Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN
“MENGANALISIS TANTANGAN PROFESIONALISME GURU SLB”

Dosen Pengampu :
Eviani Damastuti, M.Pd

Kelompok 2 :
Destya Bekti Fitriani 1910127220012
Dewi Ariyanti 1910127220007
Nur Anisa Rahmi 1910127120008
Nur Komala Dewi 1910127120003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Menganalisis
Tantangan Profsionalisme Guru SLB”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Profesi Kependidikan dengan dosen pengampu Ibu Eviani Damastuti, M.Pd.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menulis makalah ini

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Terima kasih

Tanah Laut, 1 April 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................3

A. Tuntutan Pendidikan Abad 21........................................................................................3


B. Tuntutan Revolusi Industri 4.0.......................................................................................11
C. Contoh Kasus..................................................................................................................21

BAB III PENUTUP....................................................................................................................22

A. KESIMPULAN...............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu sistem pendidikan dapat berjalan dengan baik bergantung pada beberapa faktor,

seperti guru, murid, kurikulum dan fasilitas. Berdasarkan hal tersebut, guru merupakan hal

yang paling penting dan merupakanporos utama dari seluruh struktur pendidikan. Tanpa guru

yang baik, sistem yang baik sekalipun akan gagal dan dengan guru yang baik, sistem yang

paling buruk sekalipun akan dapat membaik. Tanggung jawab pendidikan anak-anak

berkebutuhan khusus di sekolah terletak ditangan pendidik, yaitu guru SLB. Guru Pendidikan

Luar Biasa merupakan salah satu komponen pendidikan yang secara langsung mempengaruhi

tingkat keberhasilan anak berkebutuhan khusus dalam menempuhperkembangannya

(Hamalik, 2003, hal.6).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru


danDosen dijelaskan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugasutama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai danmengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usiadini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru
menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit,

standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang

lebih tinggi (Darling, 2006). Hal ini disebabkan transformasi besar pada aspek sosial,

ekonomi, politik, dan budaya (Hargreaves, 1997,2000) yang didorong oleh perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, perubahan demografi, globalisasi dan

lingkungan (Mulford, 2008) yang berdampak besar pada persekolahan dan profesionalisme

guru (Hargreaves, 1997, 2000; Beare, 2001).

1
Jalan yang ditempuh untuk mempersiapkan itu semua adalah melalui pendidikan.Peserta
didik harus mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi diri. Artinya, tantangan
bagi guru adalah harus siap membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
peserta didik (Supriatna, 2018). Untuk itu, guru membutuhkan kondisi pembelajaran yang
kondusif di sekolah sebagai wahana pembelajaran profesional yang kontinyu dan
berkesinambungan. Pembimbingan yaitu hubungan yang dibangun dengan sadar dan sengaja
antara pembimbingdan individu yang dibimbing untuk menghasilkan perubahan yang
signifikan pada pengetahuan, kemampuan kerja, dan pola pikir individu yang dibimbing
(Megginson, dkk., 2006)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan di abad 21?
2. Bagaimana pendidikan pada revolusi industri 4.0?
3. Bagaimana contoh kasus pendidikan di abad 21 dan revolusi industry 4.0?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan pada abad 21.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan pada revolusi industi 4.0.
3. Untuk mengetahui contoh kasus pendidikan pada abad 21 dan revolusi industri 4.0.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tuntutan Pendidikan Abad 21

1. Pengertian Pendidikan abad 21

Sebagaimana dikemukakan oleh Mukhadis (2013: 115) bahwa Abad 21 dikenal


dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini, semua alternatif upaya
pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan. Upaya
pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based
economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industry pun
berbasis pengetahuan (knowledge based industry).

Salah satu ciri yang paling menonjol pada abad ke-21 adalah semakin bertautnya
dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Dalam
konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan, telah
terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama
ini menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh
umat manusia (BSNP: 2010).

Partnership for 21st Century Skills (2007) juga menegaskan bahwa keterampilan abad
21 terbentuk dari suatu pemahaman yang solid terhadap content knowledge yang
kemudian ditopang oleh berbagai keterampilan, keahlian dan literasi yang dibutuhkan
oleh seorang individu untuk mendukung kesuksesannya baik secara personal maupun
professional. Lebih lanjut dijelaskan keterampilan abad 21 ini muncul dari sebuah asumsi
bahwa saat ini individu hidup dan tinggal dalam lingkungan yang sarat akan teknologi,
dimana terdapat berlimpah informasi, percepatan kemajuan teknologi yang sangat tinggi
dan pola pola komunikasi dan kolaborasi yang baru. Kesuksesan dalam dunia digital ini
sangat tergantung pada keterampilan yang penting untuk dimiliki dalam era digital, antara

3
lain keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi dan
berkolaborasi. (Partnership for 21st Century Skills, 2007).
Definisi-definisi keterampilan abad 21 ini berhubungan dengan berbagai jenis disiplin
ilmu dan banyak aspek dalam kehidupan. Keterampilan abad 21 ini tidak memiliki posisi
khusus dalam kurikulum. Pendidikan abad 21 ini melibatkan aspek keterampilan dan
pemahaman, namun juga menekankan pada aspek aspek kreativitas, kolaborasi dan
kemampuan berbicara. Beberapa juga melibatkan teknologi, tingkah laku dan nilai nilai
moral, selain itu juga menekankan pada keterampilan berpikir kritis dan berkomunikasi
yang lebih memberikan tantangan dalam proses pembelajaran daripada memorization dan
rote learning. (P21, 2006).
Menurut Zubaidah (dalam Mulidah, 2019: 141) keterampilan abad ke-21 ini relevan
dengan empat pilar pendidikan yang mencangkup:
a. Learning to know yaitu pendidikan sudah semestinya mengarahkan peserta didik agar
memiliki pengetahuan yang luas. Penguasaan terhadap materi menjadi hal yang
sangat penting yang harus diupayakan oleh peserta didik. Oleh sebab itu peserta didik
harus memiliki motivasi yang besar untuk senantiasa belajar memperdalam
pengetahuan yang selalu berkembang dari masa ke masa.
b. Learning to do yaitu pendidikan semestinya dapat mendorong peserta didik untuk
terus berkarya. Pendidikan tidak cukup dengan memberikan pengetahuan yang luas,
namun pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik harus
diaktualisasikan kedala sebuah karya yang dapat mencerminkan sesuatu yang
bermakna dalam kehidupannya.
c. Leaning to be yaitu melalui pendidikan, peserta didik seharusnya mampu mengenal
jati dirinya dengan berbekal penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang telah ia
peroleh. Mengenal jati diri artinya mengetahui kebutuhan pribadinya sebagai individu
ataupun sebagai bagian dari masyarakat, yakni mampu berperilaku sesuai norma dan
kaidah yang berlaku di masyarakat.
d. Learnig to live together yaitu peserta didik sebaiknya dibiasakan untuk hidup secara
kooperatif dalam lingkungan belajar.
2. Guru Profesional Abad 21

4
Guru profesional abad 21 dengan standar kompetensi guru abad 21 bukanlah guru
yang sekedar mampu mengajar dengan baik. Guru profesional abad 21 adalah guru yang
mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan keefekfifan proses
pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan lingkungan; mampu bekerja dengan,
belajar dari, dan mengajar kolega sebagai upaya menghadapi kompleksitas tantangan
sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar profesional mengajar untuk
menjamin mutu pembelajaran; serta memiliki berkomunikasi baik langsung maupun
menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua murid untuk mendukung
pengembangan sekolah (Hargreavas, 1997,2000; Darling, 2006).
Hal yang sama disyaratkan kepada guru-guru di Indonesia melalui Undang Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permen Nomor 17 Tahun 2007
tentang kualifikasi dan standar kompetensi guru. Guru profesional dituntut tidak hanya
memiliki kemampuan mengajar sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi
pedagogik, namun guru juga harus mampu mengembangkan profesionalitas secara terus
menerus sebagaimana tertuang dalam kompetensi profesional. Guru juga dituntut mampu
menjalin komunikasi yang efektif dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua, dan masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam kompetensi sosial serta memiliki
kepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikan pada kompetensi pribadi. Disamping
itu, guru juga harus memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan yang
memadai dan relevan dengan bidang ajarnya.
3. Tantangan Guru Profesional abad 21
Guru di abad 21memiliki tantangan untuk melakukan akselarasi terhadap
perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran dikelas dan pengelolaan kelas
harus disesuaikan dengan standar kemajuan perkembangan informsi dan Teknologi.
Menurut susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad ke 21 yaitu:
1. Teaching of multicultural society, artinya guru mengajar ditengah tengah masyarakat
yang memiliki keragaman budaya dengan kompetensi berbagai macam bahasa.
2. Teacing for constuction of meaning, artinya guru mengajar dengan mengkonstruk
makna atau konsep.
3. Teaching of active learning, artinya mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technologi, artinya guru mengajar dengan berbasi teknologi.
5
5. Teaching with new view abaut abilities, artinya guru mengajar dengan pandangan
baru dengan kemampuan.
6. Teaching in choice, artinya guru mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accounitability, artinya guru mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut Yahya (2010) mengemukan tantangan yang harus dihadapi guru di masa
abad 21, yaitu 1) pendidikan yang berfokus pada character building, 2) pendidikan yang
peduli pada perubahan iklim, 3) enterprenual minset, 4) membangun learning comunity,
5) kekuatan bersaing bukan pada kepandaian tetapi ada pada kreativitas dan kecerdasan
bertindak.
Tantangan di atas tersebut harus disikapi dengan baik dengan kesiapan diri dengan
menggunakan metode yang tepat, dan berbeda dengan strategi atau konsep yang pernah
diterapkan sebelumnya, apabila strategi yang terapkan keliru maka perubahan akan
menjadi mala petaka untuk generasi dimasa yang akan datang.
Adapun dalam menghadapi tantangan abad 21 Guru dituntut untuk:
 Berpikir kritis, seorang guru harus memiliki kemampuan didalam melakukan suatu
proses secara rasional dalam membuat suatu konsep, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi suatu informasi dari sebuah observasi, pengalaman, sebagai dasar
didalam melakukan tindakan. Guru abad 21 harus berpikir kritis didalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab utamanya, sebagaimana yang terdapat
didalam Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentangstandar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah seperti didalam membuat rancangan pelaksanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, melaksanakan evaluasi proses
pembelajaran,penilaian pembelajaran dan melaksanakan pengembangan profesi atau
tugas tambahan;
 Berpikir memiliki rasa tanggung jawab sosial. seorang guru disamping bertanggung
jawab didalam melaksanakan tugas utamanya, guru juga dapat memberikan contoh
atau keteladanan sebagai seorang pendidik baik kepada anak didiknya disekolah
maupun kepada masyarakat umum sebagai cerminan orang yang berpendidikan;
 Guru harus memiliki kemampuan membangun jaringan, contoh kecil didalam
kehidupan sehari-hari setiap individu tidak mungkin hidup tanpa bantuan orang,

6
begitu juga didalam kehidupan seorang guru, didalam kesuksesan kinerja seorang
guru tidak lepas dari peran orang lain, dan yang terpenting bagai guru dapat
membangun jaringan atau keterlibatan orang lain dalam suatu sistem;
 Disiplin waktu, seorang guru di abad 21 harus memiliki prinsip-prinsip kedisiplinan
didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dan memiliki kedisiplinan didalam
melaksanakan aturan-aturan baik yang telah ditetapkan oleh profesi atau yang telah
dibuat secara bersama dalam rangkan meningkatkan kinerja.
4. Karakteristik Guru Professional abad 21
Di abad 21 ini guru dituntut memiliki karakteristik tersendiri sebagai pembeda dari
karakteristik sebelumnya yaitu:
a Life-long learner, guru harus terusup to date data–data dan informasi terbaru tanpa
rasa lelah atau putus asa, dan terus belajar dan berdiskusi dengan para guru yang
lainnya karena bisa saja ada informasi yang terbaru yang mereka miliki atau bertukar
pikiran dengan para ahli karena sesunguhnya guru akan mendampingi para peserta
didik sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan mereka.
b Kreatif dan inovatif, guru harus kreatif dan inovatif karena siswa yang kreatif itu lahir
dari seorang guru yang kreatif dan inovatif sehingga guru harus memiliki
keterampilan didalam menggunakan model-model pembelajaran atau metode
pembelajaran yang menyenangkan kepada peserta didik maupun didalam
menggunakan beberapa sumber belajar atau media pembelajaran untuk menyusun
rangkaian kegiatan pembelajaran kelas maupun di luar kelas.
c Mengoptimalkan teknologi, didalam abad ini guru dituntut mengoptimalkan
penggunaan teknologi didalam pembelajaran, tatap muka tidak lagi menjadi keharus
sepenuhnya didalam proses pembelajaran,tetapi dapat dipadukan dengan metode –
metode yang berbasis teknologi seperti blende learning, dan model initidak bisa
dijadikan sesuatu yang additional tetapi sudah menjadi keharusan bagi guru didalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik yang profesional.
d Reflektif, Guru yang selalu mengoreksi metode atau model pembelajaran yang
mereka terapkan kepada peserta didiknya, untuk mengetahui apakah sistem atau
model yang mereka terapkan sudah sesuai kebutuhan siswa didalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dan dapat meningkatkan hasil belajar

7
siswa itu sendiri. Dan tidak lagi guru yang selalu mempermasalahkan peserta didik
ketika tujuan pembelajaran tidak tercapai.
e Kolaboratif. Guru selalu berkolaboratifdengansiswasehingga tidak ada tembok
pemisah atau pembatas diantara guru dengan siswa sehingga interaksi antara guru
dengan siswa dapat terjadi dengan baik sehingga proses pembelajaran yang
diharapkan dapat tercipta, selain peserta didikguru juga dapat berkolaboratif dengan
orang tua atau wali melalui komunikasi secara aktif sehingga para orang tua atau wali
dapat melakukan pemantauan perkembangan anak mereka disekolah,sehingga proses
perkembangan anak pada waktu jam sekolah tidak lagi sepenuhnya diserahkan
sepenuhnya kepada guru tetapi orangtua atauwali tetap punya andil.
f Menerapkan student centered. Didalam abad ini proses pembelajaran dari sistem
pengajaran ke sistem pembelajaran adalah sesuatu yang sangat sesuai dengan metode
pembelajaran kekinian, artinya proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru
tetapi melainkan berpusat pada siswa atau peserta didik, dan guru berfungsi sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran, dan model atau metode pembelajaran yang
terpusat pada guru sudah tidak lasim dan populer lagi diterapkan saat ini karena
metode tersebut hanya terjalin komunikasi satu arah antara guru dan siswa. tetapi
yang terpenting sekarang ini adalah bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan
didalam proses pembelajaran adalah komunikasi yang lebih dari satu arah, yaitu
komunikasi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sebagai fasilitator.
g Pendekatan Diferensiasi. Guru didalam mendesain pembelajaran siswa dikelas harus
berdasarkankan gaya belajar siswa, didalam pengelompokan harus berdasarkan minat
dan kemampuannya, dalam proses penilaian guru tidak hanya melihat satu aspek saja
tetapi harus melihat secara menyeluruh dan secara berkala dan tidak juga hanya
tertulis tetapi juga secara lisan karena kemampuan siswa atau peserta didik tidak
sama, tidak hanya itu guru dan siswa berusaha mengatur kelas dengan lingkungan
sebagai sumber belajar yang aman dan menyenangkan.
5. Pengembangan guru pada abad 21
Menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya, setiap guru
membutuhkan pengembangan yang efektif. Beberapa tren pengembangan staf abad 21
yaitu menggunakan pendekatan 'bottom up', menekankan kolaborasi yang berorientasi

8
pada memampukan staf mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi, merupakan
program-program yang interaktif dan saling terkait, yang dilaksanakan secara kontinyu
dan direncakana secara sistematik dan komprehensif (Castetter, 1996). Menekankan pada
keefektifan pembelajaran, Engstrom & Danielson (2006) mengatakan bahwa bahwa
model pengembangan hendaknya berlandaskan pada konsep kepemimpinan guru dan
menggunakan proses pembelajaran kooperatif yang otentik dan melekat pada pekerjaan
guru sehari-hari. Selain itu, menurut Lieberman (1996) strategi-strategi pengembangan
guru yang menekankan pembelajaran dalam konteks sekolah bermanfaat untuk
menghilangkan perasaan terisolasi pada guru ketika ia belajarsesuatu di luar sekolah dan
berusaha membawanya ke dalam sekolah. Strategi ini juga membantu menguatkan
pembelajaran kolektif yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran profesional
sebagai norma di sekolah.
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa program-program pengembangan
guru berbasis sekolah yang berbasis kasus di kelas, bersifat praktis dan dipraktekkan di
tingkat kelas maupun sekolah akan lebih bermakna dan berguna bagi sekolah, guru, dan
staf (Owen, 2003).
Dengan demikian, pengembangan guru abad 21 memiliki karakteristik: 1)
menggunakan pendekatan "bottom up" yaitu berbasis pada kebutuhan guru dan sekolah;
2) mendukung pengembangan budaya kolaboratif dan penciptaan komunitas profesional
guru; 3) dilaksanakan secara kontinyu yang mengintegrasikan dan mensinergikan semua
pembelajaran profesional yang diperoleh guru baik secara formal maupun informal, baik
di sekolah maupun di tempat-tempat pelatihan atau pendidikan guru. Dari aspek materi,
pengembangan guru tidak hanya mencakup tentang pendekatan dan strategi belajar
mengajar, namun juga segala pegetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guru untuk
mendukung upaya peningkatan mutu pembelajaran seperti: penguasaan teknologi,
pengelolaan emosi, dan keterampilan berkomunikasi.
6. Keterampilan profesi keguruan SLB Dalam menghadapi tantangan di abad 21
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik
keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi
keterampilan guru abad 21 ke dalam lima kategori. Maka keterampilan ini juga harus

9
dimiliki oleh guru SLB dalam menghadapi tuntutan di abad 21. Yakni lima kategori itu
adalah:
1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreativitas siswa. guru memiliki
kemampuan didalam memberikan dorongan, dukungan dan memodelkan penemuan
dan pemikiran kreatif dan inovatif. Disamping itu guru memiliki kemampuan didalam
memberikan dorongan refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk
menunjukan dan mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan konseptual
dan proses kreatif siswa.
2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan assesmen era digital. Guru
memiliki kemampuan didalam merancang pengalaman belajar yang tepat yang
mengintegrasikan tools dan sumber digital untuk mendorong belajar dan kreativitas
siswa sekaligus guru mampu mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan
teknologi yang memungkinkan semua siswa merasa ingintahu dan menjadi partisipan
aktif dalam menyusun tujuan belajarnya, mengelola belajarnya sendiri dan mengukur
perkembangan belajarnya sendiri. Dan yang terpenting guru mampu menyediakan
alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervaiasi sesuai dengan standar teknologi dan
konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi proses belajar siswa
maupun pembelajaran secara umum.
3. Menjadi model dan cara belajar dan bekerja diera tekhnologi.Guru memiliki
kemampuan untuk berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan
sumber-sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi siswa dan juga
guru mampu memberikan contoh dan memfasilitasi penggunaan secara efektif
daripada sumber – sumber digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan
memanfaatkan sumber informasi tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.
Dan yang lebih terpenting adalah guru mampu menunjukkan kemahiran dalam sistem
teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dalam masyarakat diera
teknologi.didalam abad era globalisasi ini guru memiliki kemampuanmemberikan
dorongan, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam
menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghargai hak cipta, hak
kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar. Dan sekaligus mampu

10
mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan kesadaran global
melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan siswa dari budaya lain
menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital. Disamping itu yang terpenting
adalah guru mampu memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam karakter dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan
akses yang memadai terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital lainnya.
5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional. Guru mampu
berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan teknologi
kreatif untuk meningkatkan pembelajaran dan juga guru mampu mengevaluasi dan
merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek profesional terkini terkait dengan
penggunaan efektif dari pada sumber-sumber digital untuk mendorong keberhasilan
pembelajaran.

B. Tuntutan Revolusi Industri 4.0


1. Pengertian Era Industri 4.0
Kementerian Perindustrian, Airlangga Hartanto pada acara Sosialisasi Roadman
meilementasi Industri 4.0, di Jakarta, Selasa (30/3), menjelaskan, “sejak tahun 2011 kita
telah memasuki industri 4.0 yang ditandai meningkatnya konektivitas interaksi dan batas
antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui
teknologi informasi dan komunikasi.” Lebih lanjut Menteri Perindustrian menjelaskan
revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk
menggunakan tenaga manusia dan hewan. Kemudian generasi kedua melalui penerapan
konsep produksi massal dan mulai dimanfaatkan tenaga listrik. Dan generasi ketiga,
ditandai dengan penggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri. Pada revolusi
industry keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, dimana teknologi
informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses
produksi, maelainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model
bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas
produk yang lebih baik.”
Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang menuntut perubahan secara cepat. Era
ini ditandai dengan adanya sistem cyber-fisik, komputasi awan, Internet of Things (IoT)
yang semuanya terkait dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan big data.

11
Pada era ini, dunia industri menuntut tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan yang ada. Hal ini tentu menjadi
tantangan besar khususnya bagi dunia pendidikan dalam menyiapkan SDM yang
berkualitas.
Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0.
Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital
dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system). Sistem ini
mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu tanpa batas
ruang dan batas waktu. Perubahan dalam sistem pendidikan tentunya akan berdampak
pula pada peran guru sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut memiliki kompetensi tinggi
untuk menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab tantangan Revolusi Industri
4.0. (Darmawan, 2019)
Beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam mengadapi era Revolusi Industri 4.0
salah satunya adalah dengan menyiapkan calon guru untuk memiliki kapabilitas. Strategi
tersebut dapat ditempuh melalui beberapa cara, antara lain: (1) literasi informasi, (2)
keterampilan riset, (3) belajar berbasis kehidupan, dan (4) pembelajaran terintegrasi
STEM. Kapabilitas dalam hal ini adalah suatu karakter menyeluruh terkait pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dibawa seseorang ketika dia memasuki dunia kerja (Hasan
Subekti, 2018).
Di era 4.0 atau era digitalisasi ini, arus informasi kian deras dan tidak dapat
dibendung karena semua orang bebas membuat dan menggunakan informasi, sama
halnya yang dikatakan oleh Lon Safko bahwa, “di era digital semua orang bisa menjadi
produser terhadap informasi yang dia miliki.
2. Pengembangan Guru SLB Profesional pada Era Indrustri 4.0
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia (SDM) jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah satu
komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan
mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena guru yang
berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru yang langsung
berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi,

12
sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Guru
adalah praktisi pendidikan yang sesungguhnya.
Dengan terbukanya saluran informasi, maka tidak adanya pembatasan terhadap akses
informasi menyebabkan perubahan drastis dalam konstelansi kehidupan manusia. Begitu
pula dengan profesi keguruan yang didalam kegiatannya memiliki pengembangan dalam
melakukan interaksi dengan peserta didiknya. Guru yang profesional merupakan faktor
penentu proses pendidikan yang berkualitas. Guru SLB dalam era teknologi informasi
dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekadar mengajar (transfer of knowledge)
melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru slb
diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas
siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode dan multisumber agar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menanggapi persoalan tersebut, dalam
peningkatan kualitas pengajaran, guru slb harus bisa mengembangkan tiga intelegensi
dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral, tiga unsur itu harus ditanamkan
pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri di dalam dirinya. Hal lain yang harus
diperhatikan guru slb adalah dimensi spiritual siswa. Intelektual siswa harus luas, agar ia
bisa menghadapi era global dan tidak ketinggalan zaman apalagi sampai terbawa arus.
Selain itu, dimensi emosional dan spiritual pelajar harus terdidik dengan baik, agar bisa
melahirkan perilaku yang baik dan siswa berkebutuhan khusus bisa bertahan di antara
tarik-ulur pengaruh demoralisasi di era global dengan prinsip spiritualnya. Di samping
itu, untuk mempertahankan profesinya, guru slb juga harus memiliki kualifikasi
pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang
yang ditekuninya, mampu berkomunikasi baik dengan peserta didiknya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya.
Dengan demikian, tantangan guru slb di era global tidak akan menggusurnya pada
posisi yang tidak baik. Peran guru slb dan tugas guru slb sebagai salah satu faktor
determinan bagi keberhasilan pendidikan, terutama dalam menghadapi pendidikan di era
revolusi industri 4.0. Keberadaan dan peningkatan profesional guru slb menjadi wacana
yang sangat penting. Pendidikan di era revolusi industri 4.0 menuntut adanya penataan
manajemen pendidikan yang baik dan professional. Guru yang profesional menekankan
pada kemampuan guru slb maupun guru umum dalam mentransfer ilmu pengetahuan,

13
kemampuan guru slb dalam merancang strategi, dan kemampuan guru slb dalam
mengimplemetasikan pembelajarannya.
Menurut Jufri (2013) bahwa guru profesional merupakan profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbin, mengarahkan, melatih, menilai mengevaluasi
peserta didik. Sikap dan profesional guru di dalam pendidikan mempunyai peran untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi generasi yang mampu menguasai keahlian yang
mantap.
Menurut Kunandar, ada beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru
sekolah luar biasa (SLB) dan guru umum dengan mengedepankan profesionalismenya,
yaitu:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.
Dengan kondisi ini guru slb maupun guru umum harus bisa menyesuaikan diri secara
responsif, arif dan bijaksana. Responsif artinya guru harus bisa menguasai dengan
baik produk IPTEK, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Tanpa
penguasaan IPTEK yang baik, maka guru menjadi tertinggal dan menjadi korban
IPTEK serta menjadi guru yang “isoku iki” (aku cuma bisa ini).
2. Krisis moral yang melanda Indonesia. Akibat pengaruh IPTEK dan globalisasi telah
terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Melalui
pendidikan, guru slb maupun guru umum memiliki tantangan tersendiri untuk
menanamkan nilai-nilai moral pada generasi muda.
3. Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan yang
terjadi dalam masyarakat. Akibat perkembangan industri dan kapitalisme, maka
muncul masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Mereka yang lemah secara
pendidikan, akses dan ekonomi akan menjadi korban.

Ini merupakan tantangan guru untuk merespons realitas ini melalui dunia pendidikan.
Sebab, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sudah mendapat
kepercayaan dari masyarakat, sehingga harus mampu menghasilkan peserta didik yang
siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.

Berbagai kegiatan di dalam masyarakat hanya menerima para profesional, artinya


barang siapa yang tidak profesional tidaka akan survive. Karena mereka tidak mampu

14
berkompetisi dengan orang lain yang lebih profesional atau juga profesi lainnya yang
lebih kompetitif. Jika profesi guru slb tidak kompetitif dan tidak profesional, maka
dengan sendirinya akan berakibat kepada mati atau hilangnya profesi tersebut dari
masyarakat. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan masyarakat pada era 4.0
(merupakan satu kesatuan dari masyarakat teknologi, masyarakat terbuka, dan
masyarakat madani) yang menuntut adanya perkembangan manusia, dan itu tidak
mungkin tanpa adanya guru slb yang profesional. Guru-guru slb yang profesional inilah
yang diharapkan dapat membawa atau mengantar peserta didiknya mengarungi dunia
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki masyarakat pada era 4.0 yang melek
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sangat kompetitif. Jika guru slb tidak mengusai
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin mereka dapat membantu dan
membimbing peserta didiknya mengarungi dunia pengetahuan dan teknologi tersebut.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh guru slb yang profesional bukanlah
pengetahuan yang setengah-tengah tetapi merupakan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tuntas, karena ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang
dengan cepat. Guru slb yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas dan
setengah-setengah akan tercecer dan tidak mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ia akan berada jauh di belakang, dan akhirnya akan tertinggal
dari profesinya.

Proses pengembangan profesionalisme guru sekolah luar biasa (SLB) ini dapat
ditumbuh kembangkan bukan hanya untuk berlangsung di LPTK tetapi juga harus terjadi
di dalam praktek-praktek pendidikan lainnya (pre-service and inservice). Bersama-sama
dengan usaha-usaha lain (misalnya kerjasmaa dengan organisasi profesi), lembaga-
lembaga pre-service dan in-service harus menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
membangun kerja sama dan saling mendukung untuk melahirkan guru-guru sekolah luar
biasa (SLB) yang profesional dalam rangka menyajikan proses pendidikan yang
profesional bagi anak didik agar dapat berperan aktif dalam kehidupan masyarakat pada
era 4.0.

15
Setidaknya terdapat tiga karakteristik yang harus dimiliki masyarakat di abad 21,
karena pada abad inilah era insustri 4.0 semakin berkembang. Tiga karakteristik yang
harus dimiliki adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat Teknologi
Masyarakat teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek
teknologi dan menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah
cara berpikir, bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama
sekali berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Dalam masyarakat seperti itu, peran
pendidikan dan guru sangat penting dan strategis, terutama dalam memberikan
bimbingan, dorongan, Semangat, fasilitas kepada masyarakat dan peserta didik untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi. Selain itu,
tidak kalah pentingnya adalah peran pendidikan dalam memberikan arahan dan
bimbingan agar penguasaan teknologi tidak menjadi bumerang bagi masyarakat, yang
disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika.
2. Masyarakat Terbuka
Lahirnya teknologi komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu
seolah tanpa sekat, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan
hampir tanpa hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam
masyarakat terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat saling
mempengaruhi dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa lain. Hal
itu mengancam kehidupan masyarakat lain oleh karena adanya kemungkinan
penguasaan atau dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang
memiliki modal terhadap masyarakat yang lemah, tidak berdaya dan miskin. Untuk
itu, dalam masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan
kapasitasnya agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan
berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas oleh zaman yang penuh
dengan persaingan.
3. Masyarakat Madani
Masyarakat madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap
individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dan keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan

16
sesuatu sesuai dengan kapasitasnya. Masyarakat madani tumbuh dan berkembang
bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa upaya terencana, tetapi masyarakat yang
dibangun melalui pendidikan. Kunci terwujudnya masyarakat madani adalah
pendidikan, karena melalui pendidikan dapat dibangun sumberdaya yang berkualitas
dengan kepribadian yang sesuai dengan budaya serta kesadaran individu hidup
berdampingan untuk mencapai tujuan bersama.
Revolusi industri 4.0 dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia.
Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan
teknologi digital. Oleh karena itu, ada 4 tahap perkembangan profesional guru SLB yaitu:
era pra-profesional, era profesional otonom, era profesional kolegial dan era profesional,
dimana di era 4.0 menuntut peran guru SLB yang semakin tinggi dan optimal. Empat
tahap perkembangan profesionalisme guru SLB adalah sebagai berikut:
 Era Pra-Profesional
Di era ini, mengajar dianggap sebagai pekerjaan yang hanya membutuhkan
keterampilan teknis yang sederhana namun sarat dengan tuntutan administrative. Oleh
karena itu, seorang dapat menjadi guru SLB mengajar. Pembimbingan masih sebatas
pemberian semangat dan juga memanfaatkan kemampuan sendiri.
 Era Profesional Otonom
Era ini berawal pada abad 60 an ketika profesi guru SLB sudah lebih baik
dibandingkan dengan era sebelumnya. Guru dipandang sebagai pekerjaan profesional.
Profesional Otonom meningkatkan status guru SLB dan juga gaji guru slb.
 Era Profesional
Kolegial Era ini mulai saat terjadi ledakan pengetahuan di tahun 80an, meluasnya
tuntutan kurikulum, meningkatknya jumlah siswa berkebutuhan khusus di kelas biasa
dan perubahan lingkungan yang cepat.
 Era Profesional (era 4.0)
Dimulai abad 21, di saat sekolah dituntut lebih memperhatikan pasar atau konsumen
yang kompetitif. Pekerjaan guru SLB menjadi lebih kompleks yaitu tidak hanya
berkaitan dengan pengajaran, namun juga pengembangan hubungan dengan orang tua
dan komunitas sekolah.

17
Guru di era 4.0 memiliki karakteristik yang spesifik dibanding guru SLB di abad
sebelumnya, antara lain: memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi, mampu
memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya sekitar, berperilaku
profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalani profesi, memiliki wawasan ke
depan yang luas dan tidak satu pandangangan dalam melihat permasalahan, mengemban
prinsip kerja bersaing dan bersanding.

3. Peranan Profesi Keguruan Sekolah Luar Biasa (SLB) Dalam Menghadapi


Tantangan Di Era 4.0

Mengingat strategisnya peran guru dalam pendidikan, apalagi di era global ini, maka
kebutuhan akan guru umum maupun guru sekolah luar biasa (SLB) yang berkualitas
menjadi sebuah keniscayaan demi masa depan bangsa yang gemilang. Kebutuhan akan
guru slb yang berkualitas yang semakin tinggi saat ini harus disikapi secara positif oleh
para pengelola pendidikan guru. Respons positif ini harus ditunjukkan dengan senantiasa
meningkatkan mutu program pendidikan yang ditawarkannya. Perbaikan mutu
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi ini jelas akan membawa dampak positif bagi
penciptaan guru sekolah luar biasa (SLB) maupun guru umum yang berkualitas kelak di
kemudian hari.

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa Guru
adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan
formal.

Profesi menjadi seorang guru menjadi profesi yang tidak akan pernah tergantikan
oleh perkembangan teknologi yang sangat luar biasa. Meskipun setiap orang saat ini
dapat menimba ilmu dari berbagai sumber melalui kecanggihan teknologi yang serba
digital. Namun, seorang guru tetap dibutuhkan karena profesi yang mulia ini bukan hanya
berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan saja melainkan juga menanamkan nilai-
nilai kehidupan serta keteladanan yang tidak bisa dipelajari dari saluran informasi
apapun.

18
Berikut ini beberapa tantangan yang harus disikapi dan dipahami oleh guru sekolah
luar biasa (SLB) di lembaga pendidikan terutama dalam menghadapi era revolusi industri
4.0, antara lain sebagai berikut:

a. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang begitu
pesat.
b. Moral, adab, dan tingkah laku yang telah mengalami kepunahan.
c. Kritisnya kemasyarakatan diantaranya kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan
banyaknya warga miskin. Krisis personalitas sebagai warga negara Indonesia yang
berdaulat.
d. Perdagangan bebas yang meraja lela, baik di tingkat ASEAN, Asia Pasifik dan
mendunia.

Keadaan tersebut, tentunya sangat memerlukan dan membutuhkan guru sekolah luar
biasa (SLB) yang memiliki idealis, berkompeten dan berpendidikan yang tinggi, dalam
rangka membekali peserta didiknya dengan berbagai kemampuan yang dibutuhkan untuk
melawan arus atau era yang sedang dan terus berubah. Maka tidak heran jika seorang
guru SLB maupun guru umum merupakan faktor terpenting dalam menerapkan dan
mengembangkan pendidikan dan tentunya tidak terlepas dari beberapa upaya yang harus
dilakukannya, antara lain:

a. Guru SLB mampu menguasai materi pelajaran, ilmu pengetahun, informasi dan
teknologi yang akan digunakan dan diajarkannya kepada peserta didik.
b. Guru SLB mencerminkan tingkah laku dan sikap yang dapat diteladani peserta
didknya.
c. Guru SLB mempunyai kecintaan dan komitmen terhadap profesinya sebagai
pendidik.
d. Guru SLB menguasai berbagai macam metode dan strategi yang akan digunakannya
dalam pembelajaran dan teknik penilaian.
e. Guru SLB bersikap terbuka dalam menghadapi pembaharuan dan wawasan dalam
pengembangan kompetensi dirinya, terutama dalam hal pembaharuan.

Memasuki era revolusi indutri 4.0, tugas guru sekolah luar biasa (SLB) maupun guru
umum tidaklah semakin ringan, setidaknya guru slb haruslah mampu mempersipkan dan

19
meningkatkan kemampuan yang dimiliki dengan baik dalam menghadapi era tersebut,
setidaknya ada 4 upaya yang harus dilaksanakannya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Wardiman Djojonegoro, yaitu:

a. Memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Mampu bekerja secara profesioanl dengan otoritas mutu dan keunggulan.
c. Menghasilkan karya-karya unggul yang mamu bersaing secara global sebagai hasil
dari keahlian dan profesionalnya dan di era 4.0.
d. Mempunyai karakteristik masyarakat teknologi, masyarakat madani yang secara
keseluruhan berpegaruh pada visi, misi dan tujuan pendidikan. Pertumbuhan
teknologi akan berpengaruh pada cara dan bentuk hidup manusia.

Dengan demikian, hendaknya guru sekolah luar biasa (SLB) meningkatkan


kualifikasi keilmuan dan akademis yang dimilikinya, mengubah kearifan dan
kebijaksanaan yang masih bertumpu pada pola-pola klasik, memperbaiki sikap dan
tingkah laku yang selama ini dilakukannya dihadapan peserta didik, dan melek akan
perkembangan dan kemajuan teknologi yang berkembang dengan pesat.

Guru sekolah luar biasa (SLB) haruslah mampu mengambil sisi positif dan
mengantisipasi sisi negatif dari perkembangan informasi dan teknolgi di era industri 4.0
yang sangat berdampak pada proses pembelajarannya. Apabila hal tersebut tidak disikapi
dan dicermati dengan baik maka akan sia-sia. Kehadiran smartphone saat ini salah
satunya telah menjadikan peserta didik mudah dan cepat dalam mendapatkan informasi
terbaru yang up to date dan hal ini sangat berpengaruh dalam KBM yang dilakukan oleh
guru slb jika tidak ditindak lanjuti dengan cepat.

Aplikasi tersebut, memang diciptakan untuk memberikan kemudakan bagi peserta


didik berbuat dan bekerja serta memberikan kebahagiaan dan kesenangan bagi
penggunanya. Artinya, kemajuan dan perkembangan tersebut, hendaknya disikapi dan
ditindak lanjuti, serta dijadikan sebagai sumber pendukung dalam meningkatkan dan
mengembangkan pendidikan agar lebih baik dan relevan serta sesuai dengan kebutuhan
peserta didik di era revolusi industry 4.0.

20
C. Contoh Kasus
Contoh kasus 1:
Guru menghadapi tantangan zaman milineal atau pada era revolusi industri 4.0 dimana
disini digambarkan dengan guru A dan guru B. Pada guru A ini masih menggunakan sistem
pembelajaran yang konvensional dimana disini lebih memusatkan pembelajaran dari guru itu
sendiri, lebih memfokuskan pada buku dan sistem yang digunakan juga masih seperti yang
ditetapkan pada KTSP sedangkan guru B lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman milineal saat ini terutama pada era 4.0, dimana guru mampu berinovasi
mengembangkan kreativitas tanpa batas, dan memiliki keterampilan yang dapat menunjang
profesinya.

Salah satunya adalah melalui pengembangan media belajar melalui internet, seperti guru
B ini mampu menyisipkan aspek teknologi dan literasi digital yang relevan dalam
pembelajaran untuk peserta didik nya, guru mampu memilih konten materi yang sesuai
dengan generasi milenial, guru mampu mengemas dan menyampaikan materi dengan baik
melalui teknologi internet. Sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru B pada era digital
ini menjadi penuh inovasi dengan berbasis TIK dan yang diterapkan guru B juga mengubah
pembelajaran yang asal konvensional dengan interaksi muka antara guru dengan siswa
menjadi pembelajaran berbasis internet yang tidak terbatas dalam ruang dan waktu, kapan
saja, dimana saja dan siapa saja bisa belajar.

Contoh kasus 2

Digambarkan ada dua orang guru bernama ibu Ani dan ibu Rani. Ibu Ani merupakan
guru yang mengajar di sekolah terpencil, di sekolah terpencil ini banyak guru yang belum
bisa memanfaatkan komputer dan internet secara maksimal termasuk ibu Ani. Akibatnya
siswa tidak merasakan manfaat teknologi lantaran guru tidak bisa menggunakan teknologi,
dan saat mengajar pun masih mengandalkan pembelajaran dengan sistem ceramah dan buku
ajar kelas. Ibu Ani yang mengajar didaerah terpencil merasa kesulitan belajar teknologi,
bahkan saat pemerintah memberikan komputer ke sekolahnya tetapi belum dibuka bertahun-
tahun oleh pihak sekolahnya karena masih banyak guru yang tidak mengerti cara
memasangnya sampai beberapa tahun kabelnya sudah berkarat.

21
Sedangkan ibu Rani yang mengajar di kota, dia cukup melek terhadap teknologi dan
melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang sudah terfasilitasi
oleh sekolah. Dalam 1 minggu siswa pasti berinteraksi dengan layar komputer saat belajar.
ibu Rani yang sudah bisa menggunakan komputer, akan membantu siswanya saat kesulitan
melaksanakan pembelajaran dengan komputer. Beliau juga sering melakukan workshop atau
pelatihan yang membantunya untuk bisa menambah skillnya untuk melek teknologi di abad
sekarang.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru profesional abad 21 adalah guru yang mampu menjadi pembelajar sepanjang karir
untuk peningkatan keefekfifan proses pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan
lingkungan; mampu bekerja dengan, belajar dari, dan mengajar kolega sebagai upaya
menghadapi kompleksitas tantangan sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar
profesional mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran; serta memiliki berkomunikasi
baik langsung maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua murid untuk
mendukung pengembangan sekolah (Hargreavas, 1997,2000; Darling, 2006).
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik keterampilan
guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad
21 ke dalam lima kategori. Maka keterampilan ini juga harus dimiliki oleh guru SLB dalam
menghadapi tuntutan di abad 21. Yakni lima kategori itu yaitu mampu memfasilitasi dan
menginspirasi belajar dan kreativitas siswa, merancang dan mengembangkan pengalaman
belajar dan assesmen era digital, menjadi model dan cara belajar dan bekerja di era
tekhnologi, mendorong dan menjadi model tanggung jawab dalam masyarakat di era
teknologi, berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional.
Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital
dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system). Sistem ini
mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang
dan batas waktu. Perubahan dalam sistem pendidikan tentunya akan berdampak pula pada
peran guru sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut memiliki kompetensi tinggi untuk
menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0.
(Darmawan, 2019)
Revolusi industri 4.0 dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia.
Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi
digital. Oleh karena itu, ada 4 tahap perkembangan profesional guru slb yaitu: era pra-

23
profesional, era profesional otonom, era profesional kolegial dan era profesional, dimana di
era 4.0 menuntut peran guru slb yang semakin tinggi dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Andrian, D. E. (2010). Eektif. 78-92.


Andriani, D. E. (2010). Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad 21 Melalui Program
Pembimbingan Yang Efektif. 78-92.
Aprillinda, M. (2019). Perkembangan Guru Profesional Di Era Revolusi Industri 4.0.
Bokingo, S. D. (n.d.). Teachers Of The Year: Kinerja Guru Dalam Bingkai Perkembangan
Pendidikan Abad 21. Seminar Nasional Kedua Pendidikan Berkemajuan dan
Menggembirakan (The Second Progressive and Fun Education Seminar).
Darmawan, J. (n.d.). Menjadi Guru Era Pendidikan 4.0.
Hasan Subekti, M. T. (2018). Mengembangkan Literasi Informasi Melalui Belajar Berbasis
Kehidupan Terintegrasi STEM Untuk Menyiapkan Calon Guru Sains Dalam Menghaapi
Era Revolusi Industri 4.0. Education and Human Development Journal, 3(1), 81-90.
Lili Nurfatin Nabilah, N. (n.d.). Pengembangan Keterampilan Abad 21 Dalam Pembelajaran
Fisika Di Sekolah Menengah Atas Menggunakan Model Creative Problem Solving.
Oviyanti, F. (2013). Tantangan Pengembangan Pendidikan Keguruan Di Era Global. Nadwa
Jurnal Pendidikan Islam Palembang, 7(2).
Pratama, D. A. (2019, Maret). Tantangan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0 Dalam
Membentuk Kepribadian Muslim . AL-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ,
3(1).
Suyati. (2019). Meningkatkan Peranan Guru Profesional Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0.
Wijaya, E. Y. (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Di Era Global . Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika 2016 - Universitas Kanjuruhan Malang.

24

Anda mungkin juga menyukai