Anda di halaman 1dari 17

Makalah Hari : Jumat

MK. Etika Profesi Tanggal : 17 September 2020

NORMA MORAL DAN ETIKA

Disusun Oleh :

Adelina Dwi Maharani P031813411001

Alfiah Nur Hidayati P031813411002

Anggita Dwi Lestyani P031813411003

Dina Esrani Hutagalung P031813411047

Heni Edelina P031813411052

Putri Azhura P031813411067

Rini Fadila P031813411029

Suci Tri Hartaty P031813411073

Dosen Pembimbing :

Hesti atasasih SKM, MKM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN GIZI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang mana berkat limpahan rahmat-Nya
kami selaku penulis dapat menyusun makalah yang berjudul Norma Moral Etika
ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan dari pihak
yang telah mendukung kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Pekanbaru,17 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................6
2.1. Pengertian Norma dan Moral........................................................................6
2.2. Macam – Macam Norma...............................................................................7
2.3. Moral...........................................................................................................10
2.4 Pengertian Etika ..........................................................................................12
2.5 Prinsip Etika Profesi.....................................................................................13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................15
3.1. Kesimpulan.................................................................................................15
3.2. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moralitas merupakan suatu usaha untuk membimbing tindakan seseorang
dengan akal. Membimbing tindakan dengan akal yaitu melakukan apa yang paling
baik menurut akal, seraya memberi bobot yang sama menyangkut kepentingan
individu yang akan terkena oleh tindakan itu. Hal ini merupakan gambaran
tindakan pelaku moral yang sadar. Pelaku moral yang sadar adalah seseorang
yang mempunyai keprihatinan, tanpa pandang bulu terhadap kepentingan setiap
orang yang terkena oleh apa yang dilakukan beserta implikasinya. Tindakan
tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang sehat.

Ajaran moral yang merupakan kebijaksanaan hidup agar menjadi manusia


yang baik, belum sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat. Bangsa Indonesia
sampai sekarang masih mengalami krisis moral. Media cetak dan media elektronik
pun banyak memuat berita mengenai krisis moral yang masih berkepanjangan.
Krisis yang terjadi membuat manusia tidak lagi mampu memahami perbedaan
benar dan salah ataupun tingkah laku yang baik dan tidak baik.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.


Etika memberi manusia cara bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan betindak secara tepat dalam menjalankan hidup itu. Etika pada akhirnya
membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita
lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan
dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita.

Seperti yang kita ketahui etika merupakan masalah penilaian baik dan
buruk, sopan atau tidak sopan tingkah laku dan perbuatan seseorang. Tugas utama
etika adalah mencari ukuran yang baik dan buruk perilaku individu dan tahu
norma-norma, tata nilai dan tata susila yang berlaku dalam masyarakat. Maka dari
itu kami membuat makalah yang tentang “Normal, Moralitasa dan Etika”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian norma dan moralitas ?
2. Apa saja macam-macam norma ?
3. Apa saja macam-macam moralitas ?
4. Apa itu pengertian etika ?
5. Apa saja prinsip-prinsip dalam etika ?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian norma dan moralitas
2. Agar mahasiswa mengetahui macam-macam norma
3. Agar mahasiswa mengetahui macam-macam moralitas
4. Agar mahasiswa mengetahui apa itu pengertian etika
5. Agar mahasiswa mengetahui apa saja prinsip-prinsip etika
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Norma dan Moral


1.Pengertian norma

Istilah norma dapat dihasilkan dengan sesuatu ukuran yang harus dipatuhi
oleh seseorang dalam lingkungannya dengan sesama, atau lingkungannya (Sri
Haryati. dkk, 2009:33). Norma dalam bahasa Arab sering disebut kaedah, dan
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah pedoman. Menurut
Soerjono Soekamto dalam (Sri Haryati.dkk, 2009:34 dan Purnadi Purbacaraka)
kaedah diartikan dengan patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk berperilaku
atau bersikap dalam kehidupan. Sehingga dilihat dari bentuk hakikatnya, maka
kaedah merupakan perumusan suatu pandangan mengenai perilaku. Setiap norma
mengandung perintah atau mengandung larangan untuk melakukan sesuatu.

2. Pengertian Moralitas

Kata moral berasal dari latin mores yang artinya kebiasaan-kebiasaan, adat
istiadat yang kemudian berarti kaedah- kaedah tingkah laku. Seseorang (individu)
yang tingkah lakunya menaati kaedah-kaedah yang berlaku dalam masyarakat
disebut baik secara moral, dan jika sebaliknya jika tidak baik adalah amoral
(immoral) (L. Pramuda. 1995:15).

Sebagai salah satu tokoh adalah Hans Kelsen sangat terpengaruh


pandangan Immanuel Kant (Dardji Darmodihardjo, 1976:55) Kant menjelaskan
antara legalitas (norma hukum) dan moralitas. Legalitas yang dipahami Kant
sebagai kesesuaian atau ketidaksesuaian semata-mata suatu tindakan dengan
hukum atau norma lahiriah belaka. Kesusaian dan tidak kesesuaian ini pada
dasarnya sendiri belum bernilai moral, sebab dorongan batin sama sekali tidak
diperhatikan. Nilai moral baru diperoleh didalam moralitas yang dimaksud Kant
dengan moralitas adalah kesusaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau
hukum batiniah kita yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita.
Pengertian moral sering disamakan dengan susila. Jadi moralitas
disamakan dengan kesusilaan. Penyamaan ini sebaiknya tidak digunakan karena
akan mengancaukan pemahaman kita dengan norma kesusilaan sebagai salah
satu jenis norma. Moral jauh lebih luas dari pada susila. Moral adalah hasil
penilaian tentang baik buruk seseorang atau suatu masyarakat. Penilaian disini
berarti suatu tindakan terhadap seseorang atau masyarakat. Apa yang dinilai
adalah keseluruhan pribadi orang atau masyarakat itu. Dengan perkataan lain
moral berkaitan dengan integritas manusia, dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia.

2.2. Macam – Macam Norma


1. Norma Agama
Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah
dan larangan-larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan
Yang Maha Esa. Aturan-aturan itu tidak saja mengatur hubungan vertikal, antara
manusia dengan Tuhan (ibadah), tapi juga hubungan horisontal, antara manusia
dengan sesama manusia. Pada umumnya setiap pemeluk agama menyakini bawa
barang siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-
larangan Tuhan akan memperoleh pahala. Sebaliknya barang siapa yang
melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya, ia akan memperoleh siksa.
Sikap dan perbuatan yang menunjukkan kepatuhan untuk menjalankan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya tersebut disebut taqwa.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang
baik dan buruk, yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari
hati nurani manusia. Berdasar kodrat kemanusiaannya, hati nurani setiap
manusia “menyimpan” potensi nilai-nilai kesusilaan. Hal ini analog dengan hak-
hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia karena kodrat
kemanusiaannya, sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena potensi
nilai-nilai kesusilaan itu tersimpan pada hati nurani setiap manusia (yang
berbudi), maka hati nurani manusia dapat disebut sebagai sumber norma
kesusilaan. Ini sejalan dengan pendapat Widjaja tentang moral dihubungkan
dengan etika, yang membicarakan tata susila dan tata sopan santun. Tata susila
mendorong untuk berbuat baik, karena hati kecilnya menganggap baik, atau
bersumber dari hati nuraninya, lepas dari hubungan dan pengaruh orang lain
(Widjaja, 1985: 154).
Tidak jarang ketentuan-ketentuan norma agama juga menjadi ketentuan-
ketentuan norma kesusilaan, sebab pada hakikatnya nilainilai keagamaan dan
kesusilaan itu berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Demikian pula karena
sifatnya yang melekat pada diri setiap manusia, maka nilai-nilai kesusilaan itu
bersifat universal. Dengan kata lain, nilai-nilai kesusilaan yang universal
tersebut bebas dari dimensi ruang dan waktu, yang berarti berlaku di manapun
dan kapanpun juga. Sebagai contoh, tindak pemerkosaan dipandang sebagai
tindakan yang melanggar kesusilaan, di belahan dunia manapun dan pada masa
kapanpun juga. Kepatuhan terhadap norma kesusilaan akan menimbulkan rasa
bahagia, sebab yang bersangkutan merasa tidak mengingkari hati nuraninya.
Sebaliknya, pelanggaran terhadap norma kesusilaan pada hakikatnya merupakan
pengingkaran terhadap hati nuraninya sendiri, sehingga sebagaimana
dikemukakan dalam sebuah mutiara hikmah, pengingkaran terhadap hati nurani
itu akan menimbulkan penyesalan atau bahkan penderitaan batin. Inilah bentuk
sanksi terhadap pelanggaran norma kesusilaan.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah
laku yang baik dan tidak baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku
dalam suatu lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu. Norma ini biasanya
bersumber dari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai masyarakat. Ini sejalan
dengan pendapat Widjaja tentang moral dihubungkan dengan eika, yang
membicarakan tentang tata susila dan tata sopan santun. Tata sopan santun
mendorong berbuat baik, sekedar lahiriah saja, tidak bersumber dari hati nurani,
tapi sekedar menghargai menghargai orang lain dalam pergaulan (Widjaja, 1985:
154). Dengan demikian norma kesopanan itu bersifat kultural, kontekstual,
nasional atau bahkan lokal. Berbeda dengan norma kesusilaan, norma kesopanan
itu tidak bersifat universal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh
sekelompok masyarakat mungkin saja dianggap tidak sopan bagi sekelompok
masyarakat yang lain.
Sejalan dengan sifat masyarakat yang dinamis dan berubah, maka norma
kesopanan dalam suatu komunitas tertentu juga dapat berubah dari masa ke
masa. Suatu perbuatan yang pada masa dahulu dianggap tidak sopan oleh suatu
komunitas tertentu mungkin saja kemudian dianggap sebagai perbuatan biasa
yang tidak melanggar kesopanan oleh komunitas yang sama. Dengan demikian
secara singkat dapat dikatakan bahwa norma kesopanan itu tergantung pada
dimensi ruang dan waktu. Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan adalah
berupa celaan, cemoohan, atau diasingkan oleh masyarakat. Akan tetapi sesuai
dengan sifatnya yang “tergantung” (relatif), maka tidak jarang norma kesopanan
ditafsirkan secara subyektif, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi tentang
sopan atau tidak sopannya perbuatan tertentu. Sebagai contoh, beberapa tahun
yang lalu ketika seorang pejabat di Jawa Timur sedang didengar kesaksiannya di
pengadilan dan ketika seorang terdakwa di ibu kota sedang diadili telah ditegur
oleh hakim ketua, karena keduanya dianggap tidak sopan dengan sikap
duduknya yang “jegang” (menyilangkan kaki). Kasus ini menimbulkan
tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan dan menjadi diskusi yang
hangat tentang ukuran kesopanan yang digunakan. Demikian pula halnya ketika
advokat kenamaan di ibu kota berkecak pinggang di depan majelis hakim, yang
oleh majelis hakim perbuatan itu bukan hanya dinilai tidak sopan, tapi lebih dari
itu dinilai sebagai contempt of court (penghinaan terhadap pengadilan), sehingga
tentu saja mempunyai implikasi hukum.
4. Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara
yang berwenang, yang mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya
ketertiban masyarakat. Sifat “memaksa” dengan sanksinya yang tegas dan nyata
inilah yang merupakan kelebihan norma hukum dibanding dengan ketiga norma
yang lain. Negara berkuasa untuk memaksakan aturan-aturan hukum guna
dipatuhi dan terhadap orang-orang yang bertindak melawan hukum diancam
hukuman. Ancaman hukuman itu dapat berupa hukuman bandan atau hukuman
benda. Hukuman bandan dapat berupa hukuman mati, hukuman penjara seumur
hidup, atau hukuman penjara sementara. Di samping itu masih dimungkinkan
pula dijatuhkannya hukuman tambahan, yakni pencabutan hak-hak tertentu,
perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman keputusan pengadilan.
Demi tegaknya hukum, negara memiliki aparat-aparat penegak hukum, seperti
polisi, jaksa, dan hakim. Sanksi yang tegas dan nyata, dengan berbagai bentuk
hukuman seperti yang telah dikemukakan itu, tidak dimiliki oleh ketiga norma
yang lain. Sumber hukum dalam arti materiil dapat berasal dari falsafah,
pandangan hidup, ajaran agama, nilai-nilai kesusilaam,adat istiadat, budaya,
sejarah dan lain-lain. Dengan demikian dapat saja suatu ketentuan norma hukum
juga menjadi ketentuan norma-norma yang lain. Sebagai contoh, perbuatan
mencuri adalah perbuatan melawan hukum (tindak pidana, dalam hal ini :
kejahatan), yang juga merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma
agama, kesusilaan (a susila), maupun kesopanan (a sosial). Jadi, diantara norma-
norma tersebut mungkin saja terdapat kesamaan obyek materinya, akan tetapi
yang tidak sama adalah sanksinya. Akan tetapi, sebagai contoh lagi, seorang
yang mengendari kendaraan bermotor tanpa memiliki SIM, meskipun tidak
melanggar norma agama, akan tetapi melanggar norma hukum.

2.3. Moral
Moral adalah sebuah pengetahuan atau gagasan yang menyangkut budi
pekerti seseorang yang beradab. Moral juga diartikan sebuah ajaran yang baik,
buruknya perbuatan dan kelakukan seseorang tersebut. Moralisasi adalah sebuah
gagasan “pandangan dan ajaran” yang berhubungan tentang perbuatan yang
baik, sedangkan demoralisasi adalah kerusakan moral seseorang.( Zuriah, Nurul.
2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta:
Bumi Aksara.)

Contoh moral moral

 Moral murni atau juga disebut dengaan hati nurani merupakan suatu
moral yang terdapat dalam tiap-tiap manusia, ialah sebagai suatu bentuk
dari anugrah dan kebaikan Tuhan. Tuhan pun pasti memberikan moral
yang baik pada tiap–tiap umatnya seperti penyayang,rendah hati, jujur,
sopan, santun, berakhlak baik, bertawakal serta lain sebagainya namun
situasinya itu dapat berubah jika masuk ke moral terapan.
 Moral terapan ialah sesuatu yang didapat dari ajaran darai berbagai
ajaran adat, agama, filosofis, yang menguasai kehidupan manusia yang
sesuai dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Moral terapan
merupakan hasil rekonstruksi lingkungan, oleh sebab itu terdapat dua jenis
yaitu moral baik juga buruk. Moral baik itu seperti jujur, sopan, dan santun
sedangkan untuk yang buruk ialah seperti  suka mencela, mencuri,
berbohong dan lain sebagainya.( Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep
Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.)

Macam dan wujud moral

Moral Ketuhanan

Moral ketuhanan ialah suatu hal yang berhubungan dengan religi atau
keagamaan berdasarkan ajaran agama tertentu serta pengaruhnya pada diri
seseorang. Wujud dari moral ketuhanan dapat dilihat dari kepribadian seseorang,
semisal melaksanakan ajaran agama yang diyakininya sebaik mungkin. Contoh
lain yang termasuk menaati moral ketuhanan ialah menghargai sesama manusia,
hidup rukun dengan pemeluk agama lain, menghargai agama lain dengan
perbedaan yang begitu jelas, dan lain sebagainya.( Hadiwardoyo, Al. Purwa.
1994. Moral dan Masalanya. Yogyakarta: Kanisius)

Moral Etika dan Kesusilaan

Moral etika dan kesusilaan ialah suatu hal yang berkaitan dengan etika
serta kesusilaan yang dijunjung oleh suatu kelompok masyarakat, bangsa dan
juga negara secara tradisi dan budaya. Wujud dari moral etika dan kesusilaan
semisal menghargai orang lain yang memiliki pendapat berbeda, baik dengan
perkataan ataupun perbuatan. Contoh realnya antara lain ialah tidak mencaci
atau menghujat orang yang berbeda pendapat dengan Anda, atau mengucapkan
salam pada orang lain ketika berpapasan.
Moral Disiplin dan Hukum

Moral disiplin dan hukum ialah segala hal yang berhubungan dengan kode
etika profesional serta hukum yang berlaku di masyarakat dan juga negara.
Wujud moral disiplin dan hukum ini adalah melakukan suatu aktivitas sesuai
aturan yang berlaku. Contoh pastinya adalah memakai perlengkapan berkendara
serta mematuhi rambu lalu lintas agar tidak membahayakan pengendara lain atau
pengguna jalan lain.

Empat macam moral di atas semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu
membentuk masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan
memperhatikan lalu mempraktekkan moral secara baik, kehidupan yang damai
dan sejahtera bukanlah menjadi sesuatu yang sulit dicapai.

2.4 Pengertian Etika


Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat (Akmal Hawi, 2014). Pengertian umum etika dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut oleh suatu golongan atau masyarakat (Marno dan M.Idris, 2014).

Sementara itu, Bertens (1993: 4) mengartikan etika sebagai ilmu yang


mempelajari adat kebiasaan, termasuk di dalamnya moral yang mengandung
nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang
bagi pengaturan tingkah lakunya (Nurul Zuriah, 2008).

Etika (Yunani Kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapatpendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi iyu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis
kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan
etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistemastis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah, etika merupakan suatu ilmu. sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif, maksudnya adalah etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia (Mukni’ah, 2011).

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai
suatu masyarakat tertentu, etika lebih bayak diakitakan dengan ilmu atau filsafat.
Oleh karena itu, jika dibandingkan moral, etika lebih bersifat lokal atau khusus
dan etika bersifat umum.

2.5 Prinsip Etika Profesi


Prinsip Etika Profesi Dalam Kode Etik IAI Suraida (2005) menjelaskan bahwa
dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia memiliki delapan prinsip etika profesi
sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab Profesional


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral
dalam seluruh keluarga.
2. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam suatu
cara yang akan melayani kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen pada
profesionalisme.
3. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan publik,
anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesional
dengan perasaan integritas tinggi.
4. Objektifitas
Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari
konflik penugasan dalam pelaksanaan tanggung jawab profesional.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Agar dapat memberikan layanan yang berkualitas, professional
harus memiliki dan mempertahankan kompetensi dan ketekunan.
6. Kerahasiaan
Professional harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi
yang diperolehnya dalam melakukan tugas, walaupun keseluruhan
proses mungkin harus dilakukan secara terbuka dan transparansi.
7. Perilaku Professional
Profesional harus melakukan tugas sesuai dengan yang berlaku,
yang meliputi standar teknis dan profesional yang relevan.
8. Standar Teknis
Harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang telah ditetapkan.Jadi terdapat delapan
prinsip etika profesi dalam kode etik, yaitu :
 Tanggung jawab profesi
 Kepentingan public
 Integritas
 Objektivitas
 Kompetensi dan kehati-hatian professional
 Kerahasiaan
 Perilaku profesional dan standar teknis
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Norma dapat diartikan sebagai pedoman sedangkan moral dapat diartikan
sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Ada beberapa norma yang harus dipahami
oleh setiap manusia yaitu :
 Norma agama
 Norma susila
 Norma kesopanan
 Norma hukum
Contoh moral ada 2 yaitu moral murni dan moral terapan, selain itu ada juga
macam macam moral yaitu :
 Moral ketuhanan
 Moral etika dan kesusilaan
 Moral disiplin dan hukum
Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat Pengertian umum etika dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah:
 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)
 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat
Prinsip etika
 Tanggung jawab profesi
 Kepentingan public
 Integritas
 Objektivitas
 Kompetensi dan kehati-hatian professional
 Kerahasiaan
 Perilaku profesional dan standar teknis

3.2. Saran
Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan jurusan gizi
kita harus mengetahui dengan pasti segala bentuk norma moral dan etika dan
makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajaran, da nada baiknya jika
materi lebih dipahami oleh mahasiswa agar setelah lulus dari jenjang perkuliahan
dapat menjadi pedoman agar dapat menjalankan profesi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal Hawi. 2014. Kompetensi Guru: Pendidikan Agama Islam. Jakarta:


Rajawali Pers, hal. 49.

Marno dan M.Idris. 2014. Strategi,Metode, dan Tekhnik Mengajar: Menciptakan


Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, hal. 39.

Mukni’ah. 2011. Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. hal. 107.

Nurul Zuriah. 2008. Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara
Kontekstual Dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 17.

Suraida, Ida. 2005. Jurnal. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan
Resiko Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan publik. Sosiohumaniora,Vol. 7, No. 3.

Widjaja, AW. (1985). Kesadaran hukummanusia dan masyarakat pancasila.


Jakarta : Era Swasta

Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.


Hadiwardoyo, Al. Purwa. 1994. Moral dan Masalanya. Yogyakarta: Kanisius
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyatno, S. 2012. Nilai, Norma, Moral, Etika Dan Pandangan Hidup Perlu
Dipahami Oleh Setiap Warga Negara Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara. PKn Progresif, 7(1)

Anda mungkin juga menyukai