Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBELAJARAN DALAM IPA SD

“MENGUASAI BEBERAPA PENDEKATAN


YANG BISA DITERAPKAN UNTUK
PEMBELAJARAN IPA DI MI/SD”

Disusun oleh
KELOMPOK 2
Nama :
1. Setia Nanda
2. Ocha Dwi Agustina
3. Novita Aryani
4. Monalisa

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH OKU TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“MENGUASAI BEBERAPA PENDEKATAN YANG BISA DITERAPKAN UNTUK
PEMBELAJARAN IPA DI MI/SD”.
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima Kasih.......................
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Campang Tiga, Oktober 2020
STKIP Muhammadiyah
Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4

1.1. Latar
Belakang ..........................................................................................................4
1.2. Tujuan………………………………. .....................................................................
4
1.3. Rumusan
Masalah……………………….................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................5


2.1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran.......................................................................5
2.1.1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran.......................................................5
2.2. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran...............................................................5
2.2.1. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran ...............………....................5

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................15


3.1. Kesimpulan ...........................................................................................................15
3.2. Saran .....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi atau zaman dimana dunia menyatu perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai dasar dan penunjang penemuan teknologi baru bersifat dinamis dan
makin lama makin cepat.Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi 20 tahun terakhir
jauh melebihi perkembangan dalam seluruh waktu sebelumnya.Oleh sebab itu dalam
mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam jangan hanya menggunakan satu dua pendekatan, tetapi
gunakan berbagai pendekatan yang sesuai bagi berbagai pokok bahasan. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan berperan penting dalam menentukan berhasil-tidaknya proses
belajar yang diinginkan. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan proses mengalami untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dapat
digunakan berbagai pendekatan.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri,
maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi
ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksiantara kedua belah pihak berjalan dengan
menyenangkan dan tidak membosankan. Hal iniselain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar. Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam
pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI?
2. Apa saja macam-macam Pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD/MI?
3. Apa tujuan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD/MI?

1.3. Tujuan Masalah

4
1. Untuk mengetahui pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD/MI
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD/MI
3. Untuk mengetahui tujuanpendekatan dalam pembelajaran IPA di SD/MI
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Menurut DR. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Drs. Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam bukunya Evaluasi
Pembelajaran, pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi
dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode
tertentu secara efektif. Pendekatan juga bisa diartikan suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang
ditempuh oleh guru juga siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari
sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola.
Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat secara aktif
dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.Sesuai dengan tujuan pembelajaran sains di
Sekolah Dasar.
Dari pendapat-pendapat diatas disimpulkan bahwa pendekatan adalah sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran baik aktivitas kajian, interaksi dan relasi dengan individu atau
kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.

2.2 Macam-macam Pendekatan Pembelajaran


1. Teacher Center
Pendekatan teacher center adalah guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan bentuk ceramah (lecturing), siswa sebatas memahami sambil membuat catatan.
2. Student Center
Pendekatan student center adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau
peserta didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun sendiri

5
pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam, dan pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.

3. Inquiry
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary kata inkuiri (“inquiry”) berarti pertanyaan
atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai : pendidikan yang
mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
4. Discovery
Merupakan pendekatan dimana siswa di arahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan
dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri
pengetahuan tersebut.
5. Deduktif
Pendekatan deduktif adalah suatu pendekatan dimana guru mentransfer informasi atau
pengetahuan berupa teori atau prinsip.
6. Induktif
Pendekatan induktif adalah suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berfikir dari hal-hal khusus menuju yang umum.
7. Kontekstual
Suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
8. Ketrampilan Proses
Pendekatan ketrampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang
mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan ketrampilan memproses perolehan
pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan
konsep, serta menemukan sikap dan nilai.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
hasil belajar (Conny, 1992).
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-

6
kemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswanya (Depdikbud, 1986 dalam
Dimiyati dan Mudjiono, 2006). Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar
mengajar yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa (Usman &
Lilis Setiawati, 1993). Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan
pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar
mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik
berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. Sejalan dengan asumsi di atas,
maka belajar mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap siswa.
Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan
kepada bagaimana ia harus belajar. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut, pendekatan
belajar mengajar yang harus digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Sebagai
konsekuensi dari pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa berperan selaku subjek dalam
belajar. Siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai pencari
informasi.Oleh karena itu, siswa harus aktif dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya,
hasil belajarnya atau pengalamannya.
Menurut Rustaman et al. (2003) keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan :
a. keterampilan kognitif (intelektual), melibatkan pikiran.
b. Pendekatan manual, melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan,
atau perakitan alat.
c. Sosial, berinteraksi dengan sesama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
misalnya, mendiskusikan hasil pengamatan.
Pada pendekatan keterampilan proses, tujuan pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar
paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa
ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual.
Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai

7
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya, sebelum melaksanakan penelitian,
siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis.Alasannya
tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam
pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar
menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang
anak yang belum paham terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham
dan mengerti permasalahannya.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006) beberapa alasan perlunya diterapkan pendekatan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar adalah.
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang
hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan
dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja
dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang ilmu
pengetahuan.
c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa
belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
· Macam-macam pendekatan ketrampilan proses

1. Observasi atau pengamatan


Observasi atau pengamatan adalah salah satu ketrampilan ilmiah yang mendasar.
Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau
mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita
menggunakan semua indera untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Anak-
anak mungkin melihat aneka ragam tanaman, tetapi mereka tak mengamatinya. Sehari-hari
mereka melihat kambing, kucing, kupu-kupu, belalang, lalat, nyamuk, dan cecak, namun
mungkin mereka tidak mengamati perilaku masing-masing binatang itu. Mereka sering pergi-
pergi ke pasar, sawah, toko, melihat hujan turun, merasakan hembusan angin, melihat awan,
mendengarkan kicauan burung. Namun mungkin mereka tidak mengamati hal-hal itu secara
seksama. Semuanya dilihat, didengar, atau dirasakan tetapi hal-hal itu berlalu begitu saja tanpa

8
memperoleh suatu makna. Para guru perlu melatih anak agar trampil dalam mengobservasi atau
mengamati berbagai makhluk, benda, dan kenyataan di sekitarnya.

2. Perhitungan
Kita mungkin tak dapat membayangkanseorang ilmuwan tanpa kemampuan menghitung.
Banyak kegiatan menghitung yang menyita waktu seorang ilmuwan. Ketrampilan menghitung
anak biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun dalam pelajaran ilmu
pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial, dan bahasa indonesia ketrampilan ini dapat pula
dikembangkan. Anak-anak dapat dilatih dalam menghitung kelereng, batu kerikil, kancing,
kucing, ayam, rumah, luas meja, keliling lingkaran, jarak antar tanaman, hari, jumlah orang, dan
waktu tempuh sebuah bus. Hasil penghitungan dapat dikomunikasikan dengan cara membuat
tabel, grafik, atau histrogam.

3. Pengukuran
Para ilmuwan biasanya mengadakan pengukuran. Ketrampilan mengukur sangat penting
dalam kerja ilmiah. Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Kita perlu mambandingkan luas,
kecepatan, suhu, volume, dan sebagainya. Para guru dapat melatih anak-anak agar trampil
mengukur. Pertama-tama tentu saja mereka diarahkan nuntuk membanding-bandingkan satu
benda dengan benda lainnya. Lama kelamaan mereka diperkenalkan dengan satuan ukuran,
seperti centimeter, kilogram, dan liter.
4. Klasifikasi
Ketrampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu
kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu mengenal
perbedaan dan persamaan antara benda-benda. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan
klasifikasi, misalnya menurut suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.
Para guru hendaknya melatih anak agar trampil dalam membuat klasifikasi, misalnya
dengan mengelompokkan berbagai macam jenisdaun-daunan menurut bentuk, warna, berduri
tidaknya, berbulu tidaknya, dan corak tulang daun, mengelompokkan berbagai bentuk baut,
mengelompokkan berbagai jenis burung menurut bentuk paruh, kaki, jenis makanan, dan cara
hidupnya, mengelompokkan jenis barang yang diperjualbelikan di toko dan/ atau pasar,

9
mengelompokkan jenis obat-obatan, serta mengelompokkan berbagai bangunan menurut bentuk,
bahan, dan penggunaannya. Dalam membuat klasifikasi, dituntut kecermatananak dalam
mengamati.

5. Hubungan Ruang/Waktu
Mencari hubungan ruang/ waktu adalah salah satu ketrampilan yang penting dalam kerja
ilmiah. Para guru perlu melatih anak-anak agar trampil melihat hubungan ruang. Mereka dapat
dilatih agar mampu mengenal bentuk-bentuk, seperti lingkaran, persegi empat, persegi banyak,
kubus, dan silinder. Mereka perlu dilatih untuk mengenal arah, seperti bawah, atas, belakang,
depan, kanan, kiri, utara, selatan, timur, barat, untuk menempatkan benda-benda sesuai dengan
rencana, untuk memasukkan benda, menggabungkan, atau mencocokkan, untuk menggambarkan
arah dan jarak.
Para guru perlu melatih anak melihat hubungan waktu dengan belajar membuat urutan
kejadian, membuat jam sederhana, menggunakan unit waktu, seperti menit, minggu, bulan, dan
tahun, menyebutkan jam berapa sekarang, dan mengukur suatu kejadian.
Sering ruang dan waktu berkaitan sangat erat, misalnya jika diperhatikangerakan suatu
benda. Banyak bergerak dalam ruang, dan gerakannya berlangsung selama waktu tertentu. Guru
dapat melatih anak-anak meneliti berapa lama waktu yang diperlukan untuk membakar habis
setengah lembar kertas folio, satu lembar kertas folio, satu lembar kertas koran, dan sebagainya.
Anak-anak dapat diajak meneliti berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi lapangan
dengan berjalan kaki, berlari, dan naik sepeda. Anak-anak dapat mengukur kecepatan berjalan
seekor siput per menit, seekor ulat, seekor semut, atau binatang lain. Anak-anak dapat pula
menghitung laju perahu-perahuan dalam berbagai bentuk.
6. Pembuatan Hipotesis
Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu ketrampilan yang sangat mendasar
dalam kerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat
hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
Para guru dapat melatih anak dalam membuat hipotesis sederhana. Misalnya dalam
melakukan percobaan dengan baterai, jika lampu tidak menyala mereka dapat membuat hipotesis
mengapa terjadi demikian. Mereka dapat membuat hipotesis bahwa lilin akan padam jika ditutup

10
dengan gelas, bahwa tanaman yang diberi pupuk akan tumbuh lebih cepat daripada tanaman
yang tidak diberi pupuk, bahwa daya serap tanah yang bertanaman banyak akan lebih banyak
besar daripada tanah yang bertanaman sedikit, bahwa air dalam gelas yang berisi tanaman akan
menyusut lebih cepat daripada air dalam gelas yang sama besarnya tetapi tak diisi dengan
tanaman.
7. Perencanaan Penelitian/Eksperimen
Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun kegiatan
eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para illmuwan. Terbanyak orang dalam hidupnya
melakukan eksperimen atau percobaan. Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau
mengetes melalui penyelidikan praktis. Sering kita menguji atau mengetes gagasan-gagasan kita
dengan kegiatan coba dan ralat (trial and error) saja. Anak kecil paling gemar mengadakan
kegiatan coba dan ralat dengan peliharaan di rumah, serangga yang beterbangan di sekitar,
ataupun mainannya.
Para guru perlu melatih anak-anak untuk melakukan eksperimen sederhana, misalnya
dengan tanam-tanaman dalam kaleng, tanaman di halaman atau kebun sekolah, serangga yang
dibawa dari rumah atau yang berada di sekitar sekolah, lilin, balon, karet, benang dan kotak
korek api, bambu dan baterai.
Umumnya kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran ilmu
pengetahuan alam, fisika, biologi, dan kimia. Dalam pelajaran lain, seperti ilmu-ilmu sosial,
geografi, ekonomi dan koperasi, sejarah, matematika, bahasa indonesia, dan pendidikan
ketrampilan, anak-anak perlu dilatih mengadakan berbagi penelitian sederhana, misalnya dengan
meneliti jenis hasil bumi atau komoditi yang dihasilkan suatu desa dan yang mana didatangkan
dari luar, meneliti jenis-jenis binatang yang dipelihara pada masing-masing keluarga anak atau
keluarga di sekitar sekolah, jenis dan jumlah kendaraan yang lewat di jalan tertentu pada jam-
jam tertentu, perubahan cuaca pada setiap hari di musim panas dan musim hujan, jumlah anggota
keluarga dari generasi kakek nenek sampai ke generasi ayah ibu untuk meramalkan
kecenderungan pertambahan penduduk, tinggi rata-rata anak usia tertentu, hubungan antara
tinggi badan dengan berat badan, hubungan antara panjang hasta dengan panjang rentang tangan
dan tinggi badan, meliputi suatu kejadian penting di sekitar sekolah, mengadakan wawancara,
dan melaporkan hasilnya kepada kelas melalui majalah dinding misalnya, menceritakan
bagaimana kelompok merencanakan, melaksanakan, dan mendapatkan hasil penelitian, serta

11
meneliti pemakaian bahasa-bahasa daerah, bahasa indonesia, atau bahasa lain dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan sekitar.
Dalam melakukan eksperimen atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa dalam
merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana bisa terjadi
pemborosan waktu, tenaga, dan biayaserta hasilnya mungkin tak sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam merencanakan, anak-anak perlu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, obyek
yang akan diteliti, faktor atau variabel yang perlu diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan
langkah kerja, serta bagaimana mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
8. Pengendalian Variabel
Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan variabel eksperimen
atau penelitian. Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Para guru dapat melatih anak-anak
dalam mengendalikan variabel. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa tanaman jagung
yang diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh, anak-anak perlu melakukan percobaan dengan
menanam beberapa bibit jagung yang sama pada beberapa tempat yang berbeda dengan jenis
tanah yang sama, disirami dengan air dalam jumlah yang sama dengan frekuensi yang sama,
misalnya dua kali sehari. Perbedaannya, sebagian diberi pupuk sedangkan sebagian yang lain
tidak. Kemudian anak mengamati dan mengukur kecepatan pertumbuhan tanaman jagung
tersebut serta membandingkan hasilnya, misalnya setelah empat atau lima minggu. Variabel-
variabel yang terkendali adalah jenis bibit yang sama, jenis tanah yang sama, serta jumlah air dan
frekuensi penyiramannya yang sama, sedangkan variabel yang tergantung (variabel eksperimen)
adalah pupuk.
Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnnya
tidak sesulit seperti yang kita bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan
kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
9. Interpretasi Data
Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu ketrampilan
penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan.
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau
penelitian sederhanadapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti label, grafik,
histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasi atau ditafsirkan.
Para guru dapat melatih anak-anak dalam menginterpretasi data. Misalnya, anak-anak diminta

12
mencatat suhu udara pada pukul 12.00 siang selama enam hari, dari hari Senin sampai hari
Sabtu. Data tersebut dicatat dalam sebuah tabel. Setelah data diperoleh, anak dapat membaca
atau mengingterpretasi data itu, misalnya hari apa yang terpanas, hari apa yang terdingin, dan
suhu rata-rata dalam seminggu.
10. Kesimpulan Sementara (Inferensi)
Memberikan kesimpulan sementara atau inferensi sering dilakukan oleh seorang ilmuwan
dalam proses penelitiannya. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu
kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan. Pertama-tama data
dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan
sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan
tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang
dapat diterima sampai saat itu.
Berikut ini dikemukakan satu contoh pembuatan kesimpulan sementara. Guru
mengatakan kepada anak-anak bahwa ia membayangkan seekor binatang. Guru kemudian
menuliskan beberapa hasil observasi tentang binatang pada papan tulis, lalu anak-anak disuruh
membuat kesimpulan sementara.
11. Peramalan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat peramalan berdasarkan pengalaman
kita sebelumnya. Kalau cuaca mendung, kita meramalkan bahwa hujan mungkin akan turun.
Kalau angin bertiup kencang selama satu minggu, kita meramalkan bahwa musim kemarau akan
segera tiba. Kalau panen gagal, kita ramalkan bahwa harga beras akan naik.
12. Penerapan (Aplikasi)
Ketrampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan yang
umumnya dimiliki oleh para ilmuwan. Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan
konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu
peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. Sebagai contoh, setelah
menguasai konsep bahwa udara mempunyai tekanan, para siswa disuruh memompa ban sepeda
yang mampu memuat beban yang berat. Setelah menguasai konsep bahwa jumlah oksigen dalam
air yang bergerak lebih banyak daripada dalam air yang tenang, para siswa dapat menyarankan
kepada orang tuanya atau tetangganya yang mengusahakan tambak ikan untuk tidak membiarkan

13
air dalam ikannya tetap tergenang dalam waktu yang lama, tetapi mengatur aliran air dalam
kolam sedemikian rupa sehingga selalu bergerak.

13. Komunikasi
Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Ia
mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Ia mungkin
pula menyampaikan penemuannya kepada orang lain secara lisan. Sering ia membuat gambar,
model, tabel, diagram, grafik, atau histogran yang dapat dibaca orang lain. Ketrampilan
mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu ketrampilan mendasar yang dituntut
dari para ilmuwan.
Para guru perlu melatih anak dalam ketrampilan ini. Misalnya dengan membuat gambar,
model, tabel, diagram, grafik, atau histogram, dengan membuat karangan, dengan menceritakan
pengalamannya dalam kegiatan observasi, dengan menyajikan laporan hasil diskusi kelompok,
atau dengan membuat berbagai pajangan yang dipamerkan di dalam ruang kelas.

2.3. TujuanPendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut:


1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan rasa ingin tahu.
3. Sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP / MT.
7. Murid-murid setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk
mengambil keputusan-keputusan tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan
mengambil tindakan sebagai akibat menekankan pentingnya sains dan teknologi.

14
8. Menekankan cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat
secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.
· Macam-macam Pendekatan Pembelajaran:
1. Teacher Center
2. Student Center
3. Inquiry
4. Discovery
5. Deduktif
6. Induktif
7. Kontekstual
8. Ketrampilan Proses

· Tujuan Pendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI sebagai berikut:


1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan rasa ingin tahu.
3. Sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.

15
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP / MT.
7. Murid-murid setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk
mengambil keputusan-keputusan tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan
mengambil tindakan sebagai akibat menekankan pentingnya sains dan teknologi.
8. Menekankan cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.

3.2. Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita harus
memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa dan
tidak membosankan. Setelah membaca makalah ini, disarankan kita dapat menggunakan
pedekatan mengajar yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-
mengajar dapat berjalan dengan optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher.
Haris, Abdul dan Jihad, Asep. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.
Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Saptiati, Amalia, dkk. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Semiawan, Conny, Ketrampilan Proses, Suatu Pendekatan dalam Meningkatkan Kreativitas
Proses Belajar-Mengajar (Dalam Rangka Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), makalah
dalam Paket Penataran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
Tangyong, Agus F., Pembinaan Profesional Guru dalam Rangka Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa: (I), (II: Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Interaksi Belajar Mengajar), (III:
Bagimana Siswa Belajar), makalah dalam Paket Penataran Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa (Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
Young, B.L., Teaching Premary Science (London: Longman Group Ltd., 1979)
http://irairianti565.blogspot.co.id/2014/05/modul-2-pendekatan-dalam-pembelajaran.html ,
http://bdksemarang.kemenag.go.id/penerapan-ketrampilan-proses-sebagai-penerapan-
pendekatan-scientific-dalam-pembelajaran-ipa-3/
http://www.sdngentan02.sch.id/2013/11/penerapan-pendekatan-saintifik-dalam.html
http://srimaulidahhasanah.blogspot.com/2017/10/makalah-pendekatan-dan-penerapan.html
http://bringinputihbelajar.blogspot.com/2017/01/pendekatan-dalam-pembelajaran-ipa-di.html

17

Anda mungkin juga menyukai