Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

“KURIKULUM IPA SDLB”

DOSEN PENGAMPU :

Dewi Ekasari Kusumastuti, M.Pd

Disusun Oleh :

Arlianti : 1910127120002

Dewi Ariyanti : 1910127220007

Fuad Khalis Mahmud : 1910127210001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kurikulum IPA SDLB”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan Khusus. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Kurikulum IPA
SDLB” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dewi Ekasari kusumastuti,


M.Pd, selaku dosen mata kuliah Pembelajaran IPA Anak berkebutuhan Khusus
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 4 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA..................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

A. Definisi kurikulum........................................................................................4
B. Struktur Kurikulum 2013...............................................................................7
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum.................................................................10
D. Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Kurikulum IPA SDLB............14
E. Strategi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013.............................................16
F. Strategi Pengembangan Sarana......................................................................17
BAB III PENUTUP....................................................................................................18

A. Kesimpulan....................................................................................................18

B. Saran ..............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
DESKRIPSI TUGAS KELOMPOK..........................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan


manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas–luasnya, melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut
maka sebaiknya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka
peningkatan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas dan
Ilmu Pengetahuan Alam di SDLB adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa
serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, Karena itu perlu
adanya peningkatan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Salah satu hal
harus diperhatikan adalah peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa
di sekolah. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan
metode mengajar tidak harus sama untuk semua mata materi, sebab suatu metode
mengajar cocok untuk satu materi belum tentu cocok untuk diterapkan pada
materi lain. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu sendiri merupakan ilmu yang
mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah didasari
dengan cara berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung sikap ilmiah
tercantum pada sikap jujur dan obyektif dalam mengumpulkan fakta dan
menyajikan hasil analisis fenomena- fenomena alam.

1
Kegiatan pembelajaran IPA lebih diarahkan kepada kegiatan- kegiatan
yang mendorong siswabelajar aktif secara fisik, sosial, maupun psikis dalam
memahami konsep, yaitu dengan menggunakan berbagai keterampilan proses.
Jadi dalam proses pembelajaran IPA pendekatan yang selalu harus digunakan
adalah pendekatan keterampilan proses disamping pendekatan lain yang sesuai.
Melalui cara berfikir logis dan sikap jujur serta obyektif tersebut dihasilkan suatu
hasil atau produk berupa penjelasan atau deskripsi tentang fenomena-fenomena
alam beserta hubungan kausalitasnya. Dalam pelajaran IPA hendaknya melibatkan
anak sepenuhnya. Kegiatan pembelajaran IPA meliputi penyentuhan, perakitan,
pemanipulasi, percobaan dan penginderaan. Kegiatan IPA dirancang untuk anak
SD hendaknya memberikan gambaran mental yang konkrit tentang konsep yang
mereka pelajari. Gambaran mental yang konkrit ini penting dalam pembentukan
konsep-konsep dasar yang kokoh. Di atas konsep-konsep dasar yang kokoh ini
akan dibangun pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu
mengkaitkan isu-isu teknologi dalam pembelajaran IPA, sehingga pelajaran IPA
tidak lagi dianggap suatu pelajaran yang hanya mengadalkan teori dan rumus
namun dapat langsung diterapkan di teknologi masyarakat itu sendiri sehingga
pembelajaran dapat lebih bermakna dengan demikian guru dapat mengembangkan
suatu citra yang mengenai hakekat pembelajaran IPA.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran di kelas.
Diantaranya dapat disebutkan antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana
dan lingkungan belajar. Menurut Prabowo (2000 : 43), pendidikan dapat
diitngkatkan mutunya melalui berbagai upaya, antara lain: pengembangan
kurikulum, peningkatan mutu tenaga kerja, pengembangan kualitas proses
pembelajaran, dan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kurikulum ?
2. Apa saja Struktur Kurikulum 2013 ?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ?

2
4. Apa Saja Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Kurikulum IPA
SDLB ?
5. Apa Saja Strategi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ?
6. Apa Saja Strategi Pengembangan Sarana ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Defenisi Kurikulum.
2. Menjelaskan Struktur Kurikulum 2013.
3. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kurikulum.
4. Menjelaskan Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Kurikulum IPA
SDLB.
5. Menjelaskan Strategi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013.
6. Menjelaskan Strategi Pengembangan Sarana.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu“curir” yang
artinya pelari dan “curere” yang artinya tempat berpacu. Kurikulum diartikan
jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah kurikulum tersebut berkembang
kemudian diterapkan dalam pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan diartikan
sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak
didik untuk memperoleh ijazah. Seperti yang dikemukakan oleh Hilda Taba
(1962) dalam (Munir, 2008: 27) yang mendefinisikan kurikulum sebagai rencana
belajar dengan mengungkapkan, bahwa a curriculum is a plan for learning.
Dengan kata lain, kurikulum adalah rencana pendidikan atau pembelajaran.
Senada dengan hal itu, Nana Syaodih Sukmadinata (2010) mengatakan bahwa
Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Definisi paling umum dari kurikulum
adalah seperangkat mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Konsep
kurikulum sebagai pengalaman belajar lebih baik menggambarkan situasi yang
lebih akurat daripada konsep lain. Sekolah didirikan untuk mendidik siswa, yaitu
bahwa mereka berkembang sesuai dengan jalur tertentu. Perkembangan ini hanya
dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang mereka peroleh. Kurikulum
sebagai cetak biru untuk pendidikan harus mengarah pada penyediaan pengalaman
belajar bagi siswa yang dirancang dengan baik dan diimplementasikan dengan
benar.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam menjamin
keberhasilan proses pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akan
sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicitacitakan. Keberadaan
kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan berada pada posisi yang
strategis dimana peran utamanya sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pendidikan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik harus

4
memperhatikan kondisi kurikulumnya, karena pengalaman yang akan diberikan di
dalam kelas pada pelaksanaan pendidikan akan mengacu pada kurikulum.
Pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa
dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Kurikulum di Indonesia
sering menjadi percobaan sesuai dengan kepentingan politik. Sehingga seringnya
terjadi pergantian kurikulum dari sampai sekarang. Kurikulum di indonesia
sendiri sudah 10 berganti dimulai dari kurikulum 1947 samapi kurikulum 2013
yang dipakai saat ini.
1. Kurikulum 1947
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama pada masa
kemerdekaan. Rencana pembelajaran 1947 lebih menekankan pada
pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, dari pada
pendidikan pikiran. Materi pembelajarannya pun lebih banyak
dihubungkan kepada kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan
pendidikan jasmani. Dalam sistem belajarnya pun lebih menekankan pada
guru yang mengajar dan murid yang mempelajari.

2. Kurikulum 1952
Kurikulum 1952 merupakan penyempurnaan dari kuriulum sebelumnya,
yang dinamai dengan rencana pelajaran terurai. Ciri dari kurikulum ini
adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajarn yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kurikulum 1964
Dilakukan lagi penyempurnaan dan lahirlah kurikulum 1964 ini yang
mana pada kurikulum ini menitikberatka pada program pancawardhana
yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa karsa, karya dan moral.

4. Kurikulum 1968
Kurikullum 1964 ini di perbaharui lagi menjadi kurikulum 1968. Tujuan
dari kurikulum ini adalah pendidikan menekankan pada upaya untuk

5
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
memeprtinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 ini menekankan pada tujuan agar pendidikn lebih efisisen
adan efektif.

6. Kurikulum 1984 (kurikulum CBSA)


Kurikulum ini sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Pada
kurikulum ini siswa merupakan subjek belajar.

7. Kurikulum 1994
Dibuat karena penyempurnaan dari kurikulum 1984. Tujuan pembelajaran
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan
soal dan pemecahan masalah.

8. Kurikulum 2004 (KBK)


Kurikulum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pada kurikulum 2004 ini pendidikan mengacu pada upaya
penyiapan individu yang mampu melakukan kompetensi yang telah
ditentukan.

9. Kurikulum 2006 (KTSP)


Pada kurikulum ini guru diberi kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada.

10. Kurikulum 2013


Pada kurikulum 2013 ini lebih menekankan kepada keaktifan peserta didik
dari pada pendidik.

B. Struktur Kurikulum 2013

6
Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum
2013 ini merupakan revisi dari kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013
merupakan seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang berbasis
sains. Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mempersiapkan lahirnya generasi
indonesia yang cerdas, dengan sistem siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk membuat peserta didik agar dapat
melakuan observasi, bertanya, bernalar, dan mempersentasikan apa yang mereka
ketahui dalam penerimaan informasi materi pembelajaran. Objek yang menjadi
pembelajaran dalam penyempurnaan kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Kurikulum 2013 ini lebih menekankan
kepada 3 aspek, yaitu menghasilkan peserta didik berakhlak mulia (afektif),
berketerampilan (psikomotor), dan berpengetahuan (kognitif) yang
berkesinambungan. Dengan begitu dapat melahirkan peserta didik yang kreatif,,
inovatif dan produktif. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari
kurikulum sebelumnya namun ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan
antara soft skill dan hard skill yang melibatkan aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Penerapan kurikulum 2013 ini tidak hanya di
sekolah reguler saja namun juga di sekolah luar biasa.
Pendidikan tidak hanya didapatkan oleh anak normal saja, namun anak
berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh pendidikan. Dalam pendidikan
anak berkebutuhan khusus mereka juga menggunakan kurikulum dalam
pembelajaran, karena kurikulum sebuah rancangan pembelajaran mengenai proses
pembelajaran untuk peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK) tidak terlepas dari kurikulum yang ada. Tujuan
kurikulum anak berkebutuhan khusus sama juga halnya dengan kurikulum untuk
anak normal lainnya yaitu sama-sama untuk memebentuk perilaku peserta didik.
Namun ada sedikit perbedaan untuk anak berkebutuhan khusus ini (ABK) yang
mana anak pada evaluasinya. Pengembangan kurikulum 2013 untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK) disesuaikan dengan kemampuan anak dan jenis
hambatan atau kekurangannya.

7
Perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 meliputi 4 elemen, yaitu
standar kompetensi, standar proses, standar isi, dan standar penilaian (Muchtar,
2018). Penerapan kurikulum 2013 pada siswa berkebutuhan khusus perlu dikaji
untuk memaksimalkan potensi peserta didik untuk memaksimalkan potensi
peserta didik melalui perubahan kurikulum 2013.
Dalam pengimplementasian kurikulum 2013 ini pada sekolah luar biasa
tidak bisa sepenuhnya dilakukan, dalam pengimplementasiannya dilakukan
modifikasi. Modifikasi kurikulum 2013 yang dilakukan yang paling menonjol
terdapat pada media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian. Dapat
dilihat pada kuikulum 2013 tersebut adanya metode menalar, tentu saja untuk
siswa berkebutuhan khusus itu tidak bisa dilakukan dilakukan seperti yang
dilakukan kepada anak normal untuk itu digunakanlah media atau contoh nyata
untuk membantu mereka. Impelementasi kurikulum 2013 dilakukan secara
bertahap diawali dengan mengimplementasikan kurikulum 2013 pada satuan
pendidikan umum atau reguler kemudian dilanjutkan pada pengimplementasian
kurikulum 2013 pada satuan pendidikan khusus (Susanti, 2016).
Dalam pengimplementasian kurikulum 2013 pada anak berkebutuhn
khusus (ABK) strategi pelaksanaan kurikulum reguler disesuaikan dengan gradasi
berat atau ringannya kondisi peserta didik (Mayasari, 2016). Anak mendapatkan
banyak peran dalam pembelajaran, mulai dari menentukan sendiri tema atau hal
yang akan dipelajarinya, menentukan kesepakatan atau aturan kelas dan
mengusulkan kegiatan yang akan dipelajari. Dengan begitu dapatnya tercipta
lingkungan pembelajaran yang komunikatif, ramah, dan bersahabat. Implementasi
kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap, hal tersebut dilakukan berdasarkan
peraturan dari Dinas Pendidikan.
Struktur kurikulum 2013 terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban
belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
- Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu
satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
- Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan pilihan mereka.

8
Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SDLB meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi : cair, padat
dan gas.
3. Eenergi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan
benda-benda langit lainnya.

9
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip yang telah


berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan prinsip-prinsip
baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di lembaga pendidikan
sangat dimungkinkan untuk menggunakan prinsip yang berbeda dari kurikulum
yang digunakan di lembaga pendidikan lain, sehingga akan ada banyak prinsip
yang digunakan dalam pengembangan kurikulum (Fitroh 2011, p. 1-7). Adapun
Sukmadinata menyatakan prinsip pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua
jenis, yaitu prinsip umum dan prinsip spesifik. Prinsip umum pengembangan
kurikulum adalah relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, kepraktisan dan efektivitas.
Prinsip-prinsip ini adalah lengkap yang kuat untuk mewujudkan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, guru, dan masyarakat. Prinsip khusus
pengembangan kurikulum adalah berkaitan dengan tujuan pendidikan, prinsip
yang berkaitan dengan pemilihan konten pendidikan, prinsip yang berkaitan
dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip yang berkaitan dengan
pemilihan media dan alat belajar, dan prinsip yang berkaitan dengan pemilihan
kegiatan penilaian. Hal yang sama dinyatakan oleh Hernawan di Sudrajat
menyarankan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
1) Prinsip relevansi

Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum


(tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal
komponen itu memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi
(relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis),
serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat (relevansi
sosiologis), Maka dalam membuat kurikulum harus memperhatikan kebutuhan
lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga nantinya akan
bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan datang.
Dalm realitanya prinsip diatas memang harus betul betul di perhatikan karena
akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting

10
harus sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam
upaya membangun Negara (Asmariani 2014, p. 60).

2) Prinsip Fleksibilitas

Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan


fleksibel dalam implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan
situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar belakang siswa, peran kurikulum disini sangat penting
terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip fleksibel ini harus benar benar
diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu pendidikan.

Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus


memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-
hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk
menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu dan
kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini mempersiapkan
anakanak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum tetap fleksibel di mana
saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan
yang berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa dilakukan Kurikulum
harus menyediakan ruang untuk memberikan kebebasan bagi pendidik untuk
mengembangkan program pembelajaran. Pendidik dalam hal ini memiliki
kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan minat,
kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang lingkungan mereka (Mansur 2016, p.
3).

3) Prinsip kontinuitas

Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal,


maupun secara horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antarjenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dan jenis
pekerjaan. Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai
keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak

11
terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat
jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang belajar
(peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan, kurikulum
juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi
dapat melengkapi studi lainnya. Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum
yang dikembangkan tidak kaku dan memberikan kebebasan kepada guru
maupun peserta didik dalam memilih program atau bahan pembelajaran,
sehingga tidak ada unsur paksaan dalam menempuh program pembelajaran.
pembelajaran (Zainab 2017, p. 366).

4) Prinsip efisiensi

Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan


bahkan vital dalam proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam
perencanaan pembelajaran agar lebih optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia
revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan kurikulum yang
dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu pengembangan
kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mecapai sebuah
cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi penerus
bangsa untuk memilki akhlaq mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Efisiensi
adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Jika sebuah program pembelajaran dapat diadakan satu bulan
pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan
halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan program pembelajaran
lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal, cermat, dan
tepat sehingga hasilnya memadai.

5) Prinsip efektivitas

Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip


efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh mana

12
rencana program pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip
ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru
dan efektivitas belajar siswa. Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang
efektif dalam mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi bahan
dalam mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan mengadakan
pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar
siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan metodologi
pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat tercapai dengan
metode yang relevan dengan materi atau materi pembelajaran. Oleh karena itu
ada upaya dalam upaya membuat kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang berlebihan, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam implementasinya dalam proses pembelajaran adalah
bagaimana tujuan pengembangan kurikulum ini dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang diharapkan oleh semua pihak, terutama efektivitas
pembelajaran di kelas.

13
D. Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Kurikulum IPA SDLB

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan model


sarana pendukung pembelajaran IPA di SDLB/D antara lain:
1. Melihat karakteristik jenis ketunaan dan situasi anak didik.
Karakteristik anak tunadaksa yang ada di SDLB/D Pembina
Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan ada dua, yaitu mereka yang
tidak disertai gangguan intelektual dan yang disertai gangguan
intelektual atau sering disebut cerebral palsy. Jumlah anak
tunadaksa yang ada di sekolah 20 orang yang terdiiri dari 13
lakilaki dan 7 perempuan. Taraf kecerdasan anak tunadaksa sangat
bervariasi. Hasil penelitian yang dilakukan Hohman dan fredheim
sebagaimana yang dikutip Effendi (2006) bahwa dari 1003 anak
cerebral palsy ditemukqan bahwa 58,8% memiliki taraf kecerdasan
dibawah 70, 25,1% memiliki taraf kecerdasan berkisar 70-90, 13%
memiliki taraf kecerdasan 90-100, dan hanya 3,1% yang memiliki
taraf kecerdasan di atas 110. Selain taraf kecerdasan atau
kemampuan kognitif mereka terganggu, anak-anak tunadaksa ini
sering disertai gangguan dalam kemampuan motorik baik kasar
maupun motorik halus, gangguan perceptual, bahasa, simbolisasi,
visual, dan social emosional (Musyafak, 1995).
2. Memperhatikan tuntutan standar isi, standar kompeensi lulusan dan
pola penilaian.
3. Memperhatikan Tuntutan Pembelajaran Di dalam PPRI No. 19
Tahun 2005 pasal 19 tentang standar proses, ayat (1) dinyatakan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.

14
Selanjutnya ayat (3) dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Guza,
2008:13). Ada beberapa standar kompetensi yang harus dicapai anak tunadaksa
dalam mata pelajaran IPA, antaranya sebagaimana yang tertuang di dalam buku
Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan Panduan Penyusunan KTSP adalah:
a. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan
hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis.
b. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat
hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan
interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya.
c. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan dan
tumbuhan serta fungsinya dan perubahan pada mahluk hidup.
d. Memahami sifat beragam benda hubungan dengan penyusunnya,
perubahan wujud benda dan kegunaannya.
e. Memahami berbagai bentuk energy, perubahan dan manfaatnya.
f. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan
perubahan permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan
kegiatan manusia. (Depdiknas, 2006: 19).

15
E. Strategi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

1) Strategi pembelajaran dalam kurikulum 2013 diwujudkan melalui proses


mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengkomunikasikan
hasil.
2) Dalam kegiatan mengkomunikasikan hasil, peserta didik menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan
dan menemukan pola.
3) Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
4) Dalam pembelajaran K-13 peserta didik dikondisikan untuk selalu aktif.

16
F. Strategi Pengembangan Sarana

Ada dua kriteria yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan


model sarana penunjang pembelajaran IPA:
1. Kriteria pembelajaran IPA untuk anak Tunadaksa:
a. Kegiatan harus disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi anak
Tunadaksa.
b. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
c. Proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat membangkitkan
minat belajar anak tunadaksa.
d. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungan.
2. Kriteria alat pembelajaran IPA bagi anak Tunadaksa
a. Anak tunadaksa dalam satu kelas memiliki heterogenitas kelainan.
b. Tidak membahayakan anak tunadaksa dalam penggunaannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk
belajar dengan baik.
d. Dapat menanamkan konsep yang benar pada diri anak didik.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam menjamin
keberhasilan proses pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akan
sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicitacitakan. Keberadaan
kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan berada pada posisi yang
strategis dimana peran utamanya sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pendidikan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik harus
memperhatikan kondisi kurikulumnya, karena pengalaman yang akan diberikan di
dalam kelas pada pelaksanaan pendidikan akan mengacu pada kurikulum.
Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013.
pengimplementasian kurikulum 2013 ini pada sekolah luar biasa tidak bisa
sepenuhnya dilakukan, dalam pengimplementasiannya dilakukan modifikasi.
Modifikasi kurikulum 2013 yang dilakukan yang paling menonjol terdapat pada
media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian. Impelementasi tersebut
dilakukan secara bertahap diawali dengan mengimplementasikan kurikulum 2013
pada satuan pendidikan umum atau reguler kemudian dilanjutkan pada
pengimplementasian kurikulum 2013 pada satuan pendidikan khusus.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan makalah, pengembangan modifikasi dalam
pembelajaran IPA SDLB pada kurikulum sekarang yaitu kurikulum 2013 sangat
diperlukan agar Pihak yang terlibat dalam Proses Pembelajaran bisa memahami
betul Kurikulum yang harus diberikan pada anak Sekolah Dasar Luar Biasa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fujiawati, Fuja Siti. 2016. Pemahaman Konsep Kurikulum dan Pembelajaran


dengan Peta Konsep Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni. 1(1) pada
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPKS/article/download/849/666

Shofiyah. 2018. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Upaya


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. 2(2) pada
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia/article/download/464/322

Sulasminah, Dwiyatmi. 2013. Kajian Konsep Pengembangan Model, Sarana


Pendukung Pembelajaran IPA Bagi Anak Tunadaksa. 3(1) pada
https://ojs.unm.ac.id/pubpend/article/view/1607

19
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK

1. Arlianti : Membuat PPT dan Mencari Referensi


2. Dewi Ariyanti : Membuat Makalah dan Mencari Referensi
3. Fuad Khalis Mahmud : Membuat Video

20

Anda mungkin juga menyukai