Anda di halaman 1dari 7

Nomor :

Revisi Ke :
Berlaku :
Tgl

KERANGKA ACUAN KEGIATAN ( KAK )

KEGIATAN TATALAKSANA UNTUK BALITA ( GIZI KURANG,


BERAT BADAN KURANG, WEIGHT FALTERING )

PUSKESMAS KABUNAN

Ditetapkan Oleh :
Kepala Puskesmas Kabunan

dr. Hadi Sucipto


NIP. 19710112 200604 1 011

Jalan Wora wari 3 Kabunan Kec Taman Pemalang Telp ( 0284 ) 326013
Email : puskesmaskabunanpml@gmail.com
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN TATALAKSANA UNTUK BALITA ( GIZI KURANG, BERAT BADAN
KURANG, WEIGHT FALTERING )
PUSKESMAS KABUNAN

A. Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama
1000 Hari Pertama Kehidupan sangat pesat, demikian pula
perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan Balita merupakan kelompok
rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan dampak
jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita kekurangan
gizi. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin, kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR),
selanjutnya berisiko balita mengalami masalah gizi kurang atau
stunting.Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018 :
prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Studi
Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh ibu hamil memiliki asupan
energi sangat kurang (<70% angka kecukupan energi) dan sekitar
separuh ibu hamil mengalami kekurangan asupan protein (<80% angka
kecukupan protein) (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Faktor risiko ibu hamil kurang energi kronis dapat disebabkan


asupan pangan yang tidak adekuat, penyakit yang diderita, tidak
memadainya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, aktivitas fisik yang
berlebih, air bersih dan higiene sanitasi yang buruk atau kombinasi
diantaranya. Besaran masalah gizi pada balita berdasarkan Survey Status
Gizi Indonesia (SSGI) 2021 : prevalensi balita gizi kurang 7,1% dan
prevalensi balita stunting 24,4%. Berdasarkan sumber yang sama,
proporsi makan beragam pada baduta sebesar 52,5% dengan proporsi
mulai konsumsi MPASI <6 bulan sebesar 55,3%, balita menderita diare
sebesar 9,8% dan ISPA sebesar 24,1% (SSGI, 2021). Faktor lain yang
turut berkontribusi pada masalah gizi kurang pada balita adalah pola
asuh yang kurang baik, kurangnya pengetahuan, penyakit infeksi
berulang, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta
kondisi sosial ekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap
akses makan makanan bergizi seimbang.Perlu penanganan yang
komprehensif dan terintegrasi untuk menangani masalah gizi baik pada
ibu hamil maupun balita. Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care terpadu, terutama pada kunjungan di trimester pertama
yang dilakukan oleh dokter, akan mendeteksi sedini mungkin faktor
risiko kehamilan. Bilamana ditemukan ibu hamil dengan kurang energi
kronis (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka harus diidentifikasi
penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi ibu hamil. Selain itu
juga diberikan makanan tambahan disertai edukasi bahwa ibu hamil
harus mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhannya selama
kehamilan dan saat menyusui.Rekomendasi WHO untuk memastikan
pemenuhan gizi selama kehamilan, yaitu dengan mendorong ibu hamil
mendapatkan makanan bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan
protein, bersama itu dilakukan pemberian tablet tambah darah dan
penguatan melalui pendidikan gizi serta konseling (WHO, 2013).

Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan berat


badan tidak adekuat/weight faltering, berat badan kurang dan gizi
kurang baik di Posyandu ataupun di fasilitas kesehatan, maka perlu
dilakukan tatalaksana dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) untuk mengidentifi- kasi dan mengatasi penyebab yang
mendasarinya serta kondisi yang memperberat.

B. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan investasi berharga bagi bangsa
Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang
sehat, cerdas dan produktif untuk mendukung keberhasilan
pembangunan nasional. Masalah gangguan gizi Weight faltering (balita
dengan kenaikan BB tidak adekuat berdasarkan usia), berat badan
kurang (balita dengan status gizi yang berdasarkan indikator BB/U di
bawah -2 SD), dan gizi kurang (balita dengan status gizi yang berdasar-
kan indikator BB/PB atau BB/TB pada -3 SD sampai dengan < -2 SD)
dapat disebabkan rendahnya protein energy ratio (PER) pada makanan
yang dikonsumsi. Studi Kekalih A, dkk (2015) yang menganalisis data
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa konsumsi pangan hewani pada
anak usia 6-24 bulan hanya 38,2%. Data Riskesdas 2010, menunjukkan
bahwa angka balita dengan berat badan kurang adalah 17,9% dan gizi
kurang 7,3%. Hal ini merupakan landasan perlunya asupan protein
hewani yang cukup untuk balita. Oleh karena itu, pencegahan weight
faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang harus menitikberatkan
pada pemenuhan kebutuhan protein hewani pada balita sesuai dengan
ketersediaan sumber protein hewani lokal. Sebagai contoh, telur, ikan,
ayam, dan sebagainya.Hasil penelitian Aksi Cegah Stunting di 14 lokus
stunting menunjukkan bahwa status gizi anak dengan gagal tumbuh
(weight faltering), berat badan kurang, dan gizi kurang mengalami
perbaikan dalam dua minggu (9 – 11,2 hari) setelah penggunaan Pangan
Olahan Diet Khusus sebagai terapi gizi (Laporan Evaluasi Aksi Cegah
Stunting 14 Kabupaten Kota pada bulan Maret – Mei 2022)
Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan
memanfaatkan potensi pangan lokal dan edukasi pola konsumsi
makanan bergizi diharapkan akan mendorong keluarga dan masyarakat
agar mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan berlangsung
secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di
dunia dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber
karbo-hidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228
jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-bumbuan (Badan
Ketahanan Pangan, 2020). Terdapat juga 7 kelompok pangan hewani
yaitu ikan laut, udang, ikan air tawar, ikan asin, daging, telur, dan susu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan lokal
sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk
perbaikan gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, PMT berbasis
kearifan lokal lebih efektif (Amalia, 2021), dengan konseling gizi dan
pendampingan.
Balita yang ditimbang dan diukurdi posyandu Jika ditemukan
indikasi weight faltering, BB kurang, dan gizi kurang, maka dirujuk ke
Puskesmas dan Di Puskesmas,balita akan diperiksa,termasuk dicari
redflag nya (Tanda dan gejala kondisi medis yang menun- jukkan adanya
gangguan pertumbuhan dan atau perkembangan yang membutuhkan
intervensi atau tatalaksana segera. Contoh red flag pertumbuhan: infeksi
(saluran napas, saluran kemih, kulit), limfadenopati, gambaran dismorfik
(bentuk wajah aneh), kelainan jantung dll. Contoh red flag perkem-
bangan adanya ketidakmampuan melakukan tahapan perkembangan
sesuai umurnya) Bila ada red flag , maka rujuk ke Rumah Sakit dan Bila
tidak ada red flag diberikan Pangan Diet Khusus (PDK) dapat berupa PDK
untuk kelompok bayi dan anak serta PDK untuk kelompok dewasa. PDK
untuk kelompok bayi dan anak terdiri atas formula bayi, formula
lanjutan, formula pertumbuhan, makanan pendam- ping air susu ibu dan
makanan selingan untuk anak (merujuk pada PERBPOM No. 24 Tahun
2020) di berikan hingga14 hari oleh dokter Puskesmas dan serta
dilakukan pemantauan berat badan setiap1 minggu, Bila kemudian BB
naik adekuat ( BB/U di atas-2 SD dan BB/TB di atas-2 SD), terapi gizi
dapat dilanjutkan dan bisa kembali ke Posyandu.Diposyandu, balita
rujuk balik ,diberikan pemberian Makanan Tambahan selama 14 hari
sebagai edukasi Bila berat badan naik.
Tidak adekuat setelah 14 hari atau red flag tidak bisa ditangani di
puskesmas, makarujuk ke Rumah Sakit bila Balita tidak memungkinkan
di rujuk ke Rumah Sakit, maka Balita dapat diberikan kembali PDK
selama14 hari kedua dalam pengawasan Puskesmas Jika berat badan
naik adekuat tapi masih gizi kurang, evaluasi ulang dan bila ditemukan
red flag maka harus dirujuk.

C. Tujuan Umum danTujuan Khusus

Tujuan Umum :
Meningkatnya status gizi balita melalui terapi gizi dan pemberian
makanan tambahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
Tujuan Khusus :
Agar tenaga kesehatan (tim asuhan gizi) di Puskesmas mampu:
1. Memahami prinsip pencegahan, deteksi dan penemuan dini masalah
gizi pada balita.

2. Memahami alur penapisan dan jenis layanan yang diperlukan.

3. Melakukan Tatalaksana Untuk Balita ( Gizi Kurang, Berat Badan


Kurang, Weight Faltering ) pada balita usia 6-59 bulan di layanan rawat
jalan serta pada bayi kurang dari 6 bulan.

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi.


D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Kegiatan Pokok :
1. Melakukan pelayanan, menetapkan diagnosa dan tatalaksana penyakit
serta pemberian terapi gizi pada balita
2. Melakukan asuhan keperawatan terkait malnutrisi dan penyakit
penyerta
3. Melakukan asuhan keperawatan terkait malnutrisi dan penyakit
penyerta

E. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Kader posyandu balita menimbang dan mengukur balita yang
berkunjung di posyandu.
2. Jika ditemukan indikasi balita dengan gizi kurang, berat badan
kurang dan weight faltering, maka kader merujuk balita ke
Puskesmas.
3. Petugas di Puskesmas melakukan pemeriksaan termasuk deteksi dini
dan tatalaksana kondisi red flag pada balita dengan ketentuan:
a. Bila ada reg flag dan tidak dapat ditangani oleh Puskesmas
makadapat dirujuk ke Rumah sakit.
b. Bila tidak ada reg flag maka dilakukan:
1) Rawat jalan di Puskesmas
2) Diberi konseling gizi (ASI dan MP ASI).
3) Diberi PMT Lokal selama 90 hari,
4) Dipantau berat badan setiap minggu.
4. Bila kemudian berat badan naik adekuat, maka pemberian PMT dapat
dilanjutkan dan petugas dapat melakukan rujuk balik ke posyandu.
5. Bila tidak naik berat badannya dan tidak dapat ditangani Puskesmas,
maka dapat dirujuk ke Rumah Sakit.

F. Sasaran
Sasaran penerima terapi gizi adalah Balita weight faltering, Balitaberat
badan kurang, Balita gizi kurang

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilaksananakan Januari – Desember 2023
H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah pemantauan dan


monitoring berat badan selesai berdasarkan hasil pencatatan dan
pelaporan hasil dari pemantauan berat badan.

I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


a. Pencatatan dan pelaporan pemantauan berat badan tiap minggu
nya
b. Bila tidak naik berat badannya dan tidak dapat ditangani
Puskesmas, maka dapat dirujuk ke Rumah Sakit.

Pemalang, Januari 2023


Kepala Puskesmas Kabunan

dr. Hadi Sucipto


NIP. 19710112 200604 1 011

Anda mungkin juga menyukai