DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9:
2. Tujuan
3. Tinjauan Pustaka
2. Dietary History
Metode dietary history merupakan metode pengukuran yang bersifat
kualitatif yang memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan
dalam waktu yang cukup lama ( dapat selama 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke,
1974 dalam Supariasa, 2001 menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu: komponen pertama adalah wawancara (recall 24 jam);
komponen kedua adalah frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan
dengan memberikan daftar, untuk mengecek kebenaran recall 24 jam tadi;
komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sejak dicek ulang.
a. Waktu Makan
Metode DH mencantumkan waktu makan sebagai bagian dari pola
makan. Waktu makan yang dimaksud adalah waktu makan utama dan
makanan selingan pada subjek.
Salah satu pertimbangannya adalah hormon leptin yang mengatur rasa lapar
dan rasa kenyang dipengaruhi oleh keteraturan waktu makan.
Hal ini berarti bahwa kebiasaan makan menurut kajian metode DH adalah mengkaji
berbagai determinan faktor konsumsi.
Faktor konsumsi pangan dari sisi kandungan gizi tetapi juga dari aspek penyediaan
dan sistem sosial lain yang memengaruhinya.
b. Nama Hidangan
Nama hidangan hendaknya ditulis lengkap, dan mengikuti nama
yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagaimana ia disebut dalam
kehidupan sehari hari. Tujuan penamaan yang sifatnya dikenal oleh
masyarakt umum adalah dalam rangka edukasi gizi dimasa yang akan
datang. Memudahkan kita berkomunikasi dan menyampaikan pesan
pesan gizi yang terkait dengan kontent hidangan tersebut sesuai hasil
kajian DH. Nama hidangan ini kemungkinan berbeda untuk hidangan
yang sama ditempat atau etnis lain. Menghidari salah persepsi atas nama
hidangan pada kasus seperti diatas, maka akan dapat dihindari, karena
pada setiap nama hidangan selalu diikuti dengan rincian nama bahan
atau komponen penyusunnya.
c. Bahan hidangan
Bahan hidangan adalah seluruh bahan yang digunakan untuk
membuat hidangan. Bahan hidangan terdiri dari dari dua yaitu bahan
pokok dan bahan tambahan. Hidangan dari waktu ke waktu mengalami
modifikasi dengan cara memodifikasi dari resep aslinya. Pada konteks
ini seringkali satu jenis makanan atau minuman dimodifikasi dengan
memberikan bahan tambahan lain dengan tujuan memperbaiki rasa atau
penampilan. Pada metode DH semua bahan yang digunakan untuk
membuatnya adalah ditulis secara lengkap. Komponen yang sedikit
pemakaiannya adalah ditulis secara lengkap, kandungan yang sedikit
belum tentu pengaruhnya kecil pada komposisi gizi seimbang.
Contohnya adalah penggunaan garam, pada setiap makanan olahan
adalah sangat sedikit, akan tetapi pengaruhnya secara fisiologi sangat
besar jika kekerapan konsumsinya sering.
d. Porsi Acuan
Porsi acuan adalah porsi yang dijadikan acuan untuk
membandingkan porsi pada hari hari pengamatan selama DH dilakukan.
Jadi dengan demikian tujuan porsi acuan adalah untuk mengetahui porsi
yang paling sering digunakan oleh subjek dan mengetahui konsistensi
subjek pada porsi acuan dari hari kehari. Porsi acuan ini jumlahnya sama
dengan porsi rerata atau porsi yang paling sering muncul atau sering
digunakan oleh subjek jika mengonsumsi satu jenis makanan. Porsi
acuan berbeda untuk setiap jenis makanan. Misalnya porsi makan
sayuran berbeda dengan porsi makan buah. Porsi makan lauk hewani
berbeda dengan porsi makan lauk nabati. Porsi acuan ini diperoleh dari
beberapa cara yaitu wawancara langsung dengan subjek atau
penimbangan langsung oleh subjek. Cara lain adalah menentukan sesuai
dengan porsi pada pesan gizi seimbang (PGS). Biasanya di Indonesia
digunakan porsi acuan pada buku PGS.
e. Porsi Konsumsi
Porsi konsumsi adalah porsi yang dikonsumsi oleh subjek. Porsi
konsumsi dapat sama atau berbeda dengan porsi acuan. Perbedaan ini
diberikan simbol K=kecil, S=Sedang dan B=besar. Jika subjek
mengonsumsi lebih kecil dari porsi acuan maka diberi symbol K, Jika
subjek mengonsumsi sama dengan porsi acuan maka diberi simbol S,
dan jika subjek mengonsumsi lebih besar dari porsi acuan maka diberi
simbol B. Bobot ukuran besar, sedang dan kecil dapat diketahui dengan
cara penimbangan saat wawancara berlangsung. Studi Diet Total (SDT)
di Indonesia tahun 1994 pernah menggunakan metode penimbangan
makanan saat wawancara recall konsumsi 24 jam. Cara penimbangannya
adalah subjek diminta untuk menentukan jumlah makanan atau minuman
yang biasa dikonsumsi melalui bentuk (pangan) aslinya. Setelah subjek
sudah menentukan takaran makanan, lalu ditimbang oleh enumerator dan
dicatat hasilnya sebagai porsi konsumsi. Cara ini dipandang sebagai cara
untuk mengetahui porsi konsumsi aktual setiap subjek.
f. Catatan Diet
Catatan diet adalah tanda yang diberikan pada setiap hari, untuk
kepatuhan subjek menjalankan diet yang digunakannya. Jika subjek
sedang menerapkan diet tertentu maka tanda ceklist dibubuhkan pada
kolom hari pengamatan, Jika subjek tidak menerapkan diet pada hari
pengamatan maka, kolom ini dikosongkan atau diberi tanda silang,
Tujuan catatan diet ini juga berguna untuk menilai kepatuhan subjek
pada diet. Diet dalam konteks ini adalah diet yang beredar di
masyarakat.
g. Pantangan
Makanan pantangan adalah makanan yang pada umumnya orang
konsumsi tetapi untuk subjek tertentu tidak dikonsumsi dengan alasan
subjektif diluar penilaian organoleptik. Makanan pantangan ditolak
untuk dikonsumsi karena alasan subjektif. Alasan subjektif karena
persepsi yang menyimpang dari kaidah ilmu pengetahuan gizi dan
makanan. Alasan seringkali berhubungan dengan mitos atau legenda
secara turun temurun. Jika subjek memiliki makanan pantangan maka
kolom ini diberi tanda ceklist. Tujuan kolom ini adalah untuk
memberikan deskripsi secara lengkap bahwa subjek memiliki makanan
pantangan. Pada wawancara mendalam dapat ditelusuri tentang alasan
memantangkan makanan tertentu dan bagaimana efeknya pada
keragaman konsumsi subjek.
h. Deskripsi DH
Deskripsi DH adalah penjelasan narasi yang mudah dipahami atas
fakta fakta riwayat makan subjek. Deskripsi DH adalah dirinci terkait
konsistensi waktu makan, sumber makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, kelompok sayuran, dan kelompok buah buahan, serta makanan
bersama atau even sosial lainnya. Makanan pantangan juga dijelaskan
jika ada atau tidak ada. Deskripsi ini adalah ringkasan tentang riwayat
makan subjek.
g. Interpretasi DH
Interpretasi DH adalah simpulan atas riwayat makan subjek.
Simpulan ini diuraikan menurut dimensi keragaman konsumsi sesuai
dengan pilar gizi seimbang dan dilengkapi dengan asupan rerata harian
selama DH. Asupan terhadap gizi makro dan mikro. Jika dilakukan
penyederhanaan maka, disesuaikan dengan tujuan DH. Jika tujuan DH
adalah untuk menelusuri efek riwayat makan dengan munculnya kasus
malnutrisi gizi makro maka di interpretasi relasinya dengan gizi makro
saja.
Metode DH juga dapat dilakukan pada subjek yang tidak menetap ditempat
tinggal sedangkan pada metode pencatatan makanan tidak dapat dilakukan pada
subjek yang tidak memiliki tempat tinggal menetap dalam periode waktu tertentu.
Alasannya adalah karena informasi makanan dan minuman yang dikonsumsi
harus dapat dicatat dalam periode waktu. Kondisi sakit pada subjek jika masih
mampu berkomunikasi maka metode FFQ dapat dilakukan sedangkan pada
metode pencatatan makanan ini tidak dapat dilakukan pada subjek sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Pola konsumsi
Pola konsumsi akan dibentuk oleh kebiasaan konsumsi seseorang. Kebiasaan
ini akan berdampak pada pola makan seseorang yang juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti teman sebaya, dan faktor internal
seperti keadaan emosional, pelaksanaan diet, dan alergi terhadap sesuatu.
c. Usia
Semakin berusia maka seseorang akan mempunyai pilihannya sendiri terhadap
makanan yang ia senangi.
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi,
sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi.
e. Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi berpengaruh positif terhadap pemilihan dan makan
seseorang. Pengetahuan gizi diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadao ada
tidaknya masalah gizi pada dirinya sehingga dapat mengambil tindakan yang
tepat.
h. Iklan/Media massa
Media bisa berpengaruh positif maupun negatif dalam mempromosikan
berbagai macam informasi. Perkembangan teknologi dan media massa juga
mempunyai perandalam mempromosikan pemilihan makanan. Media massa
sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan
kepercaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa
pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang. Akan tetapi dalam
penelitian Srimaryani (2010), ditemukan bahwa iklan/media massa tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu.
b. Faktor Pemungkin
1) Ketersediaan makanan
2) Media massa/iklan
c. Faktor Penguat
1) Pengetahuan orang tua
2) Pendidikan orang tua
3) Pekerjaan orang tua
4) Pendapatan orang tua
5) Pengaruh teman sebaya
BAB V
KESIMPULAN
2. Metode Dietary History dapat mengetahui kebiasaan dan pola konsumsi dalam
waktu
yang cukup lama (satu bulan)
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumita dkk. 2018. Survey Konsumsi Pangan. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
2. Fermia, Intan. 2008. Gambaran Konsumsi. Jakarta: Universitas Indonesia.
3. Palupi, M. 2014. Dietary History Method. Semarang: Universities Diponegoro.
4. Mardayanti, Purnama. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dalam Memilih Makanan
Jajanan. Skripsi FKM Universitas Indonesia. 2008