Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Dosen pengampuh:
Chezy WM Vermila, SP., M.MA

Oleh:
1. Berli Eka Pratama
2. Fitri Ramadhanis
3. Ikbal Pratama
4. Rawita Rabiul Nengsih

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan karunia
dan nikmat-nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat
guna untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah “Penyuluhan dan Komunikasi
pertania”.

Pada makalah ini kami akan membahas konsep belajar dalam penyuluhan,
prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, dan fakto-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar dalam penyuluhan pertanian.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan terhadap kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
dapat bermanfaat untuk kita semua dan dapat menjadi sumber ataupun referensi
yang bermanfaat.

Telukkuantan, 30 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1. Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

2.1 Konsep Belajar Penyuluhan Pertanian......................................................5

2.2 Prinsip-prinsip belajar dalam penyuluhan pertanian.................................8

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dalam penyuluhan


pertanian.............................................................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1 Kesimpulan..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyuluhan pertanian memegang peranan penting dalam memberikan edukasi
kepada petani tentang teknologi dan metode pertanian terbaru yang dapat
meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Namuun, efektivitas
penyuluhan ini bergantung pada proses belajar yang terjadi selama penyuluhan.
Oleh karen itu, memahami konsep belajar dalam penyuluhan, prinsip-prinsip
belajar, serta factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menjadi sangat
penting.

Sayangnya, masih banyak praktisi penyuluhan yang memahami konsep dan


prinsip belajar dalamm penyuluhan yang baik, serta belum mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengruhi proses belajar. Hal ini dapat mengakibatkan
penyuluha yang kurang efektif dan tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
konteks ini, penulisan makalah ini bertujuan untuk mendiskusikan konsep belajar,
prinspi-prinsip belajar dalam penyuluhan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dalam belajar penyuluhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep dalam penyuluhan pertanian?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar dalam
penyuluhan pertanian
4. Bagaimana cara optimalisasi proses belajar dalam penyuluhan pertanian
berdasarkan konspe, prinsip, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar dalam penyuluhan pertanian?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mempelajari dan memahami konsep dan prinsip belajar dalam konsep
penyuluhan pertanian.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar dalam penyuluhan pertanian .
3. Memberikan wawasan dan rekomendasi kepada praktisi penyuluhan
pertanian tentang bagaimana merancang dan melaksanakan program
penyuluhan yang efektif berdaasarkan pemahaman tentang konsep dan
prisip belajar serta faktor-faktor proses belajar penyuluhan pertanian.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Belajar Penyuluhan Pertanian
Menurut Permata Ika Hidayati (2014), Penyuluhan pertanian dapat dipandang
sebagai ilmu pengatahuan yang perlu diketahui dalam bidang pertanian, karena di
dalamnya terkandung pengetahuan untuk kepandaian dan keterampilan. Dalam hal
ini diharapkan penerima (sasaran) ada perubahan perilaku sampai menjadi
terampil (skill). Bila ditinjau dari aras pencapaian tujuan pengajaran suatu ilmu,
perubahan yang dialami oleh penerima (sasaran) sudah sampai pada aras afektif
(terampil) dan selanjutnya sampai pada aras psikomotor (perilaku/sikap).

Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan non-formal di luar


bangku sekolah, dan berfungsi untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi pertanian, dengan tujuan agar petani dan nelayan dapat bertani lebih
baik (better farming), berusaha tani lebih lebih menguntungkan (better business),
dan hidup lebih sejahtera (better living).

Misi penyuluhan pertanian adalah melaksanakan proses pembelajaran bagi


petani dan keluarganya untuk mencapai pertanian yang lebih baik, bisnis yang
lebih baik, perumahan yang lebih baik dan komunitas yang lebih baik. dalam
bahasa indonesia dikenal dengan istilah kondisi pertanian yang lebih baik,
pertanian yang lebih menguntungkan, kehidupan yang lebih sejahtera, dan
mewujudkan masyarakat petani yang sejahtera.

Hakikat pembelajaran adalah mengubah perilaku dan kepribadian petani (to


change behavior and personality), yaitu mengubah kepribadian petani menjadi
petani yang mandiri, tangguh dan patuh. kemandirian tersebut ditunjukkan oleh
seorang petani yang cakap, kreatif, proaktif, mampu menganalisis dan mengambil
keputusan dalam mengelola usahataninya, mampu bekerjasama dan memimpin
kapasitas umum dan kapasitas sistem (jaringan), yang meliputi: kapasitas
manusia, kapasitas dunia usaha, kapasitas lingkungan hidup, dan kapasitas
kelembagaan. Sehingga bisa membuat kehidupan petani menjadi tumbuh dan
berkembang.

Yang dimaksud dengan “tumbuh dan berkembang” adalah:


1. Menyadarkan masyarakat bahwa mereka ingin berpartisipasi secara
sukarela, bukan karena paksaan atau ancaman;
2. Meningkatkan pengembangan kapasitas masyarakat (baik dari segi
kehidupan fisik, sikap mental, kecerdasan, aspek ekonomi dan non
ekonomi);
3. Menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai peluang untuk berpartisipasi
(Sukmawati Abdullah, S.P., M.Si. Dr. Ima Astuty Wunawarsih, S.P., M.Si.
Rahayu Endah Purwanti, S.P., M.Si. Dr. Hartina Batoa, S.P., M.Si.
Megafirmawanti Lasinta, S.I.Kom., M.Si. Yoenita Jayadisastra, S. ST.,
M.Si. Muharama Yora, S.P., M.Si. Yusmi Nelvi, S., 2023)

Metode pembelajaran dalam penyuluhan diawali dengan pemahaman akan


teori-teori komunikasi, adopsi dan difusi penyuluhan. Penguasaan keterampilan
penyiapan dan penggunaan komunikasi, adopsi dan difusi dilakukan dengan
praktek secara langsung atau simulasi dalam keadaan nyata di lapangan atau di
kelas. Penguasaan teori-teori untuk pencapaian pengetahuan akan komunikasi,
adopsi dan difusi dalam penyuluhan dapat dengan mendalami di berbagai literatur
atau referensi dari buku, internet, jurnal, atau sumber lainnya. Diskusi dengan nara
sumber, sesama mahasiswa atau mitra lainnya (Penyuluh Lapangan) harus
dilakukan. Pencapaian kompetensi tentang ketrampilan harus dilakukan dengan
praktek, yang disisapkan dalam praktikum mata kuliah. Masing-masing acara
praktikum memiliki karakteristik tersendiri yang dilakukan di kampus atau
lembaga penyuluhan(Mardikanto, 1999).

Selayaknya guru dan murid petugas penyuluhan pertanian dan sasaran (petani
dan pelaku usaha) akan melakukan interaksi (proses belajar mengajar). Walaupun
penyuluhan merupakan jenis pendidikan non formal, tetapi kaidah-kaidah dalam
proes belajar mengajar harus tetap diperhatikan agar hasil yang dicapai sesuai
dengan apa yang diharapkan(Hidayati, 2014).

Belajar adalah memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk


melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek. Pengertian lain
dari belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
fungsi dari tingkah laku sebelumnya. Jika diuarai lebih lanjut dalam proses belajar
tersebut mencakup beberapa hal yakni:

1. Perubahan tingkah laku yang menetap.


2. Tidak dapat diobservasi (dilihat) secara langsung (impact comulatif).
3. Hasil perubahan tingkah laku yang menetap.
4. Tergantung dari latihan dan pengalaman.

Didalam proses belajar, maka sebagai pengajar seorang penyuluh haruslah


memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1. Memperhatikan bahwa hasil belajar itu dapat benar atau salah sehingga
perlu adanya bimbingan dan pengarahan untuk menuju hasil belajar yang
benar.
2. Memperhatikan implikasi dari ciri-ciri orang belajar yaitu :
a. Belajar adalah proses aktif dari pelajar.
b. Proses belajar itu terjadi pada diri orang yang belajar atau dalam
otak orang yang belajar sehingga pengajar harus sebanyak
mungkin memberikan kemungkinan interkasi antara pelajar dengan
materi yang dipelajari dengan menggunakan metode mengajar
yang tepat.
c. Karena belajar adalah aktivitas individu maka pengajar harus
menghormati kemampuan individu yang berbeda-beda.
d. Pelajar dipengaruhi oleh pengalamannya sehingga pengajar harus
mampu membantu menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman pelajar tersebut.
e. Belajar menggunakan sebanyak mungkin pancaindera, sehingga
pengajar mampu menciptakan stimuli yang merangsang sebanyak
mungkin pancaindera (pendekatan multi media).
f. Belajar dipengaruhi oleh kebutuhan yang terasa oleh pelajar
sehingga pengajar harus mampu menyadarkan kegunaan,
keuntungan, kepentingan materi pelajaran itu dipelajari sesuai
dengan kebutuhan pelajarnya.
g. gelajar didorong atau dihambat oleh hasil belajar yang berhasil
atau yang gagal, sehingga pengajar harus mampu memberikan
reinforcement untuk memperkuat respon belajar.
h. Belajar dipengaruhi oleh keadaan fisik dan lingkungannya.
Sehingga pengajar harus mampu menciptakan lingkungan belajar
yang memberikan kesan baik/menyenangkan. Belajar bukan hanya
aktivitas fisik dan mental saja, tetapi juga ditentukan oleh emosi
pelajar (senang atau benci).

2.2 Prinsip-prinsip belajar dalam penyuluhan pertanian


Mardikanto (1993) menyatakan bahwa merujuk pada
pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip -
prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut :

a. Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin


melibatkan masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu,
karena dalam proses mengerjakan mereka akan mengalami proses
belajar yang akan terus diingat dalam jangka waktu yang panjang.
b. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik dan bermanfaat. Sebab perasaan senang/puas atau
tidak senang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk
mengikuti kegiatann belajaar di masa yang akan datang.
c. Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan
kegiatan lainnya. Sebab, setiap orang cende-rung untuk
mengaitkan/menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa
yang lainnya. Misalnya, dengan melihat cangkul orang ingat
penyuluhan tentang persiapan lahan yang baik; melihat tanaman yang
kerdil/subur, akan mengingatkannya kepada usahaa-usaha pemupukan.

Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar (1980) meng-ungkapkan prinsip- prins


ip penyuluhan yang lain yang mencakup:

a. Minat dan Kebutuhan, artinya penyuluhan akan efektif jika selalu


mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat. Mengenai hal ini, harus
dikaji secara mendalam apa yang benar-benar menjadi minat dan
kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu maupun segenap
warga masyarakatnya, kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi sesuai
dengan tersedianya sumberdaya, serta minat dan kebutuhan mana yang
perlu mendapat prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu.
b. Organisasi masyarakat bawah ,artinya penyuluhan akan efektif jika
mampu melibatkan/menyentuk organisasimasyarakat bawah, sejak dari
setiap keluarga/kekerabatan.
c. Keragaman budaya, artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya
keragaman budaya. Perencanaan penyuluhan harus selalu disesuaikan
dengan budaya lokal
yang beragam. Di lain pihak, perencanaan penyuluhan yang seragam untu
k setiap wilayah seringkali akan menemui hambatan yang bersumber pada
keragaman budayanya.
d. Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan hanya akan efektif jika
mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama
dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dirancang.
e. Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluh-an harus
diupayakan agar masyarakat dapat"belajar sambil bekerja" atau belajar
dari pengalaman tentang segala sesuatuyang ia kerjakan. Dengan kata lain,
penyuluhan tidak hanya sekadarmenyampaikan informasi atau konsep-
konsep teoritis, tetapi harusmemberikan kesempatan kepada masyarakat
sasaran untuk mencoba ataumemperoleh pangalaman melalui pelaksanaan
kegiatan secara nyata.
f. Spesialis yang terlatih, artinya penyuluh harus benar-benar orang yang
telah memperoleh latihankhusus tentang segala sesuatu yang sesuai
dengan fungsinya sebagai penyuluh. Penyuluh-penyuluh yang disiapkan
untuk menangani kegiatan-kegiatankhusus akan lebih efektif
dibanding yang disiapkan untuk melakukan beragam kegiatan (meskipun
masih berkaitan dengan kegiatan pertanian).
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dalam penyuluhan pertanian
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi proses belajar dalam penyuluhan
pertanian (Setiana, 2005) :

A. Keadaan pribadi
Keadaan pribadi dan sasaran dapat mempengaruhi proses belajar dalam
penyuluhan. Misalnya, jika seorang petani sudah mempunyai pengetahuan
dasar tentang apa yangsedang dipelajari dalam penyuluhan maka akan lebih
mudah dalam memahami pengetahuan yang diberikan penyulu kepadanya
daripada yang tidak memiliki pengetahuan apapun.
B. Keadaan lingkungan fisik
Keadaan lingkungan fisik berpengaruh dalam proses penyuluhan,
contohnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana. Ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai dapat menunjang dalam kenyamanan belajar.
Misalnya, ruang kelas yang nyaman, peralatan pertanian yang lengkap, dan
akses internet yang stabil dapat meningkatkan efektivitas penyampaian materi
penyuluhan.
Selain itu, akses lingkungan yang mudah dijangkau dapat memudahkan
petani atau peserta penyuluhan untuk menghadiri sesi penyuluhan. Jika lokasi
penyuluhan sulit dijanglau jauh dari tempat tinggal peserta, maka
kemungkkinan mereka yang menghadiri sesi penyuluhan akan berkurang.
C. Keadaan sosial dan budaya masyarakat
Keadaan social budaya masyarakat juga salah satu faktor penting dalam
proses belajar penyuluhan pertanian. Contohnya adalah cara berkomunikasi
dan interaksi antara peserta dan penyuluh. Misalnya, budaya komunikasi yang
terbuka dan kolaboratif dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dapat
memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara peserta
penyuluhan. Sebaiknya, budaya yabg lebih hirarkies dan individualistic
mungkin menghambat proses belajar yang efektif.
D. Keadaan dan macam aktivitas kelembagaan yang tersedia sekaligus dapat
menunjang kegiatan penyuluhan

Ketersediaan Lembaga pertanian yang baik akan menyediakan fasilitas


dan sumber daya yang mendukung proses belajar. Misalnya, adanya ruang
kelas yang nyaman, perpustakaan pertanian yang lengkap, laboratorium, dan
peralatan pertanian yang memadai akan memfasilitasi pembelajaran yang
efektif.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan non-formal di luar
bangku sekolah, dan berfungsi untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi pertanian, dengan tujuan agar petani dan nelayan dapat bertani lebih
baik (better farming), berusaha tani lebih lebih menguntungkan (better business),
dan hidup lebih sejahtera (better living).

Misi penyuluhan pertanian adalah melaksanakan proses pembelajaran bagi


petani dan keluarganya untuk mencapai pertanian yang lebih baik, bisnis yang
lebih baik, perumahan yang lebih baik dan komunitas yang lebih baik. dalam
bahasa indonesia dikenal dengan istilah kondisi pertanian yang lebih baik,
pertanian yang lebih menguntungkan, kehidupan yang lebih sejahtera, dan
mewujudkan masyarakat petani yang sejahtera.

Ada beberapa factor yan mempengaruhi proses belajar dalam pertanian yaitu
keadaan pribadi, keadaan lingkungan fisik, keadaan budaya dan sosial
Masyarakat, dan Lembaga pertanian. Keempat factor tersebut berpengaruh dalam
baik atau tidaknya penyuluhan yan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, P. I. (2014). Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Universitas
Kanjuruhan, Malang, March, 1–130.

Mardikanto, T. (1999). Konsep Dasar, Metode, dan Teknik Penyuluhan Pertanian.


Modul 1: Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian, 1, 1–37.

Sukmawati Abdullah, S.P., M.Si. Dr. Ima Astuty Wunawarsih, S.P., M.Si. Rahayu
Endah Purwanti, S.P., M.Si. Dr. Hartina Batoa, S.P., M.Si. Megafirmawanti
Lasinta, S.I.Kom., M.Si. Yoenita Jayadisastra, S. ST., M.Si. Muharama
Yora, S.P., M.Si. Yusmi Nelvi, S., M. S. (2023). Pengantar Penyuluhan
Pertanian. In Cv.Eureka Media Aksa. http://www.nber.org/papers/w16019

Nuryanto, B., Sumardjo, Pang, A., & Susanto, D. (2007). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KOMPETENSI PENYULUH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN.
Jurnal Penyuluhan Pertanian, 2(2), 115–131.

Anda mungkin juga menyukai