Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas
Disusun Oleh :
Kelas 3B PGSD
UNIVERSITAS KUNINGAN
2023
KATA PENGANTAR
Peneliti,
Widia Zulianti
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dilakukan manusia
dalam mengembangkan kemampuan dan kemandirian melalui lingkunganya yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung
seumur hidup. Melalui pendidikan siswa mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Sehingga siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai
dengan yang diharapkan. Seperti halnya tercantum dalam Undang-undang RI No. 20
tahun 2003 bab I pasal I ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara.
1
meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal. Peningkatan prestasi harus
menumbuhkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran yang tidak hanya
mengandalkan buku semata, akan tetapi memberikan masalah-masalah yang dekat dan
nyata dengan kehidupan sosial atau aspek-aspek sosial yang dapat dipecahkan bersama.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memilih dan menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi dan menarik di kelas yang bertujuan untuk
memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pelajaran yang
diberikan dijenjang Sekolah Dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada hakikatnya
IPS mengembangkan konsep pemikiran berdasarkan realita-realita sosial.
IPS merupakan salah satu pelajaran di SD yang memuat materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta,konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial (Gunawan, 2013:51).
2
Pemahaman konsep sebagai kemampuan peserta didik yang berupa penguasaan
sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk
lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu
mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Mengingat bahwa pemahaman konsep sangat penting dan harus dicapai oleh siswa
dalam pembelajaran IPS, maka diperlukan keterampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran yang efektif adalah proses
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
proses pembelajaran. Sehingga, siswa berperan aktif baik fisik maupun mental dalam
kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna.
Oleh karena itu pembelajaran IPS harus disajikan seoptimal mungkin sehingga siswa
mampu memahami materi yang diajarkan. Namun dalam pelaksanaanya pembelajaran
IPS memiliki beberapa hambatan atau masalah. Lasman (Prathiwi, 2014:2)
mengemukakan bahwa:
Terdapatnya realita dan kritik mendasar pada pendidikan IPS yang diterapkan pada
sekolah-sekolah khususnya dijenjang pendidikan sekolah dasar memiliki
kecenderungan”mata pelajaran yang hanya berisikan fakta, nama dan peristiwa
masa lalu, mata pelajaran yang membosankan, pembelajaranya hanya
bersumberkan pada buku teks, siswa tidak memperoleh sesuatu yang dapat
disimpan dalam memorinya, guru tidak dapat membelajarkan keterampilan
berpikir, dan guru IPS banyak berangkat dari asumsi bahwa tugas mereka adalah
memindahkan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dirinya ke kepala
siswa secara utuh.
Semua ini merupakan suatu cerminan bahwa pembelajaran IPS hanya berbentuk
hafalan semata, kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi tidak bermakna. Dalam pembelajaran IPS siswa hanya sekedar
tahu tanpa memahami suatu konsep pembelajaran. Pembelajaran yang monoton
mengakibatkan rasa bosan pada siswa. Sejalan dengan beberapa masalah tersebut
memang benar terjadi dilapangan.
3
Di SD Negeri 1 Mekarwangi Kelas IV Kecamatan Lebakwangi Kabupaten
Kuningan pada umumnya pembelajaran IPS yang disajikan bersifat konvensional,
pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered) mengakibatkan siswa hanya
sebatas mengetahui materi tanpa memahami maknanya, kurangnya keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran menjadikan pembelajaran tidak bermakna hal tersebut
ditandai dengan saat guru mengajukan pertanyaan hanya 2-3 orang siswa saja yang
terlibat aktif dalam proses pembelajaran sedangkan siswa lainya mengobrol bahkan
bermain-main dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan guru saat mengajar
maupun mengajukan pertanyaan. Selain itu, dari hasil pengamatan kurangnya variasi
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga siswa mengalami kejenuhan
saat proses pembelajaran berlangsung. Ditemukan permasalahan pada mata pelajaran IPS
yaitu masih banyak siswa yang kurang dalam memahami konsep materi yang diajarkan.
Siswa kurang mampu menjelaskan, memberikan contoh-contoh, serta tidak mampu
mengaitkan konsep-konsep materi yang telah dipelajari sehingga guru harus terus
menerus mengulang. Dalam pembelajaran pemahaman konsep merupakan bagian yang
penting karena pemahaman merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki setiap
siswa dalam memahami konsep-konsep IPS yang lebih lanjut, akan tetapi apabila siswa
tidak memahami akan menghambat terhadap materi yang selanjutnya akan disampaikan
sehingga masalah ini sangat penting untuk di tangani. Pemahaman konsep terhadap
materi pembelajaran yang rendah ini mengakibatkan siswa yang mencapai KKM yang
ditetapkan sekolah sebesar 75 hanya beberapa orang saja.
Hal ini terlihat dari nilai hasil Ujian Akhir Semester (UAS) IPS semester ganjil
Tahun Ajaran 2021-2022 siswa kelas IV SD Negeri 1 Mekarwangi yang terlihat masih
banyak siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS sebesar 75. Berdasarkan perolehan hasil
nilai UAS siswa, diketahui dari jumlah siswa sebanyak 11 orang hanya 2 orang siswa
atau (18%) siswa yang mencapai KKM sedangkan sisanya sebanyak 9 orang siswa atau
(82%) siswa masih berada dibawah KKM.
4
Sanjaya (Yantiani, 2013: 5 ) dijelaskan bahwa „Pembelajaran Cooperative learning tipe
Pair Check adalah suatu tipe pembelajaran cooperative yang berpasangan (kelompok
sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah
dipelajarinya‟.
Berdasarkan uraian tersebut maka judul yang akan peneliti angkat dalam penelitian
proposal ini adalah “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Muatan IPS
Melalui Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Pair Check”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Pada mata pelajaran IPS di SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi
Kabupaten Kuningan pembelajaran disajikan sebagian besar bentuk hafalan dan
bersifat konvensional.
2. Kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS di SD Negeri 1
Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan masih rendah.
5
3. Kurangnya keterampilan siswa dalam mengaitkan konsep materi yang telah diajarkan
pada mata pelajaran IPS di SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi
Kabupaten Kuningan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti
dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah upaya meningkatkan memahaman konsep siswa pada muatan IPS
melalui penggunaan model Cooperative Learning tipe Pair Check di kelas IV SD Negeri
1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan?
D. Tujuan PTK
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS
dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Pair Check di kelas IV SD
Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
E. Manfaat PTK
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini memberikan pengetahuan atau teori baru
yang dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada materi melalui model Cooperative Learning tipe
Pair Check.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, menumbuhkan motivasi belajar dan mengembangkan kemampuan
pemahaman konsep bagi siswa melaui pembelajran IPS.
b. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dan sebagai masukan meningkatkan efektivitas dalam
mengembangkan kemampuan guru yang bermanfaat bagi perbaikan dalam
proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
c. Bagi sekolah, untuk menambah sumber kajian pustaka yang dapat dimanfaatkan
oleh lembaga sebagai sarana peningkatan kemampuan guru agar dapat
6
mengetahui dan mendalami model pembelajaran yang variatif khususnya dalam
model Cooperative Learning tipe Pair Check.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang
pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisiknya,
maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahanya diambil dari berbagai
ilmu sosial, seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik,
dan psikologi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Banks dan Jarolimek (Susanto,2014: 141)
„Pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
8
nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat dimana
ia tinggal‟. Berdasarkan berbagai uraian teori dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan bidang studi yang diajarkan dijenjang SD yang didalamnya terdapat
gabungan berbagai ilmu sosial yang dipadukan untuk kepentingan pendidikan
disekolah yang disusun secara sistematis. Melalui pembelajaran IPS dapat membantu
mengembangkan kemampuan yang menyeluruh tentang berbagai aspek ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan.
2. Tujuan IPS
Pendidikan IPS yang diberikan dijenjang persekolahan bukan hanya
memberikan pengetahuan saja melainkan memberikan suatu keterampilan kepada
siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan IPS
dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah-masalah
sosial dalam kehidupan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (Supriatna, dkk
2009:21) dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkunganya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3)
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.
9
2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan
mengolah atau memproses informasi.
3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan
sosial.
Gunawan (2013: 48) mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS yaitu :
10
Selanjutnya Susanto (2014: 160) mengemukakan ruang lingkup materi IPS
disekolah dasar memiliki karakteristik sebagai berikut :
4. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan hal yang penting bagi siswa untuk mengukur
seberapa besar siswa paham suatu materi yang dipelajari atau seberapa besar
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pemahaman menurut
Bloom (Susanto, 2014: 6) diartikan sebagai „Kemampuan untuk menyerap arti dari
materi atau bahan yang dipelajari‟. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa
besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa
yang ia baca, yang ia lihat, yang ia alami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian
atau observasi langsung yang ia lakukan.
Sudijono (Sulaeman,2013: 4) mengemukakan bahwa „pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah setelah sesuatu
itu diketahui dan diingat‟. Pemahaman merupakan unsur kognitif yang penting bagi
11
seseorang, seseorang dikatakan paham apabila ia mampu memberikan uraian dan
penjelasan secara luas dan dapat mengaitkan dengan kondisi saat ini.
Sudjana dan Surjaman (2014: 24) mengemukakan pemahaman dapat
dibedakan kedalam tiga kategori yaitu :
Pertama pemahaman terjemahan, yaitu mulai dari terjemahan dalam arti yang
sebenarnya, kedua pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian, ketiga pemahaman ekstrapolasi yaitu siswa
dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah memahami
suatu hal atau materi pelajaran siswa tidak hanya mampu menggambarkan,
memberikan contoh-contoh tetapi mampu menjelaskan kembali dan mampu
mengaitkan hasil pemahamanya dengan hal yang lain dalam kehidupanya.
12
mampu menjelaskan kembali suatu konsep materi, mampu memberikan contoh-
contoh, menuliskan kembali atas dasar apa yang ia pahami sehingga mampu
mengaitkan pemahaman yang diterima dengan situasi yang baru. Selain itu siswa
dapat membuktikan memahami fakta-fakta atau konsep yang diperolehnya.
Susanto (2014 : 8) orang yang telah memiliki konsep berarti “Orang tersebut
telah memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu konsep atau citra mental tentang
sesuatu yang dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak”. Menurut
Dahar (2011: 62) “Konsep menyediakan skema terorganisasi untuk mengasimilasikan
stimulus baru dan menentukan hubungan didalam dan diantara kategori-kategori”.
13
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa pemahaman konsep
yaitu suatu kemampuan kognitif maupun mental siswa dalam memahami suatu hal
baik itu obyek, benda, peristiwa melalui suatu proses baik itu diperoleh melalui
membaca, mengamati, mengkaji dan menganalisis. Siswa yang memiliki pemahaman
suatu konsep ia mampu mengembangkan pengetahuanya, mampu menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan,
menjelaskan suatu obyek atau peristiwa yang ia pahami.
Tabel 2.1
Indikator Pahaman Konsep
Kategori dan Proses Sub Indicator Definisi
1.1 Menafsirkan Menerjemahkan Mengubah satu bentuk
gambaran menjadi bentuk
lain
1.2 Mencontohkan Memberi Contoh Menemukan contoh atau
ilustrasi tentang konsep atau
prinsip.
1.3 Mengkategorikan Menentukan sesuatu dalam
Mengklasifikasikan Mengelompokkan kategori.
14
1.4 Merangkum Mengabstraksi Mengabstraksikan tema
Menggeneralisasi umum atau point-point
pokok.
1.5 Menyimpulkan Menyarikan Membuat kesimpulan yang
logis dan informasi yang
diterima.
1.6 Membandingkan Mencocokan Menentukan hubungan
antara dua ide, dua obyek
dan semacamnya.
1.7 Menjelaskan Membuat Model Membuat model sebab
akibat dalam sebuah system.
Sumber : Cahyo (2015: 43)
Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap praoperasional (umur 2-7 tahun)
yaitu tahap penggunaan simbol atau bahasa tanda, tahap operasional konkret
(umur 8-11 tahun) dengan ciri pokok perkembangan adalah anak telah memiliki
kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret, dan tahap operasional formal (12-18 tahun ) ciri berpikir anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola kemungkinan.
15
Dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan
hipotesis.
Berdasar pada teori Piaget diatas, bahwa siswa kelas IV berada pada tahap
operasional konkret (umur 8-11 tahun) siswa memiliki kemampuan logis akan tetapi
hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Pada tahap ini adanya kemampuan
klasifikasi, menyusun maupun memecahkan masalah, akan tetapi belum memahami
problem abstrak. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget (Yusuf& Nani, 2011: 61)
mengenai perkembangan kognitif menyatakan bahwa :
Usia SD/MI daya pikirnya sudah berkembang kearah berpikir konkret dan
rasional. Dilihat dari aspek perkembangan kognitif , tahap operasi konkret yang
ditandai dengan kemampuan (1) mengklasifikasikan, (2) menyusun atau
mengasosiasikan, (3) memecahkan masalah yang sederhana.
Jadi berdasarkan teori diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa anak usia
SD yang berada pada tahap operasional konkret memiliki beberapa kemampuan Yaitu
kemampuan seriasi (mengurutkan atau menyusun), klasifikasi (mengelompokan atau
menggolongkan) benda atau objek berdasarkan ciri-ciri bentuk maupun warna dan
kemampuan kausalitas (menjelaskan penyebab suatu peristiwa). Oleh karena itu
16
peneliti dalam mengukur pemahaman konsep memfokuskan pada indikator
mencontohkan, mengklasifikasi dan menjelaskan.
17
learning yaitu seperti yang dijelaskan oleh Isjoni. Menurut Isjoni (2009: 73)
beberapa variasi model dalam pembelajaran kooperatif yaitu: Student Team
Achiement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team
Assisted Individualization (TAI), dan Group Investigation (GI).
Penulis memilih model pembelajaran Cooperative learning tipe Pair Check.
Karena model pembelajaran ini dipandang sangat tepat untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan
kemudahan dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman konsep siswa dapat
meningkat.
c. Model Cooperative Learning Tipe Pair Check
Model Cooperative learning tipe Pair Check merupakan model pembelajaran
berkelompok yang saling berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1990. Model ini menerapkan pembelajaran Cooperative learning tipe Pair
Check yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan. Model ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan
kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211). Model pembelajaran
Cooperative learning tipe Pair Check adalah modifikasi dari tipe think pairs share,
dimana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek
jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan (Faiq,
2013).
Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa Model Cooperative learning tipe
Pair Check adalah model pembelajaran berkelompok, yang saling berpasangan.
Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan, serta melatih tanggung jawab
sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian.
d. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Pair Check
Secara umum, sintak pembelajaran Cooperative learning tipe Pair Check
adalah : (1) bekerja berpasangan; (2) pembagian peran partner dan pelatih (3) guru
memberi soal, partner menjawab; (4) pengecekan jawaban; (5) bertukar peran; (6)
penyimpulan; (7) evaluasi; (8) refleksi (Huda, 2013: 211).
Menurut Huda langkah- langkah rinci penerapan model Cooperative learning
tipe Pair Check adalah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan konsep.
18
b. Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari empat orang.
Dalam satu tim ada dua pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim dibebani
masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih dan partner.
c. Guru membagikan soal kepada partner.
d. Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner
yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari
pelatih.
e. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama
lain.
f. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.
g. Setiap tim mengecek jawabannya.
h. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reword oleh
guru.
Dari kedua teori yang telah disampaikan diatas, yang akan peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah teori Huda. Mengingat langkah-langkah pembelajaran
yang digunakan dirasa cocok dengan perkembangan dan karakteristik siswa SD
dimana peneliti melakukan penelitian. Adapun langkahlangkah pembelajaran
berdasarkan model Cooperative learning tipe Pair Check dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) materi permasalahan sosial sebagai berikut :
19
yang berbeda sebagai pelatih dan partner. Pembagian peran ini dibantu
dengan bimbingan dari guru.
c. Guru memberikan LKS kepada setiap pasangan untuk dikerjakan. LKS
terdiri dari 4 soal.
d. Berikan kesempatan pada partner untuk mengerjakan soal nomor satu,
sementara pelatih mengamati, memotivasi, dan membimbing selama partner
mengerjakan soal nomor satu.
e. Selanjutnya bertukar peran, pelatih mengerjakan soal nomor dua dan partner
mengamati, memotivasi, dan membimbing selama pelatih mengerjakan soal
nomor dua. Begitu seterusnya sampai semua soal terselesaikan dengan baik.
f. Setelah empat soal diselesaikan, pasangan tersebut mengecek hasil pekerjaan
mereka berdua dengan pasangan lain yang satu tim dengan mereka.
g. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.
h. Setiap tim mengecek jawabanya.
i. Tim yang paling banyak mendapatkan kupon diberi reward oleh guru berupa
alat-alat tulis.
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Pair Check
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Termasuk model Cooperative learning tipe Pair Check. Huda (2013: 212)
menyatakan bahwa Cooperative learning tipe Pair Check memiliki
kelebihankelebihannya tersendiri, antara lain :
1) Meningkatkan kerja sama antar siswa;
2) Meningkatkan pemahaman atas konsep dan/atau proses pembelajaran; dan
3) Melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman sebangkunya.
Sementara itu, model ini juga memiliki kekurangan utamanya karena model
tersebut membutuhkan (1) waktu yang benar-benar memadai dan (2) kesiapan siswa
untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik
(Huda, 2013: 212).
Cooperative Learning tipe pair check memberikan dampak yang sangat besar
kepada siswa. Pembelajaran dengan model ini memberikan dampak pembelajaran
langsung kepada siswa. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi bermakna. Melalui pembelajaran model ini siswa mampu
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran
menggunakan model ini dibutuhkan seorang guru yang memiliki keterampilan
pengelolaan kelas yang baik, pengelolaan waktu, pengelolaan peserta didik yang
baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
20
C. Penelitian Terdahulu / Relevan
21
kelompok eksperimen yaitu 85,43 sedangkan pada kelompok kontrol nilai reratanya
58,40.
4. Sentiana (2015) dengan judul penelitian Keefektifan Model Cooperative learning
tipe Pair Check dalam Pembelajaran IPS pada Peserta Didik Kelas III SDN
Karangkemiri Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPS peserta didk kelas III pada materi sejarah uang
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini dibuktikan dengan uji Independent
Samples T-Test, nilai t hitung = 2,362 lebih besar dari t table = 2,048. Hasil uji
hipotesis keefektifan dilakukan secara empiris diperoleh 4,74 yang bernilai positif
berarti model Cooperative learning tipe Pair Check lebih efektif. Pengujian
keefektifan secara statistik dengan uji t pihak kanan menggunakan One Sample T-
Test diperoleh nilai t hitung 3,954 > t tabel 2,145.
Penelitian terdahulu digunakan sebagai landasan dan dapat memberikan kontribusi
dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti akan melaksanakan
penelitian dengan menerapkan model Cooperative learning tipe Pair Check dalam
pembelajaran IPS materi permasalahan sosial sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten
Kuningan.
D. Hipotesis Tindakan
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
B. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal pada bulan April 2023 dan
penyusunan instrumen pada bulan Mei 2023. Penelitian dilaksanakan pada semester
II Tahun Pelajaran 2023/2024. Dilaksanakan pada waktu tersebut karena berdasarkan
program semester mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan
Lebakwangi Kabupaten Kuningan materi mengenai masalah-masalah sosial
didaerahnya dilaksanakan pada bulan April 2023.
2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan
Lebakwangi Kabupaten Kuningan pada kelas IV mata pelajaran IPS materi masalah-
masalah social di daerahnya. Alasan memilih SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan
Lebakwangi Kabupaten Kuningan sebagai tempat penelitian berdasarkan
pertimbangan hasil pengamatan dan wawancara terhadap guru kelas IV bahwa
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah. Oleh karena itu,
perlunya perbaikan yang tepat dalam proses pembelajaran. Peneliti dalam hal ini
akan mencoba menerapkan model Cooperative Learning tipe Pair Check.
C. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas melalui siklus
demi siklus. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam siklus berulang
sampai dua siklus, yaitu:
1) Jika pada siklus 1 setelah direfleksi kriteria keberhasilan tindakan belum tercapai,
maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
23
2) Jika pada siklus 1 kriteria keberhasilan tindakan telah tercapai, maka kriteria
keberhasilan tindakan pada siklus berikutnya akan ditingkatkan agar lebih baik lagi
dari pada siklus 1.
D. Prosedur Penelitian
24
Gambar 3.1
25
b) Memeriksa Lapangan
Berdasarkan identifikasi masalah, hasil observasi yang dilakukan di kelas IV
SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan proses
penyampaian pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Artinya
guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran melainkan siswa hanya pasif mendengarkan dan
memperhatikan guru ketika penyampaian materi pembelajaran. Proses pembelajaran
yang demikian menjadi penghambat siswa dalam memahami konsep pembelajaran
IPS. Demikian pula berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru
kelas IV, masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar yaitu masih rendahnya
kemampuan siswa dalam memahami konsep pembelajaran IPS. Dari rendahnya
pemahaman konsep siswa tersebut mengakibatkan pada nilai yang masih dibawah
ketuntasan.
c) Siklus
1) Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun
perencanaan berdasarkan observasi awal sebelum penelitian dilaksanakan.
Perencanaan tersebut mencakup menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar,
lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi guru dan siswa dan membuat
instrumen penelitian berupa soal evaluasi pemahaman konsep untuk setiap
tindakan.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah
melaksanakan pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe
Pair Check sesuai dengan yang sudah direncanakan dalam persiapan tertulis
atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model Cooperative Learning tipe Pair
Check dan dibagi menjadi tiga tindakan dalam setiap siklusnya pada
pembelajaran IPS mengenai materi mengenal masalah-masalah sosial.
Masing-masing tindakan pada pembelajaran IPS membahas sub pokok
bahasan materi mengenal masalah-masalah sosial.
c) Observasi
26
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran IPS
oleh observer atau pengamat pada setiap tindakan pembelajaran. Kegiatan
observasi ini bertujuan mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Pair Check dan kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Pair Check.
d) Refleksi
Dalam pelaksanaan ini yang dilakukan adalah merefleksi proses
pembelajaran yang sudah dilaksanakan mencatat berbagi masalah yang
dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus
berikutnya.
2) Siklus II
a) Perencanaan
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan
perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. sedangkan
kegiatan siklus III apabila masih diperlukan dimaksudkan sebagai hasil
refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Pada tahap ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun perencanaan.
Perencanaan tersebut mencakup menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar,
lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi guru dan siswa dan membuat
instrumen penelitian berupa soal evaluasi pemahaman konsep untuk setiap
tindakan.
b) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah
melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Pair Check sesuai dengan yang sudah direncanakan dalam
persiapan tertulis atau RPP. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
menggunakan model Cooperative Learning tipe Pair Check dan dibagi
menjadi tiga tindakan pada pembelajaran IPS mengenai materi masalah-
masalah sosial. Masing-masing tindakan pembelajaran IPS membahas sub
pokok bahasan materi masalah-masalah sosial.
c) Observasi
27
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran IPS
oleh observer atau pengamat pada setiap tindakan pembelajaran. Kegiatan
observasi ini bertujuan mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Pair Check dan kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Pair Check.
d) Refleksi
Dalam pelaksanaan ini yang dilakukan adalah merefleksi proses
pembelajaran yang sudah dilaksanakan mencatat berbagi masalah yang
dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus
berikutnya.
28
d. Catatan Lapangan
Catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami oleh peneliti
selama kegiatan penelitian untuk pengumpulan data penelitian. Catatan lapangan
digunakan untuk mencatat hal-hal penting selama kegiatan penelitian.
2. Alat Pengumpulan Data Penelitian
a. Butir Soal
Butir soal dalam penelitian ini untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
memahami konsep pembelajaran yang dilaksanakan setelah pembelajaran selesai.
Butir soal dengan bentuk uraian yang digunakan sesuai dengan materi yang
diajarkan. Tes digunakan untuk mengetahui pencapaian siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi dilaksanakan secara langsung dalam proses pembelajaran
dengaan mengamati, kemudian mencatat perilaku-perilaku siswa maupun guru
sesuai dengan situasi yang terjadi. Lembar observasi ini berisikan lembar
observasi siswa dan guru. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang aktivitas baik siswa maupun guru selama kegiatan
pembelajaran IPS di kelas IV menggunakan model Cooperative Learning tipe
Pair Check di SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten
Kuningan dalam meningkatkan pemahaman konsep.
c. Lembar Wawancara
Lembar wawancara ini digunakan untuk memudahkan pewawancara
mengingat kembali mengenai wawancara yang telah dilakukan mengenai
pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan-temuan yang ditemui
peneliti dalam penelitian yang dilakukanya. Catatan lapangan ini boleh diisi
setelah peneliti melakukan penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data yang diperoleh peneliti berupa sumber data primer dan sumber data
sekunder. Menurut sugiyono (2015:193) “sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Sumber data primer yang diperoleh
dari siswa melalui tes tertulis untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa
29
pada pembelajaran IPS materi masalahmasalah sosial siswa kelas IV SD Negeri 1
Mekarwangi Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
Sedangkan sumber data sekunder Sugiyono (2015:193) menyatakan “sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen”. Data sekunder diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi berupa gambar-gambar atau tulisan. Ketiga sumber data ini digunakan
untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap
pembelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model Cooperative
Learning tipe Pair Check pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1 Mekarwangi
Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
30
BAB IV
A. Kesimpulan
31
rata-rata dan persentase ketuntasan belajar siswa selalu meningkat pada tindakan-
tindakan disetiap siklusnya.
3. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model Cooperative Learning tipe Pair
Check dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS materi
masalah-masalah sosial di kelas IV SD Negeri 1 Mekarwangi Kecamatan
Lebakwangi Kabupaten Kuningan. Terbukti dari adanya peningkatan setelah
menggunakan Cooperative Learning tipe Pair Check.
B. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan PAUD.
Bandung: Rizqi Press.
________. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.
________. (2016).Revitalisasi Penilaian Pembelajaran.Bandung: PT Refika Aditama.
Andrianti. (2012). Upaya Guru dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pembelajaran Pair Check Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA 9 Kota Cirebon.
Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati. Aqib, Z. (2013).
Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: CV
Yrama Widya.
________,dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV Yrama Widya.
Budiamin, A., dkk. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press.
Cahyo, A. (2013). Teori-teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press.
Cahyo, D. E. (2015). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning Dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar IPS dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Tesis Universitas Pendidikan Indonesia.
Dahar, W. R. (2011). Teori-teori Belajar dan Mengajar.Bandung: Erlangga.
Dasari. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Febrianti, E. W. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS. Skripsi Program Studi S-I
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia.
33
Maula, I. (2015). Penerapan Model Pair Check Berbantuan Media Flashcard Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas IVB SDN Wonosari 02
Kota Semarang. Skripsi Universitas Negeri Semarang Fakultas Ilmu Pendidikan.
Mulyasa, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
________.(2016). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Prathiwi, R. (2014). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VIII Kecamatan Buleleng. Jurnal
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Program Studi Pendidikan Dasar, Program
Pascasarjana.
Ridwan. (2010). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
34