Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGUKURAN ASUPAN ZAT GIZI INDIVIDU DAN KELUARGA DENGAN METODE


DIETARY HISTORY

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9:

1. ANGGI ULINA GINTING (1031218058)


2. ANNISA WAHYU A. (1031218059)
3. VIRMA KARUNIA (1031218104)
4. TARA ADITYA SEMBIRING (1031218101)
5. YULFI FAHIRA NASUTION

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN JURUSAN GIZI

TAHUN AJARAN 2019/2020


i. Interpretasi DH
Interpretasi DH adalah
simpulan atas riwayat makan
subjek.
Simpulan ini diuraikan
menurut dimensi keragaman
konsumsi sesuai
dengan pilar gizi seimbang dan
dilengkapi dengan asupan
rerata harian
selama DH. Asupan terhadap
gizi makro dan mikro. Jika
dilakukan
penyederhanaan maka,
disesuaikan dengan tujuan
DH. Jika tujuan DH
adalah untuk menelusuri efek
riwayat makan dengan
munculnya kasus
malnutrisi gizi makro maka di
interpretasi relasinya dengan
gizi makro
saja.
Pada metode DH tidak
diperlukan studi pendahuluan
yang sistematis
seperti pada metode FFQ
maupun semi FFQ. Studi
tidak diperlukan
karena formulir DH adalah
formulir dengan pertanyaan
terbuka.
Dilakukan identifikasi bahan
makanan sudah dikonsumsi
setiap hari. Hal
ini berbeda dengan metode FFQ
dan Semi FFQ dimana daftar
mahanan
sudah ditentukan sebelumnya
dari hasil studi pendahuluan.
1
4. Kelebihan Metode Dietary
History (DH)
Salah satu pertimbangan
dalam memilih metode survei
konsumsi pangan
adalah memertimbangkan
kelebihannya. Kelebihan
metode DH sesuai dengan
tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi riwayat makan
pada subjek. Status gizi
tidak lain adalah luaran dari
riwayat makan subjek.
Malnutrisi adalah disebabkan
asupan makanan berlebihan
atau kekurangan makanan
dalam jangka panjang.
Aspek durasi waktu yang
panjang berkorelasi dengan
kekhususan dalam assosiasi
hubungan sebab akibat yang
signifikan. Hal ini berarti
bahwa kekerapan
konsumsi signifikan berefek
pada kondisi fisiologis subjek.
Kondisi fisiologis
akan menyesuaikan diri dengan
fakta asupan zat gizi dimasa
yang telah berlalu.
1
Kelebihan metode DH dari
aspek sasaran adalah dapat
digunakan pada
kelompok literasi rendah sama
halnya dengan metode FFQ.
Kemudahan ini
disebabkan pada proses
pengumpulan datanya adalah
menggunakan metode
wawancara langsung (direct
interview), bukan wawancara
tidak langsung
(indirect interview).
Wawancara tidak langsung
contohnya adalah wawancara
menggunakan telepon
(telephone interview). Sasaran
dengan kemampuan baca
tulis dan pemahaman yang
rendah dapat diinvestigasi
konsumsi pangannya
dengan baik. Salah satu
syaratnya adalah dilakukan oleh
interviewer
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fungsi dari mensurvei pangan menggunakan metode ini adalah dapat
memberikan informasi kebiasaan konsumsi individu dalam waktu yang panjang.

2. Tujuan

1. Mahasiswa mampu melakukan survei konsumsi makanan tingkat individu


dengan metode dietary history dengan benar.

3. Tinjauan Pustaka

1. Survei Konsumsi Pangan


Pengertian survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran
konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan
menggunakan metode pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan
mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara penilaian status gizi secara tidak
langsung.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah
bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat
dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan sumbernya bahan pangan dibedakan menjadi bahan pangan pokok,
lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah- buahan. Jenis bahan makanan yang
dikonsumsi idealnya memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas
pangan yang dikonsumsi harus mampu memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi.
Bahan pangan yang dikonsumsi apabila telah mampu menyediakan semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan maka ia disebut berkualitas.
konsumsi gizi seimbang. Gizi seimbang adalah syarat untuk dapat bekerja secara
aktif dan produktif.

2. Dietary History
Metode dietary history merupakan metode pengukuran yang bersifat
kualitatif yang memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan
dalam waktu yang cukup lama ( dapat selama 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke,
1974 dalam Supariasa, 2001 menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu: komponen pertama adalah wawancara (recall 24 jam);
komponen kedua adalah frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan
dengan memberikan daftar, untuk mengecek kebenaran recall 24 jam tadi;
komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sejak dicek ulang.

Metode dietary history bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola


konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama, menyatakan
bahwa metode ini sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu :

a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang


mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24
jam terakhir.

b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah


bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah
disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.

c. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai


cek ulang.

3. Prinsip Penggunaan Dietary History


Prinsip umum dalam DH adalah pencatatan riwayat makan dari aspek
keteraturan waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi. Kepatuhan diet, dan
makanan pantangan.

Berdasarkan pertimbangan ini maka beberapa prinsip DH adalah sebagai berikut:

a. Waktu Makan
Metode DH mencantumkan waktu makan sebagai bagian dari pola
makan. Waktu makan yang dimaksud adalah waktu makan utama dan
makanan selingan pada subjek.
Salah satu pertimbangannya adalah hormon leptin yang mengatur rasa lapar
dan rasa kenyang dipengaruhi oleh keteraturan waktu makan.
Hal ini berarti bahwa kebiasaan makan menurut kajian metode DH adalah mengkaji
berbagai determinan faktor konsumsi.
Faktor konsumsi pangan dari sisi kandungan gizi tetapi juga dari aspek penyediaan
dan sistem sosial lain yang memengaruhinya.
b. Nama Hidangan
Nama hidangan hendaknya ditulis lengkap, dan mengikuti nama
yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagaimana ia disebut dalam
kehidupan sehari hari. Tujuan penamaan yang sifatnya dikenal oleh
masyarakt umum adalah dalam rangka edukasi gizi dimasa yang akan
datang. Memudahkan kita berkomunikasi dan menyampaikan pesan
pesan gizi yang terkait dengan kontent hidangan tersebut sesuai hasil
kajian DH. Nama hidangan ini kemungkinan berbeda untuk hidangan
yang sama ditempat atau etnis lain. Menghidari salah persepsi atas nama
hidangan pada kasus seperti diatas, maka akan dapat dihindari, karena
pada setiap nama hidangan selalu diikuti dengan rincian nama bahan
atau komponen penyusunnya.

c. Bahan hidangan
Bahan hidangan adalah seluruh bahan yang digunakan untuk
membuat hidangan. Bahan hidangan terdiri dari dari dua yaitu bahan
pokok dan bahan tambahan. Hidangan dari waktu ke waktu mengalami
modifikasi dengan cara memodifikasi dari resep aslinya. Pada konteks
ini seringkali satu jenis makanan atau minuman dimodifikasi dengan
memberikan bahan tambahan lain dengan tujuan memperbaiki rasa atau
penampilan. Pada metode DH semua bahan yang digunakan untuk
membuatnya adalah ditulis secara lengkap. Komponen yang sedikit
pemakaiannya adalah ditulis secara lengkap, kandungan yang sedikit
belum tentu pengaruhnya kecil pada komposisi gizi seimbang.
Contohnya adalah penggunaan garam, pada setiap makanan olahan
adalah sangat sedikit, akan tetapi pengaruhnya secara fisiologi sangat
besar jika kekerapan konsumsinya sering.

d. Porsi Acuan
Porsi acuan adalah porsi yang dijadikan acuan untuk
membandingkan porsi pada hari hari pengamatan selama DH dilakukan.
Jadi dengan demikian tujuan porsi acuan adalah untuk mengetahui porsi
yang paling sering digunakan oleh subjek dan mengetahui konsistensi
subjek pada porsi acuan dari hari kehari. Porsi acuan ini jumlahnya sama
dengan porsi rerata atau porsi yang paling sering muncul atau sering
digunakan oleh subjek jika mengonsumsi satu jenis makanan. Porsi
acuan berbeda untuk setiap jenis makanan. Misalnya porsi makan
sayuran berbeda dengan porsi makan buah. Porsi makan lauk hewani
berbeda dengan porsi makan lauk nabati. Porsi acuan ini diperoleh dari
beberapa cara yaitu wawancara langsung dengan subjek atau
penimbangan langsung oleh subjek. Cara lain adalah menentukan sesuai
dengan porsi pada pesan gizi seimbang (PGS). Biasanya di Indonesia
digunakan porsi acuan pada buku PGS.

e. Porsi Konsumsi
Porsi konsumsi adalah porsi yang dikonsumsi oleh subjek. Porsi
konsumsi dapat sama atau berbeda dengan porsi acuan. Perbedaan ini
diberikan simbol K=kecil, S=Sedang dan B=besar. Jika subjek
mengonsumsi lebih kecil dari porsi acuan maka diberi symbol K, Jika
subjek mengonsumsi sama dengan porsi acuan maka diberi simbol S,
dan jika subjek mengonsumsi lebih besar dari porsi acuan maka diberi
simbol B. Bobot ukuran besar, sedang dan kecil dapat diketahui dengan
cara penimbangan saat wawancara berlangsung. Studi Diet Total (SDT)
di Indonesia tahun 1994 pernah menggunakan metode penimbangan
makanan saat wawancara recall konsumsi 24 jam. Cara penimbangannya
adalah subjek diminta untuk menentukan jumlah makanan atau minuman
yang biasa dikonsumsi melalui bentuk (pangan) aslinya. Setelah subjek
sudah menentukan takaran makanan, lalu ditimbang oleh enumerator dan
dicatat hasilnya sebagai porsi konsumsi. Cara ini dipandang sebagai cara
untuk mengetahui porsi konsumsi aktual setiap subjek.

f. Catatan Diet
Catatan diet adalah tanda yang diberikan pada setiap hari, untuk
kepatuhan subjek menjalankan diet yang digunakannya. Jika subjek
sedang menerapkan diet tertentu maka tanda ceklist dibubuhkan pada
kolom hari pengamatan, Jika subjek tidak menerapkan diet pada hari
pengamatan maka, kolom ini dikosongkan atau diberi tanda silang,
Tujuan catatan diet ini juga berguna untuk menilai kepatuhan subjek
pada diet. Diet dalam konteks ini adalah diet yang beredar di
masyarakat.

g. Pantangan
Makanan pantangan adalah makanan yang pada umumnya orang
konsumsi tetapi untuk subjek tertentu tidak dikonsumsi dengan alasan
subjektif diluar penilaian organoleptik. Makanan pantangan ditolak
untuk dikonsumsi karena alasan subjektif. Alasan subjektif karena
persepsi yang menyimpang dari kaidah ilmu pengetahuan gizi dan
makanan. Alasan seringkali berhubungan dengan mitos atau legenda
secara turun temurun. Jika subjek memiliki makanan pantangan maka
kolom ini diberi tanda ceklist. Tujuan kolom ini adalah untuk
memberikan deskripsi secara lengkap bahwa subjek memiliki makanan
pantangan. Pada wawancara mendalam dapat ditelusuri tentang alasan
memantangkan makanan tertentu dan bagaimana efeknya pada
keragaman konsumsi subjek.

h. Deskripsi DH
Deskripsi DH adalah penjelasan narasi yang mudah dipahami atas
fakta fakta riwayat makan subjek. Deskripsi DH adalah dirinci terkait
konsistensi waktu makan, sumber makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, kelompok sayuran, dan kelompok buah buahan, serta makanan
bersama atau even sosial lainnya. Makanan pantangan juga dijelaskan
jika ada atau tidak ada. Deskripsi ini adalah ringkasan tentang riwayat
makan subjek.

g. Interpretasi DH
Interpretasi DH adalah simpulan atas riwayat makan subjek.
Simpulan ini diuraikan menurut dimensi keragaman konsumsi sesuai
dengan pilar gizi seimbang dan dilengkapi dengan asupan rerata harian
selama DH. Asupan terhadap gizi makro dan mikro. Jika dilakukan
penyederhanaan maka, disesuaikan dengan tujuan DH. Jika tujuan DH
adalah untuk menelusuri efek riwayat makan dengan munculnya kasus
malnutrisi gizi makro maka di interpretasi relasinya dengan gizi makro
saja.

4. Kelebihan Metode Dietary History (DH)


Salah satu pertimbangan dalam memilih metode survei konsumsi pangan
adalah memertimbangkan kelebihannya. Kelebihan metode DH sesuai dengan
tujuannya adalah untuk mengidentifikasi riwayat makan pada subjek. Status gizi
tidak lain adalah luaran dari riwayat makan subjek. Malnutrisi adalah disebabkan
asupan makanan berlebihan atau kekurangan makanan dalam jangka panjang.
Aspek durasi waktu yang panjang berkorelasi dengan kekhususan dalam assosiasi
hubungan sebab akibat yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kekerapan
konsumsi signifikan berefek pada kondisi fisiologis subjek. Kondisi fisiologis
akan menyesuaikan diri dengan fakta asupan zat gizi dimasa yang telah berlalu.
Kelebihan metode DH dari aspek sasaran adalah dapat digunakan pada
kelompok literasi rendah sama halnya dengan metode FFQ. Kemudahan ini
disebabkan pada proses pengumpulan datanya adalah menggunakan metode
wawancara langsung (direct interview), bukan wawancara tidak langsung
(indirect interview). Wawancara tidak langsung contohnya adalah wawancara
menggunakan telepon (telephone interview). Sasaran dengan kemampuan baca
tulis dan pemahaman yang rendah dapat diinvestigasi konsumsi pangannya
dengan baik. Salah satu syaratnya adalah dilakukan oleh interviewer yang terlatih.
Kelebihan metode DH adalah ketepatan dalam membuat daftar bahan
makanan atau minuman pada formulir DH dan akurasi porsi. Metode ini sangat
sistematis karena semua bahan makanan dan minuman adalah yang nyata
dikonsumsi sesuai bukti catatan harian. Bentuk pertanyaan terbuka dan terus
bertambah setiap ada item makanan atau hidangan baru untuk setiap subjek. Cara
ini dapat mengurangi over plat syndrome atau menaksir konsumsi terlalu tinggi
dari fakta yang sesungguhnya. Daftar ini berbeda dengan daftar pada FFQ, karena
pada FFQ daftar dapat saja tidak ada yang memilihnya saat sudah dilakukan
survei, tetapi DH adalah selalu ada yang memilih item setiap makan, karena ia
dibuat berdasarkan daftar makanan aktual subjek.

Kelebihan metode DH dibanding dengan metode SKP yang lain adalah


mewakili riwayat makan aktual subjek sedangkan metode yang lain seperti pada
metode recall konsumsi 24 jam (Food Recall 24 Jam), penimbangan makanan
(Food Weighing), adalah mendeskripsikan asupan aktual sehari. Jika metode SKP
tingkat individu yang lain akan digunakan untuk menderskripsikan konsumsi
mingguan atau bulanan dan bermaksud melihat variasi antar hari maka
pengumpulannya harus berulang.

Metode ini memiliki konsisten instrumen yang sangat baik, karena


pertanyaannya adalah pertanyaan tertutup. Pencacatan hanya dapat dilakukan
oleh subjek yang diukur dan tidak dapat dilakukan oleh orang lain, karena alasan
tidak efisien.

Metode DH juga dapat dilakukan pada subjek yang tidak menetap ditempat
tinggal sedangkan pada metode pencatatan makanan tidak dapat dilakukan pada
subjek yang tidak memiliki tempat tinggal menetap dalam periode waktu tertentu.
Alasannya adalah karena informasi makanan dan minuman yang dikonsumsi
harus dapat dicatat dalam periode waktu. Kondisi sakit pada subjek jika masih
mampu berkomunikasi maka metode FFQ dapat dilakukan sedangkan pada
metode pencatatan makanan ini tidak dapat dilakukan pada subjek sakit.

5. Kelemahan Metode Dietary History (DH)


Kelamahan metode DH dibanding dengan banyak metode survei konsumsi
pangan yang lain adalah:
1. Pelaksanaan memerlukan waktu lama
2. Memerlukan enumerator yang banyak, jika survei pada populasi
3. Memerlukan tenaga pengumpul data yang sangat terlatih

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan


a. Kebiasaan konsumsi
Kebiasaan akan berhubungan dengan usia seseorang, dimana kebiasaan pada
remaja cenderung tidak teratur, tidak makan di rumah dan lebih memilih untuk
makan bersama teman sebayanya di luar rumah.

b. Pola konsumsi
Pola konsumsi akan dibentuk oleh kebiasaan konsumsi seseorang. Kebiasaan
ini akan berdampak pada pola makan seseorang yang juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti teman sebaya, dan faktor internal
seperti keadaan emosional, pelaksanaan diet, dan alergi terhadap sesuatu.

c. Usia
Semakin berusia maka seseorang akan mempunyai pilihannya sendiri terhadap
makanan yang ia senangi.

d. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi,
sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi.

e. Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi berpengaruh positif terhadap pemilihan dan makan
seseorang. Pengetahuan gizi diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadao ada
tidaknya masalah gizi pada dirinya sehingga dapat mengambil tindakan yang
tepat.

f. Tingkat pendidikan orang tua


Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan
memahami sesuatu. Tingkat pendidikan turut mempengaruhi konsumsi makanan
melalui cara pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan kuantitas
dibandingkan dengan orang tua berpendidikan rendah.

g. Pendapatan orang tua/ Status ekonomi


Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas
hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan berarti semakin kualitas dan
kuantitas makanan yang diperoleh seperti membeli buah, sayuran, dan aneka
ragam jenis makanan

h. Iklan/Media massa
Media bisa berpengaruh positif maupun negatif dalam mempromosikan
berbagai macam informasi. Perkembangan teknologi dan media massa juga
mempunyai perandalam mempromosikan pemilihan makanan. Media massa
sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan
kepercaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa
pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang. Akan tetapi dalam
penelitian Srimaryani (2010), ditemukan bahwa iklan/media massa tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu.

Seperti halnya yang sudah dijabarkan diatas, dapat dirangkum seperti


berikut:
a. Faktor Predisposisi
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pendidikan anak
4) Pengetahuan anak

b. Faktor Pemungkin
1) Ketersediaan makanan
2) Media massa/iklan

c. Faktor Penguat
1) Pengetahuan orang tua
2) Pendidikan orang tua
3) Pekerjaan orang tua
4) Pendapatan orang tua
5) Pengaruh teman sebaya

Saat melakukan dietary history, pemilihan makanan subjek cenderung


berdasarkan ketersediaan makanan, pengetahuan, pendidikan, dan pengaruh
teman sebaya.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Dietary History


Kelebihan metode DH yaitu:
a. Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara
kualitatif dan kuantitatif
b. Biaya relatif murah
c. Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan
yang berhubungan dengan diet pasien

Kekurangan dari metode DH yaitu :


a. Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden
b. Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih
c. Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar

3. Mengurangi Bias Dalam Pengukuran Konsumsi Makanan


Untuk dapat mengurangi kesalahan yang bersifat sistematik dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Gunakan sampel dalam jumlah besar (semakin besar sampel semakin kecil
variasinya)
b. Ulangi pengukuran intake konsumsi terhadap subyek atau responden yang sama
dalam beberapa waktu
c. Usahakan selalu melakukan kalibrasi terhadap alat-alat ukur
Untuk mengurangi bias yang berhubungan dengan pengetahuan responden
mengenai ukuran porsi:
a. Gunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar, model atau contoh bahan
makanan langsung dan alat makan yang biasa dipergunakan.
Saat melakukan dietary history, alat bantu yang digunakan adalah foto buku
makanan untuk memunculkan memori subjek terhadap jumlah makanan dan ukuran
makanan yang diasup selama 1 bulan terakhir.

BAB V
KESIMPULAN

1. Mahasiswa dapat melakukan teknik survei konsumsi makanan individu dengan


metode Dietary History

2. Metode Dietary History dapat mengetahui kebiasaan dan pola konsumsi dalam
waktu
yang cukup lama (satu bulan)

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumita dkk. 2018. Survey Konsumsi Pangan. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
2. Fermia, Intan. 2008. Gambaran Konsumsi. Jakarta: Universitas Indonesia.
3. Palupi, M. 2014. Dietary History Method. Semarang: Universities Diponegoro.
4. Mardayanti, Purnama. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dalam Memilih Makanan
Jajanan. Skripsi FKM Universitas Indonesia. 2008

Anda mungkin juga menyukai