Tsimaratut Tahrirah
101411131004
Universitas Airlangga
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Posyandu memiliki peranan penting bagi kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan
imunisasi, pelayanan kesehatan ibu, pelayanan neonatal, pelayanan perbaikan gizi,
pelayanan kesehatan usia lanjut,dan pelayanan pengobatan. Saat ini pos pelayanan
terpadu (Posyandu) merupakan pelayanan berbasis masyarakat. Kegiatan
posyandu berupa kegiatan imunisasi, penimbangan, pemberian makanan
tambahan serta penyuluhan gizi dan kesehatan.
Oleh karena itu, upaya ibu balita untuk membawa ke posyandu merupakan
suatu aktifitas yang positif agar kesadaran untuk membawa ke tempat pelayanan
kesehatan dapat mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan balita. Telah
dilakukan pengambilan data status gizi balita secara menyeluruh di wilayah
Indonesia. Data yang lengkap dibutuhkan untuk sebuah perencanaan kesehatan.
Namun analisis untuk pengambilan kebijakan secara spesifik belum dilakukan.
Sampai saat ini belum ada informasi yang akurat dan luas apakah masyarakat
telah memanfaatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk itu akan dianalisis data
riskesdas guna memperoleh informasi yang menggambarkan status gizi yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di suatu wilayah.
Informasi ini akan memberikan dukungan dalam pengambilan kebijakan secara
spesifik.
Indonesia berada diperingkat 130 dalam kasus balita dengan status gizi
kurang berdasarkan data HDI (Human Development Index),hal ini dibuktikan
dengan adanya data yang menunjukan bahwa di tahun 2007, 4 juta balita di
Indonesia menderita kurang gizi. 700 ribu diantaranya menderita gizi buruk
(Anonim, 2008). Di Jawa Timur melalui program pemantauan status gizi (PSG)
dinyatakan bahwa, pada tahun 2005 terdapat 19,3 % balita terdeteksi menderita
Kurang Energi Protein (KEP), yang dikategorikan dalam balita dengan status gizi
kurang mencapai 16,6 % dan balita dengan status gizi buruk berjumlah 2,7 %
(Depkes RI, 2006: 27).
Keberadan dan peran posyandu memang mempunyai pengaruh yang
penting untuk membantu peningkatan status gizi balita. Oleh karena itu,
keberadaan dan peran posyandu harus lebih berkualitas, peningkatan kualitas ini
dapat difokuskan kepada kader posyandu sebagai pelaksana kegiatan posyandu
yang diharapkan mampu memantau status gizi balita dengan baik sekaligus
mampu meningkatkan status gizi balita tersebut. tidak hanya kadernya, kualitas
posyandu dapat pula dilakukan dengan cara melengkapi sarana dan prasarana
posyandu itu sendiri oleh pemerintah.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan yang
mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi,dan penanggulangan diare
(Depkes RI, 2006:4).
Posyandu mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa depan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu
(Djaiman,2002) :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan
ibu sampai usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan
untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik
maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan
bangsa dan negara.
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit
bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan posyandu
merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu
dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya
(Departemen Dalam Negeri, 1990: 39).
Berikut adalah contoh menu PMT bagi balita di posyandu (Badriyah, dan Sarmini
Moedjiarto, 2012: 27) .
1. Menu PMT bayi usia 6-12 bulan
Dapat berupa : Bubur susu labu kuning, Nasi tim ikan tengiri, Nasi tim
ayamcampur sayur, Jus alpukat dan lain-lain.
2. Menu PMT anak usia diatas 1 tahun
Misalnya : Sup kacang merah, Mie goreng ayam, Sate bola-bola tahu,
Puding buah warna-warni dan lain-lain.
PMT dapat diberikan dalam bentuk makanan selingan atau makanan
lengkap dalam porsi kecil. Pengolahan PMT sebaiknya menggunakan
bahan makanan setempat yang banyak mengandung protein nabati atau
hewani, yang diolah dengan mempergunakan resep daerah atau
dimodifikasi, dimasak dan dikemasdengan baik, aman serta memenuhi
syarat kebersihan serta kesehatan. Pengadaan PMT disesuikan dengan
ketersediaan dana yang berasal dari program pemerintah dan swadana.
METODE
PEMBAHASAN
1
Dua variable yang berbeda dan nilainnya dapat berubah. Data bivariat berkaitan dengan
hubungan antara dua variable.
Hubungan Pemanfaatan Posyandu terhadap Status Gizi Balita
Upaya pemeliharaan status gizi balita dapat diusahakan dengan
memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus penderita
secara benar dan tepat waktu. Dengan cara memonitor perkembangan berat badan
balita setiap bulan secara rutin dan teratur. Berdasarkan analisis data riskesdas
pada 70210 rumahtangga sampel diperoleh informasi bahwa dari hasil analisis
data riskesdas diperoleh informasi bahwa rumahtangga balita yang memanfa-
atkan pelayanan kesehatan di posyandu lebih banyak balita yang status gizi baik
berdasarkan BB/U berbeda nyata dengan rumahtangga balita yang tidak pernah ke
pos pelayanan terpadu (P <0.004). Begitu pula berdasarkan BB/TB diperoleh
informasi bahwa rumahtangga balita yang memanfaatkan posyandu lebih banyak
yang tidak kurus dibandingkan dengan rumahtangga balita yang tidak pernah ke
posyandu (P < 0.01). Sedangkan berdasarkan TB/U tidak ada hubungan yang
nyata (P=0.11). (Tabel 2) ( Hidayat dan Abas Basuni Jahari, 2012 :5 ).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA