Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA”

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Sutarto, M.Pd

Dr. Iwan Wicaksono, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Dewi Sayekti Maharani (210210104115)

Ananta Si Prayoga (210210104116)

Ismi Kayyisah Illiyin (210210104120)

Dzulkifli Nurul Huda (210210104123)

Elanda Veftiyas Dwijayanti (210210104129)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Menerapkan
Pedekatan Pembelajaran IPA” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliahi Belajar dan Pembelajaran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sutarto, M.Pd dan Bapak
Dr. Iwan Wicaksono, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari berbagai pihak. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Jember, 17 Mei 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2


2.1 Pengertian pendekatan dalam pembelajaran IPA................................................ 2
2.2 Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA................................................ 3
2.3 Model-model pembelajaran IPA............................................................................ 7
2.4 Tujuan dari pembelajaran IPA.............................................................................. 9

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 10

3.2 Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
dan segala isinya, serta fenomena - fenomena yang terjadi didalamnya. Banyak fenomena -
fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan IPA. Tujuan umum
mempelajari IPA adalah untuk kesejahteraan hidup manusia melalui berbagai upaya dalam
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan proses kreatif dan mencari
berbagai sebab akibat dari fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Keberhasilan dalam
proses belajar mengajar diperlukan adanya strategi dan pola pembelajaran yang aktif dan
dinamis serta menyenangkan sehingga dapat membangkitkan kreativitas belajar siswa.
Hakikat IPA dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA disekolah hendaknya berpijak
pada komponen tersebut. Pembelajaran IPA harus dirancang untuk memupuk sikap ilmiah
disamping juga meningkatkan pola berpikir logis yang menjadi landasan dalam proses ilmiah
untuk menghasilkan produk ilmiah. Guru memiliki perananan penting dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA/Sains, sehingga guru harus dapat
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA?
1.2.2 Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA.
1.2.3 Model-model pembelajaran IPA
1.2.4 Tujuan dari pembelajaran IPA

1.3 Tujuan
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran IPA
1.3.3 Untuk mengetahui pendekatan dalam pembelajaran IPA
1.3.3 Untuk mengetahui model-model pembelajaran dalam IPA
1.3.4 Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran IPA

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA

Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai paradigma kita terhadap proses


pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
umum, di dalamnya terdapat menampung, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan Menurut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”
Pendekatan pembelajaran juga merupakan cara agar dapat memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran. Sedangkan pendekatan pembelajaran IPA sendiri merupakan landasan filosofi
yang melatar belakangi proses pembelajaran IPA, yang dimaksud IPA disini adalah natural
science bukan social science.

Secara harfiah Natural Science adalah ilmu yang mempelajari tentang yang berhubungan
dengan alam. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran peserta didik hendaknya mampu
mempelajari diri sendiri dan fenomena alam. Pencapaian tujuan belajar IPA tersebu di
dalama proses pembelajaran yang di awalai dengan penentuan pendekatan pembelajaran yang
dapat diterapkan.

Raka joni (1993), berbendapat bahwa pendekatan merupakan cara umum untuk melihat
permasalahan atau objek kajian. Pendekatan merupakan bagian pokok dari rencana
pembelajaran. Peran pendekatan pembelajaran ialah menyesuaikan antara tujuan
pembelajaran, siswa, latar belakang, sosial dan budaya, sumber dan daya dukung yang
tercakup dalam unsur input, outpun, produk dan outcomes. Pendidikan dengan bahan kajian
yang akan disajikan. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan,
menumbuhkan rasa ingin tahu. Tujuan pendekatan sendiri adalah menggiring cara pandang
atau persepsi dan proses pengkajian terhadap materi pembelajaran dengan suatu terminologi
sehingga akan diperoleh suatu pemahaman dan pembentukan perilaku sisa yang diharapkan.

Penentuan pendekatan pembelajaran IPA berdasarkan pada hal berikut:


1. Tujuan yang akan dicapai
Hendaknya tujuan pendekatan pembelajaran harus menjadi hal pokok yang
diperhatikan. Karena tujuan ini yang akan menjadi tolak ukur terhadap berhasilnya
proses pembelajaran. Sementara tujuan pembelajaran IPA dirumuskan berdasrkan
bentuk Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK). Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) yang berdasarkan pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkandalam kurikulum.

2. Karakteristik materi IPA


Materi IPA memiliki dimensi pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, dan
metakognitif.

2
3. Karakteristik Peserta didik
Setiap peserta didik memiliki keberagaman karakter dalam belajar, ada yang
modalitasnya auditori, visual,dan juga kinestetik. Dari berbagai karakter peserta didik
tersebut harus menjadi acuan dalam memilih pendekatan pembelajaran.

4. Pengalaman belajar.
Pengalaman belajar juga berpengaruh terhadap penentuan pendekatan. Pengalaman
belajar dapat mempengaruhi psikologi masingmasing peserta didik. Dengan demikina
untuk bisa menciptakan pendekatan yang lebih maksimal pengalam belajar peserta
didik juga perlu diperhatikan. Pengalaman belajar tersebut dapat berupa aktivitas yang
dilakukanya. Sedangkan pendektan yang sesuai dengan pengalaman belajar peserta
didik adalah dengan pendektan inkuiri

5. Kecakapan hidup (life skill)


Pendekatan pembelajaran yang akan di aplikasikan oleh seorang guru atau pengajar
harus memperhatikan dan mengopptimalkan kecakapan hidup (life still) peserta didik.
Proses pembelajaran di dalamnya terintegrasi dan terkoneksi kecakapan hidup
harapanya akan mampu membekali peserta didik untuk mampu survive dalam
kehidupan dan juga bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Yang
dimana peserta didik mampu memecahkan problematika yang sedang dihadapi oleh
dirinya maupun masyarakat.

2.2 Jenis-jenis Pedekatan dalam Pembelajaran IPA

1. Pendekatan Lingkungkan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa
mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan
secara bijaksana dengan memahami factor politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis
yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut
dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli
dan mencintai lingkungan, dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.
2. Pendekatan Sain-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat.
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan, Teknologi yang
merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan yang
terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Masyaraka tmerupakan
lingkungan manusia tempa tterjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah, dan kegiatan
teknologi. Pengembangan yang dikembangkan melalui IPA memberi sumbangan
terhadap perkebangan teknologi baru. Teknologi baru tersebut akan mempengaruhi
kegiatan ilmiah dan penentuan permasalahan yang diteliti serta cara yang digunakan
untuk memecahkan permasalahan. Pengetahuan yang dihasilkan IPA dan proses yang
digunakan ilmuwan mempengaruhi pandangan hidup manusia, cara berfikir manusia,
dan lingkungan hidup secara umum.

3
Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara pandang
bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara
pengalaman dengan skemata pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan dilakuakan
oleh skemata siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dalam pendidikan IPA ini,
siswa mampu memperoleh pengalaman secara fisik dan memperoleh pengalaman
mengenai konsep dan model dalam IPA.
Secara umum tujuan penggunaan pendekatan ini adalah agar siswa memiliki
pemahaman tentang aspeksains, teknologi, lingkungan-lingkungan, dan masyarakat
yang pergunakan bagi perkembangan kognitif, menggunakan pemahaman sains dan
teknologi untuk diterpkan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial (masyarakat)
siswa. Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan
memperhatikan keragansiswa. Langkah dasar yang dapat diterapkan adalah (1) Curah
pendapat tentang suatu/topic, (2) mendifinisikan pertanyaan/fenomena tertentu, (3)
curapen dapat tentang sumberi informasi, (4) menggunakan sumber untuk
mendapatkan informasi, (5) melakukan analisis, sintesis, evaluasi, dan menciptakan
sesuatu, dan (6) melakukan tindakan nyata (Lutz, 1996 dalam HerawatiSusilo, 1998).
3. Pendekatan faktual
Menurut funk.dkk.(1979), pendekatan faktual adalah merupakan suatu cara
menjabarkan IPA dengan menyiapakan hasi-hasil penemuan IPA kepada siswa
dimana pada akhir suatu instruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-
hal penting tentang IPA. Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti
pendekatan ini adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku,
demonstrasi, latihan(drill), dan memberikan tes. Kadang-kadang pendekatan ini
menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri.
Fakta yang disampaikan mewailih hasil atau produk IPA dan meminimalkan
gambaran tentang pentingnya proses IPA dalam menghasilkan produk IPA tersebut.
Biasanya siswa tidak mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama.
Apabila hanya memberikan pelajaran tentang fakta maka siswa akan medapat kesan
bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan informasi. Siswa tidak
mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebenarnya
lebih menarik dan menyenangkan.
4. Pendekatan Konseptual
Menurut Funk.dkk.(1979), apabila menyodorkan fakta memberikan
pandangan terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak dapat diingat
terlalu lama, mungkin mengajarkan konsep diharapkan akan memberikan hasil yang
lebih baik. Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-fakta.
Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang
kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi atau- pemrosesan
pendapat secara mental. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk
mengorganisasikan fakta kedalam suatu model atau penjelaan tentang sifat alam
semesta. Pendakatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA tidak
mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang guru
terlebih dahulu akan memikirkan tentang materi IPA apa yang akan diajarkan

4
sebelum ia memutuskan tentang bagaimana cara mengajarkannya. Bagaimana
mengorganisasikan konsep seorang siswa melakukan observasi dan menyimpan
pengetahuannya banyak tingkatan konseptual. Siswa akan mengidentifikasikan suatu
objek, mempertimbangkannya berdasarkan pembuktian, mengenali,
menkonseptualisasikan ( misalkan berdasarkan proses atau karateristik objek).
Konsep-konsep sederhana yang diobservasi secara berulang kali kemudian diterima
sebagai fakta. Begitu siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan
pengamatan dan fakta maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.
Suatu generalisasi ilmiah yang lebih kompleks disebut skema konsep. Konsep
IPA sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa subkonsep. Subkonsep
merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocock untuk membangun pengalaman
belajar siswa, yang dapat digunakan untuk menjelaskan banyak pengamatan dan
fakta, namun mempersentasikan suatu konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji.
Tingkatan konsep yang lebih tinggi dan skema konsep yang yang diterima secara
universal dikenal sebagai prinsip atau hukum IPA. Pada umumya, para ahli
mengembangkan kurikulum berdasarkan ide besar, berupa skema konseptual, konsep,
subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh karena pengetahuan IPA berkembang secara
cepat. Tidak ada siswa yang diharapkan dapat mempelajari semua fakta IPA.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan
pemecahan masalah (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang penting.
Setiap masalah memiliki suatu daya positif atau daya pendorong yang cenderung
menuju kearah perubahan yang positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau
keadaan. Namun dilain pihak terdapat pula daya pikir negatif atau penghambat yang
berupa untuk mempetahankan permaslahan tersebut. Oleh sebab itu dalam pemecahan
masalah perlu dilakukan indentifkasi daya pendorong positif yang dapat digunakan
dan indentifikasi daya penghambat untuk diminimal pengaruhnya. Menurut buku
Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan masalah dapat diterapkan
berbagai metode yang bertolak dari suatu permasalahan.
Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah,
kemudian meminta siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah tersebut untuk
memecahkan permasalahan yang serupa. Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat
membimbing siswa merumuskan dan memecahkan- permasalahan yang diajuhkan
kepadanya. Seorang guru dapat pula mengkombinasikan kedua cara yang telah
disebutkan. Permasalahan dapat berupa permasalah konvergen, yaitu permasalahan
dengan memiliki satu cara pemecahan, atau permasalah divergen, yaitu permasalahan
dengan memiliki beberapa kemungkinan cara pemecahan.
Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang
dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permasalahan
tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi,
tangap terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya, dan memiliki
kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih siswa adalah mengupayakan agar siswa
beraksi secara aktif, mengumpulkan data, menanggapi pertanyaan, dan
mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.

5
6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan
pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang
terkait dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial,
budaya suatu negara atau daerah.
Pada akhir instuksional siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan
prilaku tentang nilai yang menyangkut keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
lingkungan dan alam semesta: ideal atau kesempurnaan yang dicita-cita yang terkait
hidup dan kehidupan: baik dan buruk bagi kehidupan dan alam: keuntungan/ manfaat
dan kerugian bagi manusia, lingkungan dan alam semesta: negatif dan positif bagi
manusia secara jasmani dan rohani serta sosial dan piritual: dan sebagainya.
Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA dan
penjelasan tentang proses IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan
proses tersebut, namun tidak mengajarkan secara langsung tentang proses bagaimana
produk tersebut dihasilkan.
7. Pendekatan inkuiri
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serankaian kegiatan
intelektual. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan,
mendiskusikan, membuat,hipotesis menganalisis, menafsirkan hasil untuk
mendapatkan konsep umum yang dipelajari(herawati susilo, 1998). Dengan demikian,
disusun teori atau prngertian untuk diuji melalui analisis rasional panggilan sehingga
mendapatkan suatu penemuan atau, dengan eksperimen . pendekatan ini dimaksudkan
untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemammpuan berpikir sikap dan
keterampilan proses. Siswa perlu dimotivasi untuk menemukan kemungkinan atau
cara baru dalam menghadapi permasalahan yang harus dipecahkan.
Esler dan Esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat
dikategorikan menggunkan pendekatan inkuiri apabila sisiwa perlu menggali lebih
dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru
dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generelisai yang
original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin
tahu sisiwa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukaan keterrampilan
kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siwa
mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan
kegiatan IPA. Tidak semua guru yang menggunakan pendekatan inkuiri tersebut dapat
berhasil baik dalam melaksanakan pembelajaran, oleh sebab itu pendekatan ini tidak
benar-benar diterima secara umu namun sebenarnya ketidaksuksesan dapat dihindari
apabila memperhatikan hal berikut : (1) guru harus benar-benar memahami materi, (2)
guru dapat menerima peran guru dari pemimpin tidak langsung dan terintergrasi,(3)
guru harus menguasai keterampilan baru dan sukar ( guru harus belajar membuat
pertanyaan yang abik dan secara selektif memberi penguatan terhadap jawaban
siswa), (4) guru harus memahami dan mengatasi permasalahan siswa yang tidak tahu
harus bebrbuat apa terhadap lingkungan inkuiri baru dan asing.

6
Selanjutnya disebutkan bahwa terdapt tiga kategori pada pendekatan
inkuri,yaitu, rasional discovey dan eksperimental. Pada pendekatan inkuiri kategori
rasional , guru mengarahkan siswa untuk membuat suatun generasirasi dengan
menggunakan rasional. Pada umumnya guru bertanya dan member penguatan
terhadap jawban yang diberikan siswa sampai suatu generasisasi yang dinginkan
tercapai. Terkait dengan materi yang yang mencakup pada bukun teks setelah siswa
dapat memecahkan permasalahan dan memehami konsep dan subkonsep, konten IPA
diajarkan kepada siswa. Selanjutnya guru membagian buku teks dan member tugas
bacaan-bacaan terkait. Prosedur tersebut menyajikan pembelajaran yang menyangkut
proses dan konten dengan menggunakan satu buku teks.
8. Pendekatan keterampilan proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan ketermpilan prose adalah cara
mengajrkan IPA dengan mengarjakan berbagi keterampilan prose yang biasa
digunakan pada ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah.
Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengorvasi, menyampaikan hasil
pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan/penelitian. Pendekatan
keterampilan proses dibahsa pada model tersendiri.
9. Pendekatan sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengarjakan IPA dengan menyajikan berbagai
penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA dan tentang perkembangan
temuan- temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang yang
umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dengan membaca buku teks atau
menjelaskan. Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-
temuan IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan
faktuan dan pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih menenkankan penyampaian
produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan temuan tersebut,
namun tidak banyak-banyak melibatkan siswa dengan bagaiman prose konkret yang
dilaluinya.

2.3 Model-model pembelajaran IPA

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dalam hal ini ada beberapa model pembelajaran yang banyak digunakan. Tiap model
pembelajaran memiliki ciri-ciri dan pengembang model pembelajaran tersendiri.

1. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi


Model pembelajaran ini berkaitan dengan kapabilitas (kecakapan)
seseorang/siswa dalam memproses informasi dan sistem yang dapat meningkatkan
kapabilitas tersebut. Dengan pemrosesan informasi, terdapat cara-cara bagaimana
seseorang merespon stimulus dari lingkungan, mengorganisir data, memaknai

7
masalah, mengembangkan konsep, dan solusi atas masalah tersebut sehingga
kemudian menerapkan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
Kapabilitas/kecapakan merupakan luaran dari pemrosesan informasi, yang
terdiri: informasi verbal, kecakapan interlektual, strategi kognitif, sikap, dan
kecakapan motorik (Rusman, 2014: 139-140). Selain dari itu, berkaitan dengan model
pembelajaran pemrosesan informasi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti berikut.
❖ Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
❖ Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan
dibahas.
❖ Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
❖ Menyampaikan isi pembelajaran sesuai topik yang direncanakan.
❖ Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
❖ Memberikan penguatan dan umpan balik (feedback) terhadap perilaku siswa.
❖ Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
❖ Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasar
pengalaman.
2. Model Pembelajaran Interaksi Sosial
Model pembelajaran interaksi sosial bermula dari konsep masyarakat dan
perkembangan relasi interpersonal. Model ini menggambarkan bahwa hakikat
manusia adalah menjalin relasi sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Inquiri yang ilmiah diperoleh dari model ini. Model ini didasari teori belajar Gestalt
(field theory) yang menyatakan bahwa objek/peristiwa dipandang sebagai keseluruhan
bagian. Maka, pembelajaran akan bermakna bila diberikan secara utuh. Aplikasi teori
Gestalt dalam pembelajaran, diantaranya: pengalaman (insight), pembelajaran
bermakna, perilaku bertujuan, dan prinsip ruang hidup. Pembelajaran memampukan
siswa memecahkan masalah berdasarkan insight. Materi ajar memiliki makna yang
jelas bagi kehidupan siswa dan berkaitan dengan lingkungan belajar siswa (Rusman,
2014: 136-137). Berikut adalah model-model pembelajaran interaksi sosial.
3. Model Pembelajaran Personal
Model pembelajaran personal berpusat pada individu sebagai sumber gagasan
belajar. Kerangka acuan ini menyoroti perkembangan personal dan proses bagaimana
individu membangun dan menyusun realita. Kerangka ini juga menekankan pada
psikologi personal dan kehidupan emosional individu. Model ini berorientasi pada
teori-teori humanistik, teori-teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, R.
Rogers, Buhler dan Arthur Comb. Beberapa implikasi teori humanistik dalam
pendidikan, diantaranya: bertingkah laku dan belajar merupakan hasil pengamatan,
tingkah laku yang ada dapat dilakukan (learning to do), aktualisasi diri adalah
dorongan dasar individu, sebagian tingkah laku individu merupakan hasil konsepsi
sendiri, mengajar bukan yng terpenting tetapi belajar siswa adalah sangat penting
(learning how to learn), dan mengajar dipahami sebagai membantu individu
mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungan (Rusman, 2014:
142--143. Berikut adalah model-model pembelajaran yang mengaju pada kerangka
acuan model pembelajaran personal (Joyce dan Weil, 1972: 5).

8
4. Model Pembelajaran Modifikasi Perilaku
Model pembelajaran modifikasi tingkah laku telah mengembangkan sistem
yang efisien dalam upayan penyusunan aktivitas-aktivitas belajar dan membentuk
perilaku melalui manipulasi penguatan. Model pembelajaran ini bertitik tolak pada
teori belajar behaviorisme yang berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan
perilaku yang tak teramati (Rusman, 2014: 143--144). Rusman meyebutkan
penerapan model modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran, diantaranya: guru
selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku yang
berkemampuan rendah melalui pemberian penghargaan, dan penerapan prinsip
pembelajaran individual. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada model
pembelajaran tingkah laku adalah model pembelajaran operant-conditioning yang
dipelopori oleh B. F. Skinner (Joyce dan Weil, 1972: 6).

2.4 Tujuan Dari Pembelajaran IPA

Tujuan Pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk memberi kesempatan siswa memupuk


rasa ingin tahu secara alamiah, mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban
atas fenomena alam berdasarkan bukti, serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Tujuan
mata pelajaran IPA di SD/MI berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya,
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan masyarakat,
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan,
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam,
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan, dan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa, 2006 : 111).

BAB III PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai paradigma kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
umum, di dalamnya terdapat menampung, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan pembelajaran juga merupakan
cara agar dapat memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran. Tujuan yang akan dicapai
dalam pembelajaran peserta didik hendaknya mampu mempelajari diri sendiri dan fenomena
alam. Pencapaian tujuan belajar IPA tersebut di dalama proses pembelajaran yang diawali
dengan penentuan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan. Peran pendekatan
pembelajaran ialah menyesuaikan antara tujuan pembelajaran, siswa, latar belakang, sosial
dan budaya, sumber dan daya dukung yang tercakup dalam unsur input, outpun, produk dan
outcomes. Pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan.

3.2 Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih banyak
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah yang berpedoman dari saran dan kritik dari para pembaca.
Penulis berharap, dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih memahami tentang
organisasi profesi keguruan beserta fungsi, tujuan, manfaat dan jenis-jenis dari organisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

10
Acesta, A. (2014). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 1(2),
96-106.

Sundari, H. (2015). Model-model pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua/asing. Jurnal


Pujangga, 1(2), 106-117.

11

Anda mungkin juga menyukai