Anda di halaman 1dari 18

Metode survei konsumsi pangan yang dikenal saat ini ada berbagai macam.

Identifikasi
berbagai metode dapat dibedakan menurut sasarannya. Metode survei konsumsi pangan
menurut sasarannya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu metode SKP individu dan
Metode SKP kelompok.
Metode SKP individu adalah metode; recal konsumsi 24 jam (Food Recall 24 Hours),
penimbangan makanan (Food Weighing), pencatatan makanan (food record), dan Riwayat
Makanan (Dietary History).
1. Metode Ingatan Makanan (Food Recall 24 Hours)

Metode ingatan makanan (Food Recall 24 Jam) adalah metode SKP yang fokusnya pada
kemampuan mengingat subjek terhadap seluruh makanan dan minuman yang telah
dikonsumsinya selama 24 jam terakhir. Kemampuan mengingat adalah menjadi kunci pokok
pada metode ini, Subjek dengan kemampuan mengingat lemah sebaiknya tidak menggunakan
metode ini, karena hasilnya tidak akan menggambarkan konsumsi aktualnya. Subjek dengan
kemampuan mengingat lemah antara lain adalah lanjut usia, dan anak di bawah umur. Khusus
untuk lanjut usia sebaiknya dihindari penggunaan metode ini pada mereka yang memasuki
phase amnesia karena faktor usia sedangkan pada anak di bawah umur biasanya di bawah 8
tahun atau di bawah 13 tahun. Usia antara 9-13 tahun sebaiknya metode ini harus didampingi
orang ibunya (Charlebois 2011).
Metode ingatan makanan (food recal 24 hours) adalah dapat dilakukan di semua setting
lokasi survei baik di tingkat rumah tangga maupun masyarakat dan rumah sakit atau instansi.
Metode ini sangat memungkinkan untuk dilakukan setiap saat apabila dibutuhkan informasi
yang bersifat segera. Metode ini juga dilakukan untuk tujuan penapisan (skrining) asupan gizi
individu.
Metode ini dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu hanya menggunakan foto makanan
sudah dapat digunakan. Secara institusi ataupun secara individu. Beberapa metode SKP tidak
dapat dilakukan ditingkat komunitas tetapi dengan metode ini keterbatasan itu dapat diatasi
karena metode ini sangat luwes. Kesederhanaan metode ini memerlukan cara yang tepat
untuk mengurangi kesalahan. Cara yang dianggap paling baik adalah mengikuti metode lima
langkah dalam recall konsumsi makanan atau yang dikenal dengan istilah Five Steps Multi
Pass Method. Metode lima langkah ini adalah metode yang paling sering digunakan pada
berbagai penelitian konsumsi pangan. Metode lima langkah ini diawali dengan daftar singkat
menu makanan yang akan dikonsumsi. Daftar singkat inilah yang kemudian dielaborasi untuk
menguraikan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh subjek. Berikut contoh formulir
daftar singkat (quick list).
2. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Metode penimbangan makanan adalah metode SKP yang fokusnya pada penimbangan
makanan dan minuman terhadap subjek, yang akan dan sisa yang telah dikonsumsi dalam
sekali makan. Penimbangan makanan dan minuman adalah dalam bentuk makanan siap
konsumsi. Makanan yang ditimbang adalah makanan yang akan dimakan dan juga sisa
makanan yang masih tersisa. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah selisih antara berat
makanan awal dikurangi berat makanan sisa.
Metode penimbangan makanan, dapat dilakukan pada instalasi penyelenggara makanan yang
terintegrasi dengan pelayanan makanan. Pelayanan makanan yang terintegrasi adalah
pelayanan makanan yang memadukan distribusi makanan dan ruang makan, seperti di rumah
sakit. Makanan di produksi di instalasi gizi dan distribusikan ke seluruh pasien dalam satu
unit pengelola. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam prosedur penimbangan
makanan. Jika makanan diproduksi dari luar dan dikonsumsi dalam rumah sakit maka, akan
sulit untuk melakukan penimbangan makanan. Kondisi dimana ruang distribusi dan konsumsi
agak terpisah maka penimbangan sulit dilakukan. Penimbangan dilakukan.
Metode penimbangan makanan tidak dapat dilakukan di masyarakat, dengan alasan waktu
makan dapat tidak seragam antar rumah tangga. Kesulitan yang dialami oleh enumerator
adalah dalam hal pengumpulan data secara efektif. Metode ini memerlukan persiapan yang
sempurna dengan subjek.
3. Metode Pencatatan Makanan (Food Record)

Metode pencatatan makanan (Food Record) adalah metode yang difokuskan pada proses
pencatatan aktif oleh subjek terhadap seluruh makanan dan minuman yang telah dikonsumsi
selama periode waktu tertentu. Pencatatan adalah fokus yang harus menjadi perhatian karena
sumber kesalahannya juga adalah pada proses pencatatan yang tidak sempurna. Jika
pencatatan dilakukan dengan sempurna maka hasil metode ini adalah sangat baik (Cheng et
al. 2012).
Metode pencatatan ini dapat dilakukan di rumah tangga ataupun di institusi. Syarat umum
pencacatan adalah literasi subjek harus baik. Konsistensi dalam proses pencatatan juga
menjadi aspek yang harus ditekankan agar informasi terhadap makanan dan minuman akurat
dan dapat memberikan informasi jumlah makanan yang dikonsumsi secara tepat. Literasi
merupakan syarat utama sehingga pada subjek dengan kemampuan baca tulis tidak ada tidak
dapat dilakukan. Pencacatan hanya dapat dilakukan oleh subjek yang diukur dan tidak dapat
dilakukan oleh orang lain, karena alasan tidak efisien (Roy et al. 1997).
Metode pencatatan makanan tidak dapat dilakukan pada subjek yang tidak memiliki tempat
tinggal menetap dalam periode waktu tertentu. Alasannya adalah karena informasi makanan
dan minuman yang dikonsumsi harus dapat dicatat dalam periode waktu. Periode waktu yang
dimaksud adalah lima dan tujuh hari. Jika pada periode tersebut tidak dapat dilakukan
pencatatan maka metode ini tidak dapat digunakan. Selain itu kondisi subjek dalam periode
waktu tersebut harus konsisten sehat. Jika pada periode pencatatan subjek sakit maka
pencatatan dapat dihentikan karena alasan subjek sakit (Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar,
Dody Izwardy 2017).
4. Metode Riwayat Makanan

Metode Riwayat Makanan adalah metode yang difokuskan pada penelusuran informasi
riwayat makan subjek. Riwayat makanan meliputi kebiasaan makan subjek. Bukti telusur atas
kebiasaan makan subjek adalah selalu dapat diketahui setelah pengamatan selama satu bulan.
Semakin lama pengamatan maka akan semakin jelas terlihat kebiasaan makan subjek.
Pengamatan yang dilakukan dalam waktu singkat akan mengurangi ketepatan metode ini.
Mengapa demikian?. Kebiasaan makan tidak melalui dapat dipraktikkan oleh subjek dalam
waktu satu minggu yang disebabkan oleh banyak faktor di antaranya ketersediaan makanan
karena pengaruh musim atau karena subjek tidak berada di habitatnya yang asli.
Metode riwayat makanan dapat dilakukan di rumah tangga dan di rumah sakit. Informasi
yang diperoleh adalah berhubungan dengan cara individu membeli bahan, mengolah dan
mengonsumsi makanan dari kebiasaan sehari hari. Pencatatan riwayat makanan di rumah
sakit (pasien) biasanya untuk mengetahui kebiasaan makan yang berhubungan dengan
penyakit pasien.
Metode riwayat makanan dapat dilakukan pada semua situasi baik rumah tangga maupun di
masyarakat. Persiapan relatif lebih mudah dilakukan sehingga memungkinkan untuk
dilakukan secara cepat dan tepat. Informasi yang diperoleh adalah untuk menilai kebiasaan
makan subjek menurut kecenderungan jangka panjang. Kecenderungan jangka panjang
adalah refleksi kebiasaan yang konsisten dilakukan. Inilah fokus yang harus digali pada
metiode pencatatan ini.
A. Definisi Dietery Assesment

Kekurangan gizi diawali dari asupan gizi yang tidak cukup, sebaliknya kelebihan
gizi disebabkan dari asupan gizi yang lebih dari kebutuhan tubuh. Ketidakcukupan
asupan gizi atau kelebihan asupaan gizi dapat diketahui melalui pengukuran konsumsi
pangan (dietary methode). Asupan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi status gizi individu. Seseorang yang mempunyai asupan gizi kurang saat
ini, akan menghasilkan status gizi kurang pada waktu yang akan datang. Asupan gizi saat
ini tidak langsung menghasilkan status gizi saat ini juga. Memerlukan waktu, karena zat
gizi akan mengalami metabolisme dalam tubuh terlebih dahulu untuk sampai
dimanfaatkan oleh tubuh.

Pengkajian/penilaian asupan makanan merupakan salah satu cara yang biasa


dilakukan oleh ahli gizi yang bertujuan untuk mengukur  apakah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang cukup atau sesuai dengan kebutuhannya atau tidak, jika
hasilnya tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka kemungkinan terjadinya kekurangan
gizi sangat besar.

Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji
tanda awal dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang tidak
adekuat. Karena alasan ini informasi dari dietary assessment juga dapat memprediksi
kemungkinan kekurangan zat gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut dengan
menggunakan metode yang lain seperti penilaian biokimia, antropometri dan klinis.

Data dari metode ini meliputi asupan makanan dan gizi termasuk komposisi, pola
makan, diet saat ini dan data lain yang terkait seperti penggunaan obat atau pengobatan
alternatif. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan,
aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien.

Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan


kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan
makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Sedangkan
secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui
“recall makanan 24 jam dengan alat bantu “food model”. Kemudian dilakukan analisis
zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi
makanan.

Melalui anamnesis tersebut seorang ahli gizi dapat menentukan status gizi
individu maupun kelompok dengan cara menghitung konsumsi atau asupan zat gizi yang
terdapat pada makanan dan minuman yang dikonsumsi atau yang di asup oleh seseorang.

B. Cara agar data atau hasil pengkajian dengan metode dietery assesment menjadi
valid

Validasi data hasil pengukuran konsumsi makanan, yaitu :


1. Validasi dan Akurasi
Kesalahan dari hasil pengukuran konsumsi makanan dapat bersumber dari validitas
atau akurasi dari metode yang digunakan. Validitas atau akurasi adalah derajat
kemampuan suatu metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk
menentukan tingkat validitas dari suatu metode pengukuran makanan, masih sulit
dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya suatu metode baku (gold
standard) yang dapat mengukur konsumsi yang sebenarnya dari responden. Oleh
karena itu, pengujian validitas suatu metode dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran suatu metode dengan hasil metode lain yang diketahui lebih baik.
Contohnya menggunakan alat bantu gambar dan food model. Dalam memilih metode
pembanding, presisi dan akurasi metode tersebut harus lebih tinggi dari metode yang
diuji. Selain itu kedua metode yang sedang diuji tersebut (yang diuji dan pembanding)
haruslah menguji parameter yang sama dalam kerangka waktu yang sama pula.
2. Presisi atau Reabilitas
Presisi (tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat
memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi
ditentukan oleh kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu di
antara kedua pengukuran (true daily variation). Kalau kesalahan pengukuran dapat
ditekan semaksimal mungkin, maka tingkat presisi terutama ditentukan oleh
perbedaan konsumsi sesungguhnya pada kedua pengukuran, jadi hasil pengukuran
yang berbeda tersebut bukanlah disebabkan oleh metodenya yang tidak dipercaya.
Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok masyarakat, perbedaan
antara dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
 Berbedanya konsumsi antara anggota kelompok (variasi antara
individu/responden).
 Berbedanya konsumsi dari hari kehari pada setiap anggota kelompok (variasi
intra individu/responden).
Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet harus
dibedakan dan dihitung. Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi
ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :
 Lama waktu pengamatan yang digunakan.
 Macam populasi yang diteliti.
 Zat gizi yang ingin diketahui.
 Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya.
 Varians antara dan intra responden.
FOOD WEIGHING
Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei konsumsi pangan yang
dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi oleh responden.
Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau petugas pengumpul data melakukan
penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang sisa makanan yang tidak
dikonsumsi oleh seseorang. Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum
dikonsumsi dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi. Penimbangan makanan
dilakukan dengan menggunakan timbangan makanan dan dicatat dalam satuan gram dengan
tujuan mengetahui bobot makanan yang dikonsumsi.
Untuk mendapatkan hasil penimbangan dengan akurasi dan presisi tinggi, sebaiknya
menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram. Ketelitian yang tinggi dapat
mendeteksi perubahan berat makanan yang tidak terlalu besar. Jika tidak tersedia timbangan
digital, masih dimungkinkan untuk menggunakan timbangan lain seperti timbangan jarum.
Sebaiknya gunakan timbangan jarum yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi. Namun,
penggunaan timbangan jarum mempunyai sedikit kelemahan yaitu adanya kesulitan dalam
membaca hasil timbangan. Saat pembacaan hasil timbangan posisi mata harus sejajar dengan
jarum timbangan agar menghasilkan pembacaan yang akurat. Jika posisi mata berada di sebelah
kanan atau kiri jarum timbangan, akan bisa menghasilkan pembacaan hasil yang berbeda
dengan sebenarnya.
Metode penimbangan merupakan metode survei konsumsi pangan yang paling akurat dalam
memperkirakan asupan makanan dan zat gizi yang biasa dikonsumsi oleh individu. Jumlah
konsumsi lebih akurat karena jumlah makanan yang dikonsumsi oleh responden ditimbang secara
langsung. Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya bias yang disebabkan oleh kesalahan
estimasi porsi oleh responden dan juga oleh pengumpul data. Selain itu metode penimbangan
juga dapat mengurangi bias yang disebabkan keterbatasan ingatan responden. Namun metode ini
membutuhkan tingkat kerja sama yang lebih tinggi dengan responden. Metode penimbangan
dikhawatirkan juga dapat mengubah asupan makanan dari responden. Selain itu metode
penimbangan membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan metode lainnya
karena membutuhkan alat timbang yang cukup mahal.
Penimbangan makanan sebaiknya dilakukan dalam setiap kali waktu makan selama periode
yang ditentukan. Penimbangan makanan dilakukan untuk setiap jenis makanan yakni bahan
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Langkah-langkah dalam melakukan metode penimbangan.
1. Menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir yang telah
disediakan.
2. Setelah responden mengkonsumsi makanannya, lakukan kembali penimbangan sisa makanan
yang tidak dikonsumsi oleh responden.
3. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi
dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi.

Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi –


Jumlah makanan sisa yang tidak dikonsumsi
4. Tentukan jenis bahan makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.
5. Tentukan faktor konversi matang-mentah untuk setiap bahan makanan.
6. Tentukan berat mentah dari bahan makanan.
7. Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.
Setiap metode survei konsumsi pangan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Demikian juga dengan metode penimbangan ini. Di samping mempunyai beberapa
kelebihan, metode ini juga mempunyai kelemahan yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam
menentukan pilihan metode survei konsumsi pangan.
Kelebihan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di bawah ini:
1. Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar dalam survei
konsumsi pangan.
2. Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya.
3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden karena metode ini
tidak tergantung kepada daya ingat responden.
4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam menjelaskan ukuran
porsi makanan yang dikonsumsi.
5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau pengumpul data
dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi oleh responden.
6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden dengan
pewawancara atau pengumpul data.
7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometri dan
data klinis.
8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan asupan sehari-hari
responden.
9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja, perusahaan, panti
sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal bersama-sama.
Demikian beberapa keunggulan dari metode penimbangan yang dapat dijadikan pertimbangan
oleh peneliti dalam memilih metode ini untuk mengukur asupan responden. Namun, di samping
kelebihan, metode ini juga mempunyai kelemahan seperti yang diuraikan di bawah ini.
1. Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua makanan yang
dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak dikonsumsi oleh responden harus
dilakukan penimbangan sesaat sebelum dikonsumsi dan sesaat sesudah responden
mengkonsumsi makanannya.
2. Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena harus melakukan
penimbangan makanan responden.
3. Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau pengumpul data seperti
timbangan makanan, formulir penimbangan, alat tulis dan beberapa peralatan lainnya.
4. Responden dapat merubah kebiasaan makan sehari-hari, terutama pada penimbangan yang
dilakukan selama beberapa hari.
5. Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.

Penjelasan pengisian formulir food weighing


1. Waktu makan
Waktu makan diisi dengan waktu responden mengkonsumsi makanan, misalnya pagi, siang atau
malam. Waktu makan dapat juga diisi dengan keterangan jam misalnya 07.00, 10.00, 12.00,
15.00, 19.00.
2. Nama Hidangan
Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi oleh responden misalnya Nasi
Goreng, Telur Dadar, Tempe Bacem, Sayur Kangkung, dan lain-lain.
3. Berat Masak
Berat masak diisi dengan berat makanan yang akan dikonsumsi oleh responden. Ditimbang
sesaat sebelum disajikan pada responden. Berat makanan ditulis dalam satuan gram.
4. Sisa Makanan
Sisa makanan adalah berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden. Sisa makanan
ditimbang setelah makanan dikonsumsi responden. Jika semua makanan yang dihidangkan habis,
maka sisa makanan adalah 0 gram.
5. Jumlah makanan yang dikonsumsi
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi dengan
sisa makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi ditulis dalam satuan gram.
6. Faktor konversi matang mentah
Faktor konversi mentah matang diisi dengan faktor konversi berat matang mentah yang bisa
diperoleh dari daftar faktor konversi berat matang mentah yang keluarkan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman Konversi Berat Matang-Mentah Berat Dapat
Dimakan (BDD) Dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajajan.
7. Persentase penyerapan minyak
Persentase penyerapan minyak diisi dengan persentase penyerapan minyak dari makanan bisa
diperoleh dari daftar penyerapan minyak goreng yang keluarkan oleh Kementerian Kesehatan
tahun 2014 dalam Buku Pedoman Perkiraan Jumlah Garam Dan Penyerapan Minyak Goreng.
Jumlah serapan minyak = persentase serapan x berat matang

Alat yang diperlukan antara lain timbangan makanan digital, alat ukur, gelas ukur, alat makan,
pisau, talenan, formulir penimbangan, kalkulator dan alat tulis. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa alat yang diperlukan untuk menimbang berbagai macam pangan.
Untuk kelancaran proses menimbang bahan pangan, Anda harus mengetahui dan menguasai
tentang Ukuran Rumah Tangga (URT). Pembahasan lengkap mengenai URT akan Anda dapatkan
pada Bab lain di buku ajar ini bab 8, tetapi pada bagian ini akan diuraikan secara singkat
mengenai URT dan contoh-contoh URT yang sering digunakan.
URT = buah g = gram
merupakan
takaran atau
ukuran bahan
makanan yang
umum
digunakan dan
dipahami oleh
semua orang.
Berikut ini
beberapa
contoh URT
yang sering
digunakan. bh
bj = biji kcl = kecil
btg = batang ptg = potong
btr = butir sdg = sedang
bsr = besar sdm = sendok
makan
gls = gelas (240 sdt = sendok teh
ml)
kh = kandungan karbohidrat
ALAT UNTUK MENIMBANG PANGAN
1. Timbangan bahan makanan
Timbangan makanan ada dua jenis, yaitu timbangan manual atau jarum dan timbangan digital.
Disarankan menggunakan timbangan digital menimbang bahan pangan ini karena berat
makanan yang ditimbang tidak terlalu besar. Ketelitian timbangan digital yang digunakan bisa 1
gram atau 0,1 gram.
Gambar 2.3. Timbangan makanan digital
2. Alat ukur makanan
Alat ukur makanan yang digunakan antara lain sendok ukur, yaitu sendok dalam berbagai
ukuran dan gelas ukur yang mempunyai garis-garis untuk menunjukkan ukuran cairan dalam
mililiter (ml).
a. sendok ukur

b. gelas ukur
Gambar 2.5. Gelas ukur
3. Alat makan
Alat makan yang harus disediakan antara lain sendok makan, sendok teh, sendok nasi dalam
berbagai ukuran, sendok sayur, gelas minum dan piring makan.
a. a. sendok makan dan sendok teh

b. sendok nasi (berbagai macam : sendok nasi magic jar, sendok nasi kayu/plastik)
Gambar 2.8. Sendok nasi berbagai bentuk
a. c. sendok sayur
b. gelas dan cangkir
c. piring makan

4.Pisau
a.Pisau digunakan untuk memotong bahan makanan dalam berbagai bentuk ukuran
rumah tangga yang biasa digunakan

5.Talenan
Talenan dapat menggunakan talenan yang terbuat dari plastik atau kayu, digunakan
sebagai alas saat memotong bahan pangan. Sebaiknya pisahkan talenan untuk makanan
yang sudah diolah dengan bahan makanan yang masih mentah.

6. Formulir penimbangan
Nama pangan Ukuran Rumah Tangga Berat (gram)
(makanan, minuman,
bahan makanan)
7. Daftar analisis zat gizi dan daftar penukar
Daftar analisis zat gizi digunakan untuk mengetahui nilai gizi makanan. Daftar analisa zat
gizi yang bisa digunakan antara lain Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Tabel
Komposisi Pangan Indonesia (TKPI).

8. Kalkulator dan alat tulis


Sediakan kalkulator dan alat tulis untuk menghitung merat mentah dan menghitung penyerapan
minyak.
BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Bahan makanan Golongan I (karbohidrat)
2. Bahan makanan Golongan II (protein hewani)
3. Bahan makanan Golongan III (protein nabati)
4. Bahan makanan Golongan IV (sayuran)
5. Bahan makanan Golongan V (buah-buahan dan gula)
6. Bahan makanan Golongan VI (susu)
7. Bahan makanan Golongan VII (minyak/lemak)
8. Minuman

PROSEDUR PENIMBANGAN
Prosedur menimbang bahan pangan dengan timbangan digital adalah sebagai berikut :
1. Siapakan bahan yang akan ditimbang.
2. Tempatkan timbangan pada tempat yang datar, beri alas untuk menempatkan bahan pangan.
Alas dapat berupa plastik, piring kertas atau sterofoam. Untuk minuman atau makanan yang
berkuah dapat menggunakan gelas atau mangkok plastik.
3. Tekan tombol on/off untuk menyalakan.
4. Setelah menunjukkan angka 0, tempatkan bahan pangan yang akan ditimbang.
5. Timbangan akan menunjukkan angka berat bahan pangan.
6. Catat berat bahan pangan diformulir yang disediakan.

Food Record
Mood record atau food diary yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai metode
pencatatan makanan, merupakan salah satu metode survei konsumsi pangan yang bersifat
prospektif. Dalam metode ini responden membuat catatan makanan yang dikonsumsi selama
waktu tertentu. Metode ini dapat dibagi menjadi estimated food record dan weighed food
record untuk menilai asupan makanan tingkat individu. Sementara untuk menilai asupan tingkat
rumah tangga dapat menggunakan household food record. Estimated food record adalah
metode pencatatan makanan yang dilakukan oleh responden dengan cara mengestimasi jumlah
makanan yang dikonsumsi. Sedangkan weighed food record merupakan metode pencatatan
makanan yang dilakukan oleh responden atau petugas pengumpul data dengan cara
menimbang makanan yang dikonsumsi oleh respoden.
Metode food record dapat menghasilkan data yang cukup detail dan akurat. Data yang
dihasilkan bersifat kuantitatif, sehingga metode ini dapat digunakan untuk mengukur asupan zat
gizi seperti asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Metode ini juga dapat digunakan
untuk mengukur asupan cairan. Responden sulit untuk mengingat kapan dan berapa jumlah
cairan yang diminum, sehingga metode pencatatan ini cocok untuk mengukur asupan cairan
dalam sehari. Dalam pelaksanaannya metode record harus memperhatikan kondisi responden
karena metode ini cocok digunakan untuk responden dengan latar belakang pendidikan yang
cukup tinggi. Metode ini tidak dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, karena
responden harus menuliskan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi. Metode ini juga
dapat menjadi beban bagi responden.
Dalam tugas sehari-hari Anda sebagai seorang Ahli Gizi untuk mengukur asupan makanan klien
atau responden secara kuantitatif, maka metode food record dapat dijadikan sebagai salah satu
pilihan untuk mengukur tingkat asupan zat gizi seperti energi, karbohidrat, lemak dan protein
serta jumlah asupan cairan.

Berikut ini diuraikan langkah-langkah dalam melakukan food record.


1. Peneliti atau penumpul data menjelaskan cara-cara pengisian formulir food record dan
menjelaskan tentang ukuran rumah tangga yang akan digunakan dalam memperkirakan porsi
makanan.
2. Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk makanan
selingan dan jajanan, baik yang dikonsumsi di dalam rumah maupun diluar rumah selama
periode penelitian.
3. Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari makanan yang
dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika diperlukan (seperti merek atau harga dari
makanan, tempat mengkonsumsi makanan tersebut dan kesempatan dalam mengkonsumsi
makanan tersebut, misalnya dikonsumsi pada saat menonton televisi, dikonsumsi saat
menghadiri pesta pernikahan dan keterangan lain yang dapat membantu peneliti dalam
menerjemahkan ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat (gram) dan menganalisa zat gizi
dari makanan yang dikonsumsi responden.
4. Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data menerjemahkan
ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat
(gram).
5. Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk mengetahui jumlah konsumsi
zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan atau menggunakan software
untuk analisa konsumsi zat gizi.

Biasanya food record ini dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan 2 hari weekday dan 1
hari weekend. Namun, untuk mendapatkan data konsumsi makanan yang dapat
menggambarkan kebiasaan konsumsi responden, metode food record idealnya dilakukan
selama 7 hari. Pada kondisi tertentu jumlah hari yang digunakan dapat lebih sedikit. Jumlah hari
dapat dikurangi jika disparitas konsumsi antara individu tidak terlalu tinggi atau tingkat kerja
sama responden sangat rendah.
Sebagaimana metode survei konsumsi pangan yang lain, metode food record juga mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan dari metode ini dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan servei konsumsi pangan.
Kelebihan dari metode food record antara lain seperti yang diuraikan di bawah ini
1. Metode food record dapat menyediakan data secara kuantitatif sehingga jumlah asupan zat
gizi responden dalam sehari dapat diketahui.
2. Data yang dihasilkan dari metode food record cukup detail seperti waktu malam, jenis bahan
makanan, metode pengolahan yang digunakan dan jumlah atau porsi dari makanan yang
dikonsumsi responden.
3. Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan responden, karena
dalam metode food record responden langsung menuliskan makanan yang dikonsumsi.
4. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data konsumsi makanan pada jumlah responden yang
cukup besar.
5. Hasil yang diperoleh cukup akurat jika responden menuliskan data konsumsi makanan dengan
teliti.
Di samping mempunyai kelebihan, metode food record juga mempunyai kelemahan. Beberapa
kelemahan dari metode food record ini adalah seperti yang diuraikan pada paragraf berikut ini.
1. Penggunaan metode food record membutuhkan tingkat kerja sama yang tinggi dengan
responden dan membutuhkan komitmen responden untuk bersedia melakukan pencatatan
makanan.
2. Metode food record sangat membebani responden karena responden harus menuliskan
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama periode penelitian.
3. Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden dalam menuliskan
bahan makanan, metode pengolahan makanan dan perkiraan atau estimasi jumlah makanan
yang dikonsumsi.
4. Keakuratan data dari metode food record ini juga sangat tergantung dari kejujuran responden
dalam melaporkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sebagian responden
mungkin tidak melaporkan beberapa konsumsi makanan karena beberapa alasan, seperti lupa
menuliskan makanan yang dikonsumsi, makanan yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit
sehingga responden beranggapan tidak perlu melaporkannya, responden malu atau tidak mau
melaporkan makanan tertentu karena dianggap kurang baik atau kurang sehat.
5. Metode ini tidak cocok digunakan untuk responden yang buta huruf.
6. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.

Weighed food record


Weighed food record merupakan metode survei konsumsi pangan dengan teknik penimbangan
dan pencatatan makanan yang dilakukan oleh responden. Pada metode weighed food record
responden melakukan penimbangan semua makanan yang dikonsumsi dan mencatatnya pada
sebuah formulir yang telah disediakan. Metode ini membutuhkan kerjasama yang cukup tinggi
dengan responden, karena responden harus menimbang sekaligus mencatat makanan yang
dikonsumsi selama periode yang ditentukan. Apabila dalam periode tersebut responden
mengkonsumsi makanan di luar rumah, tentu responden juga harus membawa timbangan
makanan dan peralatan untuk mencatat makanan yang dikonsumsi selama berada di luar
rumah.
Langkah-langkah dalam melakukan metode weighed food record hampir sama dengan metode
food weighing, namun dalam metode weighed food record responden yang melakukan
penimbangan dan pencatatan hasil penimbangan. Berikut ini diuraikan langkah-langkah dalam
melakukan metode weighed food record:
1. Peneliti atau pengumpul data menyiapkan formulir weighed food record dan menjelaskan
cara mengisi formulir serta cara melakukan penimbangan makanan.
2. Responden menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir yang
telah disediakan.
3. Setelah responden mengkonsumsi makanannya dan melakukan penimbangan untuk sisa
makanan yang tidak dikonsumsi.
4. Responden mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi. Jumlah makanan yang dikonsumsi
adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi dengan sisa makanan yang tidak
dikonsumsi.
Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi –
Jumlah makanan sisa yang tidak dikonsumsi
5. Setelah formulir weighed food record diisi oleh responden dalam waktu tertentu,
peneliti atau petugas pengumpul data melakukan analisa zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh responden.

Metode weighed food record mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan
metode survei konsumsi pangan yang lain. Kelebihan dari metode weighed food record ini
adalah:
1. Data yang dihasilkan akurat, karena responden menimbang dan mencatat makanan dan
minuman yang dikonsumsi sehingga dapat mengurangi bias dari kesalahan estimasi baik oleh
responden maupun pengumpul data.
6. 2. Metode weighed food record dapat menyediakan data secara kuantitatif sehingga
jumlah asupan zat gizi responden dalam sehari dapat diketahui.
7. 3. Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan responden,
karena dalam metode weighed food record responden langsung menuliskan makanan
yang dikonsumsi.
8. Selain mempunyai kelebihan, metode weighed food record juga mempunyai kelemahan.
Kelemahan dari metode weighed food record ini adalah:
9. 1. Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan responden, karena responden
diminta untuk menimbang dan mencatat semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama periode tertentu.
10. 2. Metode weighed food record sangat membebani responden karena responden harus
menimbang dan menuliskan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama
periode penelitian. Jika ada sisa makanan, responden juga harus melakukan
penimbangan sisa makanan tersebut.
11. 3. Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden dalam
menimbang dan menuliskan bahan makanan, metode pengolahan makanan dan
perkiraan atau estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi.
12. 4. Keakuratan data dari metode weighed food record ini juga sangat tergantung dari
kejujuran responden dalam melaporkan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Sebagian responden mungkin tidak melaporkan beberapa konsumsi
makanan karena beberapa alasan, seperti pada saat mengkonsumsi makanan di luar
rumah.
13. 5. Metode weighed food record tidak cocok digunakan untuk responden yang buta
huruf.
14. 6. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.

A. PRINSIP METODE FOOD RECALL 24 JAM


Metode food recall 24 jam adalah metode mengingat tentang pangan yang dikonsumsi
pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu tengah malam
lagi, atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat dalam ukuran rumah
tangga (URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara antara
petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran survei) atau yang mewakili
subyek (disebut responden). Pangan yang dicatat meliputi: nama masakan atau
makanan, porsi masakan dalam ukuran rumah tangga (URT), bahan makanan dalam
URT, serta informasi harga per porsi. Infomasi tentangresep dan cara persiapan serta
pemasakan perlu dicatat (dalam kolom keterangan pada form K1) agar estimasi berat
pangan lebih tepat.

B. LANGKAH-LANGKAH DALAM METODE FOOD RECALL 24 JAM


Terdapat 4 (empat) langkah dalam metode food recall 24 jam yaitu:
1. Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi pada periode 24 jam yang
lalu (sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi) dan mencatat dalam ukuran rumah tangga
(URT) mencakup nama masakan/makanan, cara persiapan dan pemasakan, serta bahan
makanannya.
2. Pewawancara/enumerator memperkirakan atau melakukan estimasi dari URT ke dalam
satuan berat (gram) untuk pangan yang dikonsumsi.
3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi berdasarkan data hasil recall konsumsi pangan sehari
(24 jam) secara manual atau komputerisasi.
4. Petugas menganalisis tingkat kecukupan energy dan zat gizi subyek dengan
membandingkan angka kecukupan energy dan zat gizi (AKG) subyek.

LANGKAH FOOD RECALL:


1. Petugas menanyakan konsumai pangan periode 24 jam yang lalu dan
mencatat dalam URT
2. Petugas mengestimasi URT ke dalam berat gram
3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi sehari
4. Membandingkan asupan energi dan zat gizi sehari
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Agar pelaksanaan wawancara berjalan lancar dan efektif serta hasil konsumsi pangan sehari
yang dicatat lengkap, maka sebaiknya mengikuti 5 tahap wawancara dalam food recall 24 jam
sebagai berikut:
1. Quick list (membuat daftar ringkas pangan yang dikonsumsi sehari kemarin) sesuai waktu
makan.
2. Mereview kembali kelengkapan quick list bersama responden.
3. Gali pangan/hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu makan dan aktifitas
termasuk porsi dalam URT, cara memasak dan harga per porsi bila membeli.

4. Tanyakan rincian pangan/hidangan (sesuai quict list) menurut jenis bahan makanan, jumlah,
berat dan sumber perolehannya yang dikonsumsi sehari kemarin.
5. Mereview kembali semua jawaban untuk menghindari kemungkinan masih ada
makanan dikonsumsi tapi terlupakan.

5 (LIMA) TAHAP WAWANCARA DALAM FOOD RECALL 24 JAM


1. Quick list
2. Review kelengkapan quick list
3. Gali konsumsi pangan/hidangan sesuai waktu dan aktifitas
4. Tanyakan rincian konsumsi pangan sesuai quick list
5. Review kembali semua jawaban responden

- Keuntungan menggunakan metode food recall 24 jam adalah:


a. Dapat digunakan pada subyek yang buta huruf
b. Relatif murah dan cepat.
c. Dapat menjangkau sampel yang besar.
d. Dapat dihitung asupan energy dan zat gizi sehari.

- Keterbatasan atau kelemahan metode food recall 24 jam adalah:


a. Sangat tergantung pada daya ingat subyek.
b. Perlu tenaga yang trampil.
c. Adanya The flat slope syndrome
d. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan untuk keluarga.

Alat yang digunakan dalam survei konsumsi pangan metode food recall 24 jam dapat berupa
alat dan bahan riil atau food model atau gambar/foto dan instrument atau formulir recall.
1. Penggunaan alat untuk food recall
Berbagai alat ukuran rumah tangga (URT) yang ada di rumah subyek masing-masing
dapat digunakan untuk menggali besar porsi pangan yang dikonsumsi. Contoh berbagai
ukuran piring makan, centong nasi, sendok makan, sendok sayur, sendok teh, gelas,
cangkir, dan berbagai macam mangkok. Dengan berbagai alat ukuran rumah tangga ini,
Anda dapat mememperkirakan atau mengestimasikan jumlah pangan yang dikonsumsi.
Misalnya dengan mendeskripsikan jenis alat makan atau minum yang digunakan
(misalnya gelas mug besar), ukuran mug (missal 400 ml), isi air dalam gelas yang
diminum (misalnya setengah gelas), artinya bahwa dapat diestimasi jumlah air yang
minum yaitu 200 ml.
Alat lainnya yang dapat digunakan untuk membantu dalam mengestimasi berat gram
adalah food model, gambar atau foto pangan. Food model atau gambar atau foto
pangan adalah contoh berbagai macam makanan, minuman dan bahan makanan yang
biasa dikonsumsi subyek yang terdiri dari makanan pokok, lauk (protein hewani), pauk
(protein nabati) sayur dan buah serta air minum. Pangan pokok memberikan gambaran
jenis dan porsi atau ukurannya (URT atau gram) seperti: nasi, roti, kentang, mie, lontong
dan bubur. Protein hewani seperti daging sapi, daging ayam atau unggas, telor, ikan,
udang dan kerang. Protein nabati seperti tahu,tempe, oncom dan kacang-kacangan.
Berbagai macam sayuran dan buah-buahan.
Instrumen yang digunakan untuk food recall 24 jam individu terdiri dari formulir pengambil data
dan formulir pengolahan data hasil recall, yaitu:
a. Formulir untuk food recall 24 jam individu
1) Formulir K1a adalah formulir untuk mencatat hasil food recall 24 jam individu yang terdiri dari
9 kolom. Jumlah lembar form K1a disesuaikan dengan jumlah hari survei.
2) Formulir K2a adalah formulir untuk rekap hasil food recall 24 jam individu selama 3 (tiga) hari
sesuai jumlah hari survei terdiri dari 7 kolom. Form K2a diisi dari hasil K1a yang sudah diestimasi
dari URT ke dalam berat gram (K1a kolom 6).
3) Formulir K3a adalah formulir untuk analisa asupan energy dan zat gizi individu yang
terdiri dari 9 kolom. Form K3a kolom (2) dan (3) diisi berdasarkan hasil pada form K2a
kolom (2) dan (7). Zat gizi dianalisis secara manual atau kompeterisasi, dengan jenis zat
gizi sesuai tujuan survei.

Keterangan cara pengisian setiap kolom pada setiap form K1a dan K1b adalah sebagai
berikut:

Kolom (1) : diisi waktu makan sejak subyek sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi dengan
kegiatan makan dan atau minum, termasuk bila subyek terbangun di tenagh malam kemudian
tidur lagi.
Kolom (2), (3), (4) : terkait nama hidangan atau nama masakan yang harus diisi secara lengkap
dan jelas.
Kolom (2) : nama hidangan atau masakan. Contoh: Nasi uduk betawi
Kolom (3) : ukuran rumah tangga (URT) dari nasi uduk yang dimakan. Misalnya satu bungkus
nasi uduk harga Rp 7.000,- atau satu piring penuh.
Kolom (4) : estimasi nasi uduk dari 1 piring penuh ke dalam berat gram. Misalnya total 1
bungkus nasi uduk atau satu piring penih nasi uduk betawi lengkap berat 200 gr.
Kolom (5), (6), (7), (8): terkait rincian nama, URT dan estimasi berat dari bahan makanan yang
ada di dalam nasi uduk betawi harga Rp 7.000,- per bungkus atau 1 piring.
Kolom (5) : rincian setiap bahan makanan dalam prosi nasi uduk betawi. Misalnya: nasi, santan,
telur, minyak, sambel, tempe, bihun, dll.
Kolom (6) : ukuran rumah tangga setiap bahan makanan tersebut. Misalnya nasi 1 piring, telur
ayam negeri 1 butir sedang, tempe orek 1 sendok makan penuh, dstnya.
Kolom (7) : estimasi ukuran rumah tangga dari masing-masing bahan makanan tersebut ke
dalam berat gram. Misalnya: 1 sendok penuh bihun 10 gram.
Kolom (8) : berat bersih dari bahan makanan tersebut. Misal: 1sendok penuh bihun goreng yang
diestimasi berat 10 gram, ternyata memang benar berat bersih 10 gram. Minyak goreng yang
digunakan akan dihitung sendiri dengan konversi bihun goreng 10 gram (secara rinci akan
dijelaskan pada Bab 7).
Kolom (9) : kolom keterangan yang dapat diisi dengan keterangan harga, merk atau
keterangan makanan habis dikonsumsi atau keterangan persen konversi matang-mentah
maupun penyerapan minyak.
Jenis Data dan Aspek yang Dikaji dalam Penilaian Asupan Makanan Individu

Pengumpulan dan pengkajian data terkait riwayat gizi dan makanan terdiri dari
beberapa jenis data dan aspek yang dikaji, yaitu sebagai berikut :

Jenis Data Pengertian Aspek yang digali

 Jenis dan banyaknya


asupan makanan dan
Pola makanan utama minuman
dan snack, menggali  Jenis dan banyaknya
Asupan makanan komposisi dan asupan makanan enteral
dan zat gizi kecukupan asupan dan parenteral
makan dan zat gizi  Total asupan energi
 Asupan makronutrien
 Asupan mikronutrien
 Asupan bioaktif
Menggali mengenai
diet saat ini dan  Order diet saat ini
Cara pemberian sebelumnya, adanya  Diet yang lalu
makanan dan zat modifikasi diet, dan  Lingkungan makan
gizi pemberian makanan  Pemberian makan enteral
enteral dan parenteral dan parenteral

Menggali mengenai
penggunaan obat
dengan resep dokter  Obat dengan resep dokter
Pengobatan dan ataupun obat bebas, maupun obat bebas
penggunaan termasuk  Obat komplemen
obat/alternatif penggunaan produk alternatif
obat komplemen
alternatif

 Informasi dan pedoman


mengenai gizi yang
Menggali tingkat dibutuhkan
Pengetahuan/ pemahaman  Keyakinan dan sikap
Keyakinan/ Sikap mengenai makanan yang kurang sesuai
dan kesehatan mengenai gizi
 Kesiapan pasien/klien
untuk mau berubah
Menggali mengenai  Kepatuhan
aktifitas dan tindakan  Perilaku melawan
pasien/klien yang  Perilaku makan
berpengaruh terhadap berlebihan
Perilaku
pencapaian sasaran-  Perilaku waktu makan
sasaran yang  Jaringan sosial yang dapat
berkaitan dengan gizi mendukung perubahan
perilaku
 Kemampuan
merencanakan menu
Mengenai faktor  Daya beli
yang mempengaruhi  Kemampuan/keterbatasan
ketersediaan menyiapkan makanan
Faktor yang
makanan dalam  Pemilihan makanan,
mempengaruhi
jumlah yang sanitasi dan higiene
akses ke makanan
memadai, aman dan makanan
berkualitas  Pemanfaatan program
makanan
 Ketidak amanan
makanan/pangan
 Kemampuan menyusui
Menggali mengenai  Kemampuan kognitif dan
aktifitas fisik dalam fisik dalam melakukan
melaksanakan tugas aktivitas makan bagi
Aktifitas dan spesifik seperti orang tua atau orang cacat
fungsi fisik menyusui atau  Level aktifitas fisik yang
kemampuan makan dilakukan
sendiri  Faktor yang
mempengaruhi akses
kegiatan aktifitas fisik

Anda mungkin juga menyukai