Anda di halaman 1dari 10

PERAN POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI BALITA

Tsimaratut Tahrirah

101411131004

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

ABSTRAK

Keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan posyandu merupakan salah satu


faktor penting dalam upaya peningkatkan kualitas kesehatan penduduk, khususnya
peningkatan status gizi balita. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat
mempelajari pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu dan hubungannya
dengan status gizi balita. Data yang dianalisis adalah data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007. Sampel adalah rumahtangga balita dengan kelengkapan data status
gizi dan pelayanan kesehatan di posyandu. Analisis deskriptif dilakukan secara
bivariat untuk mendapatkan adanya hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan
di posyandu dengan status gizi. Variabel yang dianalisis adalah status gizi balita.
Diperoleh hasil yang menunjukkan perbedaan yang nyata bahwa perilaku ibu
balita yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lebih banyak balita
dengan status gizi baik dibandingkan dengan balita yang tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan di posyandu. Berdasarkan hasil analisisis data dapat
disimpulkan bahwa balita yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu
lebih banyak berstatus gizi baik dan angka kesakitan rendah dibandingkan dengan
yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu.
Kata kunci: peran posyandu, status gizi balita

PENDAHULUAN
Posyandu memiliki peranan penting bagi kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan
imunisasi, pelayanan kesehatan ibu, pelayanan neonatal, pelayanan perbaikan gizi,
pelayanan kesehatan usia lanjut,dan pelayanan pengobatan. Saat ini pos pelayanan
terpadu (Posyandu) merupakan pelayanan berbasis masyarakat. Kegiatan
posyandu berupa kegiatan imunisasi, penimbangan, pemberian makanan
tambahan serta penyuluhan gizi dan kesehatan.
Oleh karena itu, upaya ibu balita untuk membawa ke posyandu merupakan
suatu aktifitas yang positif agar kesadaran untuk membawa ke tempat pelayanan
kesehatan dapat mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan balita. Telah
dilakukan pengambilan data status gizi balita secara menyeluruh di wilayah
Indonesia. Data yang lengkap dibutuhkan untuk sebuah perencanaan kesehatan.
Namun analisis untuk pengambilan kebijakan secara spesifik belum dilakukan.
Sampai saat ini belum ada informasi yang akurat dan luas apakah masyarakat
telah memanfaatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk itu akan dianalisis data
riskesdas guna memperoleh informasi yang menggambarkan status gizi yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di suatu wilayah.
Informasi ini akan memberikan dukungan dalam pengambilan kebijakan secara
spesifik.
Indonesia berada diperingkat 130 dalam kasus balita dengan status gizi
kurang berdasarkan data HDI (Human Development Index),hal ini dibuktikan
dengan adanya data yang menunjukan bahwa di tahun 2007, 4 juta balita di
Indonesia menderita kurang gizi. 700 ribu diantaranya menderita gizi buruk
(Anonim, 2008). Di Jawa Timur melalui program pemantauan status gizi (PSG)
dinyatakan bahwa, pada tahun 2005 terdapat 19,3 % balita terdeteksi menderita
Kurang Energi Protein (KEP), yang dikategorikan dalam balita dengan status gizi
kurang mencapai 16,6 % dan balita dengan status gizi buruk berjumlah 2,7 %
(Depkes RI, 2006: 27).
Keberadan dan peran posyandu memang mempunyai pengaruh yang
penting untuk membantu peningkatan status gizi balita. Oleh karena itu,
keberadaan dan peran posyandu harus lebih berkualitas, peningkatan kualitas ini
dapat difokuskan kepada kader posyandu sebagai pelaksana kegiatan posyandu
yang diharapkan mampu memantau status gizi balita dengan baik sekaligus
mampu meningkatkan status gizi balita tersebut. tidak hanya kadernya, kualitas
posyandu dapat pula dilakukan dengan cara melengkapi sarana dan prasarana
posyandu itu sendiri oleh pemerintah.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan yang
mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi,dan penanggulangan diare
(Depkes RI, 2006:4).
Posyandu mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa depan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu
(Djaiman,2002) :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan
ibu sampai usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan
untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik
maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan
bangsa dan negara.
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit
bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan posyandu
merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu
dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya
(Departemen Dalam Negeri, 1990: 39).

Manfaat Posyandu Bagi masyarakat


1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang
atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan
anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi,
dan anak balita (Depkes RI, 2006: 6).
Depkes menunjukkan bahwa salah satu manfaat dari posyandu bagi masyarakat
adalah memantau pertumbuhan anak sehingga tidak mengalami kekurangan gizi,
jadi keberadaan posyandu sangat penting.

Konsep Dasar Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Untuk Balita Gizi


Kurang
a. Pengertian Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT atau yang disebut juga Pemberian Makanan Tambahan adalah upaya
pemberian penambahan makanan tanpa mengurangi jumlah makanan yang
dimakan setiap hari di rumah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti
kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana penyuluhan sebagai bentuk kegiatan
pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam rangka UPGK (Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga) (Badriyah, dan Sarmini Moedjiarto, 2012: 22).
b. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Usia balita yang merupakan usia dimana seorang anak akan mengalami
tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat membutuhkan asupan gizi
yang cukup. Pemberian makanan tambahan kapada balita di posyandu diberikan
dengan tujuan sebagai upaya perbaikan gizi balita (Badriyah, dan Sarmini
Moedjiarto, 2012:22).
c. Sasaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Sasaran PMT adalah balita yang dikategorikan dalam golongan rawan gizi
atau balita yang menderita kurang gizi. Adapun kriteria balita yang mendapatkan
PMT dari pemerintah adalah balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik
timbangannya serta balita yang berat badannya pada kurve KMS(Kartu Menuju
Sehat) terletak di bawah garis merah (Badriyah, dan Sarmini Moedjiarto, 2012:
22).
d. Komposisi Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Menurut Departemen Kesehatan RI seperti dikutip oleh Badriyah (2012:
23)bahwa persyaratan pemberian makanan tambahan pada anak usia prasekolah
atau balita harus memenuhi nilai gizi yang berkisar 200-300 kalori dan 5-8
gramprotein. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT sebaiknya merupakan
bahan makanan bersumber kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat
gizi lain seperti : padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran
hijau, kelapa dan hasil olahannya.

Berikut adalah contoh menu PMT bagi balita di posyandu (Badriyah, dan Sarmini
Moedjiarto, 2012: 27) .
1. Menu PMT bayi usia 6-12 bulan
Dapat berupa : Bubur susu labu kuning, Nasi tim ikan tengiri, Nasi tim
ayamcampur sayur, Jus alpukat dan lain-lain.
2. Menu PMT anak usia diatas 1 tahun
Misalnya : Sup kacang merah, Mie goreng ayam, Sate bola-bola tahu,
Puding buah warna-warni dan lain-lain.
PMT dapat diberikan dalam bentuk makanan selingan atau makanan
lengkap dalam porsi kecil. Pengolahan PMT sebaiknya menggunakan
bahan makanan setempat yang banyak mengandung protein nabati atau
hewani, yang diolah dengan mempergunakan resep daerah atau
dimodifikasi, dimasak dan dikemasdengan baik, aman serta memenuhi
syarat kebersihan serta kesehatan. Pengadaan PMT disesuikan dengan
ketersediaan dana yang berasal dari program pemerintah dan swadana.

METODE

Metode yang digunakan adalah teknik pengumpulan data dengan


menggunakan sumber data sekunder yang berasal dari Riskesdas tahun
2007/2008. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan
analitik.Sampel adalah rumahtangga balita dengan kelengkapan data status gizi,
dan pelayanan kesehatan di posyandu. Analisis deskriptif dilakukan secara
bivariat1 untuk mendapatkan adanya hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan
di posyandu dengan status gizi. Jumlah sampel 70210 rumahtangga.Variabel yang
dianalisis adalah status gizi balita, pelayanan kesehatan di posyandu.(Hidayat dan
Abas Basuni Jahari, 2012 :3)
Teknik Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli berupa daftar periksa (Badriyah,
dan Sarmini Moedjiarto, 2012: 25). Dokumen yang dianalisa menggunakan data
yang berasal dari buku pemberian PMT dan buku kunjungan balita ke posyandu.

PEMBAHASAN

Sebaran Rumahtangga menurut Kegiatan Posyandu

Pelayanan gizi dan kesehatan di posyandu meliputi penimbangan bulanan


balita, distribusi pil besi dan distribusi vitamin A setiap enam bulanan, pemberian
kapsul minyak beryodium pada beberapa desa tertentu dan penyuluhan gizi dan
kesehatan serta sesekali ada kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Dari
hasil analisis data riskesdas diperoleh informasi bahwa balita yang datang ke
posyandu memperoleh pelayanan kesehatan berupa penimbangan, pemberian
makanan tambahan, imunisasi, suplemen gizi, penyuluhan dan mendapatkan
pengobatan bila sakit. Balita yang datang ke posyandu sebagian besar (92,5%)
mendapatkan pelayanan penimbangan. Kemudian sebesar (65,3%) mendapatkan
pelayanan immunisasi, suplemen gizi berupa kapsul vitamin A (55,1%),
mendapatkan penyuluhan sebesar (40,1%) dan diberi pengobatan bila sakit
sebesar (32,8%). (Tabel 1) ( Hidayat dan Abas Basuni Jahari, 2012 :4 ).

Tabel.1. Persentase Sebaran rumahtangga yang memanfaatkan posyandu


menurut kegiatannya

1
Dua variable yang berbeda dan nilainnya dapat berubah. Data bivariat berkaitan dengan
hubungan antara dua variable.
Hubungan Pemanfaatan Posyandu terhadap Status Gizi Balita
Upaya pemeliharaan status gizi balita dapat diusahakan dengan
memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus penderita
secara benar dan tepat waktu. Dengan cara memonitor perkembangan berat badan
balita setiap bulan secara rutin dan teratur. Berdasarkan analisis data riskesdas
pada 70210 rumahtangga sampel diperoleh informasi bahwa dari hasil analisis
data riskesdas diperoleh informasi bahwa rumahtangga balita yang memanfa-
atkan pelayanan kesehatan di posyandu lebih banyak balita yang status gizi baik
berdasarkan BB/U berbeda nyata dengan rumahtangga balita yang tidak pernah ke
pos pelayanan terpadu (P <0.004). Begitu pula berdasarkan BB/TB diperoleh
informasi bahwa rumahtangga balita yang memanfaatkan posyandu lebih banyak
yang tidak kurus dibandingkan dengan rumahtangga balita yang tidak pernah ke
posyandu (P < 0.01). Sedangkan berdasarkan TB/U tidak ada hubungan yang
nyata (P=0.11). (Tabel 2) ( Hidayat dan Abas Basuni Jahari, 2012 :5 ).

Tabel.2. Sebaran status gizi balita menurut pemanfaatan posyandu


Kegiatan posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan ke-
sehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang
dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar.( Hidayat dan Abas
Basuni Jahari, 2012 :7 )

Salah satu aspek untuk menilai masalah kesehatan masyarakat dapat di


gunakan status gizi balita sebagai tolok ukur cerminan keadaan gizi masyarakat
luas. Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya peningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja
pelayanan kesehatan dapat diketahui jika masyarakat masih ada yang melahirkan
di rumah dukun dengan pertolongan dukun. Hasil kajian dari data riskesdas
diperoleh informasi bahwa hanya sekitar 38 % masyarakat yang memanfaatkan
posyandu. Kelancaran dan kesinambungan kegiatan posyandu tergantung kepada
konsistensi pembinaan TPG puskesmas dan keterlibatan secara serius oleh bidan
di desa. Fungsi bidan desa diharapkan menjadi motivator atau penggerak agar
masyarakat sadar gizi dan berperilaku sehat dapat berhasil dengan melakukan
pendekatan kemitraan dalam menggalang kerjasama dengan PKK dan kader desa
merupakan kunci sukses pelayanan gizi dan kesehatan di posyandu ( Hidayat dan
Abas Basuni Jahari, 2012: 8 ).

Upaya pemeliharaan status gizi balita dapat diusahakan dengan


memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus penderita
secara benar dan tepat waktu dengan cara memonitor perkembangan berat badan
balita setiap bulan secara rutin dan teratur. Dari hasil analisis data riskesdas
diperoleh informasi bahwa rumahtangga balita yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan di posyandu lebih banyak balita yang status gizi baik berdasarkan
BB/U, berbeda nyata dengan rumah tangga balita yang tidak pernah ke pos
pelayanan terpadu (Posyandu) dengan nilai ( P<0.001). Begitupula berdasarkan
BB/TB diperoleh informasi bahwa rumah tangga balita yang memanfaatkan
posyandu lebih banyak yang normal dibandingkan dengan rumah tangga balita
yang tidak pernah ke posyandu (P < 0.001).Begitupula rumah tangga balita yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan berbeda nyata terhadap rendahnya kejadian
sakit (morbiditas) balita dibandingkan dengan rumah tangga balita yang tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan (P <0,001). Informasi ini nantinya akan
memberikan dukungan data dalam pengambilan kebijakan secara spesifik dalam
menanggulangi perbaikan gizi dan kesehatan di suatu wilayah. ( Hidayat dan Abas
Basuni Jahari, 2012 :9 ).

SIMPULAN

Kekurangan gizi balita merupakan permasalahan di Indonesia yang belum teratasi.


Hal ini tentu berhubungan dengan peran posyandu yang bertujuan untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. Ada perbedaan
tentang status gizi balita yang memanfaatkan posyandu dibandingkan dengan
yang tidak memanfaatkan posyandu. Posyandu menyediakan tidak hanya pada
pemberian makanan tambahan secara swadana saja tetapi terdapat kegiatan
posyandu yang lainnya seperti penimbangan dan pemantauan KMS, vaksinasi,
konsultasi gizi, pengobatan dan lainlain dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan balita.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Buku Pegangan Kader Posyandu . Jakarta

Badriyah, dan Sarmini Moedjiarto, M.MPD. 2012. “Pemberian Makanan


Tambahan Terhadap Kehadiran Balita Di Posyandu Desa Kamal
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember”. Jurnal ilmiah Kesehatan
politeknik kesehatan majapahit, 4(1):21- 29
Anonim.2008. “Mengetahui Status Gizi Balita Anda”.
http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda
.html. Diakses pada 16 Desember 2014. 11:04 WIB

Djaiman, Sri Poerdji Hastoety. 2002. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Balita


Berkunjungke Posyandu”. http://www.gdl-lib@litbang.depkes.go.id.
Diakses pada16 Desember 2014.10:30 WIB

Departemen Dalam Negeri.1990. Instruksi Menteri Dalam Negeri Tahun 1990


Tentang Peningkatan Pembinaan mutu Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu).Jakarta

Hidayat,Tjetjep Syarif dan Abas Basuni Jahari.2012. “Perilaku Pemanfaatan


Posyandu Hubungannya Dengan Status Gizi Dan Morbiditas
Balita”.Buletin Penelitian Kesehatan, 40(1):1-10

Anda mungkin juga menyukai