KOTA KEDIRI
METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
NABILLA AWALINA
126201211056
2023
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd. selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan dukungan kepada kami dan mengizinkan
kami memakai semua fasilitas yang ada di UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Dr. Sutopo, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang
telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Dr. Nurul Hidayah, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi
penelitian yang sangat tulus dan ikhlas dalam memberikan bimbingan dan
pembelajaran kepada kami.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan kritik, saran, semangat, dan motivasi dalam proses pembuatan
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Konteks Penelitian.......................................................................................................
B. Fokus Masalah..............................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................
E. Definisi Istilah.............................................................................................................
F. Kajian Pustaka...........................................................................................................
1. Kajian Teori.................................................................................................................
1.1 Kajian Tentang Upaya Guru................................................................................
1.2 Kajian Tentang Aktivitas Belajar.........................................................................
1. Pengertian Aktivitas Belajar...........................................................................
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar....................................
3. Karakteristik Aktivitas Belajar.......................................................................
4. Jenis-jenis Aktivitas Belajar...........................................................................
5. Aspek Yang Dapat Dilakukan Guru Untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa..................................................................................................
1.3 Kajian Tentang Mata Pelajaran Fiqih.................................................................
a) Pengertian Fiqih..........................................................................................
b) Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih.............................................................
2. Penelitian Terdahulu..................................................................................................
G. Metode Penelitian.......................................................................................................
1. Pendekatan Penelitian..........................................................................................
2. Jenis Penelitian.....................................................................................................
3. Lokasi Penelitian..................................................................................................
4. Kehadiran Peneliti................................................................................................
5. Data, Sumber Data, Instrumen Penelitian............................................................
6. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................
7. Teknik Analisa Data.............................................................................................
8. Pengecekan Keabsahan Data................................................................................
H. Penutup............................................................................................................................
I. Daftar Pustaka.................................................................................................................
A. Konteks Penelitian
1
Kunandar. Guru Profesional Implemetasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
(Jakarta: Rajawali Pres. 2009), hal. 1
2
Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 5
3
Wiji Suwarno, Dasar–Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogjakarta : Ar Ruzz Media, 2009), hal.20
Terdapat berbagai macam definisi dari para ahli mengenai aktivitas
belajar, Anton M. Mulyono menjelaskan bahwa aktivitas ialah kegiatan atau
keaktivan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas. 4 Menurut Sriyono
aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau
5
rohani. Menurut Sadirman aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat
fisik maupun mental.6 Menurut Hamalik aktivitas belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.7 Secara konseptual
aktivitas belajar terdiri dari gabungan kata aktivitas dan belajar. Dari
pembahasan tentang definisi aktivitas sendiri, belajar sendiri dan aktivitas
belajar menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan proses kegiatan individu baik fisik atau non-fisik yang dilakukan
guna mendapatkan perubahan ke arah yang lebih baik (memperoleh pengetahuan
dan pengalaman). Selanjutnya Rusman menyebutkan ciri-ciri aktivitas yang
termasuk belajar ada 6 yaitu:8
1. Terjadi secara sadar
2. Bersifat fungsional
3. Positif dan aktif
4. Tidak bersifat sementara
5. Bertujuan dan terarah
6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku
Para ahli pendidikan sepakat bahwa aktivitas belajar merupakan hal yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar dapat diartikan
sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam proses
usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
4
Anton M.Mulyono , Aktivitas Belajar, (Jakarta : Teras, 2006), hal. 7
5
Sriyono, Aktivitas Belajar, (Jakarta : Teras, 2006), hal.9
6
Sadirman, Aktivitas Belajar, (Surabaya : Teras, 2007), hal.9
7
Hamalik, Aktivitas belajar, (Jogjakarta : Rajawali Pres, 2011), hal.15
8
Rusman,, Landasan Pendidikan, (Surabaya : Teras, 2009), hal.9
Seperti yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Pontianak
bahwa kenyataannya berbeda dengan yang diharapkan, aktivitas belajar yang
dimiliki peserta didik masih kurang. Ini dilihat dari sikap dan cara belajar
peserta didik di luar kelas. Masih ada peserta didik yang tidak serius dalam
mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, misalnya mengobrol dengan
teman sebangku, menganggu teman dan tidak serius dalam belajar. Seperti
masih banyak peserta didik yang jarang mengumpulkan tugas, kurang
memperhatikan penjelasan guru yang sedang mengajar di depan kelas, tidak
semangat didalam kelas dan malas bertanya jika ada materi yang kurang
dipahami walaupun hanya terdapat sebagian kecil yang aktif bertanya9.
Islam pun memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang laki-
laki atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat. Selain itu, agama Islam
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pendidikan, yang berlangsung
seumur hidup. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa "Menuntut ilmu itu adalah
wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan" memberikan gambaran tentang
perspektif Islam tentang pendidikan bagi semua orang. Pendidikan tidak
memiliki batas waktu atau jangka waktu. Pendidikan bukan hanya memberikan
pengetahuan materi, tetapi juga menanamkan nilai moral dan akhlak yang baik,
9
Yuli, 2021, Studi Kasus Kurangnya Aktivitas Peserta Didik DI Kelas VII SMP Negeri 10
Pontianak., Jurnal.untan.ac.id. Vol.1. No.1. hal.32
sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang terkenal, "Carilah ilmu dari buaian
ibu (lahir) sampai ke liang lahat (wafat)".10
Pada era globalisasi saat ini, persaingan semakin ketat, yang berarti
bahwa negara harus memiliki sumber daya manusia berkualitas tinggi.
Pendidikan adalah salah satu cara untuk mencetak manusia yang berkualitas
tinggi. Pendidikan dibagi menjadi tiga kategori formal, non-formal, dan
informal. Sekolah adalah salah satu jenis pendidikan formal. Mewajibkan
sekolah 9 tahun adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab untuk
memajukan negara ini, dan sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab
untuk belajar. Ini adalah bagian dari ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Manusia adalah makhluk paedagogik, yaitu makhluk yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan mendidik. Ia dilengkapi dengan potensi (fitrah) berupa
bentuk dan wadah yang dapat di didik dengan berbagai kecakapan dan
keterampilan yang dapat berkembang. Sesuai dengan kedudukannya sebagai
khalifah fi al-ardh.12
Sekolah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan
potensi manusiawi siswa sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas dalam
kehidupan, baik secara individu maupun sosial. Sekolah adalah organisasi kerja
10
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 87
11
UU. SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), hal. 3
12
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hal.16
yang terdiri dari beberapa kelas. Setiap kelas memiliki ruang tersendiri. Hadari
Nawawi menyatakan bahwa sekolah dan kelas dibuat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam mendidik siswa, yang tidak hanya harus
didewasakan dari segi intelektual, tetapi juga dari segi kepribadian.13
Untuk dapat menjalankan perananya sebagai lembaga pendidikan,
madrasah sangat membutuhkan tenaga ahli dalam bidang mengajar yakni guru.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa sering dijadikan tokoh
teladan, bahkan menjadi tokoh identitas diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya
memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan
siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan
profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai bebagai hal kompetensi yang
dimilikinya.14
Upaya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa meliputi usaha-
usaha dalam mengaktifkan indera, akal, ingatan dan emosi siswanya. 15 Dalam
upaya ini, guru harus memiliki pemahaman tentang bagaimana setiap siswa
mengalami proses pembelajaran, dan berdasarkan pemahaman ini, guru dapat
membuat pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif
dan kreatif. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru harus memilih
metode mengajar yang tepat, efisien, dan efektif sebelum memulai pelajaran.
Untuk memastikan bahwa siswa dapat menerima, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran, guru harus dapat memilih metode yang tepat
dan direncanakan dengan baik sebelum memulai pelajaran. Ini karena metode ini
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa.16
Dalam kegiatan observasi yang dilakukan di MTs Negeri 2 Kota Kediri
yang terletak di Jalan Sunan Ampel, No.12 Ngronggo, Kota Kediri. MTsN 2
Kota Kediri ini di dirikan tahun 1978, yang dimana memiliki visi yaitu
13
Hadari Nawawi. Organisasi dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta:
Haji Masagung. 1989), hal. 117.
14
Cece Wijaya & A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 1
15
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta. 1990), hal. 13
16
Slamento, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hal. 65
ISTIKOMAH (Islami, Terampil, Inovatif, Kompetitif, Berakhlakul Karimah),
dan misinya antara lain optimalisasi pelaksanaan KBM dan melaksanakan
pembelajaran secara pakem, melaksanakan bimbingan khusus prestasi siswa,
melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan, berdasarkan istrumen sekkolah sehat dan sekolah adiwiyata,
melaksanakan pembinaan tim olahraga prestasi secara professional,
melaksanakan pembinaan ketrampilan seni tradisional dan sanggar secara
professional, melaksanakan pendidikan sekolah yang berbasis IT dengan
mengembangkan progam TIK club, engglish club, membangun citra sekolah
sebagai mitra terpercaya di masyarakat dengan pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah dan massyarakat.
Peneliti dalam melakukan observasi ini menemukan fakta bahwa tenaga
pendidik di MTs Negeri 2 Kota Kediri tenaga pendidik yang tergolong muda
dari segi usia. Dengan tenaga pendidik yang muda, pihak lembaga mampu
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang dapat memanfaatkan teknologi
secara baik. Tenaga pendidik di MTs Negeri 2 Kota Kediri ini adalah tenaga
pendidikan yang sudah memiliki kelayakan secara akademis, karena seluruh
tenaga pendidiknya sudah berpendidikan S-1 dan bahkan ada beberapa yang
sudah menempuh S-2. Hal tersebut menunjukkan bahwa lembaga ini dapat
mengikuti perkembangan dari berbagai segi, terutama dari segi peningkatan
kualitas pendidikan di lembaganya termasuk dengan meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran fiqih. Dari segi fasilitas,
MTs Negeri 2 Kota Kediri sudah mencukupi. Berbagai alat pembelajaran untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar dalam kondisi baik dan mencukupi untuk
tingkat madrasah tsanawiyah antara lain, ruang lab computer, proyektor, layar
proyektor, perpustakaan dan lab bahasa. Ruangan kelas yang bersih, mencukupi,
halaman sekolah yang cukup luas, masjid yang luas dan bersih, serta peralatan
lainnya yang menurut madrasah tsnawiyah sudah mencukupi. Dari hasil
observasi tersebut, dapat dikatakan bahwa MTs Negeri 2 Kota Kediri
mendukung dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.17
Berdasarkan hasil observasi tersebut, di MTs Negeri 2 Kota Kediri
17
Wawancara, dengan Pak Hadi Suseno, Kepala Sekolah MTsN 2 Kota Kediri, tanggal 9
Oktober 2023
menerapkan berbagai aktivitas guna meningkatkan skill peserta didik serta
mengembangkan juga kecerdasan emosional peserta didik, meliputi: belajar
kelompok, ice breaking, mini game, forum grup discussion (FGD), dan belajar
di luar kelas. Budaya tersebut terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar
peserta didik, meningkatkan kedisiplinan dan kesungguhan dalam belajar peserta
didik serta dapat menjadikan mentalitas peserta didik lebih stabil, sehingga
berpengaruh pada kelulusan dan nilai yang membanggakan.18
Harapan dari upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
belajar dapat membantu siswa tetap aktif dan memahami materi pelajaran tanpa
bosan atau jenuh. Berdasarkan penelitian awal yang penulis lakukan di MTs
Negeri 2 Kota Kediri, tampak bahwa guru fiqih melakukan pelajaran dengan
cukup baik. Selain itu, terlihat bahwa guru telah berusaha untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswanya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi secara langsung atau berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran, dan beberapa guru telah menggunakan media pembelajaran untuk
memberikan motivasi kepada siswa mereka untuk belajar. Berdasarkan
fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Upaya Guru PAI Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Kota Kediri”.
B. Fokus Masalah
18
Ibid
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1. Dapat memperoleh teori-teori ilmiah tentang cara guru untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa dalam visual activities pada mata pelajaran fiqih di
MTs Negeri 2 Kota Kediri.
2. Dapat memperoleh teori-teori ilmiah tentang usaha guru untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam motor activities pada mata
pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Kota Kediri.
3. Dapat memperoleh teori-teori ilmiah tentang upaya guru untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mental activities pada mata
pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Kota Kediri.
b. Secara Praktis
1. Bagi peneliti sekarang
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang
penelitian kualitatif sehingga mereka dapat belajar dan memahami tugas berat
guru dan masalah pembelajaran di sekolah. Ini juga membantu mereka
mempersiapkan diri menjadi calon guru profesional.
2. Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian serupa
untuk meningkatkan kualitas hasil, sehingga peneliti yang akan datang dapat
memperbaiki dan menyempurnakan apa yang salah.
4. Bagi lembaga yang diteliti
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Fiqh.
5. Bagi kepala madrasah
Hasil penelitian ini bagi kepala madrasah dapat digunakan sebagai acuan
dan strategi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
fiqih
6. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam poses pembelajaran
dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini sehingga dapat
melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Kota Kediri
7. Bagi kepustakaan
Dapat menambah kepustakaan berkaitan bidang pendidikan Islam yang
dapat digunakan sebagai bahan studi awal bagi para peleiti yang akan
mengkaji masalah yang serupa, terutama bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan UIN SATU Tulungagung.
E. Definisi Istilah
19
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia . . . , hal. 1250
20
ikhtiar). Menurut Tornisa upaya merupakan kegiatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.21 Sedangkan menurut Sriyanto upaya merupakan
usaha untuk mencapai sesuatu.22
2. Guru
Orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya.23
3. Meningkatkan
Suatu proses, cara menaikan kearah yang lebih baik.
4. Aktivitas belajar
Aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani) sehingga
terjadi perubahan tingkah laku yang baru.24
5. Visual activities (kegiatan-kegiatan visual)
Seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan,
pekerjaan orang lain, dan sebagainya.25
6. Montor activities (kegiatan-kegiatan metrik)
Seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi,
bermain dan sebagainya. 26
7. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental)
Seperti menangkap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
mengambil keputusan, dan sebagainya.27
8. Fiqih
Suatu mata pelajaran yang membahas tentang hukum Islam.
Secara Operasional :
Operasionalnya, upaya guru untuk meningkatkan pengetahuan siswa
tentang fiqih di MTs Negeri 2 Kota Kediri adalah contoh bagaimana guru dapat
menjadi lebih aktif dalam membantu siswa belajar. Penelitian ini berfokus pada
20
Wahyu Baskoro, Upaya dalam Berpendidikan, (Jakarta : Rajawali Pres, 2005), hal.902
21
Torsina, Upaya dalam Berpendidikan, (Jakarta : Rajawali Pres, 2005), hal.901
22
Sriyanto, Upaya dalam Berpendidikan, (Jakarta : Rajawali Pres, 2005), hal.903
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta. 2005), hal. 31
24
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo.
2002), hal. 14
25
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia . . . , hal. 1541
26
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia , hal. 1432
27
Ibid. , hal. 1345
kegiatan belajar yang melibatkan siswa dalam belajar secara fisik dan mental.
Contoh kegiatan fisik termasuk guru menjelaskan, membaca, dan kegiatan
lainnya. Namun, kegiatan mental termasuk mengingat dan menghafal. Siswa
diberi instruksi untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka, terutama yang
berkaitan dengan aspek visual, motorik, dan mental.
F. Kajian Pustaka
1. Kajian Teori
1.1 Kajian Tentang Upaya Guru
28
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta. 2005),hal. 31
29
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta. 1990), hal. 13
pelajaran, guru harus dapat memilih metode yang tepat dan direncanakan
dengan baik sebelum memulai pelajaran. Hal ini karena metode merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa.30
Pembinaan yang harus dilakukan oleh guru tidak hanya secara
kelompok, tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Sebagian besar orang menganggap
guru adalah orang yang membantu orang lain dalam belajar. 31 Ia tidak hanya
menerangkan, melatih, memberi ceramah, tetapi juga mendesain materi
pelajaran, membuat pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa, serta
mengatur kedisiplinan.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilaan pembelajaran di madrasah maupun sekolah. Guru
sangat berperan dalam membantu perkenbangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan
peserta didik secara individual, karena antara satu peseta didik dengan yang
lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.32
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya
merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang dengan
mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina siswa, baik secara individual maupun klasik, baik
di sekolah maupun luar sekolah. Guru juga merupakan orang yang mengajar
dan memberi instruksi, dan karena hak dan kewajibannya, mereka bertanggung
jawab atas pendidikan siswa. Sedangkan upaya guru fiqih dalam mengajar
fiqih adalah untuk meningkatkan pembelajaran visual, motorik, dan mental
30
Slamento, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hal. 65
31
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006), hal 27
32
E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 35
siswa.33
1.2 Kajian Tentang Aktivitas Belajar
Hal lain yang bisa dikatakan bahwa dari semua asas didaktik, aktivitaslah
asas terpenting karena belajar itu sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa
kegiatan tak mungkin seseorang belajar. Aktivitas yang dimaksud bukan
aktivitas jasmani saja melainkan juga aktivitas rohani. Hal ini juga dibenarkan
oleh setiap ahli pendidik.40 Proses pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk
menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Aktivitas belajar siswa adalah komponen penting dari
33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia. 2002), hal. 56
34
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 98
35
Martinis Yamin, Aktivitas belajar (Jogjakarta : Rajawali Pres, 2019), hal.25
36
Robert Gagne, Aktivitas belajar, (Surabaya : Teras, 2009), hal.7
37
Oemar hamalik,Aktivitas belajar, (Surabaya : Teras, 2009), hal.9
38
Wina Sanjaya, Landasan Pendidikan (Jogjakarta : Rajawali Pres,2009), hal.17
39
Sadirman, Aktivitas Belajar, (Surabaya : Teras, 2007), hal.9
40
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 86
proses pembelajaran yang berhasil. Aktivitas adalah tindakan fisik dan mental,
yaitu berbuat dan berpikir dalam bentuk kumpulan yang lengkap.41
Salah satu cara untuk menilai aktivitas belajar adalah dengan melihat
seberapa aktif siswa secara fisik dan mental selama proses pembelajaran. Jika
siswa terlibat secara fisik dan mental, suasana belajar akan menjadi lebih
menyenangkan yang berarti mereka dapat memaksimalkan hasil belajar
mereka. Semua ahli pendidikan setuju bahwa pentingnya aktivitas dalam
belajar merupakan prinsip penting dalam intraksi belajar mengajar.
Oleh karena itu, berbagai macam aktivitas baik fisik maupun psikis,
diperlukan untuk pembelajaran yang baik. Siswa tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat. Namun mereka juga aktif menggunakan anggota
badan mereka untuk membuat, bermain, dan bekerja. Siswa yang memiliki
aktivitas psikis (kejiwaan) menunjukkan bahwa kekuatan jiwa mereka
berfungsi secara efektif atau secara signifikan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, aktivitas belajar adalah kegiatan yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran, yang melibatkan fisik dan
mental mereka untuk mengubah tingkah laku mereka.42
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Penggolongan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara
lain dikemukakan Dewa Ketot Sukardi, meliputi faktor internal (baik fisik
maupun psikis) dan faktor ekstemal (berasal dari luar dirinya).43
a) Faktor internal, misalnya kondisi fisik, kecerdasan, ingatan, motivasi,
konsentrasi, dan sebagainya.
b) Faktor eksternal, mencakup lingkup fisik, dan sosial serta instrumen yang
diciptakan.
3. Karakteristik Aktivitas Belajar
Menurut Sax dalam Saifuddin Azwar, karakteristik siswa yang
aktif adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai arah, maksudnya aktivitas yang terpilih dalam duan arah
yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak
41
Sadirman, Aktivitas Belajar, (Surabaya : Teras, 2007), hal.19
42
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam . . ., hal. 137
43
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Peyuluhan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 30.
mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu.
b. Memiliki intensitas, maksudnya kedalaman atau kekuatan aktivitas
terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin
tidak berbeda.
c. Memiliki keluasan, artinya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap
suatu objek aktivitas siswa yang dapat mengenai hanya aspek yang
sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak
sekali aspek ada pada objek aktivitas.
d. Memiliki konsistensi, artinya kesesuaian antara pernyataan sikap
yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek aktivitas
tersebut.
e. Memiliki spontanitas, artinya menyangkut sejauh mana kesiapan
individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.44
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa banyak faktor
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Semua faktor yang telah
disebutkan di atas membantu siswa melakukan aktivitas belajar mereka.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, aspek
lain yang sangat penting adalah apa yang disebut sebagai aktivitas belajar
siswa. Hal ini sangat membantu guru dalam menilai apakah aktivitas
belajar siswa benar-benar aktif dengan mengarah pada intensitas,
keluasan, konsistensi, dan spontanitas.
4. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai
berikut:
a. Kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demostrasi,
pameran mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
44
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2005), hal. 87
berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik,
mendengarkan
siaran radio.
d. Kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi
membuat sketsa, atau rangkuman rangkuman, mengerjakan tes, mengisi
angket
e. Kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alatalat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan (stimulasi), menari,
berkebun.
g. Kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-
faktor,menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas, dan
bersifat tumpang tindih.45
45
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 90-91
46
Sadirman, Aktivitas Belajar, (Surabaya : Teras, 2007), hal.29
b) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c) Listening activities, seperti mendengarkan, percakapan, diskusi , musik,
pidato
d) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
bermain, latihan atau praktek.
g) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, mengambil keputusan.
h) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, tenang.
Dengan demikian, siswa dilatih untuk bersikap berani mencoba
menerapkan suatu konsep atau teori yang disajikan sarana dalam
mengimplementasikan proses dan hasil belajar. Dengan jalan ini, diharapkan
mereka dapat menghasilkan suatu konsep atau teori yang diterapkan. Sebab,
kegiatan ini bertujuan melatih dan mengembangkan keterampilan mereka
dalam menghadapi tantangan masa depan.47
47
Mohammad Takdir Illahi, Pembelajaran Discovery Strategy & Mental . . ., hal. 95
aspek yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan atau
meningkatkan aktivitas belajar siswa, yaitu : 48
1) Memberikan motivasi atau menarik perhartian siswa, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada
siswa.
3) Meningkatkan kompetensi pra-syarat.
4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan
dipelajari.
5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa, dalam kegiatan
pembelajaran.
7) Memberikan umpan balik (feed back).
8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir
pembelajaran.
a) Pengertian Fiqih
48
Martinis Yamin, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa, (Jakarta: Gaung
Persada Press. 2008), hal. 84
49
Masyur.dkk, Bina Fiqih, (Jakarta: Erlangga. 2009) , hal. 44
secara terminologi fiqih ialah memahami atau mengetahui hukum-hukum
syari’at seperti halal, haram, wajib, sunah, dan mubah nya sesuatu hal
dengan cara atau jalannya ijtihad.50
Menurut bahasa “Fiqh” berasal dari kata faqiha-yafqahu- fiqhan
yang berarti “ Mengerti atau Faham ”. Dari sinilah dicari perkataan fiqh
yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syari’at yang sangat
dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi ilmu yang mempelajari
syari’at yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil
hukum yang terinci dari ilmu tersebut.51
Menurut pengertian Fuqoha’ (ahli fiqh), Fiqh merupakan
pengertian dzanni (dugaan, sangkaan) tentang hukum syari’at yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia. Kata “fiqh” secara etimologi
berarti “paham yang mendalam”. Bila “faham” dapat digunakan untuk
hal-hal yang bersifat lahiriyah, berarti fiqh berarti “faham yang
menyampaikan ilmu dhahir kepada ilmu batin”. Karena itulah at
Tirmidzi menyebutkan, “fiqh tentang sesuatu” berarti mengetahui
batinnya sampai kedalamnya.52
2. Penelitian Terdahulu
Tabel
Penelitian Terdahulu
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
53
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),
hal.19-20
54
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta :Gaung Persada, 2009), cet.1, hal.1
55
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2013), hal.102
diselenggarakan oleh kementrian Agama RI.
b. Madrasah ini memiliki siswa yang aktif mengikuti kegiatan yang di
agendakan oleh madrasah baik itu yang bersifat keagamaan maupun
kenasionalan.
c. Madrasah ini merupakan salah satu madrasah tingkat menengah dan
mampu berprestasi di tingkat nasional baik dari segi akademik maupun
non akademik dan juga sangat mempunyai banyak siswa yang berasal
dari keluarga yang berbeda latar belakang.
d. MTs Negeri 2 Kota Kediri merupakan lokasi penelitian yang sesuai
dengan judul yang peneliti tulis, sehingga layak untuk dijadikan tempat
untuk penelitian. Di samping lokasinya yang mudah untuk dijangkau
karena berada dikawasan kediri.
e. Peneliti pernah memiliki pengalaman menjadi siswa di MTs Negeri 2
Kota Kediri sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan observasi
dan mencari data guna memperdalam penelitian yang sedang
berlangsung.
4. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam hal ini sangat penting karena peneliti
merupakan alat pengumpul data utama. Seperti yang dikatakan Moleong
bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti sendiri atau bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data. Sesuai dengan penelitian
kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan adalah sangat penting dan
diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan instrument kunci utama
dalam mengungkapkan makna dan sekaligus sebagai alat pengumpul
data. Karena itu peneliti juga harus terlibat dalam kehidupan orang-orang
yang diteliti sampai pada tingkat keterbukaan antara kedua belah pihak.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan
untuk mengamati dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Peneliti melakukan penelitian di MTs Negeri 2 Kota Kediri.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai
peran guru PAI dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik
dalam mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Kota Kediri.
5. Data, Sumber Data, Instrumen Penelitian
a. Data
Jenis data yang digunakan disini adalah data kualitatif. Jenis data
kualitatif adalah data yang berasal dari informasi yang berbentuk kalimat
verbal bukan berupa simbol angka ataupun bilangan. Data kualitatif
didapat melalui suatu proses menggunakan Teknik analisis mendalam
dan tidak bisa diperoleh secara langsung.
b. Sumber Data
Adapaun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini
adalah guru PAI dan siswa MTs Negeri 2 Kota Kediri. Dan sumber data
sekunder diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian baik dari instansi pemerintah maupun refrensi buku,
jurnal, karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
Adapun dalam penelitian ini teknik pengambilan data yang
digunakan adalah teknik snowball sampling . Menurut Sugiyono
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar, hal ini dikarenakan sumber data
yang sedikit belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka
informal lain digunakan sebagai sumber data agar data yang diperoleh
lebih memuaskan.56 Penelitian memilih snowball sampling karena
dalam pengumpulan datanya peneliti pertama-tama menentukan satu
orang saja sebaagai informan kunci (key informan) namun karen data
yang didapat kurang memuaskan maka peneliti meminta bantuan
informan kunci untuk menunjukkan informan lain yang bia dijadikan
sebagai sumber informasi untuk meelengkapi data sebelumnya.
c. Instrumen
Dalam penelitian ini instrument penelitian yang utama dan
pertama dalah peneliti sendiri (human instrument) karena kunci
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
hal,210
keberhasilan suatu penelitian itu ada pada diri penulis itu sendiri.
Adapun instrument dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Key instrument adalah peneliti sendiri yang berperan sebagai alat
utama dalam sebuah penelitian.
2. Instrumen lainnya meliputi : pedoman wawancara, alat perekan
(hp), alat pengambil dokumentasi.57
57
Ibid, hal. 219
58
Ibid, hal. 224
59
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2017, hal. 22
b). Teknik wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara tidak terstruktur atau
wawancara mendalam. Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur
guna dapat mendapatkan data-data secara lebih mendalam karena
wawancara dilakukan dengan sesuai keadaan dan bersifat kondisional
sesuai data yang diperlukan peneliti tanpa harus mengikuti pertanyaan-
pertanyaan yang telah disusun diawal dengan runtut. Peneliti melakukan
wawancara dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
terbuka sehingga data yang didapatkan juga akan lebih mendalam dan
banyak. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data langsung dari
informan (pemberi informasi) yang ada di objek penelitian. Peneliti
menggali data dengan metode ini melalui informan di MTs Negeri 2
Kota Kediri yaitu kepala sekolah.
60
M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jember: Ar
RUZZ Media, 2012), hal. 43
61
Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Jogjakarta: PT Raja Grafindo,
1993), hal. 1
untuk mendapatkan data-data yang berbentuk tulisan atau dokumen,
seperti sejarah berdirinya sekolah, peraturan sekolah, visi dan misi,
struktur organisasi, program kegiatan di sekolah, jumlah siswa, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan data dokumen di MT s Negeri 2 Kota
Kediri.
2. Perpanjangan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument
kunci (key instrument). Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data. Agar data yang diperoleh
sesuai dengan kebutuhan pengamatan dan wawancara tentunya
tidak cukup dalam waktu singkat tetapi memerlukan perpanjangan
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
hal. 273.
63
Ibid, hal.373
waktu untuk hadir di lokasi penelitian hingga data yang dihasilkan
menemukan titik jenuh.
Dalam proses pengecekan keabsahan data melalui
perpanjangan kehadiran peneliti di lokasi penelitian tidak terbatas
pada hari-hari jam kerja lembaga tersebut, tetapi juga di luar jam
kerja peneliti datang ke lokasi untuk mencari data atau melengkapi
data yang belum sempurna. Perpanjangan keikutsertaan peneliti
akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan.64
H. Penutup
I. Daftar Pustaka
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Arikunto, Suharsini.2006. Prosedur Penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Muhammad. 2002. Guru dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
As-Sidawi, Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar. 2009. Koreksi Hadits-hadits
Dho’if Populer.
Bakry, H. Nazar. 2003. Fiqh dan ushul fiqh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Creswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif
64
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, . . ., hal 327
Kuantitatif dan Mixed, ter. Achmad Fawaid, cet III. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Bogor: Media Tarbiyah, Azwar, Syaifudin. 2002. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Darajat, Zakiah dkk. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bum pelajaran Fiqih,
usaha guru meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam motor
activities pada mata pelajaran Fiqih, dan usaha guru
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mental activities pada
mata pelajaran Fiqih kelas. pelajaran
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2006.
Psikologi Pendidikan, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dokumen data profil MTsN Pucanglaban dalam bentuk file.
Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efisien II. Yogyakarta: Liberty.
Gunawan, Ari, Ahmad Ali Riyadi, and Abdul Halim Musthofa. "Kompetensi
Guru Mata Pelajaran Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu
Lulusan Peserta Didik di MTSN 1 Kota Kediri." Jurnal Ilmu
Multidisplin 1.4 (2023): 788-798.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hutabarat, EP. 1998. Cara Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ifadah, Berlianah. Pengembangan Media Pembelajaran Card Sort Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Di Mtsn 2 Kota Kediri. Diss. IAIN Kediri, 2022.
Illahi, Mohammad Takdir. 2012.Pembelajaran Discovery
Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta: Diva Press.
Karim, Syafi’I. 1977. Fiqih Ushuk Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.
Irawan, Prastya. 1999. Logika dan prosedur penelitian : pengantar teori dan
pandun praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan penelitian
pemula. Jakarta: STAIN.
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implemetasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Rajawali Pres.
Latifah, Ismi. Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PAI di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Kediri 2. Diss. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015.
Luthfiani, Shabrina. Pengaruh Minat Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar
Mata Pelajaran Fiqh Siswa Kelas 8 Di Mtsn 2 Kota Kediri. Diss.
IAIN Kediri, 2023.
Masyur.dkk. 2009. Bina Fiqih, Jakarta: Erlangga.
Maulana, Agus M. 1994. Kiat Sukses SMA & Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Kanisius.
Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Depdikbud.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyanti. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nafi'ah, Umi. Pengaruh variasi mengajar guru dan gaya belajar terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTS Nurul Islam Kota
Kediri. Diss. IAIN Kediri, 2020.
Zuhri, Moh. Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Efektivitas
Blended Learning Dengan Aplikasi E-Learning DI MTs Negeri 2
Kota Kediri. Diss. IAIN Kediri, 2022.