Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN SD


MENJELASKAN INOVASI PEMBELAJARAN DI ABAD KE-21
Dosen Pengempu :Ginanjar Maulana, M.Pd

Disusun oleh :
Erlina Hopipah
Melati Nur Cahya Dewi
Nina Mastuti
Rizal Firdaus
Siti Ruhaya

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
INSTITUT PERGURUAN DAN BAHASA INVADA CIREBON
2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pembaharuan dalam Pembelajaran , dengan judul :

“Menjelaskan Inovasi Pembelajaran di Abad Ke-21”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalh ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Cianjur, 13 Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………….I

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. II

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 2
C. TUJUAN ........................................................................................................................ 2
D. MANFAAT .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Konsep Belajar Dan Pembelajaran Abad 21.............................................................. 3


B. Model Pembelajaran Abad 21 ..................................................................................... 4
C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21 ........................................................................ 6
D. Bentuk Inovasi Pembelajaran Abad 21………………………………………………...7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11

A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 11
B. SARAN ......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap
individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya,
sedangkan Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik.
Belajar dimaksudkan agar terjadinya perubahan dalam pikiran dan karakter diri peserta didik.
Tantangan pendidik tidak hanya membekali keterampilan peserta didik saat ini, tetapi
memastikan bahwa anak didiknya sukses kelak di masa depan. Sukses artinya anak didik setelah
belajar di sekolah dapat terjun hidup di masyarakat. Untuk itu, pendidik harus membekali
keterampilan kepada anak didiknya sesuai dengan kebutuhan yang dapat mereka manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu.
Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini memerlukan
standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah
ditetapkan, pendidik mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang
hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup
manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21
kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang
pendidikan. Dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan
belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi peserta didik
dan pendidik agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini (Yana, 2013).

Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu


masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan
setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari belajar dan pembelajaran abad 21?
2. Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?
3. Bagaimana model pembelajaran pada abad 21?
4. Bentuk inovasi pembelajaran pada abad 21

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep belajar dan pembelajaran abad 21.
2. Untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran pada abad 21.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran pada abad 21.
4. Untuk mengetahui bentuk inovasi pembelajaran abad 21.

D. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran mengenai pembelajaran abad 21.
2. Dapat Memberi pengetahuan terdahap pembaca mengenai pembelajaran abad 21.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan


zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup
abad 21. Sejalan dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan bahwa peserta
didik yang hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif,
mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif,
keadaan ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena
itu, pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada
peserta didik. Pendidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah - sekolah
menerapkan pembelajaran abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah
perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa
dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah
sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.
Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar
Siwa Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada slogan
pendidikan kita yang tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan kebudayaan dan
merupakan pesan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri
Handayani. Pendidik berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa sukses
dalam kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh pembelajar
(learner model), pendidik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnay
dalam seluruh proses pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan belajar bersama
namun pendidik mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.

3
B. Model Pembelajaran Abad 21
Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C
(Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak
hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran dan
tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan peserta didik menerapkan 4C dalam
keseharian (Prihadi, 2017). Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu
terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai
kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan model
pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat
pula (Danial dan Sepe, 2010). Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta
didik guna menghadapi tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan
(Republika, 2016) :
1) Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis
berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era
reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham
radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali
dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di
sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia
memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak
padanya.
2) Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan
adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas
pendidikan.
3) Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan
berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan
lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.
4) Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang
memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di
4
sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk
menghadapi tantangan hidup abad 21.
Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan Gerakan Literasi
Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas dengan
meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016). Di
Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan
karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga
sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus
melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam masing-masing
pribadi yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan
menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang
multiliterat. Semua kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah
baik sekolah keluarga dan masyarakat.
Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan
pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan
baru dan pemahaman yang lebih mendalam menurut Abidin, Yunus, dkk (2017). Sejalan
dengan hal tersebut konsep literasi juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu
penggunaan berbagai media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun
masyarakat. Kini istilah literasi telah berkembang menjadi multiliterasi. Multiliterasi
merupakan kemampuan membaca, menulis puisi, membagi, melukis, menari, menulis
novel ataupun kemampuan berkontak dengan berbagai media yang memerlukan literasi
menurut Kist, (2005:12). Dengan demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang
bermakna dari berbagai media. Dalam pandangan Cope dan Kalantzis (2005), literasi
merupakan elemen terpenting dalam proyek pendidikan modern. Morocco et al. (2008:5)
menyatakan kompetensi belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan
kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi
dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kreatif. Sejalan dengan uraian tersebut
pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya adalah pengembangan dan penggunaan konsep
kompetensi 4C.
Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci keberhasilan
generasi bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains adalah bagian dari
5
pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman (2007) berpendapat bahwa
sains berperan dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan
pengetahuan yang amat pesat, keampuhan proses yang dapat ditransfer pada bidang lain,
dan terkandung muatan nilai dan sikap di dalamnya. Adapun literasi sains adalah
bagaimana pemahaman tentang sains menjadikan solusi dalam pengambilan setiap
keputusan yang dihadapi.

C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21


Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65 tahun 2013
tentang Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi
dalam proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun 2013
mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.
Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok
pembelajaran abad ke 21yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang
secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagi
dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan pendidik,
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk
memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang
dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan
suatu proyek, peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan
talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.
6
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
kehidupan peserata didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidik mengembangkan metode
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real
word). Pendidik membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dan
keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-harinya. Pendidik melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan
dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat
dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat,
dimana peserta didik dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu
dalam lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan
program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan
hidup, dan sebagainya. Selain itu, peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-panti
asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
D. Inovasi Pembelajaran Abad 21
Di era digital saat ini profesionalisme guru kembali ditantang untuk mampu
menjawab persoaln-persoalan pendidikan yang kelak muncul di masa depan.
Perkembangan, perubahan ilmu penegtahuan teknologi dan seni (Ipteks) berakibat pada
semakin tingginya tuntutan akan semakin pentingnya kualitas sumberdaya manusia
(SDM). Pendidikan merupakan penyedia sekaligus penghasil produk SDM yang menuntut
guru untuk senantiasa selalu belajar dan belajar meningkatkan kualitas
profesionalismenya. Termasuk peningkatan kinerja mutlak dilakukan sebagaimana kriteria
guru profesional dimuat dalam Pasal 1, 2 dan 3 Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet
memberi kemudahan terhadap pengiriman berbagai materi pembelajaran dengan waktu
yang sangat singkat. Menghadapi kondisi demikian guru senantiasa dituntut untuk selalu
kreatif. Dengan kreatifitas seorang guru mampu menampilkan inovasi yakni
kemampuannya untuk mengaplikasikan solusi kreatif terhadap masalah maupun peluang.
7
Utamanya adalah meningkatkan maupun mengembangkan pembelajaran lebih menarik
dan efektif. Inovasi pembelajaran dengan berbagai program inovatif diharapkan akan
melahirkan mental-mental siswa yang lebih kreatif.
Inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses
pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana
yang mendukung untuktercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Hasbullah,
(2001) berpendapat bahwa “baru”dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum
dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi. Inovasi pembelajaran
adalah pembaharuan pembelajaran yang dikemas atas dorongan gagasan barunya yang
merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar,
sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Istilah learning how to learn mengandung
ide, gagasan tentang teknik, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan
dalam proses dan hasil belajar. Hakikat inovasi pembelajaran adalah ide, gagasan baru
tentang berbagai faktor yang dapat mendorong terjadinya pembelajaran yang lebih baik
dan tepat guna. Inovasi pembelajaran juga dapat disebut pembaharuan pembelajaran.
Inovasi pembelajaran merupakan bagian dari inovasi pendidikan, yakni usaha-usaha
dengan melakukan perubahan untuk mencapai suatu yang lebih baik dalam bidang
pendidikan. Umumnya gagasan pembaharuan muncul akibat adanya masalah atau krisis
baik pada paradigma ataupun praktik pendidikan dan pembelajaran, atau bahkan tekanan
sosial yang tidak lagi dapat menerima kondisi yang ada. Inovasi harus berorientasi pada
pencapaian tujuan belajar oleh siswa dengan aktif dan memberi kemudahan belajar untuk
siswa, siapapun fasilitator yang menemani siswa belajar.
Keberhasilan suatu inovasi pendidikaan dan pembelajaran bergantung pada sejauh
mana pengetahuan dan kecakapan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah-
termasuk pemahaman terhadap kurikulum. Pembelajaran inovatif mengandung arti
pembelajaran yang dikemas oleh instruktur/pengajar atau instruktur lainnya yang
merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu menfasilitasi
peserta didik untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Dalam konsep
kekinian dapat kita lihat dan diamati bahwa pembelajaran yang dikemas inovatif lebih
bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang terhadap
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan mandiri (self directed) dan dimediasi
oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Adapun manfaat diadakannya inovasi
8
diantaranya dapat memperbaiki keadaan sebelumnya ke arah yang lebih baik, memberikan
gambaran pada pihak lain tentang pelaksanaan inovasi sehingga orang lain dapat
mengujicobakan inovasi yang dilakukan. Selain itu mendorong guru untuk terus
mengembangkan pengetahuan dan wawasan, menumbuhkembangkan semangat dalam
bekerja.Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan
(knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge
based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industri pun
berbasis pengetahuan (knowledge based industry) akan mewarnai inovasi pembelajaran
abad 21.

keterampilan-keterampilan inovatif abad 21 seperti: (1) kemampuan beradaptasi


atau penyesuaian diri dengan lingkungan, keterampilan berkomunikasi, (3)kemampuan
menyelesaikan permasalahan yang tidak rutin, (4) manajemen/pengembangan diri, dan (5)
sistem berpikir. Dengan demikian maka jelas bahwa seorang guru harus manjadi manusia
yang dinamis dan berfikir ke depan (futuristic). Dengan tanda-tanda dimilikinya sifat
informatif, modern, bersemangat, dan komitmen untuk pengembangan individu maupun
bersama-sama. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan
yang modern dan profesional. Profil dan sosok guru di era globalisasi abad 21 guru wajib
beradaptasi dengan perubahan digital di semua sendi kehidupan. Perubahan karakter
masyarakat dengan cara fundamental sebagaimana terjadi dalam abad 21 akan
berimplikasi terhadap karakteristik guru. Guru harus menyadari bahwa buku bisa
digantikan dengan teknologi, meski peran guru tidak bisa digantikan guru harus
memperkuat komitmen profesiinalismenya. Pemanfaatan teknologi digital merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam mendesain pembelajaran yang kreatif.
Kemampuan para guru di era pembelajaran digital perlu dipersiapkan dengan
memperkuat pedagogi siber pada diri guru itu sendiri. Sosok guru di abad 21 adalah
sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Kemampuan guru dalam posisi sebagai
fasilitator, ini berarti harus mengubah cara berpikir bahwa guru adalah pusat (teacher
center) menjadi siswa adalah pusat (student center) sebagaimana dituntut dalam kurikulum
13. Guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, sebab sumber belajar
dalam era digital sudah banyak dan tersebar, serta mudah diakses oleh siswa melalui
9
jaringan internet yang terkoneksi pada gawai. Guru dituntut untuk mampu
mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital dengan meningkatkan
minat baca. Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini
akan ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas
atau kewibawaan guru. Guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis
dengan menuangkan gagasan- gagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah.

10
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menyimpulkan.

Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa


yang lalu. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu
langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada
pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Keterampilan-
keterampilan inovatif abad 21 seperti: (1) kemampuan beradaptasi atau penyesuaian diri
dengan lingkungan, keterampilan berkomunikasi, (3)kemampuan menyelesaikan
permasalahan yang tidak rutin, (4) manajemen/pengembangan diri, dan (5) sistem
berpikir.

Pembelajaran inovatif abad 21 memiliki karakteristik yang mengarah pada


pembelajaran yang interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual,tematik, efektif,
kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik, sehingga dalam implementasinya dengan
menerapkan model/metode pembelajaran yang berorientasi pada karakteristik tersebut. 3.
Penilaian dalam pembelajaran abad 21 disusun dan dikembangkan untuk mengukur
pencapaian belajar peserta didik yang meliputi kompetensi pengetahuan (berpikir kritis
dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, kemunikasi), kompetensi
intrapersonal (kemampuan kerja dalam tim, kolaborasi, komunikasi, kerja sama, dan
koordinasi), dan kompetensi interpersonal (kemampuan untuk bekerja dengan orang lain
seperti kemampuan manajemen diri, kerjasama, komunikasi yang efektif, dan
kemampuan mejaga hubungan dengan orang lain secara emosional).

. Guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, sebab sumber belajar
dalam era digital sudah banyak dan tersebar, serta mudah diakses oleh siswa melalui
jaringan internet yang terkoneksi pada gawai. Guru dituntut untuk mampu
mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital dengan meningkatkan
minat baca. Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini
akan ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas
atau kewibawaan guru. Guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis
11
dengan menuangkan gagasan- gagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan saran atau rekomendasi untuk


menyempurnakan penulisan makalah dan guna untuk menerapkan materi yang ada dalam
penulisan makalah ini yaitu :

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil penulisan makalah ini guna
menjawab beberapa pertanyaan atau permasalahan yang muncul ketika penulisan makalah ini
berlangsung.

2. Untuk lebih memahami materi kesebangunan dan kongruensi segitiga harus lebih banyak
berlatih mengerjakan soal sejenis.

3. Untuk sekarang Indonesia harus bisa menerapkan pembelajaran abad 21 agar peserta didik lebih
aktif dalam belajar .

12
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, dkk. (2017). Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara. Cope dan Kalantiz.
(2005).
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. [ Online ]. Tersedia:
http://www.bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf
diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul 20.50 WITA
Cope dan Kalantiz. (2005). Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of Social Futures.
New York: Routledge, Taylor, dan Francis Group.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and authentic
learning. London: Sage Publications Ltd.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2015). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kist, W. (2005). New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple Media. New
York: Teachers College, Columbia University.
Morocco, C. C. et al. (2008) Supported Literacy fo Adolescents: Transforming Teaching and
Content Learning for The Twenty-First Century. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Imprint.
Prihadi, Singgih. (2017). Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran Mitigasi
Bencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017,
4550.
Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan
Asesmennya. Proceeding of the First International on Science Education. Bandung: Sps
UPI.
Nurliana Siregar. (2016) “Belajar dan Pembelajaran”. [Online]. Tersedia: https://akademik.uhn.ac.id ›
portal › public_html › FKIP › Nurliani_Siregar diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul
19.00 WITA
Yana. (2015) .Pendidikan Abad 21. [Online]. Tersedia : http:/yana.staf.upi.edu/2015/10/11/pendidikan-
abad-21/ di akses pada tanggal 13 September 2019 pukul 20.50 WITA
https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/06/o24uep284-strategi-4cuntuk-
tingkatkan-mutu-pendidikan diakses tanggal 10 November 2019 pukul 20.00 WITA.

13

Anda mungkin juga menyukai