Anda di halaman 1dari 16

MASALAH KARIER DAN ETIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Publik

Dosen pengampu: Dr. Ipah Ema Jumiati, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Tinka Vedyra Jotha 6661200001

Halida Hardianti 6661200018

Aida Fathiyah 6661200020

Muhammad Hafizh Fauzan 6661180160

Gema Ridhan Fahdillah 6661180132

Bimo Hakeem Chairuddoa 6661180121

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayah, dan inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul Masalah Etika dan Karir tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Publik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca dan penulis. Penyusunan tugas mata kuliah ini semaksimal mungkin kami
upayakan dan didukung bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
Dr.Ipah Ema Jumiati , S.Ip., M.Si. selaku pembimbing dalam mata kuliah Ketahanan
Pangan.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca, guna peningkatan kualitas makalah ini dan
makalah-makalah lainnya pada waktu yang akan mendatang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................5
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1. Lapangan Kerja Bidang Komunikasi................................................................6

2.2. Keefektifan Organisasi......................................................................................6

2.3. Pengembangan Dalam Manajemen dan Pengembangan Karir.........................8

2.4. Masalah Etika Dalam Komunikasi..................................................................11

2.5. Pedoman Dalam Etika.....................................................................................13

2.6. Keterkaitan Antara Masalah Etika dan Karir..................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

3.1. KESIMPULAN...............................................................................................15
3.2. SARAN............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan proses pertukaran pesan yang terjadi antara


komunikator dan komunikan.Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Komunikasi itu minimal
harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Di dalam proses
ini tentunya ada tujuan yang di harapkan akan terjadi melalui proses komunikasi,
termasuk akan harapan adanya feedback dari komunikan yang sesuai dengan harapan
komunikator. Hal ini akan terwujud jika adanya saling pemahaman yang terjadi
diantara sesama pelaku komunikasi. Komunikan mengerti apa yang dimaksudkan oleh
komunikator, begitu pula sebaliknya, komunikator memahami apa yang diinginkan
oleh komunikan. Untuk mewujudkan saling pemahaman antar pelaku komunikasi
maka salah satu yang menjadi faktor penting adalah adanya rasa nyaman dalam
melakukan komunikasi. Dalam hal ini, bagaimana seorang komunikator berusaha agar
komunikasi yang dilakukannya dapat menarik komunikan dan membawa komunikan
kedalam situasi komunikasi yang menyenangkan. Tentunya komunikator harus
memertimbangkan beberapa faktor.

Pada dasarnya komunikasi dapat berlangsung secara lisan maupun


tulisan.Secara lisan, dapat terjadi secara langsung (tatap muka atau face to face) tanpa
melalui perantara. Setiap individu berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu atau apa yang seharusnya
dijalankan individu, dan apa tindakan yang seharusnya dilakukan. Secara tidak
langsung komunikasi juga dapat dilakukan melalui suatu perantara dengan media
misalnya komunikasi melalui telepon, internet sebagai komunikasi jarak jauh untuk
menjalin kerjasama yang dapat memperlancar proses kerja dan juga dapat dilakukan
dengan komunikasi yang secara tertulis misalnya surat menyurat. Etika komunikasi
perlu diperhatikan agar tidak terjadi suatu prasangka buruk yang dapat mengakibatkan
dampak negatif. Dampak negatif pada etika itulah yang menjadi persoalan bagaimana
manusia seharusnya berbuat atau bertindak, tidak boleh menyalahi norma. Tindakan
manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika menolong manusia dalam
mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya mencapai
kesadaran moral bukan malah menciptakan moral yang buruk (Mufid, 2009:75). Jadi
dapat dikatakan bahwa etika memberi manusia orientasi bagaimana kita menjalani
hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Begitu
pentingnya peranan dari etika dapat kita lihat dari etika profesi yang memberikan
peraturan tertulis bagi sebagian besar profesi-profesi yang dijalankan oleh setiap
manusia, tidak terkecuali etika profesi humas yang diatur oleh kode etik kehumasan.

4
Seseorang harus mempunyai etika sopan santun, jujur, bertanggung jawab,
mempunyai tutur kata yang lembut dan tegas. Dalam pengembangan profesionalisme
sangat dibutuhkan suatu etika dalam melakukan suatu tindakan. Tindakan etis sesuai
dengan pedoman dalam berperilaku sebagai professional dalam mengambil keputusan
prosedur apa yang akan dilakukan secara obyektif serta dapat dipertanggung
jawabkan. Begitu pentingnya etika sehingga semua mayoritas menjunjung tinggi yang
namanya etika, tujuannya tidak lain adalah untuk mempertahankan eksistensi
organisasi dan menciptakan kepuasan di dalam diri publik sasarannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana lapangan kerja dalam bidang komunikasi?


2. Bagaimana keefektifan organisasi?
3. Bagaimana pengembangan dalam manajemen dan pengembangan karir?
4. Bagaimana masalah etika dalam komunikasi?
5. Bagaimana pedoman dalam etika?
6. Bagaimana keterkaitan antar masalah karir dan etika?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui lapangan kerja dalam bidang komunikasi.


2. Untuk mengetahui bagaimana keefektifan organisasi.
3. Untuk mengetahui pengembangan dalam manajemen dan pengembangan
karir.
4. Untuk mengetahui masalah etika dalam komunikasi.
5. Untuk mengetahui pedoman dalam etika.
6. Untuk mengetahui keterkaitan antara masalah karir dan etika.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lapangan Kerja Bidang Komunikasi


Prospek kerja lulusan ilmu komunikasi banyak sekali peluang untuk mengisi
berbagai macam pekerjaan. media komunikasi menjadi sangat penting dalam
penyampaian informasi yang cepat dan akurat. Berbagai media seperti televisi, radio,
koran, majalah, dan lainnya terus mengalami perkembangan yang sangat cepat.
Seorang lulusan komunikasi berpeluang besar bekerja dalam berbagai bidang
terutama jurnalistik dan periklanan, diantaranya:

1. Presenter menjadi suatu pekerjaan yang menyenangkan karena membawakan


acara, event, maupun sebagai pembicara suatu kegiatan. Apalagi presenter
televisi yang terkenal dalam menyampaikan berita menjadi prospek kerja
lulusan ilmu komunikasi yang didambakan
2. Wartawan merupakan seseorang yang bertugas menulis dan melaporkan berita
(informasi) dari suatu kejadian. Menjadi seorang wartawan bukan pekerjaan
yang mudah, karena dibutuhkan keberanian dan komitmen dalam menyajikan
berita
3. Perkembangan dunia internet sangat cepat sekali, termasuk media online
kreatif seperti Youtube. Banyak orang ingin sekali menjadi youtuber karena
bisa mendapatkan uang banyak dari Google maupun dari penyedia iklan.
Prospek kerja lulusan ilmu komunikasi juga dapat menjadi seorang youtuber
dengan kemampuan bicara dan pembuatan konten video yang kreatif.
4. EO (Event Organizer), EO sangat membutuhkan kemampuan komunikasi
yang baik dan menjadi prospek kerja lulusan ilmu komunikasi terutama di
perusahaan besar. EO bertanggung jawab dalam mengadakan berbagai jenis
kegiatan dari lomba sampai pesta pernikahan. EO berperan dalam mengurus
suatu kegiatan termasuk detil acara sampai tamu undangan
5. Public Relation atau sering disebut hubungan masyarakat berfungsi sebagai
penghubung antara masyarakat luas dengan instansi tertentu. Dimana tugas
dari public relation ini adalah membawa perusahaan atau brand tertentu
sehingga dapat dikenal secara publik. Banyak sekali media yang dapat
digunakan oleh orang public relation seperti pernyataan pers, melalui media
sosial, maupun melalui internet. Selain itu, public relation juga berperan
penting dalam penyelenggaran suatu event yang membutuhkan kerja sama dari
pihak sponsor atau penyedia iklan.

2.2 Keefektifan Organisasi


Keefektifan organisasi atau “perbaikan sistem” merupakan suatu pendekatan
terhadap perbaikan organisasi yang secara progresif mengembangkan individu, tim
6
kerja, dan sistem kearah tingkat keefektifan maksimal masing-masing. Prosesnya
berupa berbagai struktur tim seperti lingkaran kualitas, kelompok-kelompok kerja
mandiri, satuan-satuan tugas, dan tim manajemen terpadu. Anggota tim dilengkapi
dengan pelatihan dalam metode-metode kerja, pemecahan masalah, manajemen
proyek, kepemimpinan, dinamika kelompok, dan pembentukan tim. Keefektifan
organisasi menumbuhkan budaya unggul dengan menekankan perbaikan
berkesinambungan, kerja-tim, dan manajemen partisipatif dalam semua bidang
kehidupan kerja. Staf dibebani tanggung jawab dalam perancangan, pelatihan
pegawai, dan implementasi keefektifan organisasi atau proses perbaikan sistem.

Menurut Gibson (dalam Purnomo, 2006; 20-21), kajian efektivitas organisasi


harus dimulai dari yang paling mendasar hingga ke yang lebih tinggi, berikut ini
urutannya :

1. Efektivitas individu, yaitu tingkat pencapaian hasil kerja karyawan


perseorangan di dalam organisasi.
2. Efektivitas kelompok, yaitu tingkat pencapaian hasil kerja yang dilakukan oleh
sekelompok karyawan di organisasi.
3. Efektivitas organisasi, yaitu kontribusi hasil kerja dari tiap-tiap efektivitas
individu dan efektivitas kelompok/tim yang saling sinergis.
Menurut Steers (dalam rofai, 2006; 37-38) terdapat tiga perspektif utama di dalam
menganalisa apa yang disebut efektivitas organisasi, berikut perspektifnya :

1. Perspektif optimalisasi tujuan, efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa


jauh suatu organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai. Jika
pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai berjalan optimal, maka
akan memungkinkan dikenalinya secara jelas berbagai tujuan yang sering
saling berlawanan, sekaligus dapat diketahui hambatan-hambatan dalam
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Perspektif sistem, efektivitas dinilai dari keputusan berbagai faktor yang
berhubungan mengikuti pola, input, konversi, outpun, dan umpan balik, dan
mengikutsertakan lingkungan sebagai faktor eksternal. Dalam perspektif
sistem, tujuan tidak diperlakukan sebagai keadaan akhir yang statis, tetapi
lebih sebagai sesuatu yang dinamis yang dapat berubah sesuai berjalannya
waktu. Dan juga dengan tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu
akan dapat diperlakukan sebagai input baru untuk penetapan tujuan
selanjutnya. Jadi dengan begitu tujuan akan mengikuti daur yang saling
berhubungan antar komponen, baik dari faktor internal maupun dari faktor
eksternal.
3. Perspektif perilaku manusia, efektivitas dinilai berdasarkan pada perilaku
personil-personil yang ada di dalam organisasi yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi untuk periode jangka panjang. Dalam hal ini dilakukan
pengintegrasian antara tingkah laku individu maupun kelompok sebagai unit
analisis, dengan asumsi bahwa satu-satunya cara mencapai tujuan adalah
7
melalui tingkah laku dari personil-personil yang ada di dalam organisasi
tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi. Menurut Mohyi (1999;
214-215), organisasi dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern organisasi, seperti :

1. Faktor Internal
a. Struktur organisasi dan teknologi yang digunakan. Faktor ini berpengaruh
dilihat dari tepat atau tidaknya struktur atau susunan organisasi dan
penggunaan teknologi nya yang kemudian dihubungkan dengan tujuan,
besarnya organisasi, jumlah dan kualitas karyawan serta fasilitas yang ada.
b. Kualitas dan perilaku sumber daya manusianya. Kualitas disini diartikan
sebagai kemampuan dari segi pengetahuan maupun keterampilan yang
dimiliki oleh karyawan. Sedangkan perilaku diartikan sebagai persepsi,
keinginan maupun tindakan dari karyawan.
c. Budaya yang ada dalam organisasi. Budaya organisasi tercermin pada pola
pikir, gaya berbicara, cara dan perilaku yang konsisten pada karyawan
yang terlibat atau terikat dalam pengelolaan organisasi, misalnya
menyangkut cara mengambil keputusan, cara berkomunikasi, dan cara
berinteraksi si di dalam lingkungan internal maupun dengan lingkungan
eksternal.
d. Kebijakan dan praktek manajemen, Makin tepat setiap kebijakan yang
diambil dan makin baik aktivitas manajerialnya, maka akan semakin
efektif suatu organisasi dalam mencapai tujuan tujuannya.
2. Faktor Eksternal
1. Perilaku dari Lingkungan luar organisasi. Lingkungan luar organisasi
meliputi keadaan perekonomian, kebijakan pemerintah, politik, sosial
budaya, pelanggan, dan sebagainya. Faktor ekstern ada yang dapat
dikontrol (controlable). Ada pula yang tidak dapat dikontrol
(uncontolable). Faktor yang tidak dapat dikontrol jauh lebih berpengaruh
daripada faktor yang dapat dikontrol, karena terkadang faktor yang tidak
dapat dikontrol akan menyulitkan organisasi dalam mengambil kebijakan
dan penyusunan strategi untuk mencapai tujuan.

2.3 Pengembangan Manajemen dan Pengembangan Karir

 Pengembangan Manajemen

Pengembangan manajemen (management development) adalah suatu program


dalam sebuah organisasi untuk mendorong manajer dan calon manajer agar
mengembangkan keterampilannya, pengetahuan, sehingga akan meningkatkan
tanggung jawab mereka dalam sebuah organisasi. Kebanyakan pengembangan
manajemen diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas manajer dalam pekerjaan
mereka dan untuk meningkatkan jabatan mereka. Orang-orang yang dilatih untuk

8
jabatan pengembangan mendapat tugas untuk menciptakan, memimpin, dan
melaksanakan program-program bagi tiga tingkatan manajer, yaitu penyelia, manajer
madya, dan para eksekutif. Staf dapat bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pengembangan dalam keefektifan kepemimpinan, penanganan konflik, komunikasi,
kekuasaan dan pengaruh, pembentukan tim, inovasi dan perubahan, gaya manajemen,
proses-proses kelompok, pemikiran kreatif.
Di sebuah organisasi dalam meningkatkan kualitas dan jabatan manajer, maka
peru dilakukan pengembangan manajemen melalui pelatihan. Serangkaian pelayanan
di dalam industri pelatihan didistribusikan dalam meningkatkan kemampuan khusus
dan mempersiapkan personel penjualan untuk tanggung jawab manajerial.
Meningkatnya masalah pengurangan pegawai, pemberhentian, dan perubahan
teknologi, pegawai menyadari akan jaminan kerja sudah berkurang dan harus lebih
bertanggung jawab atas kemajuan karier dan vitalitas kerja. Situasi organisasi yang
mengalami kemunduran membuat perusahaan harus menempatkan keunggulan
teknologi sebagai tujuan melalui pelatihan teknis dan keahlian. Dimana di perusahaan
yang menempatakan keunggulan teknologi sebagai tujuan, para sarjana ditugaskan
merancang cara dan melaksanakan program untuk membantu pegawai mempelajari
keahlian komputer, mengiperasikan peralatan yang dikendalikan komputer, dan
mengkoordinasikan penggunaan para ahli dalam pelatihan, seperti membantu pembeli
mempelajari manajemen inventaris yang diotomatiskan.
Pengembangan adalah bidang (inventaris) karier yang mungkin sesuai jika
memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan semua tingkatan anggota
organisasi, menaruh minat untuk membantu orang lain berkembang, dan berbakat
mengkonsep, merancang, dan menerapkan program yang memadukan orang-orang,
tekonologi, dan system-sistem secara vertikal maupun horizontal dalam organisasi.
Bila dapat mengajari orang-orang untuk menganalisis system kerja, mengidentifikasi
ruang lingkup yang memerlukan perbaikan, dan membantu dalam perolehan keahlian
untuk menyempurnakan system kerja dan bila dapat memahami “cara pandang
system” proses organisasi dalam mempelajari dan mengembangkan pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan keahlian manajemen sehingga
dapat menerapkannya pada situasi kerja yang sesungguhnya.

 Pengembangan Karier

Pengembangan karir pada dasarnya berorientasi pada perkembangan


organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa mendatang. Setiap
organisasi atau perusahaan harus menerima kenyataan, bahwa eksistensinya di masa
depan tergabtung pada SDM (Nawawi, 2006:98). Tanpa memilki SDM yang
kompetitif sebuah organisasi akan mengalami kemunduran dan akhirnya akan tersisih
karena ketidakmampuan menghadapi pesaing. Kondisi demikian mengharuskan
organisasi/perusahaan untuk melakukan pembinaan karir bagi para karyawan, yang
harus dilakukan secara berencana dan berkelanjutan. Dengan meningkatnya masalah

9
pengurangan pegawai, pemberhentian, dan perubahan teknologi, pegawai mulai
menyadari bahwa jaminan kerja sudah berkurang dan harus lebih bertanggung jawab
atas kemajuan karier dan vitalitas kerja. Untuk menerima tanggung jawab ini,
pegawai memerlukan perangkatan baru, informasi yang lebih banyak dan akses untuk
menudukung sistem-sistem yang sebelumnya tidak tersedia. Para professional melatih
pegawai dengan metode-metode baru, bagaimana menggunakan sistem informasi, dan
bagaimana mencari dan menggunakan sistem-sistem pendukung.

Indikator Pengembangan Karier Menurut A.Sihotang (2006:213) :

1. Kebijakan organisasi : Hal yang paling dominan dalam mempengaruhi


pengembangan karir seseorang karyawan dalam perusahaan. Kebijakan perusahaan
merupakan penentu ada tidaknya pengembangan karier dalam perusahaan.

2. Prestasi kerja : Prestasi kerja merupakan bagian penting dari pengembangan karier
seorang karyawan. Karyawan yang mempunyai prestasi kerja baik dalam perusahaan
biasanya mendapatkan promosi jabatan, karena prestasi kerja merupakan salah satu
acuan bagi organisasi dalam melakukan pengembangan karier.

3. Latar belakang pendidikan : Latar belakang pendidikan merupakan salah satu bahan
acuan bagi perusahaan untuk meningkatkan karir seorang karyawan, semakin tinggi
latar belakang pendidikan seorang karyawan maka semakin besar pula harapan
peningkatan karirnya, juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seorang
karyawan maka biasanya akan susah mendapatkan pengembangan karirnya.

4. Pelatihan : Pelatihan merupakan fasilitas yang diperoleh karyawan dari perusahaan


untuk dapat membantu peningkatan kualitas kerja dan karier dimasa mendatang.

5. Pengalaman kerja : Pengalaman kerja merupakan bagian penting dari


pengembangan karier yang berguna untuk dapat memberikan kontribusi di berbagai
posisi pekerjaan.

6. Kesetiaan pada organisasi : Kesetiaan pada organisasi merupakan tingkat kesetiaan


atau loyalitas seorang karyawan pada perusahaan, semakin lama karyawan bekerja
pada perusahaan loyalitasnya tinggi. Loyalitas atau kesetiaan juga berguna untuk
mengurangi turn over karyawan.

7. Keluwesan bergaul dan hubungan antar manusia merupakan kebutuhan seseorang


untuk dihormati dan diakui keberadaannya baik oleh lingkungan internal maupun
eksternal perusahaan.

10
2.4 Masalah Etika Dalam Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, tentunya komunikasi tidak lepas dari kehidupan


sehari-hari kita. Dan seperti yang telah diulas sebelumnya, komunikasi sebagai bagian
dari kehidupan juga memiliki etika di dalamnya. Etika komunikasi merupakan salah
satu dari etika khusus, karena membahas bagian tertentu dari kehidupan manusia.

Etika sendiri merupakan nilai dan norma yang berlaku untuk dijadikan
pandangan dan standar manusia dalam bertindak dan bertingkah laku. Dalam
kaitannya dengan komunikasi, etika komunikasi mencakup segala nilai dan norma
yang menjadi standar dan acuan manusia dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Etika komunikasi menilai mana tindakan komunikasi yang baik dan buruk
berdasarkan standar yang berlaku.

Karena komunikasi merupakan salah satu hal yang krusial dalam kehidupan
manusia, maka penting bagi kita untuk memahami mengenai etika komunikasi. Tanpa
adanya etika komunikasi, dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kesalahpahaman, pertengkaran, perselisihan, dan lain sebagainya. Selain itu, etika
komunikasi yang tidak diketahui dan diterapkan akan menyebabkan hubungan kita
dengan orang lain jadi buruk. Tentunya itu akan berakibat tidak baik, karena
bagaimanapun juga kita adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan dan
dibutuhkan orang lain.

Guna menghindari terjadinya hal-hal seperti itu, kita akan membahas lebih
lanjut mengenai etika komunikasi apa saja yang penting dan mendasar dalam
kehidupan sehari-hari.

Berikut definisi etika :


 Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan, di mana etika berhubungan erat dengan
konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai
kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.
 Etika mempunyai pengertian yang cukup dekat dengan moral.
 Moral dari bahasa latin mos jamaknya mores berarti kebiasaan, adat.
11
 Dalam kamus bahasa Indonesia pertama kali tahun 1988 kata mores dipakai
dalam arti yang sama yakni adat kebiasaan.
 Jadi kata moral dan etika keduanya berasal dari kata yang berarti adat
kebiasaan.
 Arti kata etika berbeda sekali dengan etiket.
 Etika di sini berarti moral sedang etiket berarti sopan-santun.

Masalah etika selalu muncul dalam situasi yang melibatkan orang lain,
tetapi seringkali organisasi lebih banyak menyoroti masalah etika ini daripada pihak-
pihak lainnya. Pelanggaran terhadap etika yang telah diterima secara umum
merupakan masalah yang harus diwaspadai dalam organisasi. Bagi sebagian orang,
perilaku etis dalam organisasi tidak selalu penting. Charles Saxon, kartunis majalah
The New Yorker, menerbitkan serial kartun bisnis berjudul “Kejujuran Adalah Salah
Satu Kebijakan Yang Lebih Baik” (1984). Kartun yang dijadikan judul serial ini
menampilkan enam eksekutif, yang duduk di depan meja besar, sedang berunding
untuk mengambil keputusan. Salah seorang dari tim manajemen puncak berkata,
“Tentu saja, kejujuran merupakan salah satu kebijakan yang lebih baik”. Tampaknya
Saxon berpendapat bahwa diskusi etika. Dalam organisasi bisnis diperlukan, dan
mungkin bermanfaat-bagi kita untuk mempelajari beberapa masalah etika dalam
konteks pembuatan keputusan mengenai pekerjaan dalam organisasi. Bidanig karier
apapun yang anda putuskan untuk anda tekuni, pasti mencakup sejumlah dilema dan
paradoks mengenai etika kehidupan yang sesungguhnya.
Apakah yang dimaksud dengan etika? Sekelompok teoritisi (Solomon &
Hanson, 1985) mengemukakan bahwa etika berkaitan dengan pemikiran dan cara
bersikap. Pemikiran mengenai etika terdiri dari evaluasi masalah dan keputusan dalam
arti bagaimana kedua hal ini memberi andil pada kemungkinan peningkatan seseorang
seraya menghindari akibat yang merugikan orang lain dan diri sendiri. Perilaku etis
berhubungan dengan tindakan yang sesuai dengan keputusan yang relevan, yang
sejalan dengan seperangkat pedoman yang menyangkut perolehan yag mungkin dan
akibat yang merugikan orang lain.
Masalah etika dalam organisasi dibagi dalam 2 kategori : (1) Yang
menyangkut praktik-praktik organisasi di tempat kerja, dan (2) Yang menyangkut
keputusan perorangan (Ezorsky, 1987)

12
2.5 Pedoman Etika
Pengertian etika memaksudkan penjelasan yang lebih luas dan mendalam
daripada definisi. Terminologi “etika” secara etimologis berasal dari Yunani, “ethos”,
yang berarti “custom” atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah
laku manusia, juga dapat berarti “karakter” manusia (keseluruhan cetusan perilaku
manusia dalam perbuatannya).

Etika berkaitan dengan moral dan sopan santun. Belajar etika berarti
bagaimana bertindak baik. Etika menunjuk pada tindakan manusia secara
menyeluruh, mengantar orang pada bagaimana menjadi baik. Etika dengan demikian
mengajukan nilai-nilai bagaimana manusia itu dapat hidup secara baik. Ia juga
menawarkan pola-pola etis dan aneka pertimbangan moral dalam menguji tindakan
manusia. Lebih lanjut, dengan menawarkan norma-norma hidup baik tersebut etika
juga hendak membawa manusia kepada tingkah laku yang baik, sikap yang
bertanggung jawab, menjunjung tinggi nilai kehidupan, dan mengedepankan
kemanusiaan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengenali etika sebagai:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak serta kewajiban
moral;

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
(Dewantara, 2017: 3).

Menurut Shaw dan Barry dalam bukunya, Terdapat lima pedoman penting dalam
menilai menilai perilaku etis, diantaranya yaitu:

1. Memberi andil kepada orang lain bila masuk akal untuk melakukan hal ini
dan menghindari akibat – akibat yang membahayakan orang lain.

Prinsip ini merupakan aturan utama dimana aturan ini memiliki arti meminta
setiap orang untuk bertanggung jawab atas pengaruh perilaku perorangan terhadap
orang lain, terlepas dari kemungkinan pengaruhnya terhadap diri sendiri atau terhadap
organisasi. Meskipun dalam aturan ini tidak ada paksaan untuk harus mengabaikan
kepentingan pribadi atau melakukan pengorbanan sia – sia untuk kepentingan umum,
prinsip ini meminta kita semua untuk menyadari bahwa semua orang dapat memberi
andil untuk kebaikan orang lain, dan menghindari akibat – akibat yang berbahaya.

2. Mematuhi kesepakatan dan perjanjian yang melebihi kesopanan dan aturan.

Maksud dari prinsip ini yaitu ketika kita membuat kesepakatan dengan orang
lain atau organisasi lain, letakkan pemenuhan perjanjian pada prioritas utama.
Keefektifan organisasi, paling sedikit untuk jangka panjang, bergantung pada

13
kepatuhan terhadap perjanjian dan kesepakatan, membayar utang seseorang,
memproduksi dan memasarkan barang – barang serta pelayanan yang berkualitas.

3. Jangan hanya mematuhi hukuman dan menghindari keputusan dan tindakan


yang tidak pantas.

Maksud dari prinsip ini yaitu, dapat dilihat dari sisi etika sebagai aturan
umum, bahwa orang – orang harus mematuhi hukum, tetapi banyak keputusan dan
tindakan yang tidak sesuai pada tempatnya, tidak jujur dan kotor, meskipun tidak
semuanya terlihat jelas ilegal. Beberapa perilaku kotor ini bersifat kasar dan sering
Kali dijuluki sesuatu seperti pelecehan seksual. Rayuan, gangguan, kejorokan, dan
intimidasi tampaknya termasuk ke dalam prinsip – prinsip ini. Secara umum
memanfaatkan orang lain, kekasaran perilaku, dan ketiadaan rasa hormat mungkin
tidak termasuk ilegal, tetapi semua hal tersebut kotor dari segi etika.

4. Mengambil keputusan dan tindakan yang sesuai dengan tuntutan -moral


dasar.

Tuntutan moral merupakan aturan etis yang diterapkan secara umum, dalam
cara yang tidak dapat dinyatakan kepada setiap anggota masyarakat, dalam setiap
langkah kehidupan dalam masyarakat tersebut tanpa pengecualian, dan bahkan bagi
orang – orang yang bekerja dalam organisasi. Tuntutan moral di masyarakat barat
mencakup beberapa arahan seperti: jadilah orang baik, dapat dipercaya, jujur, setia,
penuh penghargaan, dan santun. Prinsip ini mencakup konsep bahwa prinsip – prinsip
etika harus di laksanakan secara sama kepada setiap orang. Kegagalan dalam
melaksanakan hal ini berarti perusakan atas prinsip -prinsip etika yang mendasar.

5. Memelihara reputasi dan nama baik setiap orang.

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang diperkirakan
memiliki arti yang sama dengan konsep karakter. Karakter seseorang tergambar
dalam ekspresi “nama baiknya”. Jadi, reputasi seseorang, nama baiknya, dan
karakternya merupakan etos orang tersebut; karakter menggambarkan integritas,
penyimpangan moral, posisi etis seseorang dan posisi etis organisasi. Meskipun
tuntutan moral dan tuntutan etis mungkin tampak berbeda dari suatu budaya ke
budaya lainnya, penghargaan terhadap karakter seseorang merupakan suatu prinsip
umum -ini dapat dilihat pada tradisi – tradisi penduduk dalam kebanyakan budaya.
Individu yang mempertahankan mereka sendiri dan pada saat yang sama mendukung
karakter orang lain, biasanya dapat melihat bahwa mereka menemukan perilaku etis
yang pokok.

2.6 Keterkaitan Antara Masalah Etika dan Karier

Etika kerja berpengaruh positif dan signifikan kepada karir. Ketika etika kerja
dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Ketika seorang pegawai menyatakan dan
dalam implementasi nya bahwa mereka selalu menyelesaikan pekerjaan dengan tepat

14
waktu dan mampu menyelesaikan dan memberikan hasil kerja yang memuaskan atau
optimal, maka perusahaan harus mempertahankan pengarahan dan pengawasan yang
lebih agar pegawai lebih mampu melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan standar
pekerjaan untuk pencapaian kinerja yang maksimal. Maka, ketika seorang terus
melakukan pekerjaannya dengan maksimal akan berdampak pada karir seseorang
yang akan semakin positif yaitu naik jabatan.

Penelitian ini didukung oleh teori menurut Sigit (2010:118) etika kerja (work
ethic) mencerminkan sejauh manakah seseorang menilai kerja. Orang yang memiliki
etika kerja yang tinggi memandang bahwa kerja adalah penting, mulia, dan sumber
martabat. Bagi seseorang yang etika kerjanya tinggi atau kuat mempunyai keyakinan
bahwa kerja dengan sungguh-sungguh adalah kunci kesuksesan dan kebahagiaan.
Dari penelitian terungkap bahwa orang yang etika kerjanya tinggi atau kuat
memperoleh pendapatan yang lebih besar, mempunyai inisiatif, memperoleh kepuasan
kerja, produktif, dan berprestasi. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu
Tiffani Karmelia Suwandi (2015) yang menyatakan bahwa Etos Kerja Kerja
berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai dan semakin tinggi etika
kerja yang dimiliki pegawai maka semakin tingi pula kinerja yang diberikan pegawai
kepada perusahaan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap masalah karir. Etika
adalah sebuah refleksi, kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia. Dalam karir, penting untuk
memperhatikan sikap dan etika kita karena etika yang tidak nyaman akan berpengaruh
terhadap lingkungan kerja. Komunikasi yang tepat dan bertujuan untuk membangun
hubungan positif yang memungkinkan lingkungan kerja berfungsi dengan cara yang
menguntukan semua pihak. Etika yang harus dikembangkan adalah dengan
menghormati, memotivasi dan menginspirasi satu sama lainnya

3.2 Saran
Perlu adanya kesadaran dalam diri kita untuk bisa dapat menyesuaikan di
lingkungan kerja, dengan kita berperilaku baik maka kita dapat menciptakan suasana
yang nyaman

15
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. ETIKA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Budi Santoso. 1992. Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis. Yogyakarta: Kanisius

Fitria, Afna. 2020. Etika Komunikasi (Menanamkan Pemahaman Etika Komunikasi


Kepada Mahasiswa). Kepulauan Riau

Kharisma, Dipta. Efektivitas Organisasi Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Tanda


Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Semarang. Semarang

Magnis Suseno, Franz. Etika Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Miswari, Mas’ud. 2017. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja


Karyawan Dengan Pengembangan Karyawan Sebagai Variabel Intervening,
Semarang

Nazir. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indah

Rudolf Pasaribu. 1998. Teori Etika Praktis. Medan: Pieter

https://kampusaja.com/prospek-kerja-lulusan-ilmu-komunikasi/ (Di akses pada


tanggal 25, Pukul 01.00 WIB)

16

Anda mungkin juga menyukai