Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN MANGGARAI

UPTD PUSKESMAS KOTA RUTENG


Jl. Ahmad Yani No 002 Kel.Tenda,Kec.Langke Rembong,Email:pkmkotaruteng10@gmail.com

KERANGKA ACUAN

KEGIATAN PEMBERIAN PMT LOKAL TINGGI PROTEIN HEWANI


BERBASIS SERBUK MARUNGGA NTT UNTUK IBU HAMIL KEK DAN
BALITA GIZI KURANG

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gambaran masalah gizi di Propinsi NTT berdasarkan hasil e-ppgbm melalui operasi
timbang di tahun 2022 menunjukkan hasil terjadi penurunan presentase balita stunting yaitu
20,9 % (91.032 anak) menjadi 17,7 % (77.338 anak) dan untuk wasting atau balita kurus saat
ini yang ada sebanyak 37.072 anak (8,5) yang perlu mendapat perhatian. Untuk Balita
dengan Weight Faltering atau balita yang tidak naik berat badannya 1 kali (T) tahun 2022 ini
berjumlah 80.239 anak yang perlu mendapat intervensi segera agar tidak menjadi gizi buruk
dan terakhir jatuh menjadi stunting.
Untuk jumlah ibu hamil kurang energy kronis (KEK) di NTT tahun 2022 adalah 25.032
orang yang juga perlu mendapat intervensi segera agar Ibu hamil dengan Lila kurang dari
23,5 cm atau ibu hamil KEK tidak melahirkan bayi dengan Panjang Badan Kurang dari 48
cm.
Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumber manusia.
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada Ibu Hamil dan anak merupakan hal penting
dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status gizinya saat sebelum dan selama
kehamilan, dilanjutkan pada masa menyusui semua bayi mendapat ASI ekslusif, semua
baduta (bawah dua tahun) mendapat Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) tinggi protein
hewani serta memastikan setiap anak balita mengkonsumsi makanan keluarga dengan nilai
gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK) sangat pesat, demikian pula perkembangan kognoitifnya. Ibu hamil
dan balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian kusus
dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita
kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin,kelahiran bayi berat badan lahir rendah (BBLR), selanjutnya berisiko
balita mengalami masalah gizi kurang yang bila berlangsung terus menerus menyebabkan
stunting.
Faktor risiko ibu hamil KEK dapat disebabkan asupan pangan yang tidak adekuat,
penyakit yang diderita, tidak memadainya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, aktivitas
fisik yang berlebih, air bersih dan hygiene sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.
Faktor lain yang turut berkontribusi masalah gizi kurang pada balita adalah pola asuh
yang kurang baik, kurangnya pengetahuan gizi, penyakit infeksi berulang, rendahnya akses
ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi social ekonomi yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap akses makan makanan bergizi seimbang.
Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani masalah gizi
kurang, baik pada ibu hamil maupun balita. Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal
care terpadu, terutama pada kunjungan trimester pertama yang dilakukan oleh Bidan dan
dokter, akan mendeteksi sedini mungkin factor risiko kehamilan.
Bilamana ditemukan ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK) Lila < 23,5 cm,
maka harus diidentifikasi penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi ibu hamil.

1
Selain itu juga diberikan makanan tambahan disertai edukasi bahwa ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhannya selama kehamilan dan saat menyusui.
Rekomendasi WHO untuk memastikan pemenuhan gizi selama kehamilan. yaitu dengan
mendorong ibu hamil mendapatkan makanan bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan
protein, bersama itu dilakukan pemberian tablet tambah darah dan penguatan melalui
pendidikan gizi serta konseling (WHO, 2013).
Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan berat badan tidak
adekuat/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang baik di Posyandu maupun di
fasilitas kesehatan, maka perlu dilakukan tatalaksana dengan pendekatan d Manajermen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang
mendasarinya serta kondisi yang memperberat.
Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi
pangan lokal dan edukasi pola konsumsi makanan bergizi diharapkan akan mendorong
keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
berlangsung secara berkelanjutan.
Indonesia merupakan Negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati (Badan
Ketahanan Pangan 2019). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan
local sangat terbuka luas untuk menyediakan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan
gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, PMT berbasis pangan local lebih efektif dengan
konseling gizi dan pendampingan (Irwan et al.2020).
Marungga NTT merupakan tumbuhan kaya akan nutrisi dan marungga NTT murah dan
mudah di dapat oleh masyarakat. Oleh sebab itu Marungga NTT dalam bentuk serbuk akan
dijadikan tambahan dalam bentuk serbuk dan akan ditambahkan dalam PMT bagi balita gizi
kurang dan Ibu hamil KEK sesuai ketentuan. Menambah serbuk marungga didalam PMT
akan merubah status gizi dari gizi kurang menjadi gizi baik, hal ini karena serbuk marungga
mengandung vitamin dan mineral, mampu memulihkan system pencernaan dan menambah
nafsu makan sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik. Hal tersebut menjadi acuan
pemanfaatan anggaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil KEK, balita
berat badan tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita gizi kurang.
Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 28
2. Undang –Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yakni Bab VIII tentang Gizi,
yang memuat 3 pasal yakni pasal 141-143.

Pasal 141 : Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.

Pasal142 : Upaya Perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan : bayi dan balita,
remaja perempuan,ibu hamil dan ibu menyusui.

Pasal 143 : Pemerintah bertanggung jawab meningkatkan pengetahuan dan kesadaran


masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi.

3. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.


4. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
5. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi Pangan dan Gizi
6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Jangka Panjang Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024
7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
10. Permenkes Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas

2
11. Perpres No.42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
12. Permenkes No.23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
13. Permenkes No.26 tahun 2013 tentang tenaga Gizi
14. Permenkes No. 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan untuk
masyarakat Indonesia
15. Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
16. Permenkes Nomor 21 Tahun 20321 tentang Pelayanan Kesehatan Masa sebelum hamil,
masa hamil,persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan kontrasepsi serta
pelayanan kesehatan seksual.
17. Permenkes Nomor 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan masalah Gizi bagi anak
akibat penyakit.
18. Permenkes Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
19. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Pedoman Swakelola.Permenkeu Nomor 204/PMK.07/2022 tentang Pengelolaan DAK
Non Fisik
20. Pedoman Teknis Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa
Tenggara Timut tentang Pemberian PMT Lokal Tinggi Protein Hewani Berbasis Serbuk
Marungga NTT Tahun 2023.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya status gizi ibu hamil KEK,balita berat badan tidak naik/weight
faltering,balita berat badan kurang dan balita gizi kurang melalui terapi gizi dan
pembertian makanan tambahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Khusus :
1) Tersediannya petunjuk teknis penyelenggaraa Pemberian Makana Tambahan (PMT)
dan edukasi perbaikan pola konsumsi untuk Ibu Hamil KEK, Balita berat badan
kuran dan balita gizi kurang usia 6-59 bulan.
2) Dimanfaatkannya petunjuk teksnis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sebagai
acuan dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan ibu hamil KEK, balita berat
badan tidak naik/weight falterin g, balita berat badan kurang dan balita gizi kurang.
3) Terlaksananya kegiatan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK, balita
berat badan tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita gizi
kurang sesuai dengan standar.
4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan pemberianan makanan tambahan
bagi ibu hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weigt faltering,balita berat badan
kurang, dan balita gizi kurang.

Sasaran Intervensi Penerima Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal :


1. Ibu Hamil KEK diberikan PMT selama 90 hari
2. Balita Berat Badan Tidak Naik/Weight Faltering usia 6-59 bulan diberikan PMT selama
2 – 4 minggu apabila semua indikator status gizi baik, tetapi apabila setelah 4 (Empat)
minggu intervensi,balita dengan berat badan tidak naik (T) dan ada penyakit penyerta
maka dilakukan pengobatan penyakit penyerta bersamaan dengan PMT sampai 8
(Delapan) minggu.
3. Balita gizi Kurang usia 6-59 bulan dengan atau tanpa stunting mendapatkan PMT selama
4-8 minggu. Apabila setelah intervensi setelah 8 minggu, balita tidak mengalami
perbaikan status gizi dengan 3 (Tiga) indikator, maka intervensi dengan pmt dapat
dilanjutkan sampai 90 hari .
4. Balita Berat Badan Kurang (Underweight) / Bawah Garis Merah

3
Harus konfirmasi ulang terhadap status gizinya. Jika hasil klonfirmasi menunjukkan hasil
balita mengalami gizi kurang (dengan atau tanpa stunting), maka mendapatkan intervensi
sesuai hasil konfirmasi status gizinya.
Bila hasil konfirmasi ulang balita masih berada pada kategori berat badan kurang
(underweight), maka diberikan intervensi sama seperti balita tidak naik berat badan (T).

B. Tahapan Pelaksanaan :
a. Pembelian Bahan Makanan
1) Setelah siklus menu disusun, selanjutnya tenaga gizi puskesmas dibantu pengolah
makanan merencanakan kebutuhan makanan yang perlu dibeli untuk satu siklus menu.
2) Pembelian bahan makanan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan makanan.
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian bahan makanan:
a) Memilih bahan makanan basah yang segar, tidak berbau, tidak busuk.
b) Tanggal kadaluarsa
c) Label halal dan izin edar makanan dalam negeri
d) Jumlah yang dibeli sesuai dengan kebutuhan
e) Waktu dan musim

b. Pengolahan Bahan Makanan


1) Tim Pelaksana langsung menyiapkan makanan tambahan siap santap yang dimasak oleh
PKK dan Kader Posyandu, kemudian dimakan bersama kelompok sasaran di suatu
tempat, atau di antar ke rumah sasaran jika sasaran tidak datang ke lokasi.
2) Menu/buku resep yang telah disusun oleh Dinas Kesehatan Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Propinsi NTT wajib digunakan dalam pemberian PMT balita gizi
kurang dan ibu hamil KEK.
3) Penambahan Serbuk Marungga NTT wajib diberikan pada Pemberian Makanan
Tambahan.
4) Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara pengolahan yang biasa dilakukan
sehari-hari dengan memperhatikan aspek hygiene dan sanitasi serta menerapkan 5
(Lima) kunci keaman pangan yaitu :
a) Cuci tangan pakai sabun di air mengalir dan cuci bahan makanan yang akan diolah.
b) Pisahkan penyimpanan bahan makanan mentah dan bahan makanan kering
c) Memasak dengan benar dan matang terutama bahan makanan hewani.
d) Simpan makanan matang pada suhu yang tepat dan aman
e) Gunakan air dan bahan baku yang aman.
c. Pendampingan, Pelaksanaan Edukasi Gizi dan Demo Masak secara Berkala
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan orang tua
balita dan ibu hamil sasaran dalam penerapan gizi seimbang/isi piringku dan pemanfaatan
bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari-hari.
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kelompok
maupun perorangan secara langsung kepada orang tua balita atau ibu hamil KEK selama
pendampingan.
Edukasi ini juga dapat diperluas di tingkat masyarakat kepada penyelenggara atau
penyedia makanan untuk memahami pentingnya pemenuhan gizi pada ibu hamil dan
mendorong partisipasi untuk penyediaan paket menu sesuai kebutuhan ibu hamil sesuai
standar kebutuhannya selama kehamilan dengan mengacu pada pedoman gizi seimbang.

d. Pelaksanaan PMT Berbahan Pangan Lokal :

1. Sebelum pelaksanaan PMT Petugas Kesehatan (Tim Posyandu) bersama kader posyandu
menghubungi sasaran Bumil KEK sebanyak 17 orang dan Balita Gizi Kurang sebanyak 33
orang yang berada di 10 (Sepuluh) Kelurahan.
2. Tenaga pengolahan Makanan oleh Kader PKK Kelurahan dan Kader Posyandu yang sudah
mendapat Pelatihan.
3. Pada kegiatan PMT berbahan pangan lokal, setiap sasaran menerima makanan tambahan
berbahan pangan lokal sesuai siklus Menu 5 (Lima) hari dan 2 (Dua) hari Kudapan.

4
4. Pelaksanaan kegiatan pemberian makanan pangan lokal dilaksanakan di tempat yang sudah
disepakati bersama, yang terdiri dari 7 ( Tujuh ) Pos, yaitu
1. Kelurahan Carep dan Laci Carep : Kantor Lurah Laci Carep
2. Kelurahan Pitak : Kantor Lurah Pitak
3. Kelurahan Satar Tacik : Kantor Lurah Satar Tacik
4. Kelurahan Karot : Rumah Ibu PKK Kelurahan
5. Kelurahan Watu dan Bangka Nekang : di Rumah Kader sekaligus Tempat Posyandu
6. Kelurahan Tadong : Rumah Kader Posyandu
7. Kelurahan Tenda dan Poco Mal : Rumah Kader sekaligus Tempat Posyandu
5. Kegiatan Pengolahan Makanan dilakukan setiap hari selama 90 hari dalam bentuk
makanan lengkap dan kudapan siap santap.
6. Edukasi gizi dapat dilakukan melalui kegiatan demontrasi masak dilanjutkan dengan
makan bersama serta penyampaian penyuluhan.
7. Peralatan memasak dan bahan makanan disiapkan oleh tim pelaksana PMT
8. Menerapkan protokol kesehatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Jadwal pemberian makanan dilaksanakan selama 90 hari.
 Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air mengalir dan menggunakan sabun) atau
hand sanitizer di lokasi pembagian makanan.
 Pada sasaran yang tidak hadir pada saat kegiatan, makanan tambahan dapat diantar ke
rumah sasaran.

C. Keluaran yang diharapkan


1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan dari tahap penentuan sasaran sampai dengan
berakhirnya intervensi PMT.
Hal-hal yang perlu dicatat dan dilaporkan sebagai berikut :
a. Pencatatan hasil pengukuran BB,PB atau TB, LILA setiap bulan.
b. Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui pencatatan di Puskesmas
c. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan Petugas Gizi dari Puskesmas
d. Puskesmas sebagai Pelaksana melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Dinas
Kesehatan secara berkala setiap bulan.
e. Sebagai pertanggungjawaban administrasi kegiatan harus disusun laporan yang
dilengkapi dengan dokumentasi pelaksanaan kegiatan (Foto, video, dll )

D. Anggaran / Pembiayaan
Sumber pembiayaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal berasal dari Dana DAK Non
Fisik Tahun 2023. Rencana anggaran kegiatan disusun oleh Puskesmas dengan
mempertimbangkan jumlah sasaran dan berbagai pertimbangan untuk kelancaran program.
Anggaran kegiatan yang dihitung meliputi :
a. Biaya pembelian bahan makanan
Biaya pembelian bahan makanan dan operasional digunakan untuk pembelian bahan
makanan dengan dana 80 % dari unit cost :
1. Bumil KEK
Jumlah Sasaran : 30 orang
Anggaran Biaya PMT Pangan Lokal : 30 orang x Rp 21.500,- x 90 hr : Rp 77.220.000
2. Balita Gizi Kurang
Jumlah Sasaran : 52 orang
Anggaran Biaya PMT Pangan Lokal : 52 orang x Rp 16.500 x 90 hr : Rp 58.050.000
b. Biaya jasa penyelenggaraan /pengolahan makanan
Biaya jasa penyelenggaraan /pengolahan makanan sebesar. Rp. 21.960.000
An ggaran Biaya Jasa Penyelenggara/Pengolahan Makanan :

E. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

5
Pelaksanaan kegiatan pemberian Makanan Tambahan Pangan Lokal untuk ibu Hamil KEK
dan Balita Gizi Kurang selama 90 hari Makan ( 90 HMH) yang dilaksanakan pada bulan juni
sampai dengan Agustus Tahun 2023.

F. PENUTUP
Demikian Kerangka acuan ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan PMT
Pangan Lokal Tahun 2023.

Ruteng, 31 Mei 2023


Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Kota Tenaga Pelaksana Gizi

drg.Margaretha Irmana Baung Daria Mimu ,S.Gz


NIP. 19820720 201001 2 030 NIP. 19690327 199503 2 005

Anda mungkin juga menyukai