KERANGKA ACUAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gambaran masalah gizi di Propinsi NTT berdasarkan hasil e-ppgbm melalui operasi
timbang di tahun 2022 menunjukkan hasil terjadi penurunan presentase balita stunting yaitu
20,9 % (91.032 anak) menjadi 17,7 % (77.338 anak) dan untuk wasting atau balita kurus saat
ini yang ada sebanyak 37.072 anak (8,5) yang perlu mendapat perhatian. Untuk Balita
dengan Weight Faltering atau balita yang tidak naik berat badannya 1 kali (T) tahun 2022 ini
berjumlah 80.239 anak yang perlu mendapat intervensi segera agar tidak menjadi gizi buruk
dan terakhir jatuh menjadi stunting.
Untuk jumlah ibu hamil kurang energy kronis (KEK) di NTT tahun 2022 adalah 25.032
orang yang juga perlu mendapat intervensi segera agar Ibu hamil dengan Lila kurang dari
23,5 cm atau ibu hamil KEK tidak melahirkan bayi dengan Panjang Badan Kurang dari 48
cm.
Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumber manusia.
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada Ibu Hamil dan anak merupakan hal penting
dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status gizinya saat sebelum dan selama
kehamilan, dilanjutkan pada masa menyusui semua bayi mendapat ASI ekslusif, semua
baduta (bawah dua tahun) mendapat Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) tinggi protein
hewani serta memastikan setiap anak balita mengkonsumsi makanan keluarga dengan nilai
gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK) sangat pesat, demikian pula perkembangan kognoitifnya. Ibu hamil
dan balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian kusus
dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita
kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin,kelahiran bayi berat badan lahir rendah (BBLR), selanjutnya berisiko
balita mengalami masalah gizi kurang yang bila berlangsung terus menerus menyebabkan
stunting.
Faktor risiko ibu hamil KEK dapat disebabkan asupan pangan yang tidak adekuat,
penyakit yang diderita, tidak memadainya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, aktivitas
fisik yang berlebih, air bersih dan hygiene sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.
Faktor lain yang turut berkontribusi masalah gizi kurang pada balita adalah pola asuh
yang kurang baik, kurangnya pengetahuan gizi, penyakit infeksi berulang, rendahnya akses
ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi social ekonomi yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap akses makan makanan bergizi seimbang.
Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani masalah gizi
kurang, baik pada ibu hamil maupun balita. Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal
care terpadu, terutama pada kunjungan trimester pertama yang dilakukan oleh Bidan dan
dokter, akan mendeteksi sedini mungkin factor risiko kehamilan.
Bilamana ditemukan ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK) Lila < 23,5 cm,
maka harus diidentifikasi penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi ibu hamil.
1
Selain itu juga diberikan makanan tambahan disertai edukasi bahwa ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhannya selama kehamilan dan saat menyusui.
Rekomendasi WHO untuk memastikan pemenuhan gizi selama kehamilan. yaitu dengan
mendorong ibu hamil mendapatkan makanan bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan
protein, bersama itu dilakukan pemberian tablet tambah darah dan penguatan melalui
pendidikan gizi serta konseling (WHO, 2013).
Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan berat badan tidak
adekuat/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang baik di Posyandu maupun di
fasilitas kesehatan, maka perlu dilakukan tatalaksana dengan pendekatan d Manajermen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang
mendasarinya serta kondisi yang memperberat.
Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi
pangan lokal dan edukasi pola konsumsi makanan bergizi diharapkan akan mendorong
keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
berlangsung secara berkelanjutan.
Indonesia merupakan Negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati (Badan
Ketahanan Pangan 2019). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan
local sangat terbuka luas untuk menyediakan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan
gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, PMT berbasis pangan local lebih efektif dengan
konseling gizi dan pendampingan (Irwan et al.2020).
Marungga NTT merupakan tumbuhan kaya akan nutrisi dan marungga NTT murah dan
mudah di dapat oleh masyarakat. Oleh sebab itu Marungga NTT dalam bentuk serbuk akan
dijadikan tambahan dalam bentuk serbuk dan akan ditambahkan dalam PMT bagi balita gizi
kurang dan Ibu hamil KEK sesuai ketentuan. Menambah serbuk marungga didalam PMT
akan merubah status gizi dari gizi kurang menjadi gizi baik, hal ini karena serbuk marungga
mengandung vitamin dan mineral, mampu memulihkan system pencernaan dan menambah
nafsu makan sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik. Hal tersebut menjadi acuan
pemanfaatan anggaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil KEK, balita
berat badan tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita gizi kurang.
Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 28
2. Undang –Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yakni Bab VIII tentang Gizi,
yang memuat 3 pasal yakni pasal 141-143.
Pasal 141 : Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.
Pasal142 : Upaya Perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan : bayi dan balita,
remaja perempuan,ibu hamil dan ibu menyusui.
2
11. Perpres No.42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
12. Permenkes No.23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
13. Permenkes No.26 tahun 2013 tentang tenaga Gizi
14. Permenkes No. 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan untuk
masyarakat Indonesia
15. Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
16. Permenkes Nomor 21 Tahun 20321 tentang Pelayanan Kesehatan Masa sebelum hamil,
masa hamil,persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan kontrasepsi serta
pelayanan kesehatan seksual.
17. Permenkes Nomor 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan masalah Gizi bagi anak
akibat penyakit.
18. Permenkes Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
19. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Pedoman Swakelola.Permenkeu Nomor 204/PMK.07/2022 tentang Pengelolaan DAK
Non Fisik
20. Pedoman Teknis Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa
Tenggara Timut tentang Pemberian PMT Lokal Tinggi Protein Hewani Berbasis Serbuk
Marungga NTT Tahun 2023.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya status gizi ibu hamil KEK,balita berat badan tidak naik/weight
faltering,balita berat badan kurang dan balita gizi kurang melalui terapi gizi dan
pembertian makanan tambahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Khusus :
1) Tersediannya petunjuk teknis penyelenggaraa Pemberian Makana Tambahan (PMT)
dan edukasi perbaikan pola konsumsi untuk Ibu Hamil KEK, Balita berat badan
kuran dan balita gizi kurang usia 6-59 bulan.
2) Dimanfaatkannya petunjuk teksnis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sebagai
acuan dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan ibu hamil KEK, balita berat
badan tidak naik/weight falterin g, balita berat badan kurang dan balita gizi kurang.
3) Terlaksananya kegiatan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK, balita
berat badan tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita gizi
kurang sesuai dengan standar.
4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan pemberianan makanan tambahan
bagi ibu hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weigt faltering,balita berat badan
kurang, dan balita gizi kurang.
3
Harus konfirmasi ulang terhadap status gizinya. Jika hasil klonfirmasi menunjukkan hasil
balita mengalami gizi kurang (dengan atau tanpa stunting), maka mendapatkan intervensi
sesuai hasil konfirmasi status gizinya.
Bila hasil konfirmasi ulang balita masih berada pada kategori berat badan kurang
(underweight), maka diberikan intervensi sama seperti balita tidak naik berat badan (T).
B. Tahapan Pelaksanaan :
a. Pembelian Bahan Makanan
1) Setelah siklus menu disusun, selanjutnya tenaga gizi puskesmas dibantu pengolah
makanan merencanakan kebutuhan makanan yang perlu dibeli untuk satu siklus menu.
2) Pembelian bahan makanan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan makanan.
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian bahan makanan:
a) Memilih bahan makanan basah yang segar, tidak berbau, tidak busuk.
b) Tanggal kadaluarsa
c) Label halal dan izin edar makanan dalam negeri
d) Jumlah yang dibeli sesuai dengan kebutuhan
e) Waktu dan musim
1. Sebelum pelaksanaan PMT Petugas Kesehatan (Tim Posyandu) bersama kader posyandu
menghubungi sasaran Bumil KEK sebanyak 17 orang dan Balita Gizi Kurang sebanyak 33
orang yang berada di 10 (Sepuluh) Kelurahan.
2. Tenaga pengolahan Makanan oleh Kader PKK Kelurahan dan Kader Posyandu yang sudah
mendapat Pelatihan.
3. Pada kegiatan PMT berbahan pangan lokal, setiap sasaran menerima makanan tambahan
berbahan pangan lokal sesuai siklus Menu 5 (Lima) hari dan 2 (Dua) hari Kudapan.
4
4. Pelaksanaan kegiatan pemberian makanan pangan lokal dilaksanakan di tempat yang sudah
disepakati bersama, yang terdiri dari 7 ( Tujuh ) Pos, yaitu
1. Kelurahan Carep dan Laci Carep : Kantor Lurah Laci Carep
2. Kelurahan Pitak : Kantor Lurah Pitak
3. Kelurahan Satar Tacik : Kantor Lurah Satar Tacik
4. Kelurahan Karot : Rumah Ibu PKK Kelurahan
5. Kelurahan Watu dan Bangka Nekang : di Rumah Kader sekaligus Tempat Posyandu
6. Kelurahan Tadong : Rumah Kader Posyandu
7. Kelurahan Tenda dan Poco Mal : Rumah Kader sekaligus Tempat Posyandu
5. Kegiatan Pengolahan Makanan dilakukan setiap hari selama 90 hari dalam bentuk
makanan lengkap dan kudapan siap santap.
6. Edukasi gizi dapat dilakukan melalui kegiatan demontrasi masak dilanjutkan dengan
makan bersama serta penyampaian penyuluhan.
7. Peralatan memasak dan bahan makanan disiapkan oleh tim pelaksana PMT
8. Menerapkan protokol kesehatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jadwal pemberian makanan dilaksanakan selama 90 hari.
Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air mengalir dan menggunakan sabun) atau
hand sanitizer di lokasi pembagian makanan.
Pada sasaran yang tidak hadir pada saat kegiatan, makanan tambahan dapat diantar ke
rumah sasaran.
D. Anggaran / Pembiayaan
Sumber pembiayaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal berasal dari Dana DAK Non
Fisik Tahun 2023. Rencana anggaran kegiatan disusun oleh Puskesmas dengan
mempertimbangkan jumlah sasaran dan berbagai pertimbangan untuk kelancaran program.
Anggaran kegiatan yang dihitung meliputi :
a. Biaya pembelian bahan makanan
Biaya pembelian bahan makanan dan operasional digunakan untuk pembelian bahan
makanan dengan dana 80 % dari unit cost :
1. Bumil KEK
Jumlah Sasaran : 30 orang
Anggaran Biaya PMT Pangan Lokal : 30 orang x Rp 21.500,- x 90 hr : Rp 77.220.000
2. Balita Gizi Kurang
Jumlah Sasaran : 52 orang
Anggaran Biaya PMT Pangan Lokal : 52 orang x Rp 16.500 x 90 hr : Rp 58.050.000
b. Biaya jasa penyelenggaraan /pengolahan makanan
Biaya jasa penyelenggaraan /pengolahan makanan sebesar. Rp. 21.960.000
An ggaran Biaya Jasa Penyelenggara/Pengolahan Makanan :
5
Pelaksanaan kegiatan pemberian Makanan Tambahan Pangan Lokal untuk ibu Hamil KEK
dan Balita Gizi Kurang selama 90 hari Makan ( 90 HMH) yang dilaksanakan pada bulan juni
sampai dengan Agustus Tahun 2023.
F. PENUTUP
Demikian Kerangka acuan ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan PMT
Pangan Lokal Tahun 2023.