Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU GIZI

DIETARY HISTORY

OLEH :
NAMA : Galih Praja Islamuddin
NIM : J410210050
SHIFT : B

PENGAMPU
Windi Wulandari, S.KM, M.PH.

ASISTEN
Chattrin Fahrezi, SKM.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
A. JUDUL

DIETARY HISTORY

B. TUJUAN

1.Untuk mengetahui cara penggunaan metode DIETARY HISTORY


2.Untuk mengetahui gambaran konsumsi aktual dalam periode yang lama.
3.Untuk menghitung nilai zat gizi pangan yang biasa dikonsumsi

C. TINJAUAN TEORI

Dietary History Metode dietary history merupakan metode pengukuran yang


bersifat kualitatif yang memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan
pengamatan dalam waktu yang cukup lama ( dapat selama 1 minggu, 1 bulan, 1
tahun). Burke, 1974 dalam Supariasa, 2001 menyatakan bahwa metode ini terdiri dari
tiga komponen, yaitu: komponen pertama adalah wawancara (recall 24 jam);
komponen kedua adalah frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan
memberikan daftar, untuk mengecek kebenaran recall 24 jam tadi; komponen ketiga
adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sejak dicek ulang.² Metode dietary
history bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan
pengamatan dalam waktu yang cukup lama, menyatakan bahwa metode ini sendiri
terdiri dari tiga komponen yaitu :

a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang


mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam
terakhir.
b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk
mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
c. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang

Prinsip Penggunaan Dietary History Prinsip umum dalam DH adalah pencatatan


riwayat makan dari aspek keteraturan waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi.
Kepatuhan diet, dan makanan pantangan. Riwayat ditelusuri dengan dua pendekatan
yaitu frekuensi konsumsi makanan dan porsi makan setiap hari selama beberapa hari.
Berdasarkan pertimbangan ini maka beberapa prinsip DH adalah sebagai berikut:
a. Waktu Makan
Metode DH mencantumkan waktu makan sebagai bagian dari pola
makan. Waktu makan yang dimaksud adalah waktu makan utama dan
makanan selingan pada subjek. Berdasarkan cara ini maka di Indonesia
dikenal waktu makan pada pagi, siang dan malam hari. Tiga waktu makan ini
masih diselingi dengan makanan selingan pada pagi menjelang siang dan sore
hari. Makan selingan ini tidak selalu ada pada setiap kelompok masyarakat.
Ini disesuaikan dengan kondisi masing masing wilayah dan satuan sosial
tertentu. Deskripsi waktu makan penting dalam kajian dietetik subjek. Salah
satu pertimbangannya adalah hormon leptin yang mengatur rasa lapar dan rasa
kenyang dipengaruhi oleh keteraturan waktu makan. Selain itu waktu makan
juga dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk kesibukan dan pola penyediaan
hidangan. Hal ini berarti bahwa kebiasaan makan menurut kajian metode DH
adalah mengkaji berbagai determinan faktor konsumsi. Faktor konsumsi
pangan dari sisi kandungan gizi tetapi juga dari aspek penyediaan dan sistem
sosial lain yang memengaruhinya.
b. Nama hidangan
Nama hidangan hendaknya ditulis lengkap, dan mengikuti nama yang
dikenal oleh masyarakat setempat sebagaimana ia disebut dalam kehidupan
sehari hari. Tujuan penamaan yang sifatnya dikenal oleh masyarakt umum
adalah dalam rangka edukasi gizi dimasa yang akan datang. Memudahkan kita
berkomunikasi dan menyampaikan pesan pesan gizi yang terkait dengan
kontent hidangan tersebut sesuai hasil kajian DH. Nama hidangan ini
kemungkinan berbeda untuk hidangan yang sama ditempat atau etnis lain.
Menghidari salah persepsi atas nama hidangan pada kasus seperti diatas, maka
akan dapat dihindari, karena pada setiap nama hidangan selalu diikuti dengan
rincian nama bahan atau komponen penyusunnya.
c. Bahan hidangan
Bahan hidangan adalah seluruh bahan yang digunakan untuk membuat
hidangan. Bahan hidangan terdiri dari dari dua yaitu bahan pokok dan bahan
tambahan. Hidangan dari waktu ke waktu mengalami modifikasi dengan cara
memodifikasi dari resep aslinya. Pada konteks ini seringkali satu jenis
makanan atau minuman dimodifikasi dengan memberikan bahan tambahan
lain dengan tujuan memperbaiki rasa atau penampilan. Pada metode DH
semua bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah ditulis secara
lengkap. Komponen yang sedikit pemakaiannya adalah ditulis secara lengkap,
kandungan yang sedikit belum tentu pengaruhnya kecil pada komposisi gizi
seimbang. Contohnya adalah penggunaan garam, pada setiap makanan olahan
adalah sangat sedikit, akan tetapi pengaruhnya secara fisiologi sangat besar
jika kekerapan konsumsinya sering.
d. Porsi Acuan
Porsi acuan adalah porsi yang dijadikan acuan untuk membandingkan
porsi pada hari hari pengamatan selama DH dilakukan. Jadi dengan demikian
tujuan porsi acuan adalah untuk mengetahui porsi yang paling sering
digunakan oleh subjek dan mengetahui konsistensi subjek pada porsi acuan
dari hari kehari. Porsi acuan ini jumlahnya sama dengan porsi rerata atau porsi
yang paling sering muncul atau sering digunakan oleh subjek jika
mengonsumsi satu jenis makanan. Porsi acuan berbeda untuk setiap jenis
makanan. Misalnya porsi makan sayuran berbeda dengan porsi makan buah.
Porsi makan lauk hewani berbeda dengan porsi makan lauk nabati. Porsi
acuan ini diperoleh dari beberapa cara yaitu wawancara langsung dengan
subjek atau penimbangan langsung oleh subjek. Cara lain adalah menentukan
sesuai dengan porsi pada pesan gizi seimbang (PGS). Biasanya di Indonesia
digunakan porsi acuan pada buku PGS.
e. Porsi Konsumsi
Porsi konsumsi adalah porsi yang dikonsumsi oleh subjek. Porsi
konsumsi dapat sama atau berbeda dengan porsi acuan. Perbedaan ini
diberikan simbol K-kecil, S-Sedang dan B-besar. Jika subjek mengonsumsi
lebih kecil dari porsi acuan maka diberi symbol K, Jika subjek mengonsumsi
sama dengan porsi acuan maka diberi simbol S, dan jika subjek mengonsumsi
lebih besar dari porsi acuan maka diberi simbol B. Bobot ukuran besar,
sedang dan kecil dapat diketahui dengan cara penimbangan saat wawancara
berlangsung. Studi Diet Total (SDT) di Indonesia tahun 1994 pernah
menggunakan metode penimbangan makanan saat wawancara recall konsumsi
24 jam. Cara penimbangannya adalah subjek diminta untuk menentukan
jumlah makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi melalui bentuk
(pangan) aslinya. Setelah subjek sudah menentukan takaran makanan, lalu
ditimbang oleh enumerator dan dicatat hasilnya sebagai porsi konsumsi. Cara
ini dipandang sebagai cara untuk mengetahui porsi konsumsi aktual setiap
subjek.
f. Catatan Diet
Catatan diet adalah tanda yang diberikan pada setiap hari, untuk
kepatuhan subjek menjalankan diet yang digunakannya. Jika subjek sedang
menerapkan diet tertentu maka tanda ceklist dibubuhkan pada kolom hari
pengamatan, Jika subjek tidak menerapkan diet pada hari pengamatan maka,
kolom ini dikosongkan atau diberi tanda silang, Tujuan catatan diet ini juga
berguna untuk menilai kepatuhan subjek pada diet. Diet dalam konteks ini
adalah diet yang beredar di masyarakat.
g. Pantangan
Makanan pantangan adalah makanan yang pada umumnya orang
konsumsi tetapi untuk subjek tertentu tidak dikonsumsi dengan alasan
subjektif diluar penilaian organoleptik. Makanan pantangan ditolak untuk
dikonsumsi karena alasan subjektif. Alasan subjektif karena persepsi yang
menyimpang dari kaidah ilmu pengetahuan gizi dan makanan. Alasan
seringkali berhubungan dengan mitos atau legenda secara turun temurun. Jika
subjek memiliki makanan pantangan maka kolom ini diberi tanda ceklist.
Tujuan kolom ini adalah untuk memberikan deskripsi secara lengkap bahwa
subjek memiliki makanan pantangan. Pada wawancara mendalam dapat
ditelusuri tentang alasan memantangkan makanan tertentu dan bagaimana
efeknya pada keragaman konsumsi subjek.
h. Deskripsi DH
Deskripsi DH adalah penjelasan narasi yang mudah dipahami atas
fakta fakta riwayat makan subjek. Deskripsi DH adalah dirinci terkait
konsistensi waktu makan, sumber makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
kelompok sayuran, dan kelompok buah buahan, serta makanan bersama atau
even sosial lainnya. Makanan pantangan juga dijelaskan jika ada atau tidak
ada. Deskripsi ini adalah ringkasan tentang riwayat makan subjek.
i. Interpretasi DH
Interpretasi DH adalah simpulan atas riwayat makan subjek. Simpulan
ini diuraikan menurut dimensi keragaman konsumsi sesuai dengan pilar gizi
seimbang dan dilengkapi dengan asupan rerata harian selama DH. Asupan
terhadap gizi makro dan mikro. Jika dilakukan penyederhanaan maka,
disesuaikan dengan tujuan DH. Jika tujuan DH adalah untuk menelusuri efek
riwayat makan dengan munculnya kasus malnutrisi gizi makro maka di
interpretasi relasinya dengan gizi makro saja.

Pada metode DH tidak diperlukan studi pendahuluan yang sistematis


seperti pada metode FFQ maupun semi FFQ. Studi tidak diperlukan karena
formulir DH adalah formulir dengan pertanyaan terbuka. Dilakukan
identifikasi bahan makanan sudah dikonsumsi setiap hari. Hal ini berbeda
dengan metode FFQ dan Semi FFQ dimana daftar mahanan sudah ditentukan
sebelumnya dari hasil studi pendahuluan.

D. HASIL

FORMULIR DIETARY HISTORY (INDIVIDU)

Nama Responden: Fais Tanggal Wawancara : 2 April 2022


Umur : 19 tahun Pewawancara : Galih Praja Islamuddin
Jenis Kelamin : Laki laki Alamat : Gonilan

Porsi yang
Hari Pengamatan
Waktu Jenis Makanan Porsi dikonsumsi

Makan dan Buah Acuan

Sedang
I II III

Besar
Kecil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

- 1 porsi
sdg
- Nasi S
Pagi (300gr) S S S
- Daging ayam S
- 1 ptg
sdg(40gr)

Selingan - Semangka - 3 ptg S S S S


sdg
- Yoghurt S
(270gr)
- Roti isi coklat S
- 1 gls
(200gr)

- 1
bks(50gr)

Indomie 2
Siang S S S S
goreng bks(170)

- 1 porsi
sdg
- Nasi (300gr) S

Malam - Tempe - 3 ptg S S S S


sdg(75gr)
- Bayam S
- 1 gls
(100gr)

Riwayat Diet (Ada/Tidak Ada) x x x

Diet Rendah Kalori/Pembatasan Lemak/dll x x x

Rekomendasi diet x x x

Makanan Pantangan (Sebutkan.................) x x x

Kondisi makan bersama:

1. Bersama Keluarga

2. Bersama rekan kerja/teman x  


3. Bersama dalam pesta adat atau acara sosial

Keterangan: K=Kecil, S=Sedang, dan B=Besar

E. PEMBAHASAN

Pada praktikum Dietary History yang telah dilakukan bersama responden Fais pada
hari Sabtu, 02 April 2022 didapatkan hasil survei Dietary History sesuai dengan hasil
praktikum yang memiliki riwayat makan selama 3 hari dengan hasil sebagai berikut:

1. Responden makan pagi dengan nasi putih dan daging ayam dilakukan
selama 3 kali dalam seminggu.
2. Makanan selingan yang sering dikonsumsi oleh responden adalah buah
semangka,yoghurt dan roti isi coklat, ini dilakukan selama 3 kali dalam
seminggu.
3. Untuk makan siang responden biasa mengkonsumsi indomie goreng, ini
dilakukan 3 kali selama seminggu.
4. Untuk makan malam responden mengkonsumsi nasi putih,tempe dan
bayam hal ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
5. Dalam 3 hari pengamatan responden tidak memiliki riwayat diet dan
makanan pantangan.
6. Selama 3 hari pengamatan responden diketahui memakan makan sendiri
dan bersama teman.
Pada metode Dietary History ini membahas tentang teknik pengukuran konsumsi
makan individu dengan cara meminta responden untuk mengisi kuesioner yang
digunakan untuk menunjukkan keragaman makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Kuesioner pada metode ini berguna untuk menunjukkan informasi tentang
pengolahan dan penyimpanan makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang.
Metode Dietary History ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama.
F. KESIMPULAN

Kelebihan Metode Dietary History (DH)

Salah satu pertimbangan dalam memilih metode survei konsumsi pangan adalah
memertimbangkan kelebihannya. Kelebihan metode DH sesuai dengan tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi riwayat makan pada subjek. Status gizi tidak lain
adalah luaran dari riwayat makan subjek. Malnutrisi adalah disebabkan asupan
makanan berlebihan atau kekurangan makanan dalam jangka panjang. Aspek durasi
waktu yang panjang berkorelasi dengan kekhususan dalam assosiasi hubungan sebab
akibat yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kekerapan konsumsi signifikan berefek
pada kondisi fisiologis subjek. Kondisi fisiologis akan menyesuaikan dengan fakta
asupan zat gizi masa yang telah berlalu. Kelebihan metode DH dari aspek sasaran
adalah dapat digunakan pada kelompok literasi rendah sama halnya dengan metode
FFQ. Kemudahan ini disebabkan pada proses pengumpulan datanya adalah
menggunakan metode wawancara langsung (direct interview), bukan wawancara
tidak langsung (indirect interview). Wawancara tidak langsung contohnya adalah
wawancara menggunakan telepon (telephone interview). Sasaran dengan kemampuan
baca tulis dan pemahaman yang rendah dapat diinvestigasi konsumsi pangannya
dengan baik. Salah satu syaratnya adalah dilakukan oleh interviewer yang terlatih.

G. DAFTAR PUSTAKA

Burke, B. S. (1947). The Dietary History as a Tool in Research1. Journal of the


American Dietetic Association, 23(12), 1041-1042.

Liu, K., Slattery, M., Jacobs Jr, D., Cutter, G., McDonald, A., Van Horn, L., ... &
Dyer, A. (1994). A study of the reliability and comparative validity of the
cardia dietary history. Ethnicity & disease, 4(1), 15-27.

Byers, T., Marshall, J., Anthony, E., FIEDLER, R., & Zielezny, M. (1987). The
reliability of dietary history from the distant past. American Journal of
Epidemiology, 125(6), 999-1011.

Van Liere, M. J., Lucas, F., Clavel, F., Slimani, N., & Villeminot, S. (1997). Relative
validity and reproducibility of a French dietary history
questionnaire. International journal of epidemiology, 26(suppl_1), S128.
Guallar-Castillón, P., Sagardui-Villamor, J., Balboa-Castillo, T., Sala-Vila, A., Ariza
Astolfi, M. J., Sarrión Pelous, M. D., ... & Artalejo, F. R. (2014). Validity and
reproducibility of a Spanish dietary history. PloS one, 9(1), e86074.

Bogen, D. L., Duggan, A. K., Dover, G. J., & Wilson, M. H. (2000). Screening for
iron deficiency anemia by dietary history in a high-risk
population. Pediatrics, 105(6), 1254-1259.

Anda mungkin juga menyukai