Anda di halaman 1dari 15

UPAYA PENINGKATAN GIZI PADA BALITA DENGAN MAKANAN

TAMBAHAN DAN VITAMIN UNTUK PENCEGAHAN STUNTING DI


POSYANDU BEGAJAH
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peran masyarakat sangat dibutuhankan dalam berbagai hal, salah satunya adalah
posyandu. Posyandu merupakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang bersumber
dayakan masyarakat, dalam peningakatan pelayanan kesehatan masyarakat. Posyandu
merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan
pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Selain itu, posyandu merupakan
upaya pemerintah dalam mengurangi angka kematian pada bayi dan anak serta angka
kelahiran. Dalam hal ini posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan
masyarakat khusunya pada ibu hamil maupun pertubuhan pada balita.

Posyandu memiliki fungsi utama yaitu melakukan pemeriksaan bayi dan balita secara
rutin untuk mengetahui tumbuh kembang pada bayi dan balita atau mendeteksi gangguan
tumbuh kembang sejak dini. Dengan begitu posyandu juga bergerak dibidang pelayanan
gizi dan kesehatan. Gizi merupakan salah satu hal yang sangat berperan dalam tumbuh
kembang bayi maupun balita.

Pemberian gizi disarankan pada saat anak dalam kandungan hingga menginjak usia 3
tahun. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan sel-sel dalam otak pada anak sejak
mereka bayi. Gizi-gizi penting yang dibutuhkan anak dalam rentang waktu tersebut
adalah protein, karbohidrat, vitamin B1, vitamin B6, asam folat, yodium, zat besi, seng,
dan lain sebaginya. Semua kebutuhan tersebut bisa didapatkan dari Air Susu Ibu (ASI),
dengan begitu mengapa ASI sangat disarankan selama anak dalam usia dini.

Tidak hanya ASI, gizi pada anak juga bisa di dapat dari Pemberian Makanan
Tambahan (PMT). PMT merupakan kegiatan melakukan pemberian makanan tambahan
kepada balita yang berupa makanan yang begizi, aman, dan bermutu agar mencapai berat
badan yang sesuai dengan usia. Program pemberian makanan tambahan ini merupakan
salah satu upaya posyandu dalam peningkatan gizi pada bayi dan balita. PMT pada balita
mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Pemberian PTM dilakukan hingga berat badan
sesuai dengan usia, setelah itu pemberian PMT dihentikan dan dilanjutkan dengan
makanan bergizi seimbang.

Dengan begitu sudah diketahui dengan pasti PMT memiliki peran yang penting dalam
tumbuh kembang balita. Tanpa adanya keseimbangan gizi yang baik pada balita,
menyebabkan terganggunya kesehatan pada balita. Salah satu penyakit yang disebabkan
kurangnya gizi yang baik pada balita adalah stunting atau biasa disebut kejadian balita
pendek. Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita dunia saat
ini. pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.
Data prevelensi yang dikumpulkan WHO menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke
dalam negara yang memiliki kasus tertinggi stunting. Rata-rata stunting yang terjadi pada
balita di Indonesia sekitar 2005-2017 adalah 36,4%.

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus stunting yang
cukup tinggi dibandingan negara-negara yang berpendapatan menengah lainnya. Anak-
anak yang terkena stunting memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal, menjadikan
anak menjadi rentan terhadap penyakit dan dapat meyebabkan menurunnya tingkat
produktivitas. Pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kemiskinan. Situasi ini akan mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesi, baik yang
menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan maupun ketimpangan.

Melihat masyarakat Begajah yang masih banyak memiliki balita, maka dari itu
diperlukan pengawasan khusus terhadap keseimbangan gizi pada balita. Dengan
demikian, penulis mengadakan penelitian mengenai upaya peningkatan gizi pada balita
dengan makanan tambahan dan vitamin pada posyandu balita di Begajah, Sukoharjo.

1.2. Rumusan masalah

1. Makanan tambahan dan vitamin apa saja yang diberikan kepada balita dalam kegiatan
posyandu di Desa Begajah?

2. Apakah faktor penyebab terjadinya stunting pada balita di Desa Begajah?

3. Upaya apa yang dilakukan posyandu di Desa Begajah untuk pencegahan stunting
pada balita?

1.3. Pembatasan Masalah

1. Pentingnya gizi seimbang pada balita

2. Upaya peningkatan gizi pada balita dengan makanan tambahan dan vitamin

3. Penyebab dan pencegahan stunting


1.4. Tujuan Penlitian

1. Mengetahui makanan tambahan dan vitamin yang diberikan pada kegiatan posyandu

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab stunting

3. Mengetahui cara pencegahan stunting

1.5. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan peneliti


khususnya pada peningkatan gizi dan pencegahan stunting pada posyandu Desa
Begajah, Sukoharjo.

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang


pentingnya manfaat posyandu bagi pemantuan tumbuh kembang balita dan
pentingnya pencegahan anemia pada ibu hamil yang bisa mengakibatkan terjadinya
stunting.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pembatasan Istilah

Untuk tidak menimbulkan kesalah perbedaan pengertian, perlu adanya penjelasan


istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Batasan istilah diambil dari sumber
terpercaya seperti internet maupun beberapa artikel. Beberapa Batasan istilah yang perlu
dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Posyandu

Menurut Depkes RI (2006) Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Besumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.

Kegiatan Posyandu antara lain:

 Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak

Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus


diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan
penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak
yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.

 Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.

Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya


(kurang dari 200 gram/ bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah
garis merah KMS.

 Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu.

 Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.
Pelayanan Tambahan yang Diberikan, antara lain:

 Pelayanan bumil dan menyusui.

 Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan


dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.

 Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus dan
sebagainya.

 Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.

 Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.

 Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

 Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.

Manfaat Posyandu, antara lain:

Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi,
penanggulangan diare.

a) Kesehatan ibu dan anak

 Ibu: Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, pemeriksaan


kehamilandan nifas, pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian
vitamin dan pil penambah darah, imunisasi TT untuk ibu hamil.

 Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan


Februari dan Agustus (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM
USU. 2007). Akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas Kesehatan RI.
2006: 95)

 Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di


posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin
di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini
mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang
kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status
pertumbuhan balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila
penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar
pertumbuhan anak akan baik pula.

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan melihat
garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status
pertumbuhan anaknya.

Kriteria Berat Badan balita di KMS:

 Berat badan naik :

Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertamabah ke pita
warna diatasnya.

 Berat badan tidak naik :

Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan bertambah atau naik tapi
pindah ke pita warna di bawahnya.

 Berat badan dibawah garis merah

Merupakan awal tanda balita gizi buruk Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT
diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu. (Departemen Kesehatan RI.
2006: 104)

b) Keluarga Berencana

Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom, pil


KB, dan suntik KB.

c) Imunisasi

Di posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi. Macam


imunisasi yang diberikan di posyandu adalah:

 BCG untuk mencegah penyakit TBC.

 DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.

 Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.

 Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).


d) Peningkatan Gizi

Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat
tepat untuk meningkatkan gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo. 2003: 205).
Peningkatan gizi balita di posyandu yang dilakukan oleh kader berupa
memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MPASI,
imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita
(Dinas Kesehatan RI. 2006: 24).

e) Penanggulangan diare

Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127).


Melakukan rujukan pada penderita diare yang menunjukan tanda bahaya di
Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 129). Memberikan
penyuluhan penggulangan diare oleh kader posyandu. (Departemen
Kesehatan RI. 2006: 132)

2. Gizi

Menurut DR. I.K.G. SUANDI, SpA, gizi merupakan suatu bagian dari proses
kehidupan dan proses tumbuh kembang anak. Sehingga pemenuhan kebutuhan gizi
harus secara akurat turut menentukan kualitas untuk tumbuh kembang, dan sebagai
sumber daya manusia untuk dimasa yang akan datang.

Menurut UNICEF, status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan
penyakit infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal dapat
menimbulkan masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita antara lain
kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia gizi besi
(AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan gizi lebih (Susilowati dan
Kuspriyanto. 2016). Masalah gizi lain pada balita adalah stunting (Kemenkes RI,
2018).

 Kebutuhan Gizi Masa Balita

Menurut Adriani (2016), masa balita merupakan masa kehidupan yang


sangat penting yang mana berlangsung proses tumbuh kembang sangat
pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental,
dan sosial. Stimulasi psikososial harus dimulai sejak dini dan tepat waktu
untuk

tercapainya perkembangan psikososial yang optimal. Dalam mendukung


pertumbuhan fisik balita perlu petunjuk praktis makanan dengan gizi
seimbang salah satunya dengan makan aneka ragam makanan yang
memenuhi kecukupan gizi. Kebutuhan gizi pada balita diantaranya energi,
protein, lemak, karbohidrat.

 Energi

Kebutuhan energi sehari pada tahun pertama 100-200 kkal/kg BB. Untuk
tiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi turun 10 kkal/kg BB.
Penggunaan energi dalam tubuh adalah 50% atau 55 kkal/kg BB/hari
untuk metabolisme basal, 5-10% untuk Specific Dynamic Action, 12%
untuk pertumbuhan, 25% atau 15-25 kkal/kg BB/hari untuk aktivitas fisik
dan 10% terbuang melalui feses.

Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan
karbohidrat. Dianjurkan agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari
50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, dan 10-15% protein.

 Protein

Protein merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai


zat pembangun, yaitu pertumbuhan dan pembentukan protein dalam
serum, hemoglobin, enzim, hormon serta antibodi; mengganti sel-sel tubuh
yang rusak; memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh; dan
sumber energi.

Disarankan untuk memberikan 2,5-3 g/kg BB bagi bayi dan 1,5-2 g/kg BB
bagi anak sekolah sampai adolesensia. Jumlah protein yang diberikan
dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam
jumlah cukup, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, maka protein yang
diberikan harus sebagian berupa protein yang berkualitas tinggi seperti
protein hewani.

 Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan 15-
20% energi total berasal dari lemak. Di Indonesia energi yang berasal dari
lemak pada umumnya sekitar 10-20%. Masukan lemak setelah umur 6
bulan sebanyak 30-35% dari jumlah energi seluruhnya masih dianggap
normal, akan tetapi seharusnya tidak lebih rendah lebih rendah.

 Karbohidrat

Dianjurkan 60-70% energi total basal berasal dari karbohidrat. Pada ASI
dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori berasal
dari karbohidrat terutama laktosa. Sebaiknya karbohidrat yang dimakan
terdiri dari polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum,
kentang, dan sayuran. Gula yang terdapat dalam minuman manis, selai,
kue, gula-gula dan cokelat harus dibatasi dan tidak melebihi 10% dari
jumlah energi. Monosakarida dan disakarida lainnya terdapat dalam buah-
buahan dan susu serta produk susu.

Buah, susu, dan produk susu merupakan sumber vitamin dan trace element
untuk anak yang sedang tumbuh. Makanan yang terlalu manis dapat
menyebabkan kerusakan gigi anak-anak. Karbohidrat diperlukan anak-
anak yang sedang tumbuh sebagai sumber energi.

3. Vitamin

Eschleman (1996) menyatakan bahwa vitamin adalah substansi organik yang


dibutuhkan dlaam jumlah kecil untuk pertumbuhan dan memelihara kehidupan.
Beberapa vitamin mempunyai aktivitas seperti hormon, sedangkan yang lain
merupakan komponen enzim.

Secara umum vitamin dibagi menjadi 2 tipe, yaitu vitamin larut air dan vitamin larut
lemak. Vitamin larut air merupakan vitamin yang tidak dapat disimpan dalam jumlah
banyak dalam tubuh dan akan dieksresikan atau akan dibuang melalui urine, sehingga
penting untuk menjada asupan vitamin larut air. Vitamin larut air, contohnya vitamin
B dan C. Vitamin laut lemak, di antaranya vitamin A, D, E, dan K.

Kekurangan vitamin B dapat menyebabkan beriberi. Sumber utama vitamin B berasal


dari ragi, kuaci, beras cokelat, gandum, asparagus, kubis, jeruk, kentang, dan telur.
Vitamin B2. Kekurangan vitamin B2 bisa menyebabkan ariboflavinosis.
Sementara, vitamin B2 umumya bersumber dari asparagus, pisang, keju, susu, yogurt,
telur, ikan dan kacang hijau.

Vitamin B3. Kekurangan vitamin B3 dapat menyebabkan pellagra, dengan


mengalami gejala seperti diare, dermatitis, dan gangguan mental. Sumber utama
vitamin B3 berasal dari daging ayam, daging sapi, ikan (tuna dan salmon), susu, telur,
alpukat, kurma, tomat, brokoli, dan ubi.

Vitamin B5. Bersumber dari daging-dagingan, gandum utuh, brokoli, alpukat,


royal jelly, dan juga telur ikan.

Vitamin B6. Jika tubuh manusia kekurangan vitamin B6 maka akan


menyebabkan anemia, atau kerusakan pada beberapa sistem saraf. Vitamin B6 sendiri
bersumber dari bahan makanan seperti daging, pisang, gandum, sayuran, dan juga
kacang.

Vitamin B7. Kekurangan vitamin B7 bisa menimbulkan dermatitis pada tubuh.


Vitamin B7 berasal dari kuning telur, hati, dan beberapa jenis sayuran.

Vitamin B9. Vitamin ini sangat berguna ketika menjalani masa kehamilan bagi
wanita, jika tubuh wanita hamil kekurangan vitamin B9 meningkatkan risiko
kandungan untuk mengalami cacat pada kelahiran. Sumber utama dari vitamin B9
berasal dari sayuran hijau, kuaci, dan juga ragi.

Vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia. Sumber


utamanya sendiri berasal dari ikan, kerang, daging sapi, daging unggas, telur, susu
dan produk olahannya.

Jika tubuh kurang asupan vitamin C, maka akan menimbulkan penurunan daya tahan
tubuh. Vitamin C umumnya bersumber dari buah-buahan seperti jeruk dan kiwi.
Selain buah, vitamin C juga bisa ditemukan dari beberapa jenis sayuran.

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan rabun ayam atau rabun senja dan
keratomalacia. Selain itu kekurangan vitamin A bisa menimbulkan kelainan pada
kornea mata yang menyebabkan kornea mata menjadi kering. Vitamin A bersumber
dari minyak ikan kod, wortel, brokoli, ubi, mentega, kubis, bayam, labu, beberapa
jenis keju, telur, melon dan susu.

Kekurangan vitamin D akan menyebabkan pelunakan pada tulang dan juga


osteomalacia. Vitamin D bersumber dari sinar matahari pagi dan juga ikan, telur, hati
sapi, dan juga jamur.

Berasal dari buah kiwi, kacang almond, alpukat, telur, susu, kacang, dan juga minyak
sayur.

Vitamin K umumnya berasal dari sayuran hijau seperti seledri, alpukat, dan buah
kiwi.

4. Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi
badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD
dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.

5. Makanan Tambahan

Makanan Tambahan Balita adalah makanan bergizi yang merupakan tambahan dalam


pemenuhan asupan zat gizi. Setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan, kebutuhan gizinya
semakin meningkat.

Berikut ini adalah berbagai jenis makanan yang sifatnya tambahan bagi balita :
 Biskuit
Pada program PMT, pemerintah menyediakan biskuit khusus untuk balita.
Biskuit ini hanya diperuntukkan bagi anak usia 12 hingga 24 bulan, dengan
nilai gizi di antaranya energi total 180 kkal, lemak 6 gram, dan protein 3 gram.
Jumlah per saji biskuitnya mengandung 29 gram karbohidrat total, 2 gram
serat pangan, 8 gram gula dan 120 mg natrium.
Pemberian biskuit khusus ini adalah 8 hingga 12 keping per harinya.
Pembagian per kepingnya bisa seperti 3 keping biskuit di waktu pagi, 3 keping
biskuit di waktu siang, dan 2 keping biskuit di waktu sore.
Pembagian makan per kepingnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
 Yoghurt
Pilihan makanan berupa yoghurt ini bisa membantu memenuhi kebutuhan
protein dan kalisum, serta meningkatkan jumlah bakteri baik di usus.
Teksturnya yang lembut tentu bisa dikonsumsi balita dengan mudah.
Penambahan potongan buah pada yoghurt untuk bayi juga dapat dilakukan,
seperti penambahan pisang, supaya nutrisinya jadi lebih beragam.
Namun, perlu diperhatikan pilih yoghurt tanpa rasa yang kandungan gulanya
lebih rendah daripada yoghurt dengan penambah rasa.
 Potongan Buah
Buah mengandung banyak mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Ada banyak buah pilihan yang bisa diberikan untuk anak balita, seperti
pepaya, melon, semangka, buah naga, pisang, pir, apel, atau alpukat. Pilihan
buah yang beragam per harinya, sehingga membuat anak jadi tidak mudah
bosan.
Namun, saat menyajikan buah-buahan pastikan potongan buahnya tidak terlalu
besar, kondisinya tidak terlalu dingin, buahnya matang dan segar, serta
bersihkan biji-bijinya jika ada. Selain bisa dikonsumsi langsung, buah juga
bisa dikreasikan menjadi jus buah, smoothies yang ditambahkan dengan sayur,
atau es krim buah buatan sendiri (popsicle). Perlu diingatkan kembali, jika
makanan tambahan sifatnya hanya sebagai pendukung saja. Makanan ini tidak
bisa menggantikan makanan pokok, seperti bubur, nasi, yang sudah lengkap
dengan sayur, serta makanan berprotein lainnya.

2.2. Pengertian

Stunting adalah masalah gizi yang disebabkan karena kurang nya asupan gizi dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini biasanya terjadi dikarenakan makanan yang diberikan
tidak sesuai dengan gizi yang dibutuhkan. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan
sebagai presentase anak-anak usia 0-59 bulan, dengan tinggi dibawah minus (stunting
sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) yang diukur dari standar pertumbuhan
anak keluaran WHO

Seribu hari pertama kehidupan yaitu pembuahan hingga usia 2 tahun balita merupakan
saat yang penting untuk pencegahan stunting. Jika ada bebrapa faktor yang dapat
menyebabkan stunting di 1000 hari itu semua dapat diperbaiki dengan pemenuhan
nutrisi. Stunting bisa disebabkan dari pola hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
pemenuhan gizi. Stunting juga bisa disebabkan dari perilaku, terutama pada pemberian
pola makanan pada bayi dan balita (Divisi Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta)

Bayi maupun balita yang terkena stunting akan berdampak besar bagi pertumbuhannya.
Salah satu dampaknya adalah terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
Terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak akan mempengaruhi pola
pikir, kreativitas, kemampuan hingga produktivitas anak.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada bayi dan balita.
Beberapa cara yang dapat dilakukan umtuk pencegahan stunting adalah pemenuhan
nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan, pola hidup sehat, stunting juga dipengaruhi
aspek perilaku terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian
makanan bagi bayi dan balita, edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja,
edukasi tentang persalinan dan pertingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), akses
terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah, biasakan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
https://core.ac.uk/reader/290134780

http://eprints.ums.ac.id/18396/2/bab_satu.pdf

http://www.rsu-madani-medan.com/post/asupan-gizi-yang-baik-untuk-anak-usia-dini

https://www.kemkes.go.id/article/print/16122100005/perbaikan-gizi-untuk-generasi-agar-
mampu-menangkan-persaingan.html

http://eprints.undip.ac.id/24048/2/BAB1%2C2.pdf

http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Ringkasan%20Stunting.pdf

Anda mungkin juga menyukai