Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL ADVOKASI GIZI

STRATEGI ADVOKASI GIZI PENURUNAN ANGKA STUNTING DENGAN


PENYULUHAN IBU HAMIL SECARA DARING PADA PUSKESMAS DINOYO KOTA
MALANG

Oleh :

Jihan Rohadatul Aisy


P17111173025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

MALANG

DESEMBER 2020
A. Latar Belakang
Ancaman serius anak Indonesia saat ini adalah stunting. Menurut data
Kementerian Kesehatan dalam Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2018;
10,2% bayi di Indonesia lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR), 19,6% balita
di Indonesia memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan usianya (Gizi
Kurang), serta 37,2% balita di Indonesia memiliki tinggi badan yang tidak sesuai
dengan usianya. Atau dapat dikatakan, 4 dari 10 bayi mengalami pendek atau
sangat pendek. Kota Malang menempati posisi pertama kasus stunting di Jawa
Timur. Angka stunting Jatim pada tahun 2019 adalah 32,81% dan sebesar 51%
angka tersebut berasal dari Kota Malang. Cakupan angka stunting ini melebihi
rata-rata nasional yang berada di kisaran angka 30% sedangkan target WHO
adalah 10-20%. Dinas Kesehatan Kota Malang menargetkan pada tahun 2020
kasus stunting ada penurunan hingga 1.000 kasus. Sederet upaya dilakukan
dalam menekan angka stunting di Kota Malang, pemberian Tablet Tambah Darah
pada remaja putri dan ibu hamil untuk mencegah KEK, Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) untuk ibu hamil KEK, dll. Akan tetapi semua program tersebut
memang belum terpenuhi secara sempurna.
Peraturan Presiden No. 83/2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan
Gizi (KSPG) berisi kebijakan pangan dan gizi untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Turunan dari kebijakan ini adalah
disusunnya Rencana Aksi Pangan dan Gizi yang terdiri dari tingkat nasional dan
daerah. Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi mengatur beberapa hal tentang upaya pemerintah dan
masyarakat dalam melakukan percepatan perbaikan gizi prioritas pada 1000 hari
pertama kehidupan. Perpres memberikan kewenangan kepada Kementerian
Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) untuk
melakukan koordinasi program percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Sudah
sejak lama pemerintah sangat memperhatikan kondisi anak di Indonesia. Namun
faktanya persentase angka kejadian stunting tidak kunjung turun.
Kendalanya beragam, masih belum efektifnya program-program
pemerintah dalam aksi cegah stunting. Belum optimalnya koordinasi
penyelenggaraan intervensi gizi baik dari sektor spesifik maupun sensitif di semua
tingkatan. Belum efektif dan efesien tata alokasi dana dan pemanfaatannya.
Terbatasnya sumber daya manusia dalam menyelenggarakan program tersebut.
Dan yang terakhir, masih minimnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait
stunting dan berbagai upaya pencegahan, monitoring, dan evaluasinya. Melihat
dari kondisi latar belakang tersebut, advokasi untuk penyelenggaraan penyuluhan
secara daring bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yang ada di
wilayah untuk fokus dalam pencegahan kejadian KEK pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) anak.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini mewajibkan untuk selalu menjaga
jarak dan menghindari keramaian. Dampaknya, sulitnya untuk melakukan kegiatan
penyuluhan secara langsung. Penyuluhan daring adalah upaya yang bisa
dilakukan pada masa pandemi saat ini dengan membutuhkan aplikasi online
meeting seperti GoogleMeet atau Zoom. Namun, kelemahan dari penyuluhan
daring ini adalah pada media seperti hp/laptop, kuota, dan koneksi yang
dibutuhkan harus memadai. Selain itu, penggunaan aplikasi ini membutuhkan
sedikit usaha untuk sebagian orang yang memang belum terbiasa. Diharapkan
dengan terlaksananya program penyuluhan daring ini dapat memberikan
penyesuaian terhadap kondisi saat ini dimana harus mengubah strategi intervensi
dari metode tatap muka menjadi metode daring.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Melakukan advokasi kepada Kepala Puskesmas Dinoyo Kota Malang
untuk meningkatkan efektivitas program terutama pada masa pandemi saat ini
melalui penyuluhan ibu hamil secara daring dalam menurunkan angka kejadian
stunting.

Tujuan Khusus :
 Kepala Puskesmas Dinoyo Kota Malang memberikan persetujuan untuk
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan ibu hamil secara
daring.
 Kepala Puskesmas Dinoyo Kota Malang memberikan alokasi dana untuk
penyuluhan ibu hamil di setiap wilayah kelurahan.
 Kepala Puskesmas Dinoyo Kota Malang memberikan sarana dan prasarana
untuk penyuluhan ibu hamil secara daring.

C. Manfaat
 Meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan ibu hamil di
wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang
 Mempercepat proses surveilansi gizi untuk meningkatkan efektivitas program
gizi masyarakat.
 Mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi stunting secara tepat
waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya.

D. Metode
Testimoni, lobby dan negosiasi terhadap Kepala Puskesmas Dinoyo Kota Malang,
Sekretaris, Seksi Gizi, bendahara, dan tim advokasi.

E. Isu Strategis
Tingginya angka kejadian anak stunting di Kota Malang sehingga akan
berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

F. Isi Pesan
- Mencegah stunting itu penting, manfaatkan pelayanan kesehatan, perbaiki pola
makan, pola asuh, dan kebersihan diri serta lingkungan
- Stunting adalah permasalahan kesehatan yang dapat dicegah dengan intervensi
gizi spesifik dan sensitif oleh penyedia layanan kesehatan yang terampil.
- Mencegah stunting itu penting, dimulai sejak remaja hingga ibu hamil, dengan
dukungan suami dan keluarga
- Penyebab stunting salah satunya adalah ibu hamil KEK yang melahirkan bayi
BBLR
- Stunting adalah masalah nasional yang bisa dituntaskan melalui komitmen para
pemimpin dan kolaborasi lintas kementerian/lembaga
- Stunting adalah permasalahan mendesak yang terjadi di tengah masyarakat dan
dapat dicegah melalui komitmen pemimpin desa dan kerja sama antar warga
masyarakat
- Stunting saat ini menjadi salah satu prioritas kesehatan nasional. Mendesak untuk
melakukan penguatan kesadaran publik untuk membantu mencegah stunting
melalui optimalisasi tumbuh kembang pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.

G. Sasaran Advokasi
Kepala Puskesmas Dinoyo Kota Malang, Seksi Gizi Puskesmas Dinoyo Kota
Malang, Sekretaris Puskesmas Dinoyo Kota Malang, Bendahara Puskesmas
Dinoyo Kota Malang, tim advokasi Puskesmas Dinoyo Kota Malang, dan kader
setiap posyandu di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.
H. Kelompok Pendukung
- Organisasi Perangkat Daerah: Ketua RW, Ketua RT
- Kepala Puskesmas
- Dokter, bidan, dan perawat
- Kader posyandu
- Media massa
- Masyarakat kelompok ibu PKK

I. Media/Saluran Pesan
- Proposal
- Poster, leaflet
- Video
- Social media / internet
- Aplikasi online meeting
- Aplikasi powerpoint

J. Rancangan Kegiatan Secara Daring (Time Table)

No. Kegiatan Waktu


08.00 – 08.15
1. Penerimaan tamu (melalui daring yang diberi password)
(15 menit)
08.15 – 08.20
2. Pemutaran lagu/video kesehatan
(5 menit)
08.20 – 08.25
3. Ucapan selamat datang serta pembacaan rincian acara
(5 menit)
Pembukaan , perkenalan serta penyampaian tujuan 08.25 – 08.30
4.
pertemuan (5 menit)
08.30 – 08.35
5. Doa
(5 menit)
08.35 – 09.05
6. Penyajian materi advokasi
(30 menit)
09.05 – 09.15
7. Pembagian media advokasi kepada peserta
(10 menit)
09.15 – 09.20
8. Pembacaan testimoni
(5 menit)
09.20 – 09.50
9. Lobi atau negosiasi membangun komitmen
(40 menit)
09.50 – 10.05
10. Diskusi dan tanya jawab
(15 menit)
10.05 – 10.15
11. Penetapan rekomendasi
(10 menit)
10.15 – 10.20
12. Penyampaian rangkuman kegiatan advokasi
(5 menit)
13. Penandatanganan hasil advokasi dan foto bersama 10.20 – 10.25
(5 menit)
10.25 – 10.30
14. Penutupan dan doa
(5 menit)

K. Materi Advokasi
1) Pendahuluan
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di
Indonesia. Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (Z-score) <-2 Standar Deviasi (SD)
(Kemenkes, 2017). Dampak dari stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang
mengalaminya tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan
pembangunan bangsa. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang stunting
memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia
normal. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi stunting
sebesar 30–39% dan serius bila prevalensi stunting ≥40% (WHO, 2013). Kota
Malang menempati posisi pertama kasus stunting di Jawa Timur. Angka stunting
Jatim pada tahun 2019 adalah 32,81% dan sebesar 51% angka tersebut berasal
dari Kota Malang. Cakupan angka stunting ini melebihi rata-rata nasional yang
berada di kisaran angka 30% sedangkan target WHO adalah 10-20%.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang pada masa balitanya
mengalami stunting memiliki tingkat kognitif rendah, prestasi belajar dan
psikososial buruk (de Souza, 2015). Bayi yang mengalami severe stunting di dua
tahun pertama kehidupannya memiliki hubungan sanat kuat terhadap
keterlambatan kognitif dimasa kanak-kanak nantinya (Abubakar, Uriyo, Msuya,
Swai, dan Stray-Pedersen, 2012). Kejadian stunting yang berlangsung sejak masa
kanak-kanak memiliki hubungan terhadap perkembangan motorik lambat dan
tingkat IQ lebih rendah (Ramos, Dumith, dan Cesar, 2014). Penelitian
menunjukkan anak (6-23 bulan) yang stunting selain memilki tingkat IQ yang lebih
rendah, mereka juga memiliki penilaian lebih rendah pada psikomotor (Adeba,
Garoma, Gemede, dan Garoma, 2014) . Koordinasi tangan dan mata,
pendengaran, berbicara, dan kinerja jika dibandingkan dengan anak normal
(Mantovani, et al., 2016).
Deteksi dan Intervensi Dini stunting merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas anak dan merupakan salah satu program dari Kementerian
Kesehatan RI. Pemantauan dan deteksi stunting anak usia dini merupakan bagian
dari tanggung jawab petugas kesehatan puskesmas bekerja sama dengan kader
posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. Selain itu, peningkatan edukasi
terkait program pencegahan stunting perlu digalakkan bukan pada ibu yang
memiliki anak stunting, melaikan pada ibu hamil atau ibu rumah tangga yang
sedang merencanakan kehamilannya.

2) Tujuan
-Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai manajemen Deteksi
Dini dan Intervensi Dini Stunting pada ibu hamil di wilayah Pueskesmas
Dinoyo Kota Malang.
-Optimalnya pelaksana deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang balita
di posyandu.
-Menurunnya angka kejadian stunting, dengan menurunnya anemia ibu hamil,
menurunnya angka kelahiran BBLR, menurunnya kejadian penyakit cacing,
dan meningkatnya ASI Eksklusif.

3) Pelaksanaan
a) Identifikasi jumlah ibu hamil dan masalah stunting.
Identifikasi jumlah ibu hamil beserta jumlah balita yang mengalami
stunting di setiap posyandu secara serentak.
b) Pelaksanaan Program :
- Penyuluhan terhadap ibu hamil tentang Deteksi dan Intervensi Dini
stunting pada anak
- Pemberian materi pelatihan Deteksi dan Intervensi Dini stunting pada
anak yaitu bagi Kader Posyandu
- Pendampingan dalam penerapan deteksi dini dan intervensi dini
tumbuh kembang (stunting) kader posyandu (simulasi). Materi yang
disampaikan adalah yang pertama yaitu tentang stunting (pengertian,
penyebab, gejala dan bagaimana cara pencegahan), materi kedua
tentang deteksi dini dengan rutin cek kesehatan (menimbang
penambahan berat badan, LLA, mengukur kadar hemoglobin)

4) Surveilans Gizi
Surveilans gizi yaitu suatu proses pengumpulan, pengolahan dan
diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur
tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat
(Kemenkes, 2012). Data yang dikumpulkan adalah; Bayi BBLR, Balita stunting,
Ibu Hamil KEK, AKB, dan AKI) Prinsip dasar suveilans gizi adalah :
- Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu,
- Adanya proses analisis atau kajian data,
- Tersedianya informasi yang sistematis dan terus menerus,
- Adanya proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan,
dan
- Adanya tindak lanjut sebagai respon perkembangan informasi. Kegiatan
suveilans gizi bermanfaat untuk memberikan informasi pencapaian kinerja
dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek
dan menengah serta perumusan kebijakan, baik di kabupatan/kota,
propinsi dan pusat serta untuk mengevaluasi pencapaian kinerja
pembinaan kinerja masyarakat.
- Ruang lingkup surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan data dari
laporan rutin atau survei khusus, pengolahan dan diseminasi hasilnya
yang digunakan sebagaidasar pengambilan keputusan atau tindakan
cepat, perumusan kebijakan, perencanaan kegiatan dan evaluasi hasil
kegiatan.

L. Anggaran Biaya Penyuluhan


No
Keperluan Jumlah Harga Satuan Total
.
1. Subsidi Pulsa 30 org Rp 20.000,- Rp 600.000,-
2. Sewa Zoom Meeting 3 jam Rp 5.000,- Rp 15.000,-
3. Gift (hadiah) 5 bh Rp 10.000,- Rp 50.000,-
Total Harga Rp.
665.000,-
Terbilang : Enam Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah

M. Rencana Kegiatan Advokasi


- Hari, Tanggal : Senin, Januari 2021
- Waktu : Pk. 08.00 – 10.30 WIB
- Tempat : di Rumah
Tema : Strategi Advokasi Gizi Penurunan Angka Stunting dengan
Penyuluhan Ibu Hamil secara Daring pada Wilayah
Puskesmas Dinoyo Kota Malang
- Acara : Presentasi dan diskusi

N. Rencana Biaya Advokasi


No
Keperluan Jumlah Harga Satuan Total
.
1. Pembuatan Proposal 3 bh Rp 5.000,- Rp 15.000,-
2. Sewa Zoom Meeting 3 jam Rp 5.000 Rp 15.000,-
Total Harga Rp. 30.000,-
Terbilang : Tiga Puluh Ribu Rupiah

O. Rencana Monitoring dan Evaluasi Advokasi


a) Kepala Puskesmas serta seluruh sasaran menyetujui rencana
Pemberdayaan masyarakat untuk melakukan penyuluhan pada ibu hamil
tentang stunting
b) Anggaran dapat terealisasikan

Lembar Kerja Monitoring & Evaluasi Pelaksanaan Advokasi Kesehatan

Tempat pelaksanaan : .............................................

Tanggal : .............................................

Waktu Mulai : .............................................

Waktu Selesai : .............................................


Hal-hal yang
Indikator Pemantauan Penilaian Permasalahan
Perlu Diperbaiki
Input 1. Kelengkapan lembar kerja
persiapan
2. Anggota tim memahami
peran dan tanggung jawabnya
3. Persiapan materi presentasi
4. Persiapan media advokasi
5. Persiapan sarana advokasi
6. Ketepatan waktu mulai
pelaksanaan kegiatan
advokasi
7. Kehadiran sasaran advokasi
8. Kehadiran tamu undangan
Prose 1. Keterlibatan anggota Tim
s Advokasi
2. Ada tidaknya anggota Tim
yang dominan
3. Kerja Tim
4. Acara berjalan sesuai
rencana
5. Penggunaan alokasi waktu
efektif
6. Suasana pertemuan advokasi
baik
7. Sarana berfungsi dengan
baik
8. Media yang dibagikan
mendapat respon positif
9. Materi yang disajikan dapat
dipahami sasaran advokasi
10. Proses diskusi berjalan efektif
11. Kemampuan mendengarkan
12. kemampuan peserta
bernegosiasi/lobi
13. kemampuan peserta
membangun suasana yang
kondusif
14. Respon peserta pertemuan
baik
15. Ada respon positif dari
sasaran advokasi
16. Kemampuan komunikasi dari:
 MC
 Pembuka acara
 Penyaji
 Pembaca testimony
 Pembaca kesimpulan
 Penutup
 Doa
17. Penulisan notulen
18. Dokumentasi kegiatan
Output Adanya komitmen yang
disampaikan oleh sasaran
advokasi
Pedoman pengisian lembar kerja pemantauan atau pengamatan:

1. Penilaian dapat disisi dengan angka


2. Permasalahan : dapat diisi dengan uraian singkat masalah yang ada, bila tidak ada
masalah dituliskan ”tidak ada masalah”
3. Hal-hal yang perlu diperbaiki : dapat diisi catatan khusus, misalnya: himbauan atau
tanggapan atau hal-hal penting yang harus diperhatikan / diperbaiki oleh peserta pelatihan
dalam pelaksanaan kegiatan advokasi, dan kolom ini diisi berdasarkan pendapat si
pemantau atau pengamat.

Anda mungkin juga menyukai