Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA PROFESI

“ETIKA DALAM BERORGANISASI”

Dibuat oleh : KELOMPOK 1


Anggota : 1. FANNIA REKHA HAMDILA (2001051027)
2. SANIA NABILA (2001051031)
3. MUHAMMAD KAHFI (2001051038)
4. MUHAMMAD FAUZAN (2001052046)
5. SELSY OKTAVIA FIRDAUS (2001052082)
Kelas : 3A D3TC
Dosen Pemngampu : Evantrida Mailyza Musly, M.Psi.

PROGRAM STUDI D III TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atasberkat
dan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.Sholawat serta salam
senantiasa kami haturkan kepada suri tauladan kita NabiMuhammad SAW yang selalu kita
harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Evantrida Mailyza Musly, M.Psi selaku dosen yang telah memberikan
bimbingan dan materi.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan serta doa dan bantuan moril.
3. Serta pihak yang telah bekerja sama membantu proses pembuatan makalah.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Padang, 19 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4

1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................4

Bab II Pembahasan

2.1 Landasan Teoritis .............................................................................................. 5

2.2 Penjabaran Kasus .............................................................................................. 9

2.3 Pembahasan Kasus ............................................................................................10

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahaan bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial yang baik.
Kata “etika” berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yaitu, tempat yang
biasa ditinggali, kebiasaan, adaptasi, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Kata “moralitas”
dari kata lain “moralis” dan merupakan kata abstrak dari “moral” yang menunjuk kepada baik dan
buruknya suatu perbuatan. Sedangkan definisi dari etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara
ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Apalagi akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya tentang perilaku bisnis terutama menjelang
mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberikan kebebasan luas kepada seluruh pelaku
bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Hal ini terjadi
akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi
penyimpangan norma-norma etis. Bahkan, pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat dalam
upaya penguasaan pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang kurang
memiliki kemampuan bersaing. Oleh karena itu, perlu adanya sanksi yang tegas mengenai larangan praktik
usaha yang tidak sehat agar dapat mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian etika dalam berorganisasi


2. Menjelaskan alasan etika diperlukan dalam organisasi
3. Menjelaskan penerapan whistle blowing dalam bisnis
4. Memaparkan apa saja masalah etika dalam berorganisasi
5. Mampu menganalisis masalah yang terjadi dalam etika berorganisasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoritis


A. Etika Dalam Berorganisasi
Etika dalam berorganisasi adalah menekankan perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan
setiap orang anggota. Nilai tersebut berkaitan dengan pengaturan bagaimana seharusnya bersikap
dan berperilaku dengan baik seperti sikap hormat, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
Nilai tersebut berkaitan dengan pengaturan bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku
dengan baik seperti sikap hormat, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Seperangkat nilai-nilai
tersebut biasanya dijadikan sebagai acuan dan dianggap sebagai prinsip-prinsip etis dan moral.
Dalam kehidupan organisasi terdapat berbagai permasalahan yang pemecahannya
mengandung implikasi oral dan etika. Ada cara pemecahan yang secara moral dan etika diterima
tetapi ada juga yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara yang secara moral dan etika
dapat diterima merupakan cara yang benar dan sebaliknya cara-cara yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan disebut cara-cara yang salah.
Dalam praktek kehidupan organisasi tidak ada tolak ukur yang mutlak tentang yang benar dan
yang salah. Ini tidak terlepas dari berbagai faktor seperti agama, budaya dan sosial. Pemahaman
tentang yang benar dan yang salah itulah yang mendasari perlunya etilka dalam organisasi, yaitu
untuk membantu memberikan makna yang tepat tentang kehidupan organisasi.

B. Alasan Etika Diperlukan Dalam Organisasi


1. Karena etika berkaitan dengan perilaku manusia. Hal ini menyangkut aplikasi seperangkat nilai
luhur dalam bertindak bagi kehidupan seorang dan organisasi, dan menyangkut berbagai prinsip
yang menjadi landasan bagi perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbagai hubungan yang terjadi
antar manusia dan lingkungan hidup.

2. Agar bisa mengikuti kehidupan sosial yang tertib, manusia memerlukan kesepakatan,
pemahaman, prinsip dan ketentuan lain yang menyangkut pola perilaku. Etika memberikan
prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga kehidupan dalam organisasi semakin bermakna.
Setiap bentuk kerja sama didasarkan pada kesepakatan yang dicapai bersama.
3. Karena dinamika manusia dengan segala konsekuensinya baik bersifat norma moral maupun etika
perlu dianalisa dan dikaji ulang, hal ini dimaksudkan agar tetap relevan dalam memperkaya makna
kehidupan sesorang, kelompok, organisasi dan masyarakat luas yang pada gilirannya
memperlancar interaksi antar manusia.

4. Pentingnya etika dalam era modern sekarang ini lebih jelas terlihat bila diingat bahwa etika
menunjukkan kepada manusia nilai hakiki dari kehidupan sosial dengan keyakinan agama,
pandangan hidup dan sosial. Dapat dikatakan bahwa etika berkaitan langsung dengan sistem nilai
manusia, etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas, nilai-nilai hidup yang hakiki dan memberi
inspirasi kepada manusia untuk secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai
tersebut bagi kesejahteraan dan kedamaian umat manusia

C. Identifikasi penggunaan pekerja nontradisional, pekerja sementara, kontaktor atau pihak


asing dalam suatu tempat kerja

Mulai dari usia, ras, etnis, tingkat pendidikan, agama, latar belakang, senioritas, dan
lainnya. Keragaman ini sebenarnya hal yang sudah pasti ditemui dalam setiap perusahaan.
Masalah mungkin saja timbul bila karyawan senior yang lebih dahulu bekerja merasa kurang
dihargai oleh angkatan kerja yang baru atau juniornya.
Masalah komunikasi dan hambatan persepsi bahasa dan budaya perlu diatasi agar
tercipta komunikasi yang baik. Bila komunikasi di lingkungan kerja berjalan baik, maka
pemimpin dapat dengan mudah menyampaikan instruksi, informasi, dan melakukan evaluasi
hasil kerja karyawan. Kesuksesan perusahaan atau suatu organisasi tergantung pada
bagaimana cara mengelola Sumber Daya Manusia SDM dan merangkul segala perbedaan.

D. Etika Karyawan Tetap, Karyawan Sementara Didalam Organisasi (Tempat Kerja)

1. Tidak aktif dan tidak kreatif


2. Saling menghargai
3. Menghargai pendapat orang lain didalam forum
4. Tidak membeda-bedakan antara karyawan tetap dan sementara

E. Pelanggaran etika dalam organisasi


Dalam pelanggaran etika yang terjadi dalam suatu organisasi berkaitan erat dengan
praktek-praktek organisasi di tempat kerja. Praktek-praktek tersebut terbagi menjadi tiga
aspek. Yang pertama adalah rasa hormat, martabat, dan kebebasan perorangan. Masalah
yang timbul dalam aspek ini berhubungan dengan cara organisasi dalam memperlakukan
anggotanya. Dari sudut pandang sebagian besar anggota organisasi, kepentingan organisasi
harus didahulukan dan kepentingan anggota dijadikan yang paling akhir. Dengan begitu,
secara tidak langsung organisasi menuntut loyalitas dari para anggotanya.
Aspek yang kedua menyangkut kebijakan dan perilaku tiap anggota dalam organisasi.
Masalah dalam aspek ini berkaitan dengan etika kepegawaian, pemberian gaji, kenaikan
pangkat, pendisiplinan, dan pemberhentian anggota organisasi. Kewajiban umum bagi
organisasi adalah berlaku adil pada setiap anggota organisasi. Yang dimaksud dengan berlaku
adil disini bukan berarti memberikan gaji dalam jumlah yang sama kepada seluruh anggota
atau menempatkan seluruh anggota pada jabatan yang sama, melainkan setiap anggota
diberikan kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang, juga diberikan imbalan yang
pantas sesuai dengan kinerja dan peranannya dalam organisasi.
Aspek yang terakhir menyangkut keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan
pribadi. Perjanjian eksplisit (apabila isi kontrak secara penuh dan tegas dinyatakan dengan
kata-kata baik tertulis maupun lisan) dan implisit (kontrak antara dua pihak atau lebih yang
tidak ditemukan dalam kontrak formal dan tertulis apa pun) yang terjadi antara pegawai
dengan organisasi yang mempekerjakan mereka, memberi peluang kepada organisasi untuk
memperhatikan faktor-faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi prestasi kerja
pegawai dalam organisasi tersebut. Namun demikian, organisasi harus memberikan batasan
yang jelas antara dunia kerja dengan kehidupan pribadi para anggotanya. Masalah etika akan
muncul ketika organisasi menaruh perhatian khusus pada masalah kehidupan pribadi
anggotanya, yang secara tidak langsung mempengaruhi prestasi kerja mereka dalam
organisasi. Misalnya saja organisasi menaruh perhatian pada kegiatan yang dilakukan oleh
anggotanya selama cuti atau keikutsertaan anggota organisasi dalam kegiatan politik yang
dapat berpengaruh terhadap citra organisasi di masyarakat.

F. Resiko Dari Pelanggaran Etika Dalam Berorganisasi

Salah satu dampak sanksi pelanggaran terhadap kode etik profesi adalah dikeluarkan namun
ada satu sanksi yang selain sanksi dari keluarkan yaitu sanksi moral. Hal ini dikarenakan sanksi
moral sendiri merupakan sanksi yang terjadi karena adanya pelanggaran moral-moral.
G. Penerapan Whistle Blowing Dalam Organisasi

1. Menjalankan Bisnis dan Skema Kerja Tanpa Korupsi


Untuk menerapkan sikap berdasarkan pengertian Whistle Blowing sendiri di dalam bisnis
tentu menjadi salah satu hal yang mudah namun sulit dilakukan.Oleh sebab itu menjadi penting
untuk menerapkan beberapa hal seperti yang pertama, menjalankan bisnis dan skema kerja tanpa
korupsi. Pastikan bahwa lingkungan kerja bebas dari korupsi, pungutan liar dan hal-hal yang
bertentangan dengan SOP kerja.
Hal ini tentu saja akan menekan kemungkinan karyawan merasa dirugikan dan menekan
kemungkinan pelaporan tindak kecurangan. Jalankan bisnis dengan kejujuran, loyalitas kerja baik
dari kalangan terendah hingga divisi teratas sekalipun. Terapkan kesadaran bagi setiap karyawan
dan lini kerja mengenai pentingnya kejujuran kerja tanpa korupsi, baik korupsi dana atau waktu.

2. Selalu Mendengarkan Aspirasi Pekerja


Penerapan kedua yang bisa dilakukan untuk menekan sikap pelaporan pelanggaran
sendiri adalah dengan selalu mendengarkan aspirasi pekerja. Hal ini berlaku untuk berbagai lini
dan divisi kerja, baik bawahan harus mendengarkan atasan begitu juga sebaliknya. Pekerja yang
didengarkan aspirasinya akan merasa dihargai dan jalannya sistem kerja menjadi lebih nyaman.

3. Menyediakan Kotak Saran Anonim


Penerapan lainnya dari pelaporan pelanggaran ini sendiri adalah bisa dengan
menyediakan kotak saran anonym di setiap divisi untuk memberikan aspirasi. Baik mengenai kinerja
karyawan atau rekan satu sama lain atau guna melaporkan keresahan yang mungkin terjadi di
lingkungan perusahaan. Menyediakan kotak saran tanpa nama ini akan membuat setiap jajaran kerja
menjadi nyaman dan aman memberikan aspirasinya.

4. Memberikan Sikap dan Kepercayaan Pada Loyalitas Karyawan


Jika memiliki karyawan yang loyal maka menjadi sangat penting untuk senantiasa
memberikan penghormatan dan kepercayaan padanya. Hal ini tentu akan mendorong sikap cinta
dan menghargai atasan serta perusahaan tempatnya bekerja. Sehingga jika memang ada tindakan
kecurangan yang diketahui tidak mungkin melaporkan pada pihak lain diluar yang berwenang.

5. Menerapkan Kebijakan Hotline Pelaporan Pelanggaran


Jangan lupa untuk menerapkan kebijakan hotline pelaporan pelanggaran yang mana
kebijakan ini memberikan penyadaran status keberadaan karyawan. Pastikan untuk memberikan
support dan rasa terimakasih pada pekerja dengan memberikan seminar, pelatihan lanjutan atau
bahkan promosi. Hal ini akan mendorong karyawan untuk senantiasa memahami keberadaan serta
posisinya dan selalu tau jika menemukan keresahan kerja harus melapor kemana.

6. Menjalankan Kebijakan Bisnis Penuh Keterbukaan


Sebagai pemimpin perusahaan atau karyawan sekalipun menjadi penting untuk
menerapkan sikap kerja penuh keterbukaan. Hal ini dilakukan untuk mendorong beberapa pihak
merasa tidak dihargai, beberapa pihak merasa dirugikan atau bahkan sangat diuntungkan. Buatlah
ketetapan kerja yang jelas, peraturan atau bahkan promosi dan kegiatan liburan perusahaan yang
terbuka dan terstruktur.

2.2 Penjabaran Kasus


Contoh kasus yang berkaitan dengan etika dalam berorganisasi (tempat kerja) :

Dimana dalam kasus ini berisi tentang keuntungan merupakan efek samping dari bisnis

1 Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta
diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan
transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia.
Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission
Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih
banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap
ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

2 Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama
periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari
Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal
dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman
dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan
batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan JawaBali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati,
Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan
serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara
Karang. Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat
sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah
yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara
sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi
masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

2.3 Pembahasan Kasus


Jika dilihat dari teori etika deontologi :
Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai
tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak
diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik.karena PT. PLN belum mampu memenuhi
kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam
kegiatan usahanya.

Jika dilihat dari teori etika teleologi :


Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh
Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk
kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN
dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.
Jika ditinjau dari teori utilitarianisme :
Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena
mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung
pada PT. PLN.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika didalam berorganisasi merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai,norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubunganyang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,masyarakat.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna,
berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak
berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan darisegi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.Dan pada
intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harusdapat diterapkan didalam menjalankan suatu
usaha/bisnis untuk mengetahui baik dan buruk keputusan yang diambil dan selalu mempertimbangkan
apa yang akan siterapkan dengan tidak memetingkan profit oriented tetapi juga kebermanfaatan
bersama.

3.2 Saran

Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin menerapkan
etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi pada perusahaan itu
nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang
melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

- https://handokolipoeto4.wixsite.com/sukasuka/single-post/2017/05/30/arti-dan-pentingnya-etika-
dalam-organisasi

-Referensi buku di spade

- https://danielstephanus.wordpress.com/2021/03/01/pelanggaran-etika-dalam-organisasi/

Anda mungkin juga menyukai