Dosen Pengampu:
Anggota Kelompok 8:
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN
DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
i
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Kurikulum
Pembelajaran Ekonomi ini yang berjudul “Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran Abad 21”
dengan tepat pada waktunya.
Besar harapan kami, agar makalah ini dapat diterima dan mampu menambah wawasan
serta pengetahuan bagi pembaca terhadap Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran Abad 21, dan
juga kami berharap agar makalah ini dapat berarti bagi proses perkuliahan mata kuliah
Kurikulum Pembelajaran Ekonomi. Dalam penyusunan makalah ini, kami pun menyadari bahwa
masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu, kami berharap agar rekan-rekan
serta khususnya dosen pengampu mata kuliah yang membaca makalah kami dapat memberikan
kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kami dapat menjadi lebih baik lagi ke
depannya dan menjadi acuan kami di kemudian hari.
Penyusun
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan pembahasannya adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi inovasi berasal dari kata latin innovaation yang berarti
pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan
mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan baru yang menuju ke arah perbaikan dan
berencana (tidak secara kebetulan saja). Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
Inovasi di artikan pemasukan satu pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan,
metode atau alat).
Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu
yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari
bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau
mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa
benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan
invantion, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam
konteks sosial yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery. Proses
invantion, misalkan penerapan metode atau pendektan pembelajaran yang benar-benar
baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran, contohnya berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kita
dapat mendesain pembelajaran melalui handphone yang selama ini belum ada ;
sedangkan proses discovery, misalkan penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam
pelajaran ekomi indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata
pelajaran tersebut, yang sebenarnya model pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan
di negara-negara lain, atau pembelajaran melalaui jaringan internet. Jadi, dengan
demikian inovasi itu dapat terjadi melalui proses invation atau melalaui proses
discovery.
2. Kompetensi Abad 21
Perubahan tenaga kerja dari model industri produksi menjadi industry berbasis
teknologi, dan saling terhubung dengan pertumbuhan ekonomi global,
sehingga membutuhkan kompetensi yang cocok untuk pembangunan ekonomi
dan sosial yang dinamis dan tidak dapat diprediksi,
4
Perubahan harapan dalam diri peserta didik yang menuntut sistem pendidikan
yang lebih kompleks dengan teknologi dan relevan dengan kehidupan sehari-
harinya
Kompetensi utama dapat diidentifikasi atas dasar bahwa kompetensi tersebut dapat
diukur kontribusinya dalam pencapaian pendidikan, relasi, pekerjaan, dan dapat
dilakukan untuk semua individu (Rychen, 2003). Kompetensi abad 21 yang paling
menonjol ditemukan dalam kerangka kerja internasional yang telah terbukti
memberikan manfaat terukur di berbagai bidang kehidupan terkait dengan pemikiran
kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas dan inovasi.
5
3) Mempunyai kemampuan untuk berwirausaha (Entrepreneurship), termasuk
penguasaan social entrepreneurship (Nasir, 2018 dalam Muhali, 2018).
Kompetensi masa depan yang dimaksudkan yaitu: (1) kemampuan bekomunikasi, (2)
kemampuan berpikir jernih dan kritis, (3) kemampuan mempertimbangkan segi moral
suatu permasalahan, (4) kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, (5)
kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, (6)
kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, (7) memiliki minat luas dalam
kehidupan, (8) memiliki kesiapan untuk bekerja, (9) memiliki kecerdasan sesuai dengan
bakat/minatnya, dan (10) memiliki rasa tangung jawab terhadap lingkungan. Alasan yang
juga dijadikan sebagai dasar pengembangan K-13 adalah persepsi masyarakat, fenomena
negative yang mengemuka, dan perkembangan pengetahuan dan pedagogi
(Kemendikbud, 2014). Persepsi masyarakat terhadap kurikulum sebelumnya adalah
terlalui menitkberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang
bermuatan karakter. Fenomena negative yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,
narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat.
Perkembangan pengetahuan dan pedagogi kea rah neurologi, psikologi, dan observation
based learning dan collaborative learning.
6
K-13 talah mengalami proses revisi dari tahun 2016, 2017, dan 2018. Perubahan
tersebut ditandai dengan KI-1 (sikap spiritual) dan KI-2 (sikap sosial) tidak lagi diukur
atau dinilai oleh pendidik kecuali pada mata pelajaran kewarganegaraan dan agama, tetapi
penulisannya dalam RPP tetap dilakukan. K- 13 edisi revisi 2016 dan seterusnya
menekankan agar membelajarkan tentang metakognitif pada siswa SMP/MTs., yang
sebelumnya membelajarkan metakognitif dimulai dari tingkat SMA/MA/SMK.
Kurikulum di seluruh dunia telah sering diubah, tetapi tidak pernah dirancang ulang
secara mendalam untuk semua dimensi pendidikan yang meliputi: (1) pengetahuan, (2)
keterampilan, (3) karakter, dan (4) meta-pembelajaran. Menyesuaikan dengan kebutuhan
abad ke-21 berarti meninjau kembali setiap dimensi dan interaksi dimensi tersebut,
Dimensi keempat dan terakhir dari kerangka kerja CCR adalah dimensi yang terletak
pada tiga lainnya. Meta-learning menyangkut proses yang terkait dengan refleksi dan
penyesuaian belajar seseorang, termasuk termasuk metakognisi (memprediksi,
memantau, dan mengevaluasi belajar seseorang), serta menginternalisasi pertumbuhan
pola pikir tentang kapasitas seseorang. Meta- learning sangat penting untuk
menciptakan kebiasaan belajar seumur hidup dan pembelajaran tiga dimensi lainnya,
dan memastikan transfer pembelajaran di luarkonteks aslinya. Meta-learning secara
8
eksplisit dapat membantu semua siswa di semua bidang pembelajaran, di seluruh
kehidupan dan sepanjang kariernya.
Pilar dasar ini merupakan kunci penidikan dan belajar sepanjang hayat (lifelong
education) dan (learning throughout life). Learning to know berarti belajar untuk
memperoleh pengetahuan dan untuk melakukanpembelajaran selanjutnya yang berarti
bahwa pentingnya penguasaan materi atau pengetahuan dan menumbuhkan kemauan
untuk belajar sepanjang hayat yang berarti siap untuk selalu belajar ketika
menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru.
9
b. Learning to do (berorientasi pada bagaimana mengatasi suatu masalah) Pilar kedua ini
menuntut penguasaan kompetensi yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup
dalam berbagai kedadaan atau situasi yang berbeda-beda, belajar bekerja sama dalam
tim dan belajar menghadapi berbagai situasi yang sering tidak terduga.
Pilar ketiga ini yaitu belajar mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri dengan
kepribadian yang memiliki tanggung jawab pribadi (personal responsibillity) untuk
mencapai tujuan bersama.
d. Learning to live together (beroreantasi untuk bersikap toleran dan siap bekerja sama).
Pilar keempat merupakan pemahaman dari ketiga pilar sebelumnya yang
memungkinkan terciptanya sikap apresiasi tentang orang lain, sejarah, tradisi dan
nilai-nilai spiritual, kemudian menjadikan hal tersebut sebagai yang mendasari
semangat baru untuk mampu mengamalkan kondisi saling memahami dan
memecahkan konflik keberagaman dan perbedaan dengan cara damai.
Sementara itu, draft kurikulum 13 yang dalam kurikulum nasional dikenal sebagai
kurikulum berbasis kompetensi dan karakter, telah menjadikan empat pilar tersebut
sebagai rujukan utama dalam pengembangan model pembelajaran. Pembelajaran pada
kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah dengan
mempertimbangkan pengembangan kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap,
serta penguasaan terhadap teknologi menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan
abad 21 meliputi :kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi sebagai landasannya.
Konsep pendidikan abad 21 tersebut perlu ditumbuhkan melalui budaya sekolah oleh
semua yang terlibat dalam proses pendidikan baik di keluarga, sekolah maupun di
masyarakat dengan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai agama, maka sekolah dasar di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk
membantu siswanya menguasai beberapa kompetensi berikut:
10
b. Kompetensi akademik, Kemampuan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang relevan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa kaitannya
dengan konsep belajar sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup (life long
education).
Sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung
kualitas pendidik yang baik maka semuanya tidak akan berjalan dengan baik bahkan
dapat terkendala dan terhenti. Oleh karena itu,pendidik memiliki peran yang sangat
penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, sebagai yang merencanakan
dan menjalankan rencana pembelajaran yang telah dibuat sekaligus menilai
pembelajaran yang telah dilakukan, pendidik sangat menetukan kualitas SDM yang
dihasilkan melalui pendidikan di sekolah.
Saat ini kita telah memasuki era digital yang memasuki segala aspek
kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Sumber informasi untuk belajar
11
semakin beragam atau tidak hanya yang berasal dari guru. Hal tersebut berimplikasi
pada kompetensi penting yang harus dimiliki oleh pendidik masa kini diantaranya
yaitu sebagai fasilitator, motivator dan inspirator bagi peserta didiknya untuk mencari
dan memanfaatkan sumber belajar melalui kemajuan teknologi digital. Selain itu, guru
harus memiliki minat baca yang tinggi agar terbentuk guru yang efektif yaitu dapat
membantu meningkatkan pembelajaran siswa dengan lebih baik. Peran guru yang
kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan dalam mempraktekkan strategi pembelajaran
abad 21 yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswanya. Salah satunya yaitu
melalui mengkombinasikan antara model pembelajaran dan penggunaan teknologi
digital yang dapat mengembangkan daya kreativitas dan inovasi siswa. Hal tersebut
berartibahwa guru telah memiliki kemampuan adaptif secara kultural yaitu
menjadikan siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan
mengaktualisasikan diri secara maksimal.
12
BAB III
PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau
tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap
baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi Kurikulum diharapkan
membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Pada abad ke 21, sumberdaya
manusia dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya, salah satunya yaitu melalui
lembaga-lembagayang dikelola secara profesional. Tuntutan-tuntutan abad 21 yang
serba baru merupakan tantangan bagi manusia untuk melakukan terobosan dalam
berpikir dan penyesuaian konsep dan tindakan-tindakan. Dalam pengembangan
kurikulum abad 21 ini hendaknya juga mempertimbangkan persperektif global bukan
hanya nasional ataupun lokal. Kurikulum harus mampu membawa siswa untuk
berpikir global dalam arti siswa mampu mengungkapkan keluasan informasi yang
dapat digunakan sebagai pegangan untuk mengarahkan mereka menjadi warga negara
yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai kepedulian sosial terhadap orang
lain di sekitarnya, mampu bekerja sama, serta saling ketergantungan secara harmonis.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhali. (2019). Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika. Pembelajaran
Inovatif Abad Ke-21. Mataram. Vol. 3. No.2.
14