Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBELAJARAN ABAD 21

DOSEN PENGAMPU :
Eddy Haryanto, S.Pd., M.Sc.Ed., MPP., Ph.D
Prof. Hadiyanto, S.Pd., M.Ed., Ph.D

KELOMPOK 2
Lidiawati (P2A623017)
Pratiwi Saputri (P2A623019)
Tio Tanra Azaria (P2A623027)
Hendriani (P2A623033)
Novi Audria (P2A623034)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan hidayahnya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Pembelajaran Abad 21” pada mata kuliah
Kebijakan Pendidikan global, yang diampu oleh Eddy Haryanto, S.Pd., M.Sc.Ed., MPP., Ph.D dan
Prof. Hadiyanto, S.Pd., M.Ed., Ph.D.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan
kekurangan dari segi sistematika penulisan dan substansi makalah. Untuk perbaikan dan
pengembangan makalah ini kedepannya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita semua.

Jambi, 8 September 2023


Penyusun,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
PEMBELAJARAN ABAD 21....................................................................................................3
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Abad 21....................................................................3
B. Model Pembelajaran Abad 21.........................................................................................3
C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21.............................................................................7
D. Kompetensi Guru Abad 21..............................................................................................8
E. Peranan Guru Abad 21....................................................................................................13

PENUTUP..................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................16
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap
individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya,
sedangkan Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik.
Belajar dimaksudkan agar terjadinya perubahan dalam pikiran dan karakter diri peserta didik.
Tantangan pendidik tidak hanya membekali keterampilan peserta didik saat ini, tetapi
memastikan bahwa anak didiknya sukses kelak di masa depan. Sukses artinya anak didik setelah
belajar di sekolah dapat terjun hidup di masyarakat. Untuk itu, pendidik harus membekali
keterampilan kepada anak didiknya sesuai dengan kebutuhan yang dapat mereka manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu.
Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini memerlukan
standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah
ditetapkan, pendidik mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang
hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup
manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21
kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang
pendidikan. Dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan
belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi peserta didik
dan pendidik agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini (Yana, 2013).

Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu


masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan
setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari belajar dan pembelajaran abad 21?
2. Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?
3. Bagaimana model pembelajaran pada abad 21?
4. Apa saja kompetensi guru abad 21 ?
5. Bagaimana peranan guru abad 21 ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep belajar dan pembelajaran abad 21.
2. Untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran pada abad 21.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran pada abad 21.
4. Untuk mengetahui kompetensi guru abad 21
5. Untuk mengetahui peranan guru abad 21

D. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran mengenai pembelajaran abad 21.
2. Dapat Memberi pengetahuan terdahap pembaca mengenai pembelajaran abad 21.

2
PEMBELAJARAN ABAD 21

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan zaman
era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21.
Sejalan dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan bahwa peserta didik yang hidup
pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis
dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini menggambarkan
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, pemerintah merancang
pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada peserta didik. Pendidik sebagai
kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah - sekolah menerapkan pembelajaran abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah
perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami
sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah sedangkan peserta
didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.
Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siwa
Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada slogan pendidikan
kita yang tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan kebudayaan dan merupakan pesan
dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani. Pendidik
berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa sukses dalam kehidupan. Satu
hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh pembelajar (learner model), pendidik
harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnay dalam seluruh proses
pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan belajar bersama namun pendidik mempunyai
tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.

B. Model Pembelajaran Abad 21


Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C (Critical
Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak

3
hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran
dan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan peserta didik menerapkan 4C
dalam keseharian (Prihadi, 2017). Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran
selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk
mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan
model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan model
yang tepat pula (Danial dan Sepe, 2010). Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap
peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies
Baswedan (Republika, 2016) :
1) Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis
berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era
reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham
radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali
dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di
sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia
memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak
padanya.
2) Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan
adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas
pendidikan.
3) Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan
berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan
lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.
4) Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang
memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di sekolah
akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi
tantangan hidup abad 21.
4
Selain itu, Trilling dan Fadel (dalam Karim & Daryanto, 2017, hlm. 1) membagi
keterampilan abad 21 menjadi 3, yaitu:
1. Life and career skills, merupakan keterampilan hidup dan berkarir, meliputi
fleksibelitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mengatur diri sendiri, interaksi sosial
budaya, produktivitas dan akuntabilitas, serta kepemimpinan dan tanggung jawab;
2. Learning and innovation skills, adalah keterampilan belajar dan inovasi meliputi:
berpikir dan mengatasi masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreativitas dan
inovasi;
3. Information media and technology skills, merupakan keterampilan teknologi dan
media informasi meliputi literasi informasi, literasi 17 media dan literasi ICT. Ketiga
keterampilan tersebut terangkum dalam sebuah skema yang disebut pelangi
keterampilan pengetahuan abad 21 atau disebut ―21 Century Knowledge-Skill
Rainbow”.
Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan Gerakan Literasi Sekolah
sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas dengan meningkatkan budaya
literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016). Di Dalam Permendikbud Nomor 23
Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan
membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk
dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam
mengerjakannya karena kita harus melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam
dalam masing-masing pribadi yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya
ini akan menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang
multiliterat. Semua kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah baik
sekolah keluarga dan masyarakat.
Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan pengetahuan
sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman
yang lebih mendalam menurut Abidin, Yunus, dkk (2017). Sejalan dengan hal tersebut konsep
literasi juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu penggunaan berbagai media digital baik
di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun masyarakat. Kini istilah literasi telah berkembang
menjadi multiliterasi. Multiliterasi merupakan kemampuan membaca, menulis puisi, membagi,
melukis, menari, menulis novel ataupun kemampuan berkontak dengan berbagai media yang
5
memerlukan literasi menurut Kist, (2005:12). Dengan demikian, literasi dipandang sebagai
kegiatan yang bermakna dari berbagai media. Dalam pandangan Cope dan Kalantzis (2005),
literasi merupakan elemen terpenting dalam proyek pendidikan modern. Morocco et al. (2008:5)
menyatakan kompetensi belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan kompetensi
pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi,
serta kompetensi berpikir kreatif. Sejalan dengan uraian tersebut pembelajaran multiliterasi pada
hakikatnya adalah pengembangan dan penggunaan konsep kompetensi 4C.
Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci keberhasilan generasi
bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains adalah bagian dari pendidikan sebagai
wahana bagi peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Rustaman (2007) berpendapat bahwa sains berperan dalam membangun
karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan pengetahuan yang amat pesat, keampuhan
proses yang dapat ditransfer pada bidang lain, dan terkandung muatan nilai dan sikap di
dalamnya. Adapun literasi sains adalah bagaimana pemahaman tentang sains menjadikan solusi
dalam pengambilan setiap keputusan yang dihadapi.
Peran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat krusial untuk bisa menjalankan pendekatan
STEM pada pembelajaran. Maka dari itu, guru abad 21 harus bisa lebih kreatif dan juga inovatif
dalam mengembangkan suatu metode belajar. Metode-metode berikut ini kemudian banyak
digunakan oleh guru pada praktik pembelajaran:
1) Student Centered
Pembelajaran dipusatkan pada siswa. Pembelajaran akan mengikuti karakter siswa. Baik itu
minat maupun kemampuan belajar siswa. Guru cenderung berperan sebagai fasilitator.
2) Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk bisa
menemukan pengetahuan secara mandiri. Siswa akan diarahkan untuk bisa belajar secara
aktif dan mandiri (self learning). Memanfaatkan source yang ada untuk menggali,
menyelidiki, hingga akhirnya menemukan suatu konsep pengetahuan. Metode ini juga
berguna untuk merangsang critical thinking dan problem solving. Peserta didik juga akan
terdorong untuk bisa menjalankan life-long learning.
3) Flipped Classroom

6
Ide dasar dari metode ini adalah membalik pendekatan pada suatu kegiatan pembelajaran.
Siswa akan diberikan suatu akses terhadap materi pembelajaran. Materi tersebut bisa
diakses di rumah yang kemudian bisa dipelajari para siswa sebelum pertemuan di kelas.
Kemudian, ruang kelas berperan sebagai wahana diskusi untuk mengatasi masalah,
mengembangkan suatu konsep, dan juga wadah untuk kolaborasi.
4) Project Based Learning
Metode ini “menceburkan” siswa pada suatu proyek. Melalui proyek tersebut, siswa bisa
leluasa melakukan eksplorasi hingga akhirnya bisa menemukan suatu hasil pembelajaran.
Metode ini bisa mendorong siswa untuk lebih kreatif.
5) Collaborative Learning
Salah satu ciri industri 4.0 yaitu menekankan budaya kerja yang kolaboratif. Metode ini
akan mempersiapkan siswa supaya terbiasa menjalankan budaya kerja kolaboratif. Metode
ini juga bisa merangsang kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan
sosial.
6) Blended Learning
Blended learning mengkolaborasikan metode pembelajaran online dan tatap muka. Metode
ini bisa mengatasi keterbatasan jarak dalam pembelajaran. Dengan mengolaborasikan 2
metode pembelajaran, pencapaian pembelajaran bisa dioptimalkan.

C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21


Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar
Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses
pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip
pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013. Sementara itu, Jennifer Nichols
menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21yang dijelaskan dan
dikembangkan seperti berikut ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara
aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagi
7
dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan pendidik,
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk
memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perlu didorong untuk
bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek,
peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan
peserata didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidik mengembangkan metode pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real word). Pendidik
membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa
yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pendidik melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana
peserta didik dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam
lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program
yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan
sebagainya. Selain itu, peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan
untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

D. Kompetensi Guru Abad 21

8
Guru memiliki peranan penting dalam mewujudkan proses pendidikan abad 21. Indikator utama yang
yang dapat dilihat sebagai kesiapan para Guru untuk menyongsong abad 21 adalah keterampilannya.
International Society for Technology in Education (dalam Karim & Daryanto, 2017, hlm. 1) membagi
keterampilan guru abad 21 ke dalam lima kategori yaitu sebagai berikut.
1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik, dengan
indikator:
a. mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif dan
inovatif;
b. melibatkan peserta didik dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan
memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-sumber digital;
c. mendorong refleksi peserta didik menggunakan tool kolaboratif untuk menunjukan
dan mengklarifikasi dalam pemahaman, pemikiran, perencanaan konseptual dan
proses kreatifitas peserta didik;
d. memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara melibatkan diri belajar
dengan peserta didik, kolega, dan orang-orang lain baik melalui aktifitas tatap muka
maupun melalui lingkungan virtual.
2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dengan assesemen di era digital,
dengan indikator:
a. merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang mengintegrasikan
tool dan sumber digital untuk mendorong belajar dan kreatifitas peserta didik;
b. mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang memungkinkan
semua peserta didik merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam menyusun
tujuan belajarnya, menglola belajarnya sendiri dan mengukur perkembangan
belajarnya sendiri;
c. melakukan kostumisasi dan personalisasi aktifitas belajar yang dapat memenuhi
strategi kerja gaya belajar dan kemampuan menggunakan tools dan sumber-sumber
digital yang beragam;
d. menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai dengan standar
teknologi dan konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi proses
belajar peserta didik maupun pembelajaran secara umum.
e. Menjadi model, cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator:

9
f. menunjukkan kemahiran dalam system teknologi, dan mentransfer pengetahuan ke
teknologi dan situasi yang baru;
g. berkolaborasi dengan peserta didik, teman sejawat, dan komunitas dalam
menggunakan tool – tool sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi
peserta didik;
h. mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada peserta didik, orang tua, dan
teman sejawat menggunakan aneka ragam format media digital;
i. mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif dari pada tool – tool
digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan sumber informasi
tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.
3. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dalam dan masyarakat di era digital,
dengan indikator:
a. mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam
menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghargai hak cipta, hak
kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar;
b. memenuhi kebutuhan pembelajaran yang beragam dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memberikan akses yang
memadai terhadap tool – tool digital dan sumber belajar digital lainnya;
c. mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interaksi sosial terkait
dengan penggunaan teknologi informasi;
d. mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan kesadaran global
melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan peserta didik dari budaya lain
menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital.
4. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan, dengan indikator:
a. berpartisipasi dalam komunitas local dan global untuk menggali penerapan teknologi
kreatif untuk meningkatkan pembelajaran;
b. menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infuse teknologi,
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penggabungan komunitas,
dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain;

10
c. mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek profesional terkini
terkait dengan penggunaan efektif dari tools-tools sumber digital untuk mendorong
keberhasilan pembelajaran;
d. berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri terkait dengan
profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.
Untuk menunjang proses pembelajaran yang sesuai dengan abad ke 21, diharapkan guru
sudah memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya
secara professional, yaitu dengan memiliki keterampilan berikut ini:
1. mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik secara
inovatif dengan menggunakan tool dan sumber-sumber digital;
2. mampu merancang dan mengembangkan pengalaman belajar peserta didik dengan
assesemen berupa penyediaan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai
dengan standar teknologi dan konten serta mengintegrasikan tool dan sumber digital;
3. mampu berkolaborasi dengan peserta didik, teman sejawat, dan komunitas dalam
menggunakan tool – tool sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi
peserta didik;
4. mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran yang beragam dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memberikan akses yang
memadai terhadap tool – tool digital dan sumber belajar digital lainnya dengan tetap
menghargai hak cipta, hak kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar; serta
5. mampu berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan
teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran dan pembaharuan diri terkait
dengan profesi guru.
Sebagai salah satu contohnya adalah dalam hal menggunakan metode pengajaran, masih
banyak guru yang dalam proses pembelajarannya lebih banyak menggunakan metode ceramah,
sama seperti metode yang dulu dia terima dikelas sedangkan saat ini metode ceramah sudah kurang
relevan lagi dengan perkembangan zaman karena yang dididik adalah generasi milenial yang
memiliki akses yang cukup luas terhadap akses informasi. Adapun karakter yang diharapkan oleh
seorang Guru abad 21 diantaranya :
1. Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus
pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau

11
bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada,
karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa
berdasarkan kebutuhan mereka.
2. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan inovatif. Guru
diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan di
dalam kelas.
3. Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah
blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan
digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang
sifatnya additional, bahkan wajib.
4. Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan penilaian hasil
belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui
kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk membantu siswa mencapai
keberhasilan belajar. Ada berapa guru yang tak pernah peka bahkan setelah mengajar
bertahun-tahun bahwa pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang
reflektif mampu mengoreksi pendekatannya agar cocok dengan kebutuhan siswa,
bukan malah terus menyalahkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran.
5. Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru dapat
berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan
kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga
membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau
perkembangan anak.
6. Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam pembelajaran kelas
kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru
hanya bertindak sebagai fasilitator. Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah
tak lagi populer untuk diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu
arah antara guru dan siswa.
7. Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini, guru akan
mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa. pengelompokkan siswa di dalam kelas
juga berdasarkan minat serta kemampuannya. Dalam melakukan penilaian guru
menerapkan formative assessment dengan menilai siswa secara berkala berdasarkan

12
performanya (tak hanya tes tulis). Tak hanya itu, guru bersama siswa berusaha untuk
mengatur kelas agar menjadi lingkungan yang aman dan suportif untuk pembelajaran.

E. Peranan Guru Abad 21


Memasuki abad ke 21 guru diharapkan mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang
bertumpu pada empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO (dalam
Karim & Daryanto, 2017, hlm. 1) untuk pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Jika dicermati ke empat pilar tersebut menuntut
seorang guru untuk mampu kreatif, bekerja secara tekun serta harus mampu dan mau meningkatkan
kemampuannya. Karim & Daryanto (2017, hlm. 1) menyebutkan bahwa berdasarkan tuntutan
tersebut seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan lebih aktif dan kreatif dengan cara:
1. Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi terutama sebagai
proses. Dia harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of
knowing. Karena itu lebih dari sarjana pemakai ilmu pengetahuan tetapi harus menguasai
epistimogi dari disiplin ilmu tersebut.
2. Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang
dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan social dan
emosional, maupun perkembangan moralnya.
3. Guru harus memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih
model belajar dan system evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi
berbagai kemampuan, nilai, sikap dalam proses mempelajari berbagai disiplin ilmu.
4. Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengann aktivitas
pengajar dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
psikologi.
Dalam hubungan dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan Karim &
Daryanto (2017, hlm. 1) menjabarkan peran guru sebagai berikut.
1. Sebagai pengambil inisiatif, pengarah dan penilai pendidikan.

13
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan
kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkan.
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peseta didik melaksanakan dispilin.
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat
berlangsung dengan baik.
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan
perkembangan peserta didik sebagai generasi mudah yang akan menjadi pewaris masa
depan.
7. Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Lebih lanjut Karim & Daryanto (2017, hlm. 1) menjabarkan peranan guru di pandang dari
segi diri pribadiya (self oriented), sebagai berikut.
1. Pekerja social (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Pelajar dari ilmuan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus
untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
3. Orang tua disekolah, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peseta
didik di sekolah.
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontohkan oleh para
peserta didik.e. Memberi keselamatan bagi peserta didik. Peserta didik diharapkan akan
merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Karim & Daryanto (2017, hlm. 1) juga menjabarkan peranan guru dilihat dari sudut pandang
secara psikologi sebagai berikut.
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi
pendidikan dan mampu mengamalkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
2. Seniman dalam hubungan antara manusia (artist in human relations), artinya guru adalah
orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antara manusia,
khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan penddikan.
3. Membentuk kelompok (group builder), artinya mampu membentuk atau menciptakan
kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan.

14
4. Innovator atau catalytic agent, yaitu guru merupakan orang yang mampu menciptakan
suatu pembaharuan bagi membuat sesuatu hal baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi
terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa
yang lalu. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu
langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada
pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

B. Saran
Untuk sekarang Indonesia harus bisa menerapkan pembelajaran abad 21 agar
peserta didik lebih aktif dalam belajar .

16
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus, dkk. (2017). Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara. Cope dan Kalantiz.
(2005).
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. [ Online ]. Tersedia:
http://www.bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf
diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul 20.50 WITA
Cope dan Kalantiz. (2005). Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of Social Futures.
New York: Routledge, Taylor, dan Francis Group.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and authentic
learning. London: Sage Publications Ltd.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2015). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kist, W. (2005). New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple Media. New
York: Teachers College, Columbia University.
Morocco, C. C. et al. (2008) Supported Literacy fo Adolescents: Transforming Teaching and
Content Learning for The Twenty-First Century. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Imprint.
Prihadi, Singgih. (2017). Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran Mitigasi
Bencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017,
4550.
Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan
Asesmennya. Proceeding of the First International on Science Education. Bandung: Sps
UPI.
Nurliana Siregar. (2016) “Belajar dan Pembelajaran”. [Online]. Tersedia: https://akademik.uhn.ac.id ›
portal › public_html › FKIP › Nurliani_Siregar diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul
19.00 WITA
Yana. (2015) .Pendidikan Abad 21. [Online]. Tersedia : http:/yana.staf.upi.edu/2015/10/11/pendidikan-
abad-21/ di akses pada tanggal 13 September 2019 pukul 20.50 WITA
https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/06/o24uep284-strategi-4cuntuk-
tingkatkan-mutu-pendidikan diakses tanggal 10 November 2019 pukul 20.00
WITA.

17

Anda mungkin juga menyukai