Anda di halaman 1dari 22

METODE KOMUNIKASI PENYULUHAN PADA PETANI SAWAH

Tugas ini diajukan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah


Metode Penelitian Kualitatif

Dosen :
DRS. Taufik Hidayatullah.,MM.,M.AB
Disusun Oleh :
Ilham Firmansyah Putra (202050020)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta salam kami

sampaikan untuk serta teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat

Allah SWT yang memberikan berkat hikmah, rahmat serta hidayah – Nya yang sangat

berguna untuk segala umat manusia, sehingga kami yang bisa menuntaskan Proposal ini

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun iktikad serta tujuan dari penataan proposal ini merupakan untuk melakukan

salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif

Kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak sangat kami harapkan demi

evaluasi pada tugas berikutnya. Harapan kami mudah – mudahan tugas ini berguna

khususnya untuk kami serta pembacanya.

Bandung, 06 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2. Fokus dan Pertanyaan Penelitian............................................................................6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................8
2.1. Penelitian Terdahulu........................................................................................................8
2.2. Landasan Teori..............................................................................................................10
2.3. Landasan Konseptual.....................................................................................................11
A. Pemahaman Tentang Penyuluh.............................................................................12
B. Pemahaman Tentang Petani...................................................................................16
2.4. Kerangka Pemikiran......................................................................................................17
BAB III....................................................................................................................................18
METODELOGI......................................................................................................................18
3.1. Paradigma Penelitian.....................................................................................................18
3.2. Metode penelitian..........................................................................................................18
3.3. Subjek dan objek Penelitian..........................................................................................18
3.4. Teknik Pengambilan Data.............................................................................................19
3.5. Teknik Analisis..............................................................................................................19
3.6. Jadwal Penelitian...........................................................................................................20
1. Waktu Penelitian.........................................................................................................20
2. Tempat penelitian.......................................................................................................20
BAB IV....................................................................................................................................21
PENUTUPAN.........................................................................................................................21
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................21
4.2. Saran..............................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Untuk menjalankan sebuah program pertanian maka diperlukan seseorang penyuluh

untuk mengkomunikasikan program dalam bentuk pesan tertentu dan perkembangan

teknologi di bidang pertanian kepada masyarakat tani. Komunikasi merupakan proses

pengiriman pesan atau informasi oleh komunikator atau penyuluh kepada komunikan

atau petani tetapi dalam proses pengiriman tersebut dibutuhkan suatu keterampilan dalam

memaknai pesan baik oleh komunikator ataupun komunikan sehingga dapat membuat

sukses pertukaran informasi.

Komunikasi dan metode penyuluhan yang dipakai merupakan hal terpenting dalam

suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang diharapkan dari kegiatan

penyuluhan tersebut. Namun dalam proses penyuluhan ini dibutuhkan keahlian dan

keterampilan berkomunikasi bagi seorang penyuluh dalam mensosialisasikan program-

program yang ingin dijalankan.

Penyuluh harus mempunyai metode komunikasi penyuluhan yang efektif bagi

kegiatan penyuluhan itu sendiri serta tingkat pendidikan seorang penyuluh sangat

mempengaruhi efektivitas penyuluh. Selaku agen pertanian di Kabupaten Cianjur

tentunya akan menghadapi beberapa faktor penghambat dan gangguan dalam kegiatan

komunikasi, diantaranya tingkat pendidikan masyarakat yang secara umum masih

memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Para pelaku penyuluhan dituntut bekerja keras dan peka terhadap masyarakat. Tujuan

utama dari penyelenggaraan penyuluhan adalah bagaimana menanamkan pada diri

masyarakat agar dapat mandiri dan berani mencoba sesuatu yang baru tanpa harus

terpaku pada pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari orang tua atau masyarakat

4
sekitar sehingga dapat menghapuskan rasa ketergantungan kepada pelaksana penyuluhan

selaku pembimbing.

Secara harfiah menurut Nasution penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti

obor atau alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Kata menerangi ini bermakna

sebagai petunjuk bagi masyarakat dari tidak tahu menjadi mengerti, dari mengerti

menjadi lebih mengerti lagi (dalam Tomy, 2004:5).

Kemudian Clarr (dalam Tomy, 2004:5) membuat suatu rumusan bahwa penyuluhan

merupakan jenis khusus pendidikan Problem Solving yang berorientasi pada tindakan

pengajaran sesuatu, memodernisasikan, memotivasi, tetapi melakukan pengaturan

(regulating) dan tidak melaksanakan Program Non Educative. Tindakan mengajarkan

sesuatu artinya bisa dimaknai sebagai upaya memberikan pengetahuan kepada

masyarakat untuk melakukan hal-hal yang sifatnya masih asing dan baru.

Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosoial yang mempelajari sistem dan proses

perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik

sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dengan demikian dapat diartikan sebagai

suatu sistem pendidikan yang bersifat nonformal di luar sistem sekolah yang biasa untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mentalnya menjadi lebih

produktifitas sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarganya dan pada

gilirannya akan meningkatkan pula kesejahteraan hidupnya (Tomy, 2004:8).

Pada konteksnya penyuluhan, baik itu penyuluhan pertanian maupun penyuluhan

lainnya tentulah pengetahuan yang disampaikan adalah pengetahuan yang berkaitan

dengan konteks permasalahan yang dihadapai oleh khalayak masyarakat. Untuk

menyikapi permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji secara ilmiah

metode komunikasi yang berhubungan dengan informasi penyuluhan dan hal-hal yang

dapat menghambat dan meningkatkan komunikasi yang efektif dan memiliki nilai jual

5
pada kantor Informasi Penyuluhan (KIP) Kabupaten Cianjur umumnya dan Balai

Informasi Penyuluhan (BIP) Kecamatan Pagelaran khususnya. Berdasarkan fenomena-

fenomena yang telah dipaparkan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan mengangkat masalah “Apakah Metode Komunikasi Penyuluhan

dilakukan pada Petani di Lingkungan Balai Informasi Penyuluhan (BIP) Kecamatan

Pagelaran Kabupaten Cianjur?“

1.2. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yang akan

diteliti adalah sebagai berikut :

1. Apakah penyuluhan ini akan berefek pada hasil panen petani?

2. Apakah penyuluhan ini menarik masyarakat luas untuk menjadi petani baru?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini secara umum ingin mengetahui dan mendeskripsikan

bagaimana komunikasi antar sesama petani terkait pertanian yang mereka lakukan.

Untuk meningkatkan hasil pertanian, penyuluh di lapangan dalam menjalankan

program penyuluhan menggunakan metode yang telah diprogramkan sebelum turun ke

lapangan.

1. Keadaan Lokasi

Keadaan lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk di ketahui

sebelum penyuluh melakukan kegiatan penyuluhan. Keadaan lokasi ini erat kaitannya

dengan musim, topografi wilayah, sistem pengairan, jenis tanah dan keadaan usaha tani

suatu daerah. Karena tentunya tiap-tiap daerah memiliki keadaan lokasi yang berbeda-

beda.

6
2. Sasaran

Sebelum menentukan metode yang akan dipilih, penyuluh mengetahui dahulu sasaran

yang akan disuluh dengan melihat tingkat pengetahuan, keterampilan, sosial dan budaya

daerah agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan denagn lancar sehingga terjadinya

perubahan perilaku dan adopsi inovasi pada khalayak sasaran. Sasaran di sini adalah para

petani di Kecamatan Pagelaran agar hal ini dilakukan bertujuan untuk memperkecil

kendala-kendala dalam berkomunikasi pada masyarakat tani.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai tujuan edukasi terhadap para

petani di daerah.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti

yang dapat digunakan sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman baru dalam

penyelenggaraan penyuluhan yang berkaitan dengan program kegiatan

pertanian.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan

acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka

penelitian ini peneliti cantumkan hasil-hasil terdahulu.

1. Hasil penelitian dari Novi Elian, Djuara P Lubis, Parlaungan A Rangkuti (2014).

Penelitian dari Novi Elia , Djuara P Lubis, Parlaungan A Rangkuti (2014) Berjudul

“Penggunaan Internet Dan Pemanfaatan Informasi Pertanian Oleh Penyuluh Pertanian

Di Kabupaten Bogor Wilayah Barat”. Penelitian ini didesain dengan pendekatan

survei yang bersifat deskriptif korelasional.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyuluh

pertanian adalah intensitas akses internet atau gambaran berapa lama dan sering

penyuluh pertanian menggunakan internet. Persentase responden menggunakan

internet berdasarkan frekuensi penggunaan dalam satu minggu tergolong rendah.

Durasi penggunaan internet juga masih tergolong rendah. Responden menggunakan

internet masih kurang atau sama dengan tiga jam dalam sehari. Hampir keseluruhan

responden menggunakan internet dalam tempo yang relatif singkat. Hal ini

dikarenakan responden mempunyai tugas inti untuk melakukan kunjungan ke

kelompokkelompok tani hampir setiap hari, sehingga tidak mempunyai cukup waktu

mengakses internet. Frekuensi dan durasienggunaan internet oleh penyuluh pertanian

dijelaskan pada tabel berikut. Penggunaan media internet oleh penyuluh pertanian

adalah intensitas akses internet atau gambaran berapa lama dan sering penyuluh

8
pertanian menggunakan internet. Persentase responden menggunakan internet

berdasarkan frekuensi penggunaan dalam satu minggu tergolong rendah.

2. Penelitian dari Ani LeilanidanAmri Jahi (2006). Penelitian dari Ani Leilani dan Amri

Jahi ini berjudul” Kinerja Penyuluh Pertanian Di Beberapa Kabupaten Provinsi Jawa

Barat”. Penelitian berbentuk survei deskriptif. Data primer diperoleh melalui

wawancara dengan responden menggunakan kuesioner dan data sekunder

dikumpulkan dari Dinas/Kantor penyuluhan berupa laporan-laporan. Data yang

telah terkumpul, ditabulasi dan dianalisis kemudian dilakukan peng-pertanian bagi

Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat sebagai bahan pertimbangan

dalam pengembangan petugas penyuluhan, Memberikan data kepada Badan

Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Departemen Pertanian tentang

potret kinerja penyuluh pertanian di Provinsi Jawa Barat akibat desentralisasi,

Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan.

3. Penelitian dari Oeng Anwarudin, Sumardjo Sumardjo, Arif Satria, Anna Fatchiya

(2020). Penelitian dari Oeng Anwarudin, Sumardjo Sumardjo, Arif Satria, Anna

Fatchiya ini berjudul “Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Mendukung Keberlanjutan

Agribisnis Petani Muda Di Kabupaten Majalengka” Penelitian mengenai peranan

penyuluh pertanian dalam mendukung keberlanjutan agribisnis petani muda di

Kabupaten Majalengka menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data-data

kualitatif. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan dengan survei. Pengumpulan data

dilakukan dengan mengedarkan kuesioner.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan hasil penelitian

dan menemukan bahwa peranan penyuluh pertanian berada pada kategori rendah

(Tabel 1). Penilaian petani muda terhadap penyuluh pertanian tersebut meliputi

perannya sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan konsultan. Temuan di

9
lapang, petani muda belum menjadi prioritas sasaran penyuluhan. Sasaran penyuluhan

pertanian lebih banyak dilakukan kepada petani dewasa. Kegiatan penyuluhan lebih

sering dilakukan melalui pendekatan kelompok seperti yang dilaporkan Pradiana,

Anwarudin, dan Maryani (2020). Kondisi kelompok tani saat ini umumnya adalah

kelompok tani dewasa yang angotanya beragam dengan mayoritas petani dewasa.

Petani muda kadang-kadang menjadi bagian dari kelompok tani yang sudah ada.

Dengan demikian, penyuluh pertanian sebagai fasilitator belum maksimal

mendampingi petani muda dalam hal fasilitasi dengan sumber inovasi, mitra, sumber

modal, dan pasar. Sebagai komunikator, penyuluh juga belum optimal menyampaikan

informasi dan inovasi. Peranan penyuluh pertanian terhadap petani muda yang rendah

harus menjadi perhatian serius mengingat pentingnya peranan penyuluh dalam

mempengaruhi perilaku petani (Amanah dan Sadono 2015, Wardani dan Anwarudin

2018), dan meningkatkan kapasitas petani (Fatchiya dan Hernanda 2015, Hauser et al.

2016, Anwarudin and Dayat 2019). Penyuluh pertanian berperan juga dalam

membangkitkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian (Harniati dan

Anwarudin 2018).

2.2. Landasan Teori

Dalam penelitian ini menggunakan teori komunikasi behaviorisme yang

dikembangkan oleh Jhon B. Watson (1878-1958). Teori behaviorisme membahas dan

mempelajari tentang perilaku termasuk tindakan dan balasan atau respon seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan. Artinya selalu ada kaitan antara stimulus dengan

respon pada perilaku manusia. Jika suatu stimulus atau rangsangan yang diterima

seseorang telah teramati, maka dapat diprediksikan pula respon dari orang tersebut.

Menurut John Watson (Littlejohn, 2009), perilaku yang terbentuk merupakan hasil

suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang

10
membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi;

pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Behaviorisme juga disebut

psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran

merupakan subjek psikologi dan 6 bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada

studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat

diamati. Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting yaitu sebagai berikut:

1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari

perilaku

2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak

dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat

bawaan.

3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami

antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak

tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.

2.3. Landasan Konseptual

Teori behaviorisme dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena

teori ini mencakup semua perilaku yang dimiliki manusia terhadap stimulus dan

respon. Dalam media sosial yang memilik bermacam-macam sifat di dalamnya

terdapat kontrol yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dimana manusia akan

memiliki kontrol terhadap media sosial dan mediasosial juga justru mampu

memberikan kontrol terhadap perilaku manusia di kehidupan nyata. Hal tersebut

dinyatakan oleh psikologi media dimana psikologi media mengatakan bahwa media

dan manusia memiliki ikatan yang saat ini tidak bisa dilepaskan. Apa yang dilihat

11
manusia, apa yang dilakukan manusia di dalam media sosial merupakan gambaran

perilaku manusia.

A. Pemahaman Tentang Penyuluh

Seorang Penyuluh harus mengetahui Jenis Jenis Pesan dalam Komunikasi

Penyuluhan. Ada tiga jenis  yaitu pertama  Komunikasi Verbal dan kedua

Komunikaasi Non Verbal serta Komunikasi Paralinguistik.

Pertama Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol-

simbol atau kata-kata, baik yang dikatakan secara oral, lisan maupun tertulis.

Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara

berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku

penerima. Komunikasi tulisan dapat di terapkan pada saat seorang penyuluh

menyampaikan sebuah materi yang disuluh dengan cara disandikan dalam simbol-

simbol yang dituliskan pada kertas atau pada media lainnya yang bisa dibaca dan

dipahami oleh masyarakat yang disuluh. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang

dalam menyampaikan pesannya dengan menggunakan secara lisan dan tertulis.

Menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan

penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Sementara, lambang

verbal merupakan semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan

dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa) sebagai maksud untuk menghasilkan sebuah

arti sama yang berada dalam pikiran pengirim, dengan menggunakan kata-kata yang

merupakan unsur-unsur dasar bahasa. Adapun kode komunikasi verbal dalam

pemakaiannya menggunakan bahasa, bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata

yang telah disusun secara berstruktur sehingga inti kalimat yang mengandung arti.

12
Dari beberapa pendapat diatas bisa penulis simpulkan bahwa pada dasarnya sama,

komunikasi verbal adalah komuniksai yang penyampaian pesannya menggunakan

kata-kata baik secara lisan maupun tulisan, dimana unsur terpenting dari komunikasi

verbal itu adalah bahasa.

Bahasa dapat dianggap sebagai suatu konsep penentu dalam keberhasilan. Bahasa

memiliki kekayaan simbolisasi verbal dan dipandang sebagai upaya manusia dalam

memberdayakan informasi yang bersumber dari persepsi manusia dan sebagai

medium untuk berkomunikasi yang santun baik dengan diri sendiri dan orang lain.

Contoh Pesan Verbal

1. Komunikasi verbal melalui lisan dapat di artikan dimana seorang penyuluh

melakukan interaksi secara lisan dengan orang yang disuluhnya untuk

mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal melalui lisan dapat

dilakukan dengan cara bertatap muka langsung antara penyuluh dan orang yang akan

di suluh, seperti berpidato atau ceramah. Komunikasi verbal melalui lisan juga bisa

dilakukan dengan menggunakan media, contohnya percakapan seseorang melalui

telepon atau melalui siaran langsung pada media sosial.

2. Komunikasi verbal melalui tulisan tidak dapat dilakukan secara tatap muka langsung

antara penyuluh dan orang yang disuluh. Penyampaian pesan komunikasi verbal

melalui tulisan dapat dilakukan dengan menggunakan media surat, gambar/poster,

postingan/kiriman melalui media sosial dan lainnya.

 Kedua Komunikasi nonverbal, yaitu “Non” berarti “ tidak” , “ Verbal”

bermakna “kata-kata” (words) sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai

komunikasi tanpa kata – kata. Dapat juga diartikan komunikasi nonverbal adalah

komunikasi menggunakan gejala yang menyangkut gerak gerik (gesture), sikap

13
(posture), ekspresi wajah (facial expression), pakaian bersifat simbolik, isyarat, dan

lain gejala yang sama yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.

Dari hasil penelitian Albert Mehrabian (1981) menegaskan dalam

bukunya Silent Messages: Implicit Communication Of Emotions and Attitudes bahwa

makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari fungsi-fungsi 7% pernyataan verbal,

38% bentuk vocal, dan 55% ekspresi wajah. Dengan demikian, kode-kode nonverbal

merupakan aspek sangat penting di dalam komunikasi manusia.

Perbedaan antara komunikasi verbal dengan nonverbal dikemukakan oleh oleh

venderber ( 1978 :58) yang menyatakan bahwa perbedaan utama antara komunikasi

verbal dan non verbal adalah : Komunikasi nonverbal berlangsung terus menerus

sepanjang kehadiran manusia, sedangkan komunikasi verbal dimulai bila suara keluar

dari mulut dan berakhir bila bunyi suara berhenti begitupun pada sebuah tulisan.

Selain itu, komunikasi multi saluran atau lebih banyak bisa ditangkap penerima,

dengan komunikasi nonverbal pula atau tanpa berbicara (verbal). Misalnya,

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan lainnya. Sedangkan komunikasi

verbal ditangkap oleh penerima hanya melalui pendengaran dan penglihatan.

Adapun Dale G. Leathers (1976), penulis buku Nonverbal Communication

System, menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.

1. Faktor-faktor noverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi

interpersonal. Ketika kita mengobrol secara tatap muka maka kita banyak

menyampaikan gagasan atau pikiran melalui nonverbal.

2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal

ketimbang pesan verbal. Seperti gelora rasa rindu seorang kekasih

pada kekasihnya.

14
3. Pesan non verbal menyampaikan makna dan maksud yang relative bebas

dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Contohnya seorang selalu

mengatakan tidak dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu.

Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan seluruh tubuhnya mengatakan “ya”

4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat

diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi

metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang menjelas

maksud dan makna

5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien

dibandingkan dengan pesan verbal

6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

Ketiga Paralinguistik adalah jenis komunikasi yang berkaitan dengan cara

bagaimana seseorang mengucapkan atau menyampaikan pesan. Paralinguistik dapat

menunjukkan bagaimana suatu pembicaraan disampaikan sekaligus menunjukkan

tentang keadaan emosi dan sikapnya. Di sini ada beberapa isyarat vokal yang dapat

disimak oleh pendengarnya, antara lain meliputi tingkat suara atau intonasi suara dan

lancar tidaknya pada saat berbicara.

Contoh dari pesan Paralinguistik

1. Volume suara

Volume suara yang harus diperhatikan adalah Suara yang berbisik dan lemah

akan sulit didengar. Hal ini menunjukkan pribadi orang yang sulit membuka

diri, susah mengutarakan perasaan, atau pemalu. Suara yang selalu berubah-

ubah volumenya menunjukkan kesulitan, keraguan, atau merasa kurang

mampu dalam membicarakan suatu topik yang sedang dibahas.

2. Kelancaran berbicara

15
Kelancaran berbicara yang harus diperhatikan adalah Kelancaran dalam

berbicara menunjukkan kesiapan dan penguasaan materi yang

sedang dibicarakan.  Sering gagap dan ragu menunjukkan ketidaktenangan,

atau peka terhadap materi pembicara. Apabila berbicara disertai keluhan atau

tersendat dan memandang orang yang disegani menunjukkan adanya tekanan

emosional atau ketergantungan kepada pihak lain. Sering diam pada saat

berbicara menunjukkan kesulitan dalam merangkai atau menyampaikan kata-

kata yang tepat, atau mungkin sedang enggan berbicara.

Dalam melakukan penyuluhan, pesan Paralinguistik sangatlah penting karena

orang yang mendengarkan materi penuyuluhan ( khalayak sasaran) tidaklah

bosan disebabkan oleh cara penyampaian yang lamban dan menoton.

Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa paralinguistik adalah terpenting

kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan atau emosi.

Menurut formula mereka, paralinguistik punya andil 38% dari keseluruhan

impak pesan.

B. Pemahaman Tentang Petani

Menurut Fadholi Hermanto, petani adalah setiap orang yang melakukan usaha

untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang

pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan,

perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan mengutamakan hasil laut. Lebih jauh

mengungkapkan bahwa petani mempunyai banyak sebutan, anggota fungsi,

kedudukan dan peranannya yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Petani sebagai pribadi

2. Petani sebagai kepala keluarga / anggota keluarga

3. Petani sebagai guru

16
4. Petani sebagai pengelola usaha tani

5. Petani sebagai warga sosial kelompok

6. Petani sebagai warga Negara

2.4. Kerangka Pemikiran

Penyuluhan petani ini dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan

penugasan baik secara individu maupun kelompok. Penyuluhan tersebut bersifat

menyenangkan karena para petani langsung praktek. Petani mulai membiasakan

kebiasaan baru sesuai arahan dari hasil penyuluhan.. Kondisi tersebut menunjukkan

para petani berminat dalam penyuluhan. Oleh karena itu sangat diperlukan perubahan

pada proses pembelajaran untuk lebih meningkatkan hasil kualitas panen. Penyuluhan

ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem kompetisi. Proses ini lebih

menyenangkan dan lebih menarik para petani untuk berpartisipasi dalam proses

penyuluhan, saling mengajari pasangan kelompok menentukan nilai kelompok. Para

petani lebih aktif dalam proses pembelajaran, para lebih banyak berpartisipasi dalam

proses pembelajaran, dan membuat laporan. Apalagi dengan adanya sistem kompetisi

ini berpeluang besar menarik orang orang untuk memulai belajar pertanian. Pada

akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan minat belajar pertanian kepada kawula

muda. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

PENYULUH
KURANGNYA MINAT
BELAJAR HAL BARU
17
PEMBELAJARAN
PERTANIAN PENERAPAN
MODERN SISTEM

MENARIK MINAT MINAT BELAJAR

ANAK MUDA MENINGKAT

BAB III

METODELOGI

3.1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif. Paradigma interpretif

memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik, tidak terpisah-pisah satu

dengan lainnya, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan antar gejala bersifat

timbal balik (reciprocal), bukan kausalitas. Paradigma interpretif juga memandang

realitas sosial itu sesuatu yang dinamis, berproses dan penuh makna subjektif.

3.2. Metode penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif

yaitu berupa upaya untuk mencari pemecahan masalah dengan menggambarkan

peristiwa-peristiwa berdasarkan fakta atau bukti yang ada (Moleong, 2005:25)

3.3. Subjek dan objek Penelitian

Yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian (3

orang) dan petani (10 orang) yang ada di lingkungan Balai Informasi Penyuluhan

(BIP) Kecamatan Pagelaran. Dalam pengambilan subjek pada petani digunakan

18
Purposive Sampling yaitu pemilihan sample yang bertitik tolak pada penilaian pribadi

peneliti yang menyatakan bahwa sample yang dipilih benar-benar representative.

Dengan teknik ini sample diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah

dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Sugiarto dkk, 2003:40). Objek penelitian

adalah segala sesuatu permasalahan yang hendak diteliti (Alwasilah, 2002:115).

Objek penelitian adalah metode komunikasi penyuluhan pada petani sawah. Data

yang diperlukan dalam

3.4. Teknik Pengambilan Data

Teknik pegumpulan data penelitian ini akan diperoleh melalui kegiatan

wawancara mendalam (indepth interview) dan hasil panen para petani yang mengikuti

program penyuluhan.

3.5. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang menggunakan

metode dari Stevick, Colaizzi, dan Keen dengan pendekatan fenomenologi

(Kuswarno, 2009:70). Berikut tahapan analisis data:

1. Memperoleh gambaran fenomena berdasarkan pengalaman yang didapatkan

sendiri di lapangan.

2. Tahap wawancara, dilakukan proses transkrip hasil wawancara dengan

langkah:

a. Mempertimbangkan pernyataan informan yang sehubungan dengan

signifikansi untuk mendeskripsikan pengalaman dari informan.

b. Mencatat dan merekam semua pernyataan yang relevan dengan

penelitian.

19
c. Pernyataan kemudian dibuat menjadi daftar yang tidak tumpang tindih

(berulang – ulang) serta memiliki makna untuk penelitian ini.

d. Mengaitkan dan mengelompokkan pernyataan wawancara sesuai

dengan tema.

e. Membentuk sintesis dari unit makna dan tema (deskriptif tekstural),

termasuk makna yang dinyatakan secara verbal menjadi inti unit

makna.

f. Melindungi refleksi penjelasan struktural melalui variasi imajinasi

dengan pembuatan deskripsi struktural.

g. Mencampurkan deskripsi tekstura dan struktural untuk menghasilkan

makna dan esensi fenomenologi.

3. Membuat deskripsi secara menyeluruh dan menjadi simpulan akhir dari

penelitian dengan menghasilkan makna dan esensi dari pengalaman yang

memiliki struktur penting.

3.6. Jadwal Penelitian

1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Agustus 2022

dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 2 (dua) minggu pengumpulan data dan

2 (dua) minggu pengolahan data.

2. Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di Balai Informasi

Penyuluhan, tepatnya di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur

20
BAB IV

PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil proposal penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode


komunikasi penyuluhan yang akan digunakan oleh Balai Informasi Penyuluhan (BIP)
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur akan menggunakan satu metode digunakan
secara maksimal dalam penyampaian pesan-pesan penyuluhan kepada komunikannya
yaitu metode Sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU), sedangkan metode yang lain
akan sedikit difungsikan.

4.2. Saran

Saran yang bisa dilakukan dalam proposal penelitian pertanian ini, antara lain

1. Implementasi dalam penelitian perlu disesuaikan dengan luas lahan yang akan
digunakan agar efektif dalam penerapan
2. Implementasi atas penyuluhan para petani yang kami buat perlu direalisasikan untuk
mendapatkan hasil maksimal dan bermanfaat bagi warga setempat

4.3. Daftar Pustaka

21
Alwasilah, Chaedar. A. 2002. Pokoknya Kualitatif (Dasar-dasar Merancang
dan Melakukan Penelitian Kualitatif), Jakarta : Dunia pustaka Jaya.
Bungin, Burhan, 2005. Analisis Data Penelitian Komunikasi, Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Kelsey. L. D dan C. C dan Herane, 1955. Cooperative Extension work Ithaca ;
Comstock publishing Associates.
Mardikanto, 1993. Penyuluhan Pertanian Kedudukan dan Peranannya,
Jakarta : Pustaka Cidesindo. ¯¯¯¯ 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam
Teori dan Praktek. Surakarta: Penerbit Lembaga Studi Pembangunann Pertanian dan
Pedesaan (LSP3).
Moleong, J. Lexy, 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi
Cetakan KeduaPuluhSatu, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Deddy, 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Praktiko, Riyono 1982. Lingkaran Komunikasi, Bandung : Alumni.
Rakhmat, Jalaludin, 2003. Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : Raja
Grafindo Prasada.
Setiana, Lucie, 2005. Teknik Penyuluhan dalam Pemberdayaan Masyarakat,
Bandung : Ghalia Indonesia.
Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit: Universitas
Indonesia (UI-Press) Salemba Jakarta. Sugiarto, dkk, 2003. Teknik Sampling. Jakarta:
Gramedia pustaka utama.
Suriatna, 1987. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Mediatama Sarana
Prakarsa.
Tomy, Suprapto 2004. Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek,
Cetakan Pertama. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran

22

Anda mungkin juga menyukai