Anda di halaman 1dari 25

Kode Etik

Profesi Gizi
Poltekkes Kemenkes Riau_ Jurusan Gizi
Kode etik profesi gizi :
Kode etik profesi merupakan sarana untuk
membantu para pelaksana seseorang sebagai
seseorang yang profesional supaya tidak dapat
merusak etika profesi.

Kode Etik ahli gizi merupakan tuntunan perilaku profesional seorang


tenaga gizi dalam melakukan pelayanan gizi sesuai dengan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah diperoleh dari
pendidikan formal dan non formal.
Semua ahli gizi dalam menjalankan pekerjaannya harus mengikuti
kode etik gizi.
Kewjiban ahli
gizi :
Kode etik meliputi kewajiban yang harus ditaati oleh setiap ahli gizi yaitu:

01 02
Kewajiban umum 05 Kewajiban
kepada kllien
Kewajiban
kepada profesi
03 dan diri sendiri.
04
Kewajiban kepada Kewajiban
masyarakat kepada teman
seprofesi
Kewajiban umum
• Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya obyektif
tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
• Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya
sehingga dapat bekerja sama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila
diperlukan.
• Ahli gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat
dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya.
• Ahli gizi dalam bekerja sama dengan para profesional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.
Kewajiban umum

• Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta


berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
• Ahli gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan
diri sendiri.
• Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut
standar profesi yang telah ditetapkan.
• Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap
jujur, tulus dan adil.
Kewajiban kepada klien

Seorang ahli gizi berkewajiban untuk menilai, memperbaiki,


meningkatkan keadaan gizi klien melalui suatu proses
asesmen, diagnosis, intervensi serta monitoring evaluasi
menggunakan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Hal
penting yang harus dijaga dengan teguh adalah
kerahasiaan klien, memberi pelayanan prima, menghormati
dan menghargai kebutuhan klien, memberi informasi
secara baik dan benar, memberikan pelayanan dengan adil
tidak memberdakan status social klien.
Ahli gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan
pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan
termasuk makanan dan terapi gizi/ diet. Ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan
pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

Kewajiban kepada
masyarakat
Ahli gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat.

Ahli gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah
terjadinya masala gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.

Ahli gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktivitas yang
seimbang sesuai dengan nilai praktik gizi individu yang baik.

Kewajiban kepada
masyarakat
Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli gizi berkewajiban
hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan
bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan
optimal di masyarakat.

Ahli gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban
senantiasa tidak dengan cara yang sallah atau, menyebabkan salah interpretasi atau
menyesatkan masyarakat.

Kewajiban kepada
masyarakat
Kewajiban kepada teman
sejawat
Ahli gizi bekerja melakukan Ahli gizi berkewajiban Ahli gizi berkewajiban selalu
promosi gizi, memelihara dan senantiasa memelihara menyebarluaskan ilmu
meningkatkan status gizi hubungan persahabatan yang pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat secara optimal, harmonis dengan semua terbaru kepada sesama profesi
berkewajiban senantiasa bekerja organisasi atau disiplin dan mitra kerja.
sama dan menghargai berbagai ilmu/profesional yang terkait
disiplin ilmu sebagai mitra kerja dalam upaya meningkatkan
di masyarakat. status gizi, kesehatan,
kecerdasan dan kesejahteraan
rakyat
Kewajiban kepada profesi dan diri
sendiri
Taat kepada kode etik, standar profesi, melakukan pelayanan
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, jujur, mempunyai
rasa percaya diri, selalu berusaha meningkatkan kapasitas diri
melalui belajar seumur hidup. Seorang ahli gizi profesional tidak
mengutamakan kepentingan pribadi, misalnya dengan menerima
imbalan yang tidak sesuai dengan haknya, atau bekerja sama
dengan orang lain menyalah gunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi. Selain itu hal yang cukup penting adalah ahli
gizi hendaknya menjaga kesehatan dan status gizinya. Menjaga
nama baik profesi dengan tidak tercela atau melanggar hukum.
“Kode etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip bahwa
organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah
anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya”
Fungsi kode etik profesi

• Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas


yang digariskan
• Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas potensi yang bersangkutan
• Mencegah campur tangan pihak luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi.
Tujuan kode etik profesi

• Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga
individu-individu dapat berlaku secara etis.
• Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan
perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan
bisnisnya
• Perusahaan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah profesi,
dimana kode etik merupakan salah satu penandanya.
• Kode etik dapat dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai
pendiri perusahaan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya perusahaan dan
membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki budaya tersebut.
Organisasi
Profesi Gizi
Poltekkes Kemenkes Riau_ Jurusan Gizi
Organisasi profesi :

Gizi sebagai profesi di indonesia PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi)


telah dideklarasikan bersama merupakan organisasi yang
dengan didirikannya organisasi menghimpun para ahli gizi di
profesi gizi pada tanggal 13 Indonesia
januari 1957 dengan nama
Persatuan Ahli Gizi Indonesia
Tujuan PERSAGI :
Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan gizi dalam mewujudkan
cita-cita bangsa indonesia

Tujuan khusus :
● Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang gizi dan bidang lainnya yang terkait
● Membina dan mengembangkan kemampuan profesional anggota
● Meningkatkan kesejahteraan anggota
● Meningkatkan gizi masyarakat
Program kerja dari PERSAGI

Peningkatan kapasitas anggota Penguatan upaya mediasi dan


Perlindungan hukum profesi
persagi (pembinaan internal) advokasi dari persagi kepada
pemerintah /stake holder

Membuat standar-standar Memperkuat profesi gizi dalam Mengusulkan produk-produk


dibidang gizi untuk diadvokasikan kelembagaan baik di rumah sakit legislasi (antara lain catering,
dan dimediasikan dengan maupun di dinas kesehatan industri makanan, dll)
pemerintah
Program kerja dari PERSAGI

Mengusulkan standar kebutuhan Uji kompetensi harus ada dan Memantapkan konsep
tenaga gizi berdasarkan kajian dilakukan disetiap propinsi “pemutihan” / penyetaraan profesi
ilmiah (RD)

Mendorong penerbitan karya-


karya ilmiah
PERSA
GI PERSAGI di tingkat provinsi :
Dewan Pertimbangan daerah
(DPD)

PERSAGI di tingkat kab/kota :


PERSAGI di tingkat pusat : Dewan
Dewan Pertimbangan Cabang
Pertimbangan Pusat (DPP) yang
(DPC)
berada di ibukota Negara Jakarta
Perkembangan Organisasi Profesi
Ahli Gizi
Ahli Gizi di Indonesia mulai berkiprah sejak tahun 1957 dengan dipelopori oleh
Bapak Gizi Indonesia yaitu dr.Poorwo Soedarmo yang melahirkan slogan "4 sehat 5
sempurna", seiring dengan kebutuhan program pembangunan kesehatan dan
perkembangan ilmu gizi, para tenaga gizi dididik pada Akademi Gizi.

Ahli Gizi Indonesia dalam mendarmabaktikan keahliannya


tergabung dalam organisasi profesi Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI).

Organisasi profesi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) didirikan pada tanggal 13
Januari 1957 dengan nama semula Persatuan Ahli Nutrisionis Indonesia yang
disempurnakan pada tanggal 26 Mei 1960 dan kemudian pada tanggal 20 Juli 1965 dan
terakhir tanggal 19 Nopember 1989 menjadi Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
logo PERSAGI tercantum motto “SVASTHA HARENA”, yang
artinya perbaikan kesehatan melalui makanan/gizi.
Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI)
Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) yang merupakan anak organisasi Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI) merupakan suatu badan hukum yang bersifat otonom dan bernaung
di bawah Organisasi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Asosiasi Dietesien
Indonesia (AsDI) merupakan suatu organisasi profesi yang menyatukan tenaka professional
di bidang dietetic.

AsDI Didirikan pada tanggal 25 Januari 1996 dengan nama semula Forum Komunikasi
Dietetik Indonesia (FKDI) kemudian disempurnakan menjadi AsDI pada tanggal 25
Januari 1998 di Jakarta. Pada lambang AsDI terdapat tulisan Asosiasi Dietisien
Indonesia yang berarti wujud dari persatuan dan kesatuan Dietisien seluruh Indonesia.
Anggota AsDI

Anggota Luar Biasa yaitu Tenaga Gizi


Anggota Biasa yaitu RD dengan dasar pendidikan D III Gizi
(Registered Dietitian) yang berminat terhadap dietetik

Anggota Kehormatan yaitu


Sarjana disiplin ilmu lain yang
Anggota Biasa yaitu TRD
terkait gizi dan berminat
(Technical Registered
menjadi anggota
Dietitian)
Thank
you
........
.

Anda mungkin juga menyukai