasil penyuluhan ▪
▪ Salam Penutup penutup

5. Metode : Ceramah dan diskusi


6. Media : Materi Dan Leaflet
7. Evaluasi
Pertanyaan mengacu pada tujuan instruksional khusus

a. Jelaskan pentingnya memperhatikan gizi ibu ketika


menyusui
b. Sebutkan macam – macam zat gizi yang di butuhkan oleh ibu yang
sedang menyusui
jawaban

a. Nutrisi atau makanan pada ibu menyusui sangat penting , karena asi yang
kita beri tergantung nutrisi yang ibu konsumsi. Bila ibu mengkonsumsi
nutrisi yang baik, maka kualitas ASI pun sama baiknya

b. Tambahan zat gizi untuk ibu menyusui setiap hari adalah sbb :

- 825 kilo kalori - 2500 IU Vitamin A


- 25 gram protein - 0,4 mg vitamin B1
- 500 mg zat besi - 30 mg vitamin C
Banyak ragam bahan makanan di sekitar kita yang bisa menjadi sumber zat
gizi .Sumber kalori dianjurkan berasal dari karbohidrat dan lemak seperti :

- Beras - Gandum
- Ketela - Mie
- Jagung - Minyak
Kentang - Lemak hewan
MATERI

GIZI IBU MENYUSUI

Nutrisi atau makanan pada ibu menyusui sangat penting , karena asi yang kita beri
tergantung nutrisi yang ibu konsumsi. Bila ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik, maka
kualitas ASI pun sama baiknya

Untuk menjaga agar ibu tetap sehat dan produksi ASI cukup maka ibu harus
memperhatikan makanan ibu setiap hari .Sebagaimana diketahui , ASI merupakan makanan
terbaik sampai umur 4 bulan ( ASI eksklusif ).

Kecuali itu menyusui berarti :

▪ Lebih praktis

▪ Lebih murah

▪ Lebih bersih dan sehat

▪ Melindungi bayi dari infeksi

▪ Membina kasih sayang ibu dan bayi


Makanan ibu saat menyusui jauh lebih banyak dibanding waktu hamil atau tidak
hamil :

▪ Makanan harus seimbang baik dalam hal makanan pokok lauk


– pauk ,sayuran dan buah .
▪ Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada ibu hamil

▪ Perlu lebih banyak minum , Lebih dari 6 gelas setiap hari.

▪ Maaknan tidak pedas ,tidak banyak bumbu, tidak terlalu panas


atau dingin untuk menjaga kelancaran pencernaan.
▪ Untuk dapat memproduksi ASI makanlah sayuran hijau.
Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor ,antara lain :

1. Keadaan gizi selama hamil


Bila keadaan gizi buruk akan mengurangi produksi ASI

2. Keadaan emosi ibu


Ibu yang mengalami tekanan batin atau tekanan kejiwaan , akan memproduksi
ASI lebih sedikit.

3. Cara menyusui
▪ Bayi disusui bila lapar
Jangan menyusui bayi setiap bayi menangis Karena menangis tidak
berarti bayi sedang lapar

▪ Susukan bayi secara bergantian pada payudara kiri dan kanan


Usahakan agar air susu yang ada dalam payu dara habis

▪ Untuk mengatur jarak kehamilan hendaknya ibu tidak


menggunakan alat kontrasepsi pil yang mengandung estrogen. Kadar
estrogen yang tinggi pada pil KB dapat menghentikan produksi ASI.
▪ Ibu menyusui dianjurkan untuk minum air yang cukup.

ZAT GIZI IBU MENYUSUI

Sudah jelas bahwa ibu menyusui memerlukan lebih banyak zat gizi dibanding
sewaktu ibu tidak menyusui.

Tambahan zat gizi untuk ibu menyusui setiap hari adalah sbb :

- 825 kilo kalori


- 25 gram protein
- 500 mg zat besi
- 2500 IU vitamin A
- 0,4 mg vitamin B1
- 30 mg vitamin C
Banyak ragam bahan makanan di sekitar kita yang bisa menjadi sumber zat gizi
.Sumber kalori dianjurkan berasal dari karbohidrat dan lemak seperti :

- Beras - Gandum
- Ketela - Mie
- Jagung - Minyak
Kentang - Lemak hewan
JENIS MAKANAN YANG DI KONSUMSI IBU HAMIL
Bahan Makanan yang mengandung protein adalah :

1. Protein hewani
- Susu - Daging
- Telur - Ikan
2. Protein nabati
- Kacang – kacangan
- Tahu
- Tempe
Bahan makanan yang banyak mengandung zat kapur :
- Susu - Teri Kering
- Sayuran hijau - Kacang – kacangan
Bahan makanan yang banyak mengandung zat besi :
- Hati - Daging
- Kuning telur - Sayur hijau ( bayam ,dll )
- Kacang – kacangan
Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A :
- Kuning telur - Minyak ikan
- Hati - Susu
- Sayuran hijau - Buah – buahan kuning

Kecuali itu sayuran dan buah – buahan pada umumnya mengandung vitamin dan
mineral terutama dalam bentuk segar.
Hal –hal yang harus diperhatikan oleh ibu menyusui :
1. Jangan merokok
2. Jangan minum –minuman keras
3. Jangan berdiet terlalu ketat
Ibu menyusui lebih banyak membutuhkan makanan yang bergizi,tetapi bukan
makanan yang manis – manis dan berlemak. Jika nafsu makan berkurang , usahakan
makan sedikit – sedikt tapi sering.
Seorang ibu yang selama hamil dan dalam masa menyusui mendapat makanan
yang baik dan cukup, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk dapat menghasilkan air
susu dalam jumlah yang maksimal dan mengandung unsur gizi yang cukup. Apabila unsur –
unsur gizi tudsak dapat dipenuhi oleh makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan ,
maka unsur –unsur itu akan diambilkan dari dalam tubuhanya sendiri. Dalam keadaan
seperti ini , kemungkinan ibu itu akan mudah terserang berbagai macam penyakitdefisiensi
yang akut ,sedangkan keadaan gizi ibu itu dengan demikian dalaam tarf sangat minimal.
Sering terlihat seorang ibu yang sedng menyusui anaknya terlihat pucat,lesu ,dan
kurus. Ini merupakan tanda bahwa makanannya tidak mencukupi .Hal ini mungkin pula akan
membawa pengaruh buruk terhadap bayinya. Berat badan anak akan sukar bertambah ,dan
mungkin anak ini akan menderita berbagai penyakit gangguan gizi hingga sangat mudah
bagi anak terserang berbagai penyakit defisiensi .

10. Media yang digunakan


Food model, poster, leaflet

11. Formulir pengkajian

B. Pelaksanaan Kegiatan:
1. Persiapan
- Pengkajian zat gizi klien
- Menetapkan tujuan
- Menetapkan sasaran
- Persiapan materi
- Persiapan metode yang digunakan
- Media yang digunakan

2. Pelaksanaan konseling
a. Pengumpulan data meliputi:
- data antropometri
- data biokimia
- data klinis
- data riwayat personal
- riwayat makan
KONSELING GIZI LANSIA
PENYAKIT STROKE
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti
akan terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan
proses yang berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan baik biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam
pembangunan nasional terutama di bidang kesejahteraan sosial dan kesehatan
berdampak pada tingginya angka harapan hidup penduduk. Hal ini menyebabkan
jumlah penduduk usia lanjut meningkat (Suardiman, 2011).
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa.
Tahun 2050 jumlah lansia diprediksi menjadi 71,6 juta jiwa. Provinsi Jawa Tengah
menempati urutan ketiga jumlah lansia terbanyak dengan prosentase sebesar
11,11% (Badan Pusat Statistik, 2014). Di Kota Surakarta jumlah lansia juga
mengalami peningkatan dari 4,31% pada tahun 2012 menjadi 6,73% pada tahun
2013.
Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah dalam berbagai aspek.
Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi penurunan struktur dan
fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit baik
penyakit degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan Martono, 2010). Beberapa
penyakit degeneratif yang sering ditemui pada lansia antara lain hipertensi (25,8%),
arthritis (24,7%), stroke (12,1%), Penyakit Paru Obstruktif Kronis (3,7), Diabetes
Mellitus (2,1%), Penyakit Jantung Koroner (1,5%), batu ginjal (0,6%), gagal jantung
(0,2%) dan gagal ginjal (0,6%). Proporsi penyebab kematian pada lansia yang paling
tinggi adalah stroke (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Jumlah penderita stroke di Indonesia tahun 2013 mencapai 12,1 per 1000
penduduk atau sekitar 2.137.941 jiwa. Diprediksi jumlah ini akan terus meningkat
menjadi 25 – 30 per 1000 penduduk dari tahun ke tahun. Sementara itu, di Jawa
Tengah jumlah penderita stroke mencapai 17,9 per 1000 penduduk atau sekitar
431.201 jiwa (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Penyakit stroke banyak ditemukan pada masyarakat yang berusia 45 tahun
ke atas. Stroke terjadi secara mendadak dan dapat berakhir pada kematian serta
kecacatan yang pemanen pada anggota gerak (Lumbantobing, 2010). Dampak yang
ditimbulkan akibat stroke antara lain adalah kelemahan atau kelumpuhan pada
ekstremitas anggota gerak serta gangguan penglihatan akibat keterbatasan lapang
pandang. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan penderita stroke dalam melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Mereka menjadi bergantung kepada orang lain di
sekitarnya. Selain itu, mereka juga mengalami gangguan berbicara, gangguan
persepsi, gangguan memori, ketidakstabilan emosi, depresi serta kelelahan yang
dapat menyebabkan terhambatnya aktivitas sosial. Hal ini yang menyebabkan
kualitas hidup mereka menurun (Rahayu, 2013).
Kualitas hidup dinyatakan dalam ukuran konseptual yang meliputi
kesejahteraan, kelangsungan hidup dan kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari yang digunakan dalam situasi penyakit kronis (Brooker, 2008).
Pengukuran kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan bersifat multidimensi
yang meliputi fungsi fisik, psikologis, sosial, lingkungan (Rahmi, 2011). Faktor
kualitas hidup yang paling mempengaruhi lansia pasca stroke adalah status
fungsional. Dengan meningkatkan fungsi fisik maka diharapkan dapat membantu
memberikan kualitas hidup yang lebih baik (Gunaydin et all, 2011).
Dalam merawat lansia pasca stroke diperlukan keterlibatan dari pihak
keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman dan nyaman serta sumber
kesejahteraan sosial bagi lansia. Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting
dalam membantu individu menyelesaikan masalah terutama masalah kesehatan.
Dukungan keluarga mampu menambah rasa percaya diri dan motivasi dalam
menghadapi masalah yang terjadi (Tamher & Noorkasiani, 2009). Dukungan
keluarga kepada anggota keluarga yang sakit penting dalam proses penyembuhan
dan pemulihan penyakit. Dalam hal ini, dukungan keluarga merupakan suatu
keadaan yang bermanfaat bagi lansia pasca stroke sehingga mereka dapat
mengetahui bahwa ada keluarga yang memperhatikan, menghargai dan
mencintainya (Friedman, 2010).
Bentuk dukungan keluarga yang diberikan antara lain adalah memberikan
rasa cinta dan kasih sayang pada anggota keluarga yang sakit, memberikan
semangat dan motivasi sehingga anggota keluarga yang sakit merasa masih
dianggap berguna dan berarti bagi keluarga, memberikan informasi terkait kondisi
yang dialami, penyakit dan cara perawatannya serta menyediakan biaya, waktu dan
tenaga untuk pengobatan dan perawatan anggota keluarga yang sakit (Yenni, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun
2016, jumlah penderita stroke di Kota Surakarta berjumlah 952 pada tahun 2016
dengan kasus baru mencapai 365 orang. Dari data kunjungan pasien di Puskesmas
Gajahan Surakarta tahun 2016, penyakit stroke menempati urutan tertinggi ketiga
kategori jenis penyakit tidak menular. Di wilayah kerja Puskesmas Gajahan
Surakarta terdapat lansia pasca stroke berjumlah 59 orang.
2. Tujuan
- Memberikan bimbingan yang ahli dengan metode pengarahan
- Memberikan edukasi untuk memahami perilaku diet yang sesuai
yang dianjurkan (Kemenkes 2004).
- Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
klien serta memberikan alternatif pemecahan
masalah.  (Penyuluhan dan Konsultasi, Yetti Wira Citerawati SY)

3. Sasaran
Lansia dengan penyakit stroke
4. Tempat/waktu:
Puskesmas Gajahan Surakarta
5. Materi
Asupan nutrisi bagi lansia penderita stroke
6. Indikator keberhasilan
Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam
menyediakan pelayanan gizi
Definisi Operasional Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga
ahli gizi yang mempunyai kompetensi
sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang
bekerja di instalasi gizi
Denominator 1
Sumber data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah
sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Gizi


Judul Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan
Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan
rumahsakit untuk memberikan pelayanan
gizi
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan gizi
adalah ruang, mesin, dan peralatan yang
harus tersedia untuk pelayanan gizi
sesuai dengan persyaratan kelas rumah
sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan
pelayanan gizi
Denominator 1
Sumber data Inventaris Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Instalasi Gizi

Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien


Judul Ketepatan Waktu Pemberian
Makanan Kepada Pasien
Dimensi mutu Efektifitas, akses, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan
instalasi gizi
Definisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan
kepada pasien adalah ketepatan
penyediaan makanan pada pasien
sesuai dengan jadual yang telah
ditentukan
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang
disurvei yang mendapat makanan
tepat waktu dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap
yang disurvei
Sumber data Survey
Standar ≥90 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet


Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam
Pemberian Diet
Dimensi mutu Keamanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Kesalahan dalam memberikan diet
adalah kesalahan dalam memberikan
jenis diet.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pemberian makanan yang
disurvey dikurangi jumlah pemberian
makanan yang salah diet
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam
satu bulan
Sumber data Survey
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien


Judul Sisa Makanan Yang Tidak Termakan
Oleh Pasien
Dimensi mutu Efektifitas dan efisisen
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Sisa makanan adalah porsi makanan
yang tersisa yang tidak dimakan oleh
pasien (sesuai dengan pedoman asuhan
gizi rumahsakit)
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan
pasien yang disurvei dalam satu bulan
Denominator Jumlah porsi makanan pasien pasien
yang disurvei dalam satu bulan
Sumber data Survey
Standar ≤20 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/kepala instalasi
rawat inap

Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan gizi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n
minial 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80 %
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi

7. Alat dan bahan


Food model, poster, leaflet, contoh menu
8. Rencana Anggaran Konseling
Persiapan
 Pembuatan dan Penjilidan Proposal : Rp. 20.000,-
Pelaksanaan
 Penyuluhan :
- ATK: Rp. 10.000,-
- Poster: Rp. 5.000,-
- Leaflet: Rp. 2.000,-
- Transportasi ke lokasi : Rp. 50.000,-
- Konsumsi : Rp. 30.000,-
Pelaporan
 Penjilidan laporan : Rp. 10.000,-
Jumlah total : Rp. 177.000,-

9. Satpel:

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik

Penyakit Stroke

B. Sasaran

Sasaran Penyuluhan : Lansia stroke

Sasaran Program : Target sosialisasi program pengendalian penyakit


stroke terpenuhi

C. Tujuan Instruksional umum

Pada akhir proses penyuluhan lansia stroke dapat

memahami tentang Penyakit Stroke

D. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan penyakit stroke, keluarga


mampu:

1. Menjelaskan dengan tepat pengertian stroke

2. Menjelaskan dengan tepat gejala dan penyebab stroke

3. Menjelaskan dengan tepat makanan yang boleh dan

tidak boleh dikonsumsi pada pasien dengan penyakit

stroke

4. Menjelaskan dengan tepat penatalaksanaan stroke

E. Garis Besar Materi

Materi penyuluhan yang akan diberikan meliputi:

1. Pengertian stroke

2. Gejala dan penyebab stroke

3. Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien

dengan penyakit stroke

4. Penatalaksanaan stroke

F. Metode

1. Ceramah
2. Diskusi Tanya-Jawab

G. Media dan Alat

1. Leaflet penyakit stroke

2. Meja

3. Kursi 3

4. Food model

H. Waktu

Hari/Tanggal: Selasa, 3 Juli 2018

Pukul : 10.00 s.d. 10.30 WIB

I. Alokasi Waktu

No. Acara Kegiatan Waktu

1. Persiapan Mempersiapkan alat dan media 2 menit

a. Memberikan salam

b. Memperkenalkan diri

2. Pembukaa
c. Membina hubungan saling percaya 3 menit
n
d. Menyampaikan kontrak waktu

e. Menyampaikan tujuan

diadakan penyuluhan
a. Menyampaikan materi:

1) Pengertian stroke

2) Gejala dan penyebab stroke


3. Inti acara 15 menit
3) Makanan yang boleh dan

tidak boleh dikonsumsi pada

pasien dengan penyakit

stroke

4) Penatalaksanaan stroke
b. Diskusi & Tanya Jawab 5 menit

a. Merangkum Materi

b. Mengajukan pertanyaan untuk evaluasi


4. Penutupan 5 menit
c. Memberikan feedback

d. Melakukan terminasi

e. Memberikan salam

J. Evaluasi

Daftar pertanyaan evaluasi:

1. Aspek Kognitif

a. Apakah yang dimaksud dengan stroke?

b. Apa saja tanda gejala stroke?

c. Makanan apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi

pada pasien stroke?


d. Bagaimana penatalaksanaan pada saat serangan stroke?

e. Bagaimana penatalaksanaan pasca stroke?

2. Aspek Afektif

Setelah dilakukan penyuluhan ini, apa yang akan dilakukan

terhadap Ny. T?

3. Aspek Psikomotor

Menggunakan lembar observasi Aspek

Psikomotor. Lembar Observasi Aspek

Psikomotor

No. Kegiatan Ya Tidak

1. Kontrol Rutin √

2. Melaksanakan Diet √

3. Minum Obat Teratur √

4. Memasak makanan dengan benar √


MATERI
PENYULUHAN STROKE

A. Pengertian Stroke

Stroke adalah sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresi cepat,

berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam

atau lebih, atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata

disebabkan oleh gangguan peredaran darah non-traumatik.

Jenis Stroke dibagi menjadi dua, antara lain:

1. Stroke karena perdarahan. Stroke ini terjadi karena satu atau beberapa

pembuluh darah di otak pecah.

2. Stroke karena penyumbatan. Stroke ini terjadi karena pembuluh darah di

otak mengalami penyumbatan oleh kolesterol atau lemak lain sehingga

suplai oksigen ke otak terhambat. Otak tidak dapat bernapas sehingga

fungsi jaringannya terganggu.

B. Bagaimana Tanda dan Gejala Stroke

Gejala stroke tergantung luas dan area otak yang mengalami gangguan stroke.

Gejala Stroke secara umum sebagai berikut:

1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang

timbul mendadak.

2. Gangguan kepekaan pada satu atau lebih anggota badan

3. Perubahan mendadak status mental (bingung, mengigau, koma)

4. Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan)

5. Disartria (bicara pelo atau cadel)


6. Gangguan penglihatan atau diplopia (penglihatan dobel)

7. Ataksia (kesulitan gerakan)

8. Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala.

C. Makanan/Diet untuk Pasien Stroke

1. Pasien stroke dianjurkan untuk makan:

a. Sumber karbohidrat: beras, kentang, ubi, singkong, tapioca, biscuit,

bihun

b. Sumber protein hewani: daging sapi dan ayam tanpa kulit, ikan, telur

ayam, susu skim

c. Sumber protein nabati: semua kacang-kacangan dan produk

olahannya (tahu & tempe)

d. Sayuran: bayam, wortel, kangkung, kacang panjang, labu siam,

tomat, toge.

e. Buah: buah segar, dijus ataupun diolah dengan cara disetup, seperti

pisang, papaya, manga, jambu biji, melon, semangka.

f. Sumber lemak: minyak jagung dan mintak kedelai, margarin dan

mentega dalam jumlah terbatas, dan santan encer.

2. Makanan yan gtidak dianjurkan untuk penderita stroke:

a. Sumber karbohidrat: mie, soda (baking powder), kue-kue yang terlalu

manis

b. Sumber protein hewani: daging sapid an ayam yang berlemak, jeroan,

keju, protein hewani yang diawetkan


c. Sumber protein nabati: pindakas, produk kacang-kacang olahan yang

diawetkan.

d. Sayuran: Sayuran yan gmengandung gas seperti kol, sawi, kembang

kol, dan lobak

e. Buah-buahan: buah-buahan yan gmengangung gas seperti durian,

nangka, dan buah-buahan yang diawetkan (buah kaleng)

f. Sumber lemak: santan kental dan produk goring-gorengan.

D. Penatalaksanaan Stroke

a. Pada saat terjadi serangan

Stroke merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Periode Emas stroke

hanya 3-6 jam, sehingga penatalaksanaan cepat, tepat, dan cermat

berperan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Deteksi dini

stroke dapat dilakukan dengan F.A.S.T.

Face Minta pasien untuk senyum. Lihat apakah salah satu


(Wajah) sisi wajahnya turun?
Arms Minta pasien mengangkat kedua lengan. Lihat
(Lengan) apakah salah satu lengan tidak bisa diangkat?
Speech Minta pasien bicara. Perhatikan apakah ucapannya
(Bicara) pela atau tidak jelas?
Time Jika Anda menemukan tanda-tanda tersebut, segera
(Waktu) hubungi unit perawatan terdekat.
b. Pasien Pasca Stroke

1) Latihan ROM Aktif atau Pasif

Merupakan latihan gerak untuk melatih otot dan saraf yang

lemah agar dapat berfungsi normal kembali. Latihan Gerak

Aktif dilakukan oleh pasien sendiri, sedangkan latihan gerak

pasif otot pasien digerakkan oleh orang lain.

2) Memonitor tekanan darah secara rutin

3) Meminum obat sesuai anjuran dokter

4) Melakukan diet rendah garam dan rendah lemak

5) Melakukan olahraga sesuai kondisi.

10. Media yang digunakan


Food model, poster, leaflet

11. Formulir pengkajian


B. Pelaksanaan Kegiatan:
1. Persiapan
- Pengkajian zat gizi klien
- Menetapkan tujuan
- Menetapkan sasaran
- Persiapan materi
- Persiapan metode yang digunakan
- Media yang digunakan

2. Pelaksanaan konseling
a. Pengumpulan data meliputi:
- data antropometri
- data biokimia
- data klinis
- data riwayat personal
- riwayat makan

Anda mungkin juga menyukai