Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI KEGIATAN MANAJEMEN HUMAS

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Humas dan Layanan Publik
Dosen Pengampu: Dr. Khalilah, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 8
Kelas 3A

Inu Aulia Arba (11190182000005)


Fajar Didi Erlangga (11190182000098)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya
sehingga makalah ini selesai tepat waktu. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
Baginda Rasulullah SAW., yang telah membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam
terang benderang.
Penulisan dan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Humas Dan Layanan Publik. Adapun yang pemakalah bahas mengenai “Implementasi Kegiatan
Manajemen Humas”. Pemakalah sangat berterimakasih kepada dosen Dr. Khalilah, M.Pd. yang
telah membimbing dalam pembuatan makalah secara tepat, sehingga pemakalah mendapatkan
pengetahuan yang komprehensif.
Pemakalah berharap, bahwa makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun
ditunggu untuk kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 28 september 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PEMBUKAAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...................................................................................................................2
E. Metode Penulisan....................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
A. Arti Penting Tindakan.............................................................................................................4
B. Komponen Tindakan dalam Strategi.......................................................................................5
C. Komponen Komunikasi Dalam Strategi..................................................................................6
D. Mendesain Matrik Manajemen Humas.................................................................................13
E. Pemilihan Media Komunikasi Program Humas....................................................................13
F. Strategi Persuasi.................................................................................................................... 15
BAB III..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................................................17
B. Saran......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
BAB I

PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, kebijakan atau inovasi dalam suatu
tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap.1 Implementasi yang dimaksud adalah suatu proses
penerapan suatu konsep, kebijakan atau inovasi dalam manajemen yang berhubungan
antar masyarakat dalam suatu kelompok.
Dalam sebuah tindakan pelayanan akan selalu menyediakan beragam kemungkinan
respon masyarakat yaitu puas dan tidak puas. Bagi yang merasa puas berkemungkinan
melakukan keluhan atau bahkan menarik diri dari berhubungan dengan organisasi
pelayanan tersebut.2 Pada awalnya keluhan-keluhan itu menyampaikan sesuatu bersifat
kritik terhadap pelaksanaan pelayanan yang telah diberikan suatu instansi atau
perusahaan tertentu yang bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
lagi.
Humas merupakan bagian yang integral didalam organisasi. Adapun fungsi humas
bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga,
organisasi, lembaga pendidikan yang kegiatannya langsung ataupun tidak langsung
mempunyai dampak bagi masa depan organisasi atau lembaga. 3 Pada dasarnya
manajemen hubungan masyarakat atau sering disebut sebagai humas merupakan bidang
dan fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi bersifat
komersil (perusahaan) maupun organisasi komersil.
Komunikasi tanpa strategi ibarat orang berjalan tanpa mengetahui seluk beluk jalan
yang dilalui. Sebaliknya, komunikasi yang dilakukan dengan strategi yang relevan ibarat
orang berjalan dengan mengetahui betul peta jalan dan rambu lalu lintas yang dilaluinya.
Dengan demikian strategi komunikasi sangat menentukan adanya efektivitas komunikasi.
Didalam masyarakat sering kita jumpai hubungan masyarakat dengan media seperti
Wartawan. Salah satu yang ada dihumas adalah bekerja dengan media. Media merupakan

1
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Hlm. 93.
2
Muwafik Saleh, Public Servis Communication, (Malang: UMM. Press, 2010), Hlm. 155.
3
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), Hlm. 31.

1
2

sarana atau alat untuk menyampaikan informasi kepada publik, berbagai masalah
yang berhubungan dengan masyarakat luas diberitakan oleh media.
Kegiatan komunikasi berusaha untuk mengubah perilaku seseorang. Seperti halnya
individu dalam proses komunikasi tersebut memiliki sikap ingin mempengaruhi. Proses
memberikan pengaruh kepada orang lain ini dilakukan melalui komunikasi. Komunikasi
yang bertujuan mempengaruhi orang lain disebut dengan komunikasi persuasi.
Memperkuat, mempengaruhi, megubah pendapat, sikap dan tingkah laku pada dasarnya
adalah kegiatan komunikasi persuasi. Pengertian komunikasi persuasi itu sendiri
diungkapkan oleh Burke yaitu persuasi adalah proses mengkreasikan identifikasi diantara
sumber dan penerima yang dihasilkan dari penggunaan simbol-simbol.4

B. Rumusan Masalah
1. Apa Arti Penting Tindakan?
2. Apa saja Komponen Tindakan Dalam Strategi?
3. Apa saja Komponen Komunikasi Dalam Strategi?
4. Bagaimana Mendesain Matrik Manajemen Humas?
5. Bagaimana Pemilihan Media Manajemen Humas?
6. Bagaimana Strategi Persuasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Arti Penting Tindakan
2. Untuk Mengetahui Komponen Tindakan Dalam Strategi
3. Untuk Mengetahui Komponen Komunikasi Dalam Strategi
4. Untuk Mengetahui Mendesain Matrik Manajemen Humas
5. Untuk Mengetahui Pemilihan Media Manajemen Humas
6. Untuk Mengetahui Strategi Persuasi

D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini, di harapkan para pembaca dapat memahami tentang
Implementasi Kegiatan Manajemen Humas.

4
C.U. Larson, Persuasion, Reception and Responsbility, (Belmont: Wadsworth Publishing Co, 1980), Hlm. 8.
3

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini yaitu metode
pustaka. Metode pustaka yaitu metode dengan cara mengumpulkan informasi yang
berasal dari buku, jurnal, internet dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Penting Tindakan


1. Pengertian tindakan dan komunikasi
Kata tindakan dapat dimaknai sebagai suatu proses pelaksanaan rencana/program
yang ditujukan untuk melayani kepentingan bersama. Kata komunikasi menurut
Onong Uchjana Effendi, berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti
“pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Dalam arti lain, komunikasi dimaknai
sebagai suatu proses transfer informasi atau pesan-pesan dari pengirim pesan
(komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) untuk menghasilkan suatu umpan
balik serta tercapainya tujuan tertentu.5
2. Tindakan Humas
Strategi aksi (action strategy) atau strategi tindakan humas mencakup berbagai
hal termasuk melakukan perubahan pada kebijakan, prosedur, jasa dan tingkah laku
organisasi atau perusahaan. Nager-Allen mendefinisikan tindakan public relations
sebagai tindakan yang memiliki tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
departemen public relations atau departemen lainnya pada suatu perusahaan atau
organisasi dengan persetujuan manajemen. Jadi, praktisi public relations dalam
melakukan tindakan harus mempunyai strategi-strategi khusus yang dirancang untuk
mencapai tujuan program dan tujuan organisasi serta juga untuk menjawab kebutuhan
khalayak. Hal ini dilakukan dengan cara memfokuskan tindakan dengan melakukan
upaya penyesuaian (adjusment) dan adaptasi pada organisasi atau perusahaan.6
Sebagaimana dikemukakan oleh Harold Buron (dalam Morissan: 2010), pada
tahap yang paling matang, praktisi humas terlibat dalam keputusan mengenai apa
yang harus dilakukan dan bagaimana mengatakan atau menyampaikan sesuatu.
Contoh kita lihat dari kasusnya Sybron Chemical Inc. Pada kasus ini sebanyak 60
keluarga di Birmingham, New Jersey temapt beroperasinya pabrik perusahaan Sybon
Chemical harus dipindahkan menyusul terjadinya kebocoran zat kimia menimbulkan

5
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), Hlm.
81.
6
Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi menjadi Humas Profesional, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2014), Hlm. 188.

4
5

bau yang tidak sedap. Hal ini menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat
sekitar pabrik. Mereka meminta pemerintah mengawasi pabrik bahkan beberapa ada
yang meminta untuk pabrik menghentikan operasinya (ditutup). 7 Sybron Chemical
kemudian merancang strategi guna merespon secara cepat, cepat, efektif, dan kredibel
dengan memperhatikan setiap kekhawatiran yang dikemukakan masyarakat yang
bermukim di sekitar pabrik, juga dengan memperhatikan kekhawatiran pihak
berwenang serta pihak-pihak lainnya.
Strategi dalam tindakan humas memiliki beberapa komponen yang meliputi
tindakan responsif dan bertanggung jawab, mengoordinasikan aksi/tindakan dan
komunikasi serta tindakan sebagai respon sistem terbuka.

B. Komponen Tindakan dalam Strategi


Strategi aksi (action strategy) atau strategi tindakan humas mencakup berbagai hal
termasuk melakukan perbahan pada kebijakan, prosedur, produk, jasa dan tingkah laku
organisasi atau perusahaan. Nager Allen (1984) mendifinisikan tindakan humas sebagai
tindakan yang memiliki tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh departemen humas
dan departemen lainnya pada suatu perusahaan atau organisasi dengan persetujuan
manajemen.8
Perubahan dirancang untuk mencapai tujuan program dan tujuan organisasi, namun
pada saat yang sama menjawab kebutuhan khalayak organisasi. Strategi tindakan
ditunjukan untuk melayani kepentingan bersama, yaitu perusahaan dan khalayaknya.
Strategi tindakan didasarkan atas pengetahuan bagaimana kebijakan perusahaan,
prosedur, tindakan dan Output lainnya memberikan kontribusi terhadap masalah humas.
Suatu pemahaman yang menyeluruh atas situasi bermasalah sangat penting untuk
merancang strategi tindakan.
Strategi tindakan terfokus pada upaya melakukan penyesuaian (Adjustment) dan
adaptasi pada organisasi atau perusahaan. Peluang untuk melaksanakan perubahan
menghendaki manajemen dan praktisi humas untuk mendefinisikan humas tidak hanya
sekedar publisitas atau komunikasi persuasif semata. Sebagaimana dikemukkan Harlond

7
Ibid, hlm. 189
8
Norman R. Nargen dan T. Harrell Allen, Public Relations Management, (University Press of America, 1984), Hlm.
241.
6

Burson, pada tahap yang paling matang, humas terlibat dalam keputusan mengenai apa
yang harus dilakukan dan bagaimana mengatakan atau menyampaikan sesuatu.

C. Komponen Komunikasi Dalam Strategi


Kegiatan komunikasi merupakan komponen yang jelas terlihat oleh siapapun karena
komunikasi memang ditunjukan untuk masyarakat. Misalnya komunikasi melalui
promosi atau iklan dimedia massa adalah sesuatu yang jelas terlihat. Komunikasi
berfungsi sebagai katalisator untuk menginterprestasikan dan mendukung strategi
tindakan. Namun ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan praktisi humas ketika
berkomunikasi atau melakukan komunikasi yang terkait dengan beberapa hal yaitu:9
1. Membingkai Pesan
Praktisi humas harus mampu memilih fakta yang paling penting dan menarik
ketika melakukan komunikasi dengan khalayak sasaran. Kemampuan dalam memilih
fakta yang paling penting dan menarik ini harus dimiliki praktisi humas ketika ia
melakukan kegiatan membingkai pesan. Dengan kata lain, praktisi humas harus
mampu melakukan analisis terhadap seluruh fakta yang diterimanya dan memilih
bagian-bagian tertentu dari fakta yang akan disampaikan kepada khalayak. Kegiatan
ini disebut dengan kegiatan membingkai pesan atau analisis framing (framing
analysis).
Dalam perspektif komunikasi, analisis Framing dipakai untuk membedah cara-
cara komunikator saat membangun fakta. Membingkai pesan adalah strategi dalam
memilih, menonjolkan dan menghubungkan fakta kedalam bentuk pesan (berita) agar
lebih bermakna, lebih menarik, lebih berati atau lebih diingat. Kegiatan membingkai
pesan diperlukan untuk menggiring interprestasi khalayak sesuai perspektifnya.
Dengan kata lain, membingkai pesan adalah kegiatan untuk memilih isu dan menulis
berita yang akan menentukam fakta apa saja yang akan diambil, bagaimana yang
ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.10
Prinsip pertama membingkai pesan dalam proses komunikasi adalah mengetahui
posisi manajemen dan permasalahan yang dihadapi secara mendalam. Prinsip kedua
9
Morissan, Op., Cit, Hlm. 191.
10
B. Eriyanto Nugroho, Frans Surdiasis, Politik Media mengemas Berita dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media:
Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana Semiotix dan Framing, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001), Hlm. 162
7

adalah mengetahui kebutuhan, katertarikan, kekhawatiran dari publik atau khalayak


sasaran. Dengan kata lain, praktisi humas harus menempatkan dirinya pada posisi
publik sasaran dan berusaha berpikir menurut cara mereka. Komunikasi yang efektif
harus dirancang untuk situasi, waktu, tempat dan publik tertentu. Ini berati praktisi
humas harus memilih secara cermat dan hati-hati media dan teknik komunikasi yang
hendak digunakan. Pemilihan waktu yang kurang atau tidak dapat menggagalkan
suatu program yang hendak dilaksanakan.
Khalayak hendaknya menjadi pusat perhatian praktisi humas pada setiap
problem kehumasan yang muncul karenanya komunikasi perlu dilakukan sebagai
upaya untuk mencapai khalayak sasaran serta untuk mendapatkan pandangan mereka.
Program komunikasi yang dilaksanakan dapat berupa pengiriman siaran pes (Press
Release), memasang iklan, melaksanakan pertemuan dan bentuk – bentuk komunikasi
lainnya.
Upaya membingkai pesan membutuhkan perhatian praktisi humas atas
pentingnya nilai berita bagi media massa. Kemampuan membingkai pesan sangat
dibutuhkan ketika praktisi humas berhubungan dengan media massa. Misalnya ketika
mengirimkan siaran pers ke media massa. Kemampuan menmbingkai pesan akan
membantu praktisi humas dalam menarik minat media massa untuk memuat atau
memberitakan pesan yang disampaikan melalui siaran pers yang diterimanya.
Pada akhirnya, strategi membingkai pesan memerlukan perhatian praktisi humas
pada empat fakta fundamental yaitu:
a. Khalayak adalah manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka
berada apakan di kota, pinggir kota, desa, kawasan pantai, daerah pertanian, dan
sebagainya. Setiap orang menerima berbagai pengaruh dari lingkungannya. Pesan
yang disampaikan praktisi humas kepada mereka hanya sebagian kecil dari
pengaruh yang mereka terima. Pesan dari praktisi humas hanyalah salah satu
sumber pengaruh yang memiliki efek kecil bagi khalayak.
b. Orang cenderung membaca, melihat, memerhatikan, mendengan pesan
komunikasi yang dapat menimbulkan simpati mereka atau hal-hal yang
melibatkan kepentingan pribadi mereka.8
8

c. Media membentuk komunitas atau masyarakatnya masing-masing. Mereka yang


senang membaca tabloid olahraga sangat kecil kemungkinannya untuk juga
berlangganan tabloid politik atau ekonomi dan sebaliknya.
d. Media menimbulkan efek yang berbeda kepada individu yang berbeda.
Pendekatan lain yang bermanfaat dalam membingkai pesan adalah menggunakan
rumus “30 detik” yang dikenal dalam media penyiaran. Rumus ini memberikan
indikasi bahwa audien hanya akan memberikan perhatian tidak lebih dari 30 detik
terhadap setiap pesan yang disampaikan melalui media penyiaran (Radio dan
Telivisi). Tidak peduli berapa menariknya cara komunikator menyampaikan pesan
tersebut. Dengan kata lain, pengiriman pesan hanya memiliki waktu kurang dari 30
detik untuk menyampaikan pesannya ini artinya poin-poin terpenting dari suatu
pesan sudah harus muncul dalam waktu 30 detik itu. Pesan yang disampaikan
haruslah kuat, positif dan disajikan secara lebih dominan dalam waktu kurang dari 30
detik.
2. Nilai Berita
Praktisi humas harus mengetahui nilai pesan yang ingin disampaikannya ketika
berkomunikasi. Dengan demikian, suatu nilai berita ditentukan oleh kepentingan
publik yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dampak (Impact) yaitu seberapa besar jumlah orang yang terpengaruh dari suatu
pesan atau informasi. Semakin besar masyarakat yang terlibat, maka pesan itu
akan semakin penting. Semakin banyak orang yang terpengaruh oleh pesan yang
terdapat pada suatu siaran pers maka siaran pers itu menjadi semakin penting.
Media massa akan semakin tertarik untuk menyiarkan siaran pers itu. Selain itu
media massa juga membutuhkan petunjuk mengenai seberapa besar akibat atau
dampak yang ditimbulkan pesan atau informasi, arah dari dampak atau efek
bersangkutan dan seberapa cepat akibat dampak itu akan muncul.
b. Kedekatan (Proximity) yaitu jarak antara khalayak dengan masalah atau isu yang
tengah menjadi perhatian. Kriteria ini secara sederhana menyarankan bahwa
hubungan lokal yaitu kedekatan antara khalayk dan peristiwa yang terjadi dan
sudut pandang suatu berita (News angles) meningkatkan nilai berita. Misalnya
pemogokan buruh pada perusahaan rokok Djarum di Kudus akan lebih menarik
9

perhatian masyarakat kota Kudus khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya
daripada daerah lainnya.
c. Kecepatan (Timeliness) ini berati berita mudah usang atau mudah basi. Kriteria
ini menjelaskan mengapa wartawan dan media massa selalu bersaing untuk
menjadi yang paling cepat dalam menyiarkan berita. Stasiun televisi dan radio
selalu menjadi media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada
masyarakat. Untuk alasan inilah media cetak lebih menekankan atau lebih fokus
pada pertanyaan “Mengapa” (Why) dan “Bagaimana” (How) ketika
menyampaikan berita kepada masyarakat daripada aspek waktu terjadi peristiwa
(When).
d. Terkanal (Prominence) yaitu orang yang diakui karena keulangannya atau orang
yang terkenal sehingga menghasilkan berita. Para selebriti atau orang terkenal
selalu menarik perhatian masyarakat yang ingin mengetahui kehidupan mereka,
mereka memiliki nilai berita. Tokoh populer berati orang-orang yang memiliki
kehidupan pribadi yang selalu menarik perhatian media massa. Orang terkenal
berati wartawan dan khalayak media massa tertarik dengan kehidupan pribadi
mereka.
e. Hal-hal baru, khalayak media masa selalu menarik dengan hal-hal baru, tidak
biasa, aneh, menyimpang dan sebagainya. Wartawan dan media berita mengetahui
bahwa mensyaratkan selalu tertarik dengan informasi mengenai sesuatu yang
baru, unik dan diluar perkiraan.
f. Konflik Berita-berita mengenai peningkatan buruh atau karyawan, pertarungan
kepentingan, perseturuan, perang, kejahatan dan sebagainya sering kali
merupakan berita yang memiliki muatan konflik. Terdapat pandangan bahwa
konflik adalah utusan utama dalam berita. Sesuai konflik sering kali
mengemukakan isu yang tidak jelas permasalahannya, memberikan
ketidakpastian, mengenai siapa salah dan siapa benar, serta mengemukakan versi
yang sangat disederhanakan mengenai pihak yang menang dan kalah.
Praktisi humas harus membingkai pesan yang ingin disampaikan agar pesan itu
memiliki nilai berita. Pesan juga harus mudah diarakan pada topik-topik tertentu
serta memiliki muatan lokal agar pesan dapat menarik minat khalayak. Isi pesan
10

harus dibingkai sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan dapat menjawab
pertanyaan, dapat menimbulkan minat, ketertarikan dan kepentingan khalayak serta
memberikan kepada khalayak untuk bertindak berdasarkan minat dan kepentingan
mereka.
3. Semiotika
Semiotika atau semantik adalah ilmu mengenai tanda yang sangat terkait dengan
arti atau makna yang ingin disampaikan. Bagi praktisi humas ilmu mengenai arti atau
makna kata ini memiliki fungsi penting karena sebagian besar pekerjaan praktisi
humas adalah berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan karena alasan inilah
praktisi humas harus betul-betul menguasai makna kata-kata. Suatu makna terdiri atas
dua jenis yaitu makna yang bersifat umum atau makna yang tercantum dalam kamus
bahasa atau makna berdasarkan kamus. Makna konotatif adalah makna yang bersifat
emosional dan evaluatif, yaitu makna yang muncul dipikiran manusia berdasarkan
pengalaman dan latar belakangnya. Misalnya semua orang akan setuju bahwa kata
“Kucing” memiliki makna denotatif yaitu hewan berkaki empat, berbulu, lembut,
jinak dan bersahabat. Namun bagi beberapa orang kata “Kucing” menimbulkan
makna konotatif sebagai hewan berbahaya, suka mencakar atau mengigit dan bagi
orang tertentu dapat menimbulkan alergi.
Praktisi humas tidak saja harus dapat memahami makna kata-kata yang
diucapkan oleh khalayak, namun apa makna sebenarnya dari kata-kata yang
disampaikan. Sebagaimana dikemukakan Cutlip Center Brroom: Pracititioner is
expected to be able to tell what those words mean not what they say, but what they
really mean (Praktisi humas diharapkan mampu menjelaskan apa makna kata–kata
bukan saja yang diucapkan, tetapi apa yang sebenarnya mereka maksudkan).
Di Indonesia, persoalan Semantik sangat sering terjadi. Pertikaian antar lembaga
negara soal pembagian kekuasaan dan wewenang seringkali disebabkan perbedaan
masingmasing pihak dalam memberikan makna atas kata-kata yang ada dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) atau Undang-Undang sehingga diperlukan lembaga
Mahkamah Konstitusi yang berfungsi untuk memberikan tafsiran resmi atas kata-kata
yang tidak jelas dalam UUD tersebut.
11

Praktisi Humas harus mampu memilih dan mengirimkan kata-kata kepada


berbagai kalangan yang berbeda yang mana kata-kata itu harus langsung dapat
dipahami oleh penerima pesan secara pasti dan sempurna. Kalangan dengan profesi
tertentu seperti dokter, anggota militer, penegak hukum atau pegai pemerintahan
memiliki jargon atau kata-kata yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang berasal
dari profesi yang sama. Misalnya kata-kata seperti ‘disangka’, ‘didakwa’ dan
‘dipidana’ dalam hukum harus digunakan secara hati-hati karena masing-masing
harus digunakan berdasarkan tahapan proses hukum yang di lalui.
Selain jargon juga terdapat kata-kata tidak resmi (Slang), slogan serta pemilihan
kata untuk melebih-lebihkan makna (exaggerations). Praktisi humas dalam menjalin
komunikasi kepada berbagai kalangan atau khalayak harus memastikan bahwa kata-
kata yang digunakan tidak akan menimbulkan masalah. Sebagaimana ungkapan yang
menyebutkan “Words like eggs, must be handled with care, once broken, they are
beyond repair” (Kata-kata itu seperti telur, harus ditangani secara hati-hati sekali
pecah (rusak) tidak mungkin lagi di perbaiki).
4. Simbol
Komunikasi tidak hanya melulu kata-kata atau semantik saja, komunikasi juga
membutuhkan simbol yang terkadang lebih sering digunakan daripada kata-kata.
Simbol dapat menyampaikan pesan secara langsung sebagai upaya untuk membujuk
khalayak. Penggunaan simbol sebagai alat komunikasi telah lama digunakan manusia
bahkan sejak awal sejarah umat manusia.
Simbol digunakan untuk memadatkan dan mengirimkan pesanpesan kompleks
yang membutuhkan banyak kata-kata untuk menjelaskan pesan yang dimaksud. Suatu
simbol dapat menyampaikan banyak pesan. Simbol salib yang ada diruang tamu
sebuah rumah menyampaikan pesan kepada tamu yang berkunjung mengenai pemilik
rumah. Manusia membutuhkan simbol untuk menyampaikan pesan yang abstrak atau
sulit dipahami.
Simbol haruslah berbeda atau unik serta dapat mencerminkan karakter dari
perusahaan atau organisasi yang menjadi acuan simbol bersangkutan. Perubahan
kehidupan masyarakat yang disebabkan perubahan nilai-nilai kemasyarakatan dapat
12

menyebabkan simbol menjadi usang atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman. Jika hal ini terjadi, maka simbol perlu diubah.
5. Streotip
Komunikasi sering kali mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan
dalam berkomunikasi dapat dialami baik oleh sumber pesan maupun mereka yang
menerima pesan. Menurut Lippmann (1992) Hambatan untuk memahami pesan yang
dikirim terjadi karena setiap orang hidup seperti seekor ulat yang tinggal dalam
kepompong yang berfungsi sebagai benteng pelindung dari berbagai serbuan
informasi yang tidak pernah berhenti dan bahkan cenderung terus meningkat.
Hambatan muncul dalam berbagai bentuk mulai dari hambatan sosial, hambatan
umur, hambatan bahasa, hambatan perbendaharaan kata, hambatan politik dan
ekonomi.
Orang memiliki kesan atas segala sesuatu yang menyentuk kesadaran mereka.
Semua orang hidup didunia simbol yang mereka miliki sendiri. Sebagaimana
dikemukakan Cutlip Center Broom: The only feeling that people can have about an
event they do not experience or a person they do not know is by their own mental
image of the event a person developed from fragmentary, secondary sources. (Satu-
satunya perasaan yang dapat dimiliki masyarakat mengenai suatu peristiwa yang tidak
mereka alami sendiri atau perasaan masyarakat terhadap seseorang yang tidak mereka
kenal adalah melalui gambaran masyarakat terhadap peristiwa atau tokoh yang
dikembangkan dari berbagai sumber yang berbeda-beda.
Adanya Stereotip ini menimbulkan masalah dalam melaksanakan program
kehumasan. Dalam hal ini, Praktisi humas harus belajar mengenali pengaruh dan
kehadiram simbol san stereotip yang dipandang negatif atau bertentangan dengan
pendapat umum masyarakat. Praktisi Humas harus menggunakan simbol untuk
mengutasi simbol dan menggunakan stereotip untuk mengatasi stereotip
13

D. Mendesain Matrik Manajemen Humas

Besar kecilnya departemen Humas Internal dari suatu organisasi berganting pada
3 hal yaitu:

1. Ukuran atau Skala Organisasi atau perusahaan sendiri.


2. Nilai dan arti penting fungsi-fungsi humas dimata pihak manajemen.
3. Karakteristik khas kehumasan yang memang berbeda-beda.
Ukuran hubungan masyarakat terdapat berukuran besar maupun kecil sesuai dengan:
1. Besarnya organisasi.
2. Penilaian manajemen terhadap Hubungan Masyarakat.
3. Kebutuhan khusus organisasi akan Hubungan Masyarakat.

E. Pemilihan Media Komunikasi Program Humas


Praktisi humas harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai media massa karena
pemilihan media massa yang tepat akan menentukan keberhasilan penyebaran pesan pada
khalayak sasaran.
1. Teori Media Humas
Menurut Lesly definisi Media Relations sebagai hubungan dengan media
komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespon kepentingan media terhadap
kepentingan organisasi. Iriantara mengartikan Media Relations merupakan bagian
14

dari Public Relations eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik
dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik
untuk mencapai tujuan organisasi.11 Landasan teori media humas adalah segala
bentuk media masyarakat yang digunakan humas dalam pekerjaannya dengan tujuan
publikasi yang luas agar produk atau jasa yang humas pasarkan lebih dikenal oleh
masyarakat. Media humas bersifat lebih kepada publikasi atau komunikasi. Media
komunikasi yang penting digunakan humas adalah dalam kemitraannya dengan media
pers (cetak atau elektronik)
2. Media yang Digunakan Public Relations dalam Menyampaikan Pesan Kepada Publik
Bila membandingkan media PR dan media iklan, akan muncul lima hal menarik:
a. Kampanye periklanan dan kampanye humas sama-sama bisa menggunakan
berbagai macam media.
b. Para praktisi PR berhubungan dengan para editor, jurnalis serta para prosedur TV
dan radio, sedangkan para praktisi periklanan lebih banyak berhubungan dengan
para manager iklan dari berbagai perusahaan, petugas iklan di media massa
(radio, koran, televisi, majalah dan sebagainya)
c. Iklan sifatnya jauh lebih komersial dibandingkan dengan PR
d. Kampanye periklanan biasanya dilakukan terbatas pada media-media yang bisa
diharapkan akan membuahkan hasil maksimal (misalnya lonjakan penjualan)
dengan biaya serendah-rendahnya. Sedangkan kampanya PR bersedia
menggunakan media apa saja, asalkan bisa menjangkau sebanyak mungkin
khalayak
e. Tidak seperti dunia periklanan, dunia PR dapat menggunakan berbagai media
khusus seperti jurnal-jurnal internal, bulletin atau sekedar majalah dinding.
3. Macam-macam Media Humas
a. Media cetak, adalah suatu media yang penyajian pesannya tercetak, misalnya,
surat kabar, hous jurnal, majalah, dll.
b. Media elektronik, media elektronik seperti Audio (Radio) dan Audio Visual
(Televisi)

11
Jim Briand Kolianan, dkk, Strategi Media Relations Humas Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keluarga
Berencana (Kb) Pada Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (Bkkbn) Provinsi Ntt, Jurnal
Administrasi Publik, Volume 6 No. 1 Thn. 2016, hlm. 54.
15

1). Radio
2). Televisi
c. Special event. Suatu kegiatan atau media pertemuan langsung (face to face),
misalnya: presentasi, diskusi panel, seminar, pameran, dan lain-lain.
d. Media luar ruang. Media luar ruang adalah suatu media komunikasi yang di
sajikan di tempat umum dengan ukuran yang lebih besar misalnya sepanduk,
papan reklame, benner, poster dan lain-lain.
e. Audio-visual (slide dan kaset video, film-film dokumentar)
f. Pesan-pesan lisan (spoken word)
g. Online media (website, blog, media sosial, email dan lain-lain).12
F. Strategi Persuasi
Istilah persuasi atau dalam bahasa inggris “Persuasion” berasal dari kata Latin
“Persuasio” yang secara harfiah berati hal membujuk, hal mengajak, atau menyakinkan.
Aspek komunikasi ini mendapat penelaahan banyak ahli komunikasi karena memang
sangat penting untuk segala bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, diplomasi dan lain
– lain. Meskipun para ahli mengkajinya dengan pendekatan yang berbeda, namun ada
kesamaan yang hakiki.13
Salah satu strategi persuasi adalah berupaya mencari tahu sesuatu yang telah
diyakini dan dapat membujuk komunikasi, sekaligus mempengaruhi agar opini “digiring”
sesuai dengan keinginan dan tujuan dari komunikasi tersebut, antara lain melalui teknik-
teknik atau kiat tertentu.
1. Teknik “Ya – ya”
Kiat dan teknik persuasi berupaya untuk menggiring audiensi (khalayak)
untuk mengatakan ‘ya’ sebagai suatu kesepakatan bersama sesuai dengan
keinginan komunikator.
2. Jangan Tanya “Apabila, Tetapi Yang Mana”
Teknik ini untuk memojokkan audiensi yang keras kepala: agar tidak
mempunyai kesempatan untuk memilih jawaban yang selain diinginkan oleh

12
Tuginem dan Trisiyani, Ratna. Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2018), hlm. 271.
13
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), Hlm. 79.
16

komunikator. Artinya, dengan langsung memojokkan pertanyaan yang menekan


tersebut, audiensi yang menghindar atau mengelak karena berbeda pendapat bisa
segera diketahui jawabannya sesuai dengan yang diinginkan.
3. Menjawab “Pertanyaan” dengan melemparkan “Pertanyaan”
Model persuasi disini agak kehilangan kontrol atau pegangan dan sebagai
komunikator yang menguasai Communication skill langsung membimbing
kembali diskusi, rapat atau dialog yang bertele–tele untuk memfokuskan kembali
pembicaraan pada tema yang disepakati bersama.
4. Membangun Kesepakatan (Deal)
Biasanya dalam membicarakan kepentingan orang banyak atau antara
perusahan dengan karyawannya, atasan dengan bawahan, pemimpin dengan
pengikutnya, atau komunikator dengan audiensinya dibangun kesepakatan.
Biasanya sebelum inti pokok permasalahan diajukan untuk itu perlu diadakan
‘kesepakatan bersama’ artinya dalam posisi yang saling menguntungkan kedua
belah pihak.
5. Dengankan dahulu pendapat Floor kemudian diskusikan
Ini tatik persuasi mencari informasi audiensi yang sebanyak – banyaknya
(Sounding Technique) untuk mencari masukan, baru kemudian didiskusikan
secara bersama untuk mencapai suatu keputusan.
6. IOU (I Owe You)
Taktik persuasi ini sering disebut Trade off. Taktik ini menempatkan
audiensi sebagai pihak yang merasa mempunyai utang budi. Jadi dengan cara
tersebut audiensi ingin membayar utangnya dengan cara menerika pesan yang
ditawarkan oleh pihak komunikator sebagai balasannya.14
Jadi strategi komunikasi persuasi tidak akan berhasil jika persuader tidak
mampu mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi persuasi.
Dengan menerapkan taktik/strategi yang telah disebutkan sebelumnya, maka
persuader dapat mencapai tujuan komunikasi persuasi yang efektif.

14
Rosady Ruslan, Kiat dan Startegi Kampanye Public Relation, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013), Hlm. 41-42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi dalam tindakan humas memiliki beberapa komponen yang meliputi tindakan
responsif dan bertanggung jawab, mengoordinasikan aksi/tindakan dan komunikasi serta
tindakan sebagai respon sistem terbuka.
Strategi aksi (action strategy) atau strategi tindakan humas mencakup berbagai hal
termasuk melakukan perbahan pada kebijakan, prosedur, produk, jasa dan tingkah laku
organisasi atau perusahaan.
Kegiatan komunikasi merupakan komponen yang jelas terlihat oleh siapapun karena
komunikasi memang ditunjukan untuk masyarakat. Misalnya komunikasi melalui
promosi atau iklan dimedia massa adalah sesuatu yang jelas terlihat. Komunikasi
berfungsi sebagai katalisator untuk menginterprestasikan dan mendukung strategi
tindakan.

B. Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari kata sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, Kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Larson, C.U. 1980. Persuasion, Reception and Responsbility. Belmont: Wadsworth
Publishing Co.
Morissan. 2014. Manajemen Public Relations: Strategi menjadi Humas Profesional. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nargen, Norman R., & T. Harrell Allen. 1984. Public Relations Management. University
Press of America.
Nugroho, B. Eriyanto., & Frans Surdiasis. 2001. Politik Media mengemas Berita dalam Alex
Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana Semiotix dan
Framing. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Ratna, Tuginem dan Trisiyani. 2018. Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan,
(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ruslan, Rosady. 2013. Kiat dan Startegi Kampanye Public Relation. Jakarta : PT. Raja
Grafindo
Ruslan, Rosady. 2003. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo. Saleh, Muwafik. 2010. Public Servis Communication. Malang : UMM. Press

18

Anda mungkin juga menyukai