Posyandu memiliki fungsi utama yaitu melakukan pemeriksaan bayi dan balita secara
rutin untuk mengetahui tumbuh kembang pada bayi dan balita atau mendeteksi gangguan
tumbuh kembang sejak dini. Dengan begitu posyandu juga bergerak dibidang pelayanan
gizi dan kesehatan. Gizi merupakan salah satu hal yang sangat berperan dalam tumbuh
kembang bayi maupun balita.
Pemberian gizi disarankan pada saat anak dalam kandungan hingga menginjak usia 3
tahun. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan sel-sel dalam otak pada anak sejak
mereka bayi. Gizi-gizi penting yang dibutuhkan anak dalam rentang waktu tersebut
adalah protein, karbohidrat, vitamin B1, vitamin B6, asam folat, yodium, zat besi, seng,
dan lain sebaginya. Semua kebutuhan tersebut bisa didapatkan dari Air Susu Ibu (ASI),
dengan begitu mengapa ASI sangat disarankan selama anak dalam usia dini.
Tidak hanya ASI, gizi pada anak juga bisa di dapat dari Pemberian Makanan
Tambahan (PMT). PMT merupakan kegiatan melakukan pemberian makanan tambahan
kepada balita yang berupa makanan yang begizi, aman, dan bermutu agar mencapai berat
badan yang sesuai dengan usia. Program pemberian makanan tambahan ini merupakan
salah satu upaya posyandu dalam peningkatan gizi pada bayi dan balita. PMT pada balita
mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Pemberian PTM dilakukan hingga berat badan
sesuai dengan usia, setelah itu pemberian PMT dihentikan dan dilanjutkan dengan
makanan bergizi seimbang.
Dengan begitu sudah diketahui dengan pasti PMT memiliki peran yang penting dalam
tumbuh kembang balita. Tanpa adanya keseimbangan gizi yang baik pada balita,
menyebabkan terganggunya kesehatan pada balita. Salah satu penyakit yang disebabkan
kurangnya gizi yang baik pada balita adalah stunting atau biasa disebut kejadian balita
pendek. Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita dunia saat
ini. pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.
Data prevelensi yang dikumpulkan WHO menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke
dalam negara yang memiliki kasus tertinggi stunting. Rata-rata stunting yang terjadi pada
balita di Indonesia sekitar 2005-2017 adalah 36,4%.
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus stunting yang
cukup tinggi dibandingan negara-negara yang berpendapatan menengah lainnya. Anak-
anak yang terkena stunting memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal, menjadikan
anak menjadi rentan terhadap penyakit dan dapat meyebabkan menurunnya tingkat
produktivitas. Pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kemiskinan. Situasi ini akan mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesi, baik yang
menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan maupun ketimpangan.
Melihat masyarakat Begajah yang masih banyak memiliki balita, maka dari itu
diperlukan pengawasan khusus terhadap keseimbangan gizi pada balita. Dengan
demikian, penulis mengadakan penelitian mengenai upaya peningkatan gizi pada balita
dengan makanan tambahan dan vitamin pada posyandu balita di Begajah, Sukoharjo.
1. Makanan tambahan dan vitamin apa saja yang diberikan kepada balita dalam kegiatan
posyandu di Desa Begajah?
3. Upaya apa yang dilakukan posyandu di Desa Begajah untuk pencegahan stunting
pada balita?
2. Upaya peningkatan gizi pada balita dengan makanan tambahan dan vitamin
1. Mengetahui makanan tambahan dan vitamin yang diberikan pada kegiatan posyandu
1. Bagi peneliti
2. Bagi masyarakat
KAJIAN PUSTAKA
1. Posyandu
Menurut Depkes RI (2006) Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Besumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.
Pelayanan Tambahan yang Diberikan, antara lain:
Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus dan
sebagainya.
Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi,
penanggulangan diare.
KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan melihat
garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status
pertumbuhan anaknya.
Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertamabah ke pita
warna diatasnya.
Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan bertambah atau naik tapi
pindah ke pita warna di bawahnya.
Merupakan awal tanda balita gizi buruk Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT
diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu. (Departemen Kesehatan RI.
2006: 104)
b) Keluarga Berencana
c) Imunisasi
Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat
tepat untuk meningkatkan gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo. 2003: 205).
Peningkatan gizi balita di posyandu yang dilakukan oleh kader berupa
memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MPASI,
imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita
(Dinas Kesehatan RI. 2006: 24).
e) Penanggulangan diare
2. Gizi
Menurut DR. I.K.G. SUANDI, SpA, gizi merupakan suatu bagian dari proses
kehidupan dan proses tumbuh kembang anak. Sehingga pemenuhan kebutuhan gizi
harus secara akurat turut menentukan kualitas untuk tumbuh kembang, dan sebagai
sumber daya manusia untuk dimasa yang akan datang.
Menurut UNICEF, status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan
penyakit infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal dapat
menimbulkan masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita antara lain
kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia gizi besi
(AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan gizi lebih (Susilowati dan
Kuspriyanto. 2016). Masalah gizi lain pada balita adalah stunting (Kemenkes RI,
2018).
Energi
Kebutuhan energi sehari pada tahun pertama 100-200 kkal/kg BB. Untuk
tiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi turun 10 kkal/kg BB.
Penggunaan energi dalam tubuh adalah 50% atau 55 kkal/kg BB/hari
untuk metabolisme basal, 5-10% untuk Specific Dynamic Action, 12%
untuk pertumbuhan, 25% atau 15-25 kkal/kg BB/hari untuk aktivitas fisik
dan 10% terbuang melalui feses.
Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan
karbohidrat. Dianjurkan agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari
50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, dan 10-15% protein.
Protein
Disarankan untuk memberikan 2,5-3 g/kg BB bagi bayi dan 1,5-2 g/kg BB
bagi anak sekolah sampai adolesensia. Jumlah protein yang diberikan
dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam
jumlah cukup, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, maka protein yang
diberikan harus sebagian berupa protein yang berkualitas tinggi seperti
protein hewani.
Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan 15-
20% energi total berasal dari lemak. Di Indonesia energi yang berasal dari
lemak pada umumnya sekitar 10-20%. Masukan lemak setelah umur 6
bulan sebanyak 30-35% dari jumlah energi seluruhnya masih dianggap
normal, akan tetapi seharusnya tidak lebih rendah lebih rendah.
Karbohidrat
Dianjurkan 60-70% energi total basal berasal dari karbohidrat. Pada ASI
dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori berasal
dari karbohidrat terutama laktosa. Sebaiknya karbohidrat yang dimakan
terdiri dari polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum,
kentang, dan sayuran. Gula yang terdapat dalam minuman manis, selai,
kue, gula-gula dan cokelat harus dibatasi dan tidak melebihi 10% dari
jumlah energi. Monosakarida dan disakarida lainnya terdapat dalam buah-
buahan dan susu serta produk susu.
Buah, susu, dan produk susu merupakan sumber vitamin dan trace element
untuk anak yang sedang tumbuh. Makanan yang terlalu manis dapat
menyebabkan kerusakan gigi anak-anak. Karbohidrat diperlukan anak-
anak yang sedang tumbuh sebagai sumber energi.
3. Vitamin
Secara umum vitamin dibagi menjadi 2 tipe, yaitu vitamin larut air dan vitamin larut
lemak. Vitamin larut air merupakan vitamin yang tidak dapat disimpan dalam jumlah
banyak dalam tubuh dan akan dieksresikan atau akan dibuang melalui urine, sehingga
penting untuk menjada asupan vitamin larut air. Vitamin larut air, contohnya vitamin
B dan C. Vitamin laut lemak, di antaranya vitamin A, D, E, dan K.
Vitamin B9. Vitamin ini sangat berguna ketika menjalani masa kehamilan bagi
wanita, jika tubuh wanita hamil kekurangan vitamin B9 meningkatkan risiko
kandungan untuk mengalami cacat pada kelahiran. Sumber utama dari vitamin B9
berasal dari sayuran hijau, kuaci, dan juga ragi.
Jika tubuh kurang asupan vitamin C, maka akan menimbulkan penurunan daya tahan
tubuh. Vitamin C umumnya bersumber dari buah-buahan seperti jeruk dan kiwi.
Selain buah, vitamin C juga bisa ditemukan dari beberapa jenis sayuran.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan rabun ayam atau rabun senja dan
keratomalacia. Selain itu kekurangan vitamin A bisa menimbulkan kelainan pada
kornea mata yang menyebabkan kornea mata menjadi kering. Vitamin A bersumber
dari minyak ikan kod, wortel, brokoli, ubi, mentega, kubis, bayam, labu, beberapa
jenis keju, telur, melon dan susu.
Berasal dari buah kiwi, kacang almond, alpukat, telur, susu, kacang, dan juga minyak
sayur.
Vitamin K umumnya berasal dari sayuran hijau seperti seledri, alpukat, dan buah
kiwi.
4. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi
badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD
dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.
5. Makanan Tambahan
Berikut ini adalah berbagai jenis makanan yang sifatnya tambahan bagi balita :
Biskuit
Pada program PMT, pemerintah menyediakan biskuit khusus untuk balita.
Biskuit ini hanya diperuntukkan bagi anak usia 12 hingga 24 bulan, dengan
nilai gizi di antaranya energi total 180 kkal, lemak 6 gram, dan protein 3 gram.
Jumlah per saji biskuitnya mengandung 29 gram karbohidrat total, 2 gram
serat pangan, 8 gram gula dan 120 mg natrium.
Pemberian biskuit khusus ini adalah 8 hingga 12 keping per harinya.
Pembagian per kepingnya bisa seperti 3 keping biskuit di waktu pagi, 3 keping
biskuit di waktu siang, dan 2 keping biskuit di waktu sore.
Pembagian makan per kepingnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Yoghurt
Pilihan makanan berupa yoghurt ini bisa membantu memenuhi kebutuhan
protein dan kalisum, serta meningkatkan jumlah bakteri baik di usus.
Teksturnya yang lembut tentu bisa dikonsumsi balita dengan mudah.
Penambahan potongan buah pada yoghurt untuk bayi juga dapat dilakukan,
seperti penambahan pisang, supaya nutrisinya jadi lebih beragam.
Namun, perlu diperhatikan pilih yoghurt tanpa rasa yang kandungan gulanya
lebih rendah daripada yoghurt dengan penambah rasa.
Potongan Buah
Buah mengandung banyak mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Ada banyak buah pilihan yang bisa diberikan untuk anak balita, seperti
pepaya, melon, semangka, buah naga, pisang, pir, apel, atau alpukat. Pilihan
buah yang beragam per harinya, sehingga membuat anak jadi tidak mudah
bosan.
Namun, saat menyajikan buah-buahan pastikan potongan buahnya tidak terlalu
besar, kondisinya tidak terlalu dingin, buahnya matang dan segar, serta
bersihkan biji-bijinya jika ada. Selain bisa dikonsumsi langsung, buah juga
bisa dikreasikan menjadi jus buah, smoothies yang ditambahkan dengan sayur,
atau es krim buah buatan sendiri (popsicle). Perlu diingatkan kembali, jika
makanan tambahan sifatnya hanya sebagai pendukung saja. Makanan ini tidak
bisa menggantikan makanan pokok, seperti bubur, nasi, yang sudah lengkap
dengan sayur, serta makanan berprotein lainnya.
2.2. Pengertian
Stunting adalah masalah gizi yang disebabkan karena kurang nya asupan gizi dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini biasanya terjadi dikarenakan makanan yang diberikan
tidak sesuai dengan gizi yang dibutuhkan. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan
sebagai presentase anak-anak usia 0-59 bulan, dengan tinggi dibawah minus (stunting
sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) yang diukur dari standar pertumbuhan
anak keluaran WHO
Seribu hari pertama kehidupan yaitu pembuahan hingga usia 2 tahun balita merupakan
saat yang penting untuk pencegahan stunting. Jika ada bebrapa faktor yang dapat
menyebabkan stunting di 1000 hari itu semua dapat diperbaiki dengan pemenuhan
nutrisi. Stunting bisa disebabkan dari pola hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
pemenuhan gizi. Stunting juga bisa disebabkan dari perilaku, terutama pada pemberian
pola makanan pada bayi dan balita (Divisi Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta)
Bayi maupun balita yang terkena stunting akan berdampak besar bagi pertumbuhannya.
Salah satu dampaknya adalah terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
Terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak akan mempengaruhi pola
pikir, kreativitas, kemampuan hingga produktivitas anak.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada bayi dan balita.
Beberapa cara yang dapat dilakukan umtuk pencegahan stunting adalah pemenuhan
nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan, pola hidup sehat, stunting juga dipengaruhi
aspek perilaku terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian
makanan bagi bayi dan balita, edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja,
edukasi tentang persalinan dan pertingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), akses
terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah, biasakan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
https://core.ac.uk/reader/290134780
http://eprints.ums.ac.id/18396/2/bab_satu.pdf
http://www.rsu-madani-medan.com/post/asupan-gizi-yang-baik-untuk-anak-usia-dini
https://www.kemkes.go.id/article/print/16122100005/perbaikan-gizi-untuk-generasi-agar-
mampu-menangkan-persaingan.html
http://eprints.undip.ac.id/24048/2/BAB1%2C2.pdf
http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Ringkasan%20Stunting.pdf