Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KURIKULUM PEMBELAJARAN EKONOMI

INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN ABAD 21

Dosen Pengampu:

Dr. Pujiati, M.Pd.

Fanni Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

Anggota Kelompok 8:

Salwa Ghina Fasya 1913031017

Milenia Azizah 1913031025

R Dewa Wahyu Happy Dayka 1913031031

PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
EKONOMI

FAKULTAS
KEGURUAN
DAN ILMU
PENDIDIKAN

UNIVERSITAS
LAMPUNG

i
2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Kurikulum
Pembelajaran Ekonomi ini yang berjudul “Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran Abad 21”
dengan tepat pada waktunya.

Besar harapan kami, agar makalah ini dapat diterima dan mampu menambah wawasan
serta pengetahuan bagi pembaca terhadap Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran Abad 21, dan
juga kami berharap agar makalah ini dapat berarti bagi proses perkuliahan mata kuliah
Kurikulum Pembelajaran Ekonomi. Dalam penyusunan makalah ini, kami pun menyadari bahwa
masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu, kami berharap agar rekan-rekan
serta khususnya dosen pengampu mata kuliah yang membaca makalah kami dapat memberikan
kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kami dapat menjadi lebih baik lagi ke
depannya dan menjadi acuan kami di kemudian hari.

Bandar Lampung, 27 Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Hakekat Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran.........................................................................3

2.2 Kompetensi Abad 21.....................................................................................................................4

2.3 Relevansi Kurikulum Untuk Pembelajaran Inovatiif Abad 21................................................5

2.4 Pengembangan Kurikulum di Indoensia Menghadapi Tuntutan Kompetensi Abad Ke 21. .9

2.5 Peran dan Tantangan Pendidik Abad 21...................................................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma pendidikan abad 21 telah mengalami pergeseran yang ditandai dengan


perbedaan orientasi pembelajaran. Pembelajaran abad sebelumnya menekankan pada
literasi bacaan, tulisan, dan matematika, di mana pada abad 21 ketiganya dijadikan
sebagai modal dasar untuk mengembangkan literasi baru yaitu literasi manusia, data, dan
teknologi yang sangat penting untuk menghadapi era globalisasi saat ini dan di masa
yang akan datang. Pembelajaran inovatif di abad 21 berorientasi pada kegiatan untuk
melatihkan keterampilan esensial sesuai framework for 21st century skills, yaitu
keterampilan hidup dan karir, keterampilan inovasi dan pembelajaran, dan keterampilan
informasi, media, dan TIK. Karakteristik pembelajaran untuk melatihkan keterampilan
esensial tersebut mengarah pada proses pembelajaran yang interaktif, holistik, integratif,
saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik,
sehingga dalam implementasinya pendidik dapat merancang kegiatan dengan memilih
metode/model pembelajaran yang dapat mengakomodir keseluruhan karakteristik
tersebut secara komprehensif.

Penilaian dalam pembelajaran abad 21 disusun dan dikembangkan untuk mengukur


pencapaian belajar peserta didik yang meliputi kompetensi pengetahuan (berpikir kritis
dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, kemunikasi), kompetensi
intrapersonal (kemampuan kerja dalam tim, kolaborasi, komunikasi, kerja sama, dan
koordinasi), dan kompetensi interpersonal (kemampuan untuk bekerja dengan orang lain
seperti kemampuan manajemen diri, kerjasama, komunikasi yang efektif, dan
kemampuan mejaga hubungan dengan orang lain secara emosional). Dengan demikian,
pembelajaran inovatif abad 21 mencetak sumber daya manusia yang melek informasi,
data, dan teknologi yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan hidup dan
pasar kerja di era globalisasi saat ini dan di masa yang akan datang.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam materi ini adalah sebagai berikut:

1. Apa hakekat inovasi kurikulum dan pembelajaran?


2. Apa saja yang menjadi kompetensi abad 21?
3. Apa relevansi kurikulum untuk pembelajaran inovatif abad 21?
4. Bagaimana pengembangan kurikulum di Indonesia menghadapi tuntutan kompetensi
abad 21?
5. Apa peran dan tantangan pendidik abad 21?

1.3 Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami hakekat inovasi kurikulum dan pembelajaran


2. Untuk mengetahui kompetensi abad 21
3. Untuk mengetahui relevansi kurikulum untuk pembelajaran inovatif abad 21
4. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum di Indonesia menghadapi tuntutan
kompetensi abad 21
5. Untuk mengetahui peran dan tantangan pendidik abad 21

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakekat Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran

Secara etimologi inovasi berasal dari kata latin innovaation yang berarti
pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan
mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan baru yang menuju ke arah perbaikan dan
berencana (tidak secara kebetulan saja). Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
Inovasi di artikan pemasukan satu pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan,
metode atau alat).

Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu
yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari
bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau
mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa
benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan
invantion, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam
konteks sosial yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery. Proses
invantion, misalkan penerapan metode atau pendektan pembelajaran yang benar-benar
baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran, contohnya berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kita
dapat mendesain pembelajaran melalui handphone yang selama ini belum ada ;
sedangkan proses discovery, misalkan penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam
pelajaran ekomi indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata
pelajaran tersebut, yang sebenarnya model pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan
di negara-negara lain, atau pembelajaran melalaui jaringan internet. Jadi, dengan
demikian inovasi itu dapat terjadi melalui proses invation atau melalaui proses
discovery.

Merujuk pada penjelasan di atas, maka inovasi kurikulum dan pembelajaran


dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam
bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah
3
pendidikan. Inovasi Kurikulum diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu
sendiri. Kurikulum hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan
dan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir. Seiring
dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan
perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami perubahan.

2. Kompetensi Abad 21

Tuntutan dunia terhadap sistem pendidikan dalam menyiapkan peserta didik


pada kompetensi abad 21 agar dapat menghadapi tantangan yang lebih kompleks saat
ini dan di masa yang akan datang. Yang dimaksud Kompetensi Abad 21 adalah
pengetahuan, keterampilan, dan atribut lainnya yang dapat membantu peserta didik
untuk mencapai potensi secara utuh. Seiring dengan perjalanan waktu menyebabkan
perubahan kompetensi yang telah ada sepanjang sejarah, seperti kolaborasi dan
komunikasi. Kemampuan kolaborasi di abad 21 lebih dituntut untuk semakin
berkembang, seperti yang dijelaskan Dede (2010) bahwa selain kolaborasi face to face
dengan teman sejawat, juga dengan personal yang lebih luas yang tidak pernah
ditemui sebelumnya. Hal ini menjadikan bahwa kolaborasi layak dimasukkan sebagai
kompetensi abad 21 karena pentingnya kemampuan kooperatif interpersonal yang
lebih baik dari pada di era sebelumnya.

Alasan penting untuk lebih memfokuskan peserta didik pada keterampilan


abad 21 dalam sistem pendidikan adalah agar mampu mengikuti perubahan zaman,
yang sering dikaitkan dengan hal-hal sebagai berikut:

 Perubahan tenaga kerja dari model industri produksi menjadi industry berbasis
teknologi, dan saling terhubung dengan pertumbuhan ekonomi global,
sehingga membutuhkan kompetensi yang cocok untuk pembangunan ekonomi
dan sosial yang dinamis dan tidak dapat diprediksi,

 Bukti yang muncul tentang cara mengoptimalkan pembelajaran, termasuk


penggunaan inovasi teknologi untuk memperdalam dan mengubah
pembelajaran,

4
 Perubahan harapan dalam diri peserta didik yang menuntut sistem pendidikan
yang lebih kompleks dengan teknologi dan relevan dengan kehidupan sehari-
harinya

Kompetensi utama dapat diidentifikasi atas dasar bahwa kompetensi tersebut dapat
diukur kontribusinya dalam pencapaian pendidikan, relasi, pekerjaan, dan dapat
dilakukan untuk semua individu (Rychen, 2003). Kompetensi abad 21 yang paling
menonjol ditemukan dalam kerangka kerja internasional yang telah terbukti
memberikan manfaat terukur di berbagai bidang kehidupan terkait dengan pemikiran
kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas dan inovasi.

3. Relevansi Kurikulum Untuk Pembelajaran Inovatif Abad 21

Mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan sejalan dengan


perkembangan era globalisasi. Hasil studi PISA (Program for International Student
Assessment) pada tahun 2011,yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan,
matematika, dan IPA,mennjukkan peringkat Indonesia baru bias menduduki 10 besar
terbawah dari 65 negara, sedangkan pada tahun 2015 Indonesia berada pada urutan 69
dari 75 negara di dunia. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) tahun 2011menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat
rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis
dan penyelesaian masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan penyelesaian masalah
dan (4) melakukan investigasi (Kemendikbud, 2012). Hasil studi ini menunjukkan
perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik
dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga
negara untuk berperanserta dalam membangun negara pada masa mendatang.

Keberhasilan Indonesia untuk menggiring SDM muda menghadapi pendidikan


abad 21 ditentukan oleh kualitas pendidik (dosen, guru, maupun tenaga pendidik
lainnya) yaitu menguasai:

1) Skills (dalam kepemimpinan dan tim kerjasama),

2) Kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global (Cultural


Agility),

5
3) Mempunyai kemampuan untuk berwirausaha (Entrepreneurship), termasuk
penguasaan social entrepreneurship (Nasir, 2018 dalam Muhali, 2018).

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan


kurikulum untuk membelajarkan siswa di era globalisasi saat ini. Transisi perubahan
kurikulum dari KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) menjadi kurikulum tahun
2013 (K-13) menjadi kurikulum yang dianggap dapat membelajarkan peserta didik akan
tuntutan pembelajaran abad 21. K-13 merupakan kurikulum yang dapat menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemendikbud, 2014).

Alasan pengembangankurikulum menurut Kemendikbud (2014) didasarkan pada


tantangan dan kompetensi masa depan bagi peserta didik. tantangan yang dimaksudkan
yaitu: (1) globalisasi (WTO, ASEAN community, APEC, CAFTA), (2) masalah
lingkungan hidup, (3) keajuan teknologi informasi, (4) kemajuan ilmu dan teknologi, (5)
ekonomi berbasis pengetahuan, (6) kebangkitan industry kreatif dan budaya, (7)
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, (8) pengaruh dan imbas teknosains, (9) mutu,
investasi dan transformasi pada sektor pendidikan, dan (10) materi TIMSS dan PISA.

Kompetensi masa depan yang dimaksudkan yaitu: (1) kemampuan bekomunikasi, (2)
kemampuan berpikir jernih dan kritis, (3) kemampuan mempertimbangkan segi moral
suatu permasalahan, (4) kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, (5)
kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, (6)
kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, (7) memiliki minat luas dalam
kehidupan, (8) memiliki kesiapan untuk bekerja, (9) memiliki kecerdasan sesuai dengan
bakat/minatnya, dan (10) memiliki rasa tangung jawab terhadap lingkungan. Alasan yang
juga dijadikan sebagai dasar pengembangan K-13 adalah persepsi masyarakat, fenomena
negative yang mengemuka, dan perkembangan pengetahuan dan pedagogi
(Kemendikbud, 2014). Persepsi masyarakat terhadap kurikulum sebelumnya adalah
terlalui menitkberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang
bermuatan karakter. Fenomena negative yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,
narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat.
Perkembangan pengetahuan dan pedagogi kea rah neurologi, psikologi, dan observation
based learning dan collaborative learning.

6
K-13 talah mengalami proses revisi dari tahun 2016, 2017, dan 2018. Perubahan
tersebut ditandai dengan KI-1 (sikap spiritual) dan KI-2 (sikap sosial) tidak lagi diukur
atau dinilai oleh pendidik kecuali pada mata pelajaran kewarganegaraan dan agama, tetapi
penulisannya dalam RPP tetap dilakukan. K- 13 edisi revisi 2016 dan seterusnya
menekankan agar membelajarkan tentang metakognitif pada siswa SMP/MTs., yang
sebelumnya membelajarkan metakognitif dimulai dari tingkat SMA/MA/SMK.

Kurikulum di seluruh dunia telah sering diubah, tetapi tidak pernah dirancang ulang
secara mendalam untuk semua dimensi pendidikan yang meliputi: (1) pengetahuan, (2)
keterampilan, (3) karakter, dan (4) meta-pembelajaran. Menyesuaikan dengan kebutuhan
abad ke-21 berarti meninjau kembali setiap dimensi dan interaksi dimensi tersebut,

1) Knowledge– what we know and understand.

Pengetahuan adalah dimensi yang paling ditekankan dalam pandangan tradisional


tentang kurikulum dan konten. Namun dengan meningkatnya pengetahuan secara
kolektif, kurikulum belum berhasil mengikutinya. Kurikulum saat ini sering tidak
relevan bagi peserta didik maupun untuk kebutuhan sosial dan ekonomi. Jadi ada
kebutuhan mendalam pentingnya untuk memikirkan kembali dan menerapkan apa
yang diajarkan, dan secara bersamaan untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik
antara teori dan praktis (Fadel, 2015). Mata pelajaran tradisional seperti matematika,
sains, bahasa domestik dan asing, ilmu sosial, seni, dan lain-lain) tentu saja penting.
Sulit untuk memilih apayang harus dibahas kembali untuk memungkinkan area fokus
yang lebih tepat (misalnya dalam matematika, lebih banyak statistic dan peluang, dan
trigonometri lebih sedikit), termasuk kedalaman perkembangan tiga dimensi lainnya
(keterampilan, karakter, meta-learning). Mata pelajaran modern (seperti teknologi dan
rekayasa, media, kewirausahaan dan bisnis, kesehatan, sistem sosial, dan lain- lain)
menanggapi tuntutan sekarang dan masa depan serta harus diakomodasi sebagai
bagian dari kurikulum, bukan sebagai kegiatan tambahan atau pilihan. Interdisipliner
adalah mekanisme ikatan yang kuat di dalam dan di antara disiplin ilmu tradisional
dan modern, dan praktik-praktik yang diperlukan berpotensi berdampak pada dimensi
keterampilan, karakter dan meta-learning. Pendekatan interdisipliner terhadap
pengetahuan akan membantu peserta didik membuat koneksi antar konsep, dan
memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam. Theme, secara kontemporer
penting terjalin pada kedua disiplin ilmu pengetahuan, baik modern maupun
7
tradisional, dan termasuk juga literasi global, literasi lingkungan, literasi informasi,
literasi digital, sistem berpikir dan berpikir desain (Fadel, 2015).

2) Skills –How we use what we know

Keterampilan tingkat tinggi seperti 4C yaitu kreativitas, berpikir kritis, komunikasi,


kolaborasi, juga dikenal sebagai "Keterampilan Abad 21 sangat penting untuk
membelajarkan pengetahuan secara mendalam dan menunjukkan pemahaman melalui
kinerja (Trilling & Fade, 2009). Kurikulum yang terbebani dengan konten membuat
peserta didik (dan guru untuk mengajar) lebih sulit untuk memperoleh keterampilan.
Selain itu, kurangnya dukungan pendidik dalam menggabungkan pengetahuan dan
keterampilan dalam pedagogi yang kuat dan pengalaman belajar yang lebih
mendalam.

3) Character - How we behave and engage in the world

Kebutuhan untuk pengembangan kualitas di luar pengetahuan dan keterampilan


sedang disorot di seluruh dunia. Ada tiga tujuan umum yang dikutip pendidikan
karakter yaitu: (1) membangun fondasi untuk pembelajaran sepanjang hayat, (2)
mendukung kesuksesan hubungan di rumah, di masyarakat, dan di tempat kerja, (3)
mengembangkan nilai-nilai kepribadian dan kebaikan untuk berpartisipasi secara
berkelanjutan dalam dunia global. Center Curriculum Redesign (CCR) telah
mensintesis lebih dari 32 kerangka kerja, penelitian dan umpan balik untuk sampai
pada enam kualitas karakter yang esensial. Kualitas-kualitas tersebut adalah: (1)
perhatian (mainfulness), (2) keingintahuan (curiosity), (3) keberanian(courage), (4)
ketangguhan (resilience), (5) etika (ethics), dan (6) kepemimpinan (leadership) (Fadel,
2015).

4) Meta-learning – how we reflect and adapt

Dimensi keempat dan terakhir dari kerangka kerja CCR adalah dimensi yang terletak
pada tiga lainnya. Meta-learning menyangkut proses yang terkait dengan refleksi dan
penyesuaian belajar seseorang, termasuk termasuk metakognisi (memprediksi,
memantau, dan mengevaluasi belajar seseorang), serta menginternalisasi pertumbuhan
pola pikir tentang kapasitas seseorang. Meta- learning sangat penting untuk
menciptakan kebiasaan belajar seumur hidup dan pembelajaran tiga dimensi lainnya,
dan memastikan transfer pembelajaran di luarkonteks aslinya. Meta-learning secara
8
eksplisit dapat membantu semua siswa di semua bidang pembelajaran, di seluruh
kehidupan dan sepanjang kariernya.

4. Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Menghadapi Tuntutan Kompetensi


Abad Ke-21

Pada abad ke 21, sumberdaya manusia dituntut untuk terus meningkatkan


kualitasnya, salah satunya yaitu melalui lembaga-lembagayang dikelola secara
profesional. Tuntutan-tuntutan abad 21 yang serba baru merupakan tantangan bagi
manusia untuk melakukan terobosan dalam berpikir dan penyesuaian konsep dan
tindakan-tindakan. Dalam pengembangan kurikulum abad 21 ini hendaknya juga
mempertimbangkan persperektif global bukan hanya nasional ataupun lokal.
Kurikulum harus mampu membawa siswa untuk berpikir global dalam arti siswa
mampu mengungkapkan keluasan informasi yang dapat digunakan sebagai pegangan
untuk mengarahkan mereka menjadi warga negara yang produktif dan menjadi insan
yang mempunyai kepedulian sosial terhadap orang lain di sekitarnya, mampu bekerja
sama, serta saling ketergantungan secara harmonis.

Berdasarkan hal tersebut, sebagai upaya pemecahan masalah pendidikan


dalam menjawab tantangan abad 21, perlu dikaji beberapa kemungkinan konsep
kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah, khususnya masalah pengembangan
kurikulum seperti apa yang lebih cocok diterapkan di era sekarang dan masa depan.
Sebagai kunci memasuki abad ke-21, UNESCO menetapkan pentingnya belajar
sepanjang hayat yang tertuang dalam empat pilar pendidikan yang diajukan sebagai
dasar-dasar dari pendidikan (the foundation of education). Keempat pilar tersebut
yaitu:

a. Learning to know (berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional)

Pilar dasar ini merupakan kunci penidikan dan belajar sepanjang hayat (lifelong
education) dan (learning throughout life). Learning to know berarti belajar untuk
memperoleh pengetahuan dan untuk melakukanpembelajaran selanjutnya yang berarti
bahwa pentingnya penguasaan materi atau pengetahuan dan menumbuhkan kemauan
untuk belajar sepanjang hayat yang berarti siap untuk selalu belajar ketika
menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru.
9
b. Learning to do (berorientasi pada bagaimana mengatasi suatu masalah) Pilar kedua ini
menuntut penguasaan kompetensi yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup
dalam berbagai kedadaan atau situasi yang berbeda-beda, belajar bekerja sama dalam
tim dan belajar menghadapi berbagai situasi yang sering tidak terduga.

c. Learning to be (berorientasi pada pembentukan karakter)

Pilar ketiga ini yaitu belajar mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri dengan
kepribadian yang memiliki tanggung jawab pribadi (personal responsibillity) untuk
mencapai tujuan bersama.

d. Learning to live together (beroreantasi untuk bersikap toleran dan siap bekerja sama).
Pilar keempat merupakan pemahaman dari ketiga pilar sebelumnya yang
memungkinkan terciptanya sikap apresiasi tentang orang lain, sejarah, tradisi dan
nilai-nilai spiritual, kemudian menjadikan hal tersebut sebagai yang mendasari
semangat baru untuk mampu mengamalkan kondisi saling memahami dan
memecahkan konflik keberagaman dan perbedaan dengan cara damai.

Sementara itu, draft kurikulum 13 yang dalam kurikulum nasional dikenal sebagai
kurikulum berbasis kompetensi dan karakter, telah menjadikan empat pilar tersebut
sebagai rujukan utama dalam pengembangan model pembelajaran. Pembelajaran pada
kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah dengan
mempertimbangkan pengembangan kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap,
serta penguasaan terhadap teknologi menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan
abad 21 meliputi :kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi sebagai landasannya.

Konsep pendidikan abad 21 tersebut perlu ditumbuhkan melalui budaya sekolah oleh
semua yang terlibat dalam proses pendidikan baik di keluarga, sekolah maupun di
masyarakat dengan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai agama, maka sekolah dasar di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk
membantu siswanya menguasai beberapa kompetensi berikut:

a. Kompetensi keagamaan, Kemampuan manusia dalam memperoleh pengalaman


keagamaan yang bermakna bagi kehidupan kaitannya dengan menjalankan fungsinya
sebagai makhluk ciptaan Allah Swt.

10
b. Kompetensi akademik, Kemampuan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang relevan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa kaitannya
dengan konsep belajar sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup (life long
education).

c. Kompetensi ekonomik, Kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi agar


siswa dapat hidup layak di masyarakat. Bagian penting dari kompetensi ini
diantaranya yaitu sikap usaha dan etos kerja yang mendukung produktivitas pribadi.

d. Kompetensi sosial pribadi, Keterampilan mengelola diri sendiri (intrapersonal) dalam


kehidupan masyarakat yang heterogen kaitanya dengan kemampuan untuk dapat
hidup adaptif sebagai warga negara dan warga masayarakat internasional yang
demokratis.

5. Peran Dan Tantangan Pendidik Abad 21

Sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung
kualitas pendidik yang baik maka semuanya tidak akan berjalan dengan baik bahkan
dapat terkendala dan terhenti. Oleh karena itu,pendidik memiliki peran yang sangat
penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, sebagai yang merencanakan
dan menjalankan rencana pembelajaran yang telah dibuat sekaligus menilai
pembelajaran yang telah dilakukan, pendidik sangat menetukan kualitas SDM yang
dihasilkan melalui pendidikan di sekolah.

Selain itu, orang yang paling bertanggung jawab menyediakan lingkungan


belajar yang nyaman dan menciptakan proses belajar yang efektif adalah pendidik.
Faktor kunci yang ikut menentukan arah kualitas pendidikan sehingga tidak bisa
dihilangkan begitu saja adalah pendidik. Pendidik bukan hanya mengajar tetapi juga
mendidik yaitu tidak hanya berperan dalam menyampaikan ilmu tapi juga
bertanggung jawab dalam pembentukan karakter siswa, mengelola kelas,
mengevaluasi dan mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa.

Saat ini kita telah memasuki era digital yang memasuki segala aspek
kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Sumber informasi untuk belajar

11
semakin beragam atau tidak hanya yang berasal dari guru. Hal tersebut berimplikasi
pada kompetensi penting yang harus dimiliki oleh pendidik masa kini diantaranya
yaitu sebagai fasilitator, motivator dan inspirator bagi peserta didiknya untuk mencari
dan memanfaatkan sumber belajar melalui kemajuan teknologi digital. Selain itu, guru
harus memiliki minat baca yang tinggi agar terbentuk guru yang efektif yaitu dapat
membantu meningkatkan pembelajaran siswa dengan lebih baik. Peran guru yang
kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan dalam mempraktekkan strategi pembelajaran
abad 21 yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswanya. Salah satunya yaitu
melalui mengkombinasikan antara model pembelajaran dan penggunaan teknologi
digital yang dapat mengembangkan daya kreativitas dan inovasi siswa. Hal tersebut
berartibahwa guru telah memiliki kemampuan adaptif secara kultural yaitu
menjadikan siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan
mengaktualisasikan diri secara maksimal.

Selanjutnya, beberapa karakteristik keterampilan guru abad 21 juga


dirumuskan oleh International Society for Technology in Education dimana era
informasi menjadi ciri utamanya, diantaranya yaitu kemampuan guru menjadi model
cara belajar dan bekerja di era digital. Penguasaan atau kemahiran pendidik pada
sistem teknologi ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mentransfer pengetahuan
melalui teknologi dan adaptif terhadap perubahan terkini, ide atau gagasan
dikomunikasikan secara efektif kepada semua yang berperan dalam proses pendidikan
di sekolah, serta memfasilitasi penggunaan alat-alat digital terkini secara efektif untuk
menganalisis, mengevaluasi proses pembelajaran serta memanfaatkan sumber
informasi tersebut untuk mendukung penelitian dan pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, pendidik harus menguasai keahliannya, baik dalam


disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi mengajarnya sebagai implikasi dari
pembelajaran di abad 21 yang memiliki perbedaan dengan pembelajaran di abad
sebelumnya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1.1 Kesimpulan

Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau
tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap
baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi Kurikulum diharapkan
membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Pada abad ke 21, sumberdaya
manusia dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya, salah satunya yaitu melalui
lembaga-lembagayang dikelola secara profesional. Tuntutan-tuntutan abad 21 yang
serba baru merupakan tantangan bagi manusia untuk melakukan terobosan dalam
berpikir dan penyesuaian konsep dan tindakan-tindakan. Dalam pengembangan
kurikulum abad 21 ini hendaknya juga mempertimbangkan persperektif global bukan
hanya nasional ataupun lokal. Kurikulum harus mampu membawa siswa untuk
berpikir global dalam arti siswa mampu mengungkapkan keluasan informasi yang
dapat digunakan sebagai pegangan untuk mengarahkan mereka menjadi warga negara
yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai kepedulian sosial terhadap orang
lain di sekitarnya, mampu bekerja sama, serta saling ketergantungan secara harmonis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Diah Rusmala. (2019). As-Salam 1. Pengembangan Kurikulum di Indoensia Dalam


Menghadapi Tuntutan Abad ke-21. Yogyakarta. Vol. VIII. No. 1.

Muhali. (2019). Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika. Pembelajaran
Inovatif Abad Ke-21. Mataram. Vol. 3. No.2.

Santyasa, I Wayan. (2018). Student Centered Learning: Alternatif Pembelajaran Inovatif


Abad 21 Untuk Menyiapkan Guru Profesional. Bali;

14

Anda mungkin juga menyukai