OLEH :
Om Swastyastu,
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi atas bantuan, saran, dan kerjasama
yang baik maka proposal ini dapat terselesaikan. Melalui kesempatan ini
1. Orang tua saya yang telah mendukung dalam pembuatan proposal ini.
Sangat disadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
bagi pembaca.
Penulis
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang Masalah1
1.2 Identifikasi Masalah7
1.3 Pembatasan Masalah7
1.4 Rumusan Masalah8
1.5 Tujuan Penelitian8
1.6 Manfaat Penelitian8
1.6.1 Manfaat Teoretis8
1.6.2 Manfaat Praktis9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA10
2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)...................................... 10
4
BAB I
PENDAHULUAN
mewujudkan negara maju. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
5
dipusatkan pada pendidikan secara formal melalui pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah.
mampu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai agar hasil
Ada tiga komponen utama yang saling mendukung dan memiliki korelasi
adalah kurikulum, guru, dan pengajaran. Jika ada kurikulum, tetapi tanpa ada
guru (dan termasuk pula siswa) dalam pengaplikasian kurikulum tersebut, juga
(kurikulum, guru, dan pengajarannya). Jika kurikulumnya bagus, guru juga ada,
tetapi pengajarannya yang tidak optimal, hasilnya pun akan jauh dari optimal.
disampaikan mudah diserap oleh peserta didik, khususnya pada materi pelajaran
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, yang dapat menunjang kegiatan
pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain: penguasaan materi, media,
dan model pembelajaran yang digunakan. Upaya ini dapat dilakukan oleh guru
secara mandiri ataupun berkolaborasi dengan guru lain atau pemerintah. Selain
antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa berimbas pada peningkatan
hasil belajar. Dengan kata lain, untuk peningkatan hasil belajar siswa, diperlukan
peran guru yang kreatif dan inovatif sehingga berimplikasi pada pembelajaran
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang lebih baik, menarik, dan
diminati oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan diciptakan
satu sama lain sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa merupakan salah satu
dan Budi Pekerti masih sangat terbatas. Dalam aktivitas pembelajaran, masih
banyak siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
inovatif. Beberapa hal tersebut dapat berpengaruh pada rendahnnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
kurikulum atau buku teks, sehingga bagi siswa, belajar tampaknya hanya untuk
menghadapi ulangan atau ujian dan terlepas dari konsep-konsep yang terkandung
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke dalam pikiran
Agama Hindu dan Budi Pekerti merupakan konsep yang memiliki tingkat
kesulitan tinggi yang tidak dapat ditransfer begitu saja kepada siswa, untuk itu
Di samping itu, masih banyak pula guru yang menganggap bahwa dirinya
merupakan sumber belajar, bahkan ada yang menganggap bahwa dirinya satu-
satunya sumber bagi siswa. Padahal jika guru bisa menerapkan berbagai model
pembelajaraan yang lebih memusatkan pada siswa, maka guru dapat berperan
adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. “Proses
kegiatan akan terjadi jika siswa dapat berinteraksi dengan berbagai sumber
Agama Hindu dan Budi Pekerti di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Kesimpar.
Dari observasi awal yang dilakukan, guru tampak lebih mendominasi kelas
situasi yang seperti ini, jelas saja siswa merasa bosan dan terkadang mengantuk
dalam kegiatan pembelajaran, sehingga materi pelajaran pun tidak terserap secara
optimal. Ketika dievaluasi, hasil belajar siswa pun menjadi kurang optimal. Dari
( 50%). Daya serap siswa hanya mencapa 0,5, padahal target minimalnya sesuai
KKM adalah 75%. Hal ini tentu saja perlu mendapat perhatian ekstra agar situasi
seperti ini tidak terjadi berlarut-larut. Dengan demikian, perlu upaya untuk
mengatasi permasalahan ini supaya hasil belajar siswa pun dapat dioptimalkan.
Achievemen Division (STAD), (2) Team Geam Tournament (TGT), (3) Team
Composition (CIRC), (5) Group Investigasion (GI), (6) Talking stick. Dari
9
Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe talking stick
mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Dengan demikian,
siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus
karenatipe ini memiliki kelebihan dari pada tipe lain. Kelebihan tipe talking stick
pelajaran dengan cepat dan membuat siswa belajar lebih giat, sehingga diharapkan
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang sesuai harapan dan ketentuan
dengan mencoba menggunakan tipe talking stick, tentu tidak terlepas dari suatu
proses simultan yang melibatkan tiga komponen, yaitu guru, siswa, dan materi
10
Atas dasar kesenjangan harapan dan kenyataan yang diuraikan tersebut,
Belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Siswa Kelas IV SD
1.2.1 Pemahaman siswa tentang pentingnya Pendidikan Agama Hindu dan Budi
1.2.2 Masih banyak siswa yang belum dapat menjawab dengan benar pertanyaan
penjelasan guru.
yang inovatif sehingga hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi
ini dibatasi pada peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi
stick?
karena kegiatan apapun tanpa memiliki tujuan yang jelas dapat dikatakan sebagai
sesuatu yang sia-sia. Dalam penelitian tujuan dapat dipandang sebagai pendorong
dan pedoman menuju cita-cita yang ingin dicapai. Berangkat dari rumusan
Agama Hindu dan Budi Pekerti siswa kelas IV SD Negeri 2 Kesimpar tahun
Ada dua jenis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu manfaat
teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut.
pendewasaan ilmu Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sebagai salah satu
sebagai berikut.
learning) tipe talking stick ini dapat memberikan pengalaman bagi siswa
2) Bagi guru/peneliti, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu
hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dan dapat
kelas untuk diterapkan ketika menjadi guru Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
digunakan struktur penghargaan (reward) yang berbeda dengan yang lain. Peserta
didik diharapkan bekerja dalam kelompok dan penghargaan diberikan baik secara
sama saling membantu dalam belajar sehingga mencapai tujuan yang sama.
pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok, dan tugas
dan 4) pendidik adalah interaksi pribadi diantara guru dan siswa dan interaksi
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skorsing ini setiap siswa baik yang
tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim yaitu sebagai
berikut:
(1) dalam belajar kooperatif selain mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
16
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.(2) penerimaan
terhadap individu, tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatifmemberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. (3)
pengembangan keterampilan sosial, tujuan penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa
sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial
(Ibrahim, 2000:45).
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi
berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas siswa. Peranan hubungan
kegiatan.
tinggi.
beda.
Talking stick sebagai salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
dengan bantuan tongkat yang dapat dipergunakan guru sebagai salah satu cara
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara
18
atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku) (Huda,
2014: 223). Kini model ini sudah digunakan sebagai metode pembelajaran
tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka
mempelajari materi. Tipe talking stick ini merupakan tipe pembelajaran dimana
semua siswa dalam kelompok ikut memegang tongkat secara estafet. Kurniasih
dan Berlin (2015: 82) menyatakan bahwa model pembelajaran talking stick ini
dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran
mengemukakan pendapat.
talking stick berkembang dari penelitian belajar kooperatif oleh Slavin pada tahun
1995. Model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan
siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya.
Dengan demikian, siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri
dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.
19
Selain itu, penerapan Talking Stick sebagai salah satu tipe dalam model
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan
Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya.
dan pertanyaan.
20
(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya,
(2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah,
(3) Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda, serta
(4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
ketika stick bergulir dari satu siswa ke siswa lainnya dalam menentukan siswa
yang menjawab pertanyaan dan agar siswa menjadi lebih semangat, termotivasi
21
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat
diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian
besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
6. Guru memberikan kesimpulan.
melatih membaca dan memahami dengan cepat, dan (c) agar lebih giat lagi dalam
stick, guru dapat mengetahui sejauh mana kesiapan siswa, karena siswa yang
talking stick adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan sebuah
guru setelah siswa mempelajari materi. Model pembelajaran tipe talking stick
Hasil belajar pada umumnya bermuara pada tiga sasaran, yaitu: prilaku,
unjuk kerja, dan hasil karya (Bellen, 2004:24). Sudjana (2008:3) mengungkapkan
keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran yang lazim diperoleh dari nilai
Dari pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan bahwa hasil belajar
perbuatan dan pengalaman belajar yang diperoleh melalui hasil tes yang
hasil belajar yaitu: bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran yaitu cara
ketekunan serta waktu yang tersedia untuk belajar”. Menurut Djamarah dan
hasil belajar adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi,
hasil belajar yaitu (1) faktor dari dalam diri siswa meliputi bakat, minat,
intelegensi, keadaan indera, kematangan, kesehatan jasmani, (2) faktor dari luar
diri siswa meliputi fasilitas belajar, waktu belajar, media belajar, cara guru
23
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kecerdasan, minat
dan bakat siswa, serta kegiatan pengajaran dan strategi mengajar guru sebagai
juga dapat diklasifikasikan pada bagan menurut Weda (2012:16) sebagai berikut.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar
Faktor
Lingkungan
Aspek Fisiologis Aspek Psikologis
Faktor Metode
Kesehatan Intelegensi
Keadaan Metode mengajar
Bakat
fungsi-fungsi Metode belajar
Minat
jasmani Motivasi
Keluarga Suhu
Sekolah Cuaca
Masyarakat Waktu
Tempat belajar
Alat-alat belajar
yang lain. Apabila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan mempengaruhi
24
aspek psikologis, begitu juga dengan lingkungan (baik sosial maupun non sosial)
di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada proses dan hasil belajar.
Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan situasi dan kondisi belajar
rumah.
Secara garis besar pendidikan dengan Agama Hindu dan Budi Pekerti
adalah suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan, dimana dalam Agama Hindu
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti tidak hanya sekadar mengisi
daripada itu adalah untuk meningkatkan ketakwaan dan dharma bhakti umatnya
(Pudja, 1985:9).
apabila ketiga pusat pendidikan informal, formal, dan nonformal dapat terlaksana.
Dalam hubungannya dengan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang
25
Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu dan
dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang bertujuan untuk peningkatkan rasa
bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan mengamalkan dan
bagian dari tujuan Pendidikan Nasional, karena itu antara tujuan pembelajaran
adanya kesesuaian beberapa butir penting secara implisit termasuk dalam tujuan
sradha dan bhakti atau meningkatkan iman dan takwa kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa serta berprilaku yang baik, berbudi pekerti
26
Dalam buku Program D-II Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah: “menuntun seseorang untuk mendapatkan
kesejahteraan lahir bathin dalam mengarungi hidup ini sehingga akhirnya dapat
tujuan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah untuk membentuk
manusia yang berbudi luhur, beretika serta astiti bhakti kehadapan Ida Sang
Pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya, dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
pada setiap jenjang pendidikan. Karena dengan agama kita bisa tahu mana
perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus di hindari.
sebab itu, kegiatan pendidikan tidak akan terlepas dari nilai – nilai kebudayaan
manusia. Itu berarti bahwa “Pendidikan adalah refleksi dari kebudayaan yang
28
mana di dalam pendidikan tercermin suaru kebudayaan yang menjadi sumbernya”
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki tanggung jawab
atas pertumbuhan dan perkembangan seorang anak agar nantinya dapat tumbuh
Titib (2006: 16) menyatakan bahwa pendidikan dan Agama Hindu dan
Budi Pekerti merupkan suatu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Dalam
mendapat perhatian yang khusus karena mealui pendidikan agama nantinya akan
dapat membentuk pribadi manusia yang berbudhi pekerti luhur yang akhirnya
akan memberikan manfaat yang berguna bagi dirinya sendiri, bangsa dan negara”.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti akan dapat tercapai apabila
ketiga psat pendidikan yaitu formal dan nonformal dapat terlaksana. Di dalam
29
buku Himpunan Keputusan Tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu dan Budi
dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang bertujuan meningkatkan rasa bhakti
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan mengamalkan dan menjalankan
jasmani serta merubah tingkah laku kepribadian menjadi dewasa yang sesuai
dengan etika atau susila sehingga mampu menjadi manusia yang berguna bagi
dan Budi Pekerti dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti merupakan perubahan yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan proses pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang
menekankan pada tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil dari
30
2.6 Penelitian Yang Relevan
Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar Peendidikan Agama Hindu dan
Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2016) yang
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Materi Zat Aditif dan Zat Adiktif di MTsN
Rukoh”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru mempunyai nilai
90,76% dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas siswa mempunyai nilai 94,21%
Model Pembelajaran Talking Stick terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
stick pada pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti khususnya
31
2.8 Kerangka Berpikir
Upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan hasil belajar
Dalam penelitian ini akan dicoba suatu model pembelajaran yaitu model
kerjasama dan tanggungjawab serta kompetisi yang positif. Dengan adanya rasa
siswa. Motivasi ini dapat memacu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang
lebih baik. Dari paparan ini dapat diduga bahwa penerapan model pembelajaran
32
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di
bawah ini.
Situasi Awal:
Masalah:
Penggunaan
Rendahnya hasil
metode ceramah
belajar
terkumpul”.
secara efektif maka dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Hindu
33
BAB III
METODE PENELITIAN
SIKLUS I SIKLUS II
Perencanaan Perencanaan
Tindakan Tindakan
Observasi/evaluasi Observasi/evaluasi
Refleksi Refleksi
Rekomendasi
34
Materi yang dipilih dalam penerapan siklus Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah Siklus I yaitu materi Hari Suci Agama Hindu dan Budi Pekerti,
dengan standar kompetensi: mengenal Hari suci Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Sementara itu, materi pada siklus II adalah Sejarah Perkembangan Agama Hindu
dijelaksan oleh Arikunto (2006 : 145) subjek penelitian adalah subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi
kuantitatif.
sebanyak 14 orang, terdiri atas 7 siswa laki-laki, dan 7 orang siswa perempuan.
belajarnya relatif masih rendah. Siswa yang dijadikan subjek penelitian dapat
35
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kesimpar
yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Kemudian
dipertegas (Anto Dayan 1986: 21), objek penelitian, adalah pokok persoalan yang
tindakan kelas ini adalah hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2
Kesimpar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti setelah
36
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
minat dan fokus kajian peneliti yang pengelompokannya didasarkan atas ciri-ciri
Ada dua jenis variabel yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, dan hasil belajar
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Variabel tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut.
tongkat yang dipergunakan siswa untuk alat estafet pada waktu mereka
menyanyi bersama dan secara estafet memutar tongkat itu sampai semua
2) Hasil belajar pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yaitu skor tentang
37
pembelajaran. Hasil tersebut meliputi: ranah kognitif, afektif, dan
dialami oleh siswa maupun guru dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama
1) Siswa sangat pasif artinya siswa hanya melihat, mendengar, dan mencatat
apa yang dijelaskan guru. Siswa tidak mau aktif dalam kegiatan belajar
mengemukakan pendapat.
kelas.
5) Hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti siswa, relatif
38
3.4.2 Rincian Prosedur Penelitian
3.4.2.1 Siklus I
1. Tahap Perencanaan
sebagai berikut:
stick.
2. Tahap Tindakan
3. Observasi/Evaluasi
dihadapi siswa.
4. Tahap Refleksi
40
3.4.2.2 Siklus II
praktis yang dilakukan pada siklus II dapat dijabarkan secara rinci setelah siklus I
yang meliputi: hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dengan
menggunakan tes evaluasi hasil belajar, Jenis instrumen dan teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Sumber
No. Jenis Data Metode Instrumen Penelitian
Data
1 Hasil belajar siswa Siswa Tes Tes Hasil Belajar
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis atau pengolahan data.
Teknik analisis data pada penelitian ini, yaitu bertujuan untuk menentukan hasil
belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti siswa kelas IV di Sekolah
41
Menurut Slameto (2001:54) data tentang hasil belajar (kognitif) siswa
kelas, daya serap siswa dan menentukan ketuntasan belajar secara klasikal. Nilai
Sudjana (dalam Aryawati, 2012:40) nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
M= ∑X
N
N = Jumlah siswa
dan Budi Pekerti kelas sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan
tuntutan kurikulum serta daya serap dan ketuntasan klasikal belajar siswa dengan
Keterangan:
DS = Daya Serap
42
Siswa dikatakan tuntas jika memperoleh nilai 70 ke atas, sehingga
Keterangan:
(Depdiknas, 2003:72)
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Pudja. 1985. Pengantar Agama Hindu dan Budi Pekerti Jilid I untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: CV. Maya Sari.
Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung:
Nusa Media.
Supranto, 2000. Statistick Teori dan Aplikasi. Edisi I. Jilid I. Jakarta: Erlangga
Susanti, 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Untuk Meningkatkan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa
Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Selumbung. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Amlapura: STKIP Amlapura.
46